Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Marita Kumala Dewi
0801090
Pembimbing Klinik VK
Saran pembimbing :
Baik
Cukup
Dilengkapi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu dari penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi adalah penyakit dalam
kehamilan, lambatnya penatalaksanaan serta komplikasi yang timbul saat persalinan dan
nifas. Letak lintang merupakan gestose kehamilan yang merupakan penyebab kematian
ibu dan anak dalam kebidanan, oleh karena itu diagnosa dini letak lintang serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak,
salah
satunya
dengan
therapi
aktif
yaitu
tindakan
sectio
caesarea
(http://akperkaltara.ac.id, 2009).
Klien dengan Sectio Caesarea atas indikasi Janin Letak Lintang apabila tidak diberikan
pertolongan akan berdampak terhadap masalah kesehatan sehingga memperburuk kondisi
ibu dan bayi. Komplikasi pada ibu dengan letak lintang tidak dilakukan sectio caesarea
bila tidak ditangani secara komprehensif berdampak ruptur uteri pada kehamilan
berikutnya dan peritonitis, sedangkan dampak terhadap KDM yang muncul pada klien
sectio caesarea yaitu: cemas, kurang pengetahuan, dan selain itu juga berdampak pada
masalah keperawatan yaitu: perubahan proses keluarga, gangguan rasa nyaman nyeri,
gangguan rasa aman cemas, harga diri rendah, resiko tinggi terhadap cedera, resiko tinggi
terhadap infeksi, konstipasi, kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis,
perubahan eliminasi urine, dan kurang perawatan diri. Sehingga sangat diperlukan
pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan dan memperoleh pengalaman dalam memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan
pada Ny. I Dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Janin Letak Lintang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aspek Medis
1. Primitua
a. Pengertian Primitua
Wanita yang hamil untuk pertama kali dengan usia diatas 30 tahun disebut primi
gravida tua (elederly primigravida). Terbagi lagi menjadi dua yg pertama adalah
nikah lambat tetapi cepat hamil yang kedua nikah cepat tetapi lambat hamil, yang
terakhir ini lebih kurang menguntungkan dari segi obstetrinya dan mendapat
perhatian ekstra.
Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia 35 tahun. Pada usia
ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu
hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan (Rochjati,
2003. hlm 51).
Selama kehamilan terdapat/terjadi insiden yang lebih tinggi dari: abortus,
Preeklampsia, Solutio Plasenta, mioma uteri, kecendrungan prematuritas, serta
gangguan pertumbuhan janin.
Mengingat banyaknya komplikasi yg mungkin terjadi maka kelompok ini
dimasukkan kedalam kehamilan risiko tinggi. Sejak antenatal diperlukan supervisi
terhadap kehamilannya. Berikut prinsip-prinsipnya yag sebaiknya diikuti:
pertama, induksi sering kurang memuaskan maka sebaiknya pertimbangkan cesar.
Kedua, USG dan Rontgen harus dilakukan sebelum cesar untuk memastikan
kelainan congenital tulang pada bayi. Ketiga, pertimbangkan adanya komplikasi
lain dari kehamilannya.
b. Faktor Risiko
1) Pada usia ini kondisi kesehatan ibu mulai menurun
2) Fungsi rahim menurun
3) Kualitas sel telur berkurang
4) Meningkatnya komplikasi medis dan persalian
c. Komplikasi Kehamilan Pada Primitua
Komplikasi persalinan lebih tinggi, berupa : persalinan kurang bulan, persalinan
yg memanjang (prolonged labor), maternal dan fetal distress, meningkatnya
persalinan dengan tindakan, dan retensi plasenta. Sedangkan pada masa nifas
terjadi infeksi serta kegagalan laktasi.
2. Letak Lintang
a. Pengertian Letak Lintang
Menurut Rustam Mochtar (1991 : 366) letak lintang janin apabila sumbu
memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau
mendekati 90 derajat.
Letak lintang (presentasi bahu) ialah keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Umumnya, bokong sedikit lebih tinggi daripada kepala janin sehingga bahu berada pada
pintu atas panggul (Prawirohardjo, 2002).
Dari kedua pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa letak lintang adalah
keadaan dimana janin melintang di dalam uterus atau sumbu memanjang janin
menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus, dengan kepala berada pada
sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Sectio caesarea atas indikasi letak lintang adalah masa melahirkan dimana proses
persalinan tersebut melalui pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim atas indikasi letak lintang yaitu mal presentasi
pada janin dimana sumbu panjang janin terletak melintang.
b. Klasifikasi
1) Menurut letak kepala terbagi atas:
a) L Li I
: Kepala di kiri
b) L Li II
: Kepala di kanan
: di bawah
Ukuran kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi oleh
frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi,
sifatnya amat sensitif karena banyak memiliki serabut saraf.
e) Vulva
Merupakan bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke
belakang dibatasi perineum.
f) Vestibulum
Terletak di bawah selaput lendir vulva , terdiri dari bulbus vestibuli kanan
dan kiri. Di sini dijumpai kelenjar vestibuli major (kelenja Bartholini) dan
kelenjar vestibulum minor.
g) Introitus Vagina
Merupakan pintu masuk ke vagina.
h) Selaput Dara (Hymen)
Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang
membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak
berlubang disebut atresia himenalis atau himen imperforata. Himen akan
robek pada koitus apalagi setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula
himen atau sisa himen.
i) Lubang Kemih (orifisium uretra eksterna)
Merupakan tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Di
sekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati lubang kelenjar
Skene.
j) Perineum
Terletak diantara vulva dan anus.
2) Alat kandungan dalam (genetalia interna)
a) Vagina (liang sanggama)
adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim,
terletak di antara saluran kemih dan liang dubur. Di bagian ujung atas
terletak mulut rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding
belakang 10 cm. Bentuk dinding dalam berlipat-lipat disebut rugrae,
sedangkan di tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna
rugarum.
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan
jaringan ikat. Fungsi penting vagina yaitu:
Sebagai saluran keluar untuk mengalirkan darah dan sekret lain dari
rahim.
Sebagai alat untuk bersenggama.
Sebagai jalan lahir pada waktu bersalin.
b) Uterus (rahim)
adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luar ditutupi
peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim.
Dalam keadaan tidak hamil rahim terletak dalam rongga panggul keci
diantara kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk seperti bola lampu
pijar atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tida bagian besar,
yaitu:
badan rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga
leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder
rongga rahim (kavum uteri)
c)
d)
4) Janin sudah bergerak pada hidramnion, anak kecil (prematur) janin sudah
mati, dan gamely (kehamilan kembar).
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat :
1) Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah cara yang terbaik
dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio
sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
3) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara
lain.
d. Komplikasi Pada Janin Letak Lintang
Menyebabkan kematian janin dan ibu, hal ini pada ibu bisa diakibatkan karena
ruptur uteri dan perdarahan yang diakibatkannya. Bahu masuk ke dalam panggul
sehingga rongga panggul seluruhnya terisi oleh bahu dan bagian-bagian jannin
lainnya, karena janin tidak bisa turun lebih lanjut maka terjepit dalam rongga
panggul, karena keadaan itu segmen atas uterus terus berkontraksi untuk
mngeluarkan janin, sedangkan segmen bawah terus menjadi melebar serta menipis
sehingga batas antara bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran
retraksi patologis keadaan ini disebut letak lintang kasep. Karena kotraksi uterus
terus menerus akan mengakibatkan janin meninggal dan juga bisa menyebabkan
ruptur uteri yang mengakibatkan perdarahan.
e. Pemeriksaan Diagnostik Letak Lintang
1) Inspeksi
Perut membncit ke samping karena janin melintang dalam uterus dengan
kepala di sisi yang satu, sedangkan bokong berada di sisi yang lain sehingga
fundus uteri dan bagian bawah kosong.
2) Palpasi
a) Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
b) Fungdus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah
masuk ke dalam puntu atas panggul.
c) Kepala (ballottement) teraba di kanan atau di kiri.
3) Auskultasi
Detak jantung janin stinggi pusat kanan atau kiri.
4) Pemeriksaan dalam
a) Teraba tulang iga, scapula dan kalau tangan menumbung teraba tangan
untuk menentukan tangan kanan dan tangan kiri lakukan dengan cara
bersalaman.
b) Teraba bahu atau ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri bila
kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
c) Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan
klavikula.
d) Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan
ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
5) Photo rontgen
Tampak janin dalam letak lintang.
f. Penatalaksanaan Pada Letak Lintang
1) Sewaktu hamil
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya
diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar tetapi
sebelum melakukan versi luar sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan
secara teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul atau plasenta
previa, karena keadaan tersebut membahayakan janin dan ibu, dan meskipun
versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali ke posisi semula dan
untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset,
dan harus dilakukan pemeriksaan antenatal ulang untuk menilai letak janin
(Prawirohardjo, 2002).
2) Sewaktu partus
Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan,
sehingga bila terjadi perubahan letak janin dapat segera ditentukan diagnosis
dan penanganannya, pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan
mengubah letak lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan
masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida
bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio caesarea
sedangkan pada pertolongan persalinan letak lintang pada multipara
tergantung kepada beberapa faktor, apabila riwayat obstretrik wanita yang
bersangkutan baik, tidak terdapat panggul sempit, dan janin tidak seberapa
besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan servik lengkap
kemudian melakukan versi ekstraksi, selama menunggu harus diusahakan
spaya ketubah tetap utuh. Bila ketubah pecah sebelum pembukaan lengkap
dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio caesarea namun
jka ketuban sudah pecah tetapi tidak disertai prolapsus funikuli, maka
tergantung pada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap
kemudian diakukan versi eksternal atau mengakhiri persalinan dengan seksio
caesarea (Prawirohardjo, 2002).
3) Tingkat pertolongan
a) Bila ketuban belum pecah
Pembukaan 5 cm tunggu sampai pembukaan lengkap kemudian ketuban
dipecahkan dan dapat dilakukan versi dan ekstraksi.
b) Bila ketuban sudah pecah
Bila ketuban belum lama pecah, dan pembukaan lengkap bisa dilakukan
versi dan ekstraksi. Bila ketuban sudah lama pecah dilakukan seksio
caesarea.
Wanita yang mengalami kelahiran sesaria darurat atau tidak terencana akan
mengalami duka karena perubahan mendadak yang terjadi pada harapan
mereka terhadap kelahiran, perawatan estela melahirkan, dan perawatan bayi.
Hal ini bisa menjadi pengalaman yang sangat traumatik. Wanita tersebut
biasanya menghadapi pembedahan dengan letih dan tidak bersemangat bila
ternyata persalinan tidak memberikan hasil. Ia akan cemas terhadap
kondisinya dan kondisi janinnya. Ia juga dapat mengalami dehidrasi dan
memiliki cadangan glikogen yang rendah. Seluruh prosedur praoperasi harus
dilakukan dengan cepat dan kompeten.Waktu untuk menjelaskan prosedur
harus singkat. Karena kecemasan ibu dan keluarganya sangat tinggi, banyak
ibu yang telah diinformasikan secara verbal tidak dapat mengingat atau salah
mempersepsikan informasi tersebut. Wanita ini seringkali mengalami
keletihan sehingga mereka memerlukan lebih banyak perawatan pendukung.
Ada beberapa indikasi pasti kelahiran sesaria. Dewasa ini sebagian besar
kelahiran sesaria dilakukan untuk keuntungan janin. Empat kategori
diagnostik merupakan alasan terhadap 75% sampai 90% kelahiran sesaria,
yaitu: distosia, sesaria ulang, presentasi bokong, dan gawat janin (Marieskind,
1989).
c. Indikasi Pelaksanaan Sectio Caesaria
Sectio Caesaria biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu dari tiga
faktor yang terlibat dalam proses persalinan yang menyebabkan persalinan tidak
dapat berjalan lancar dan bila dibiarkan maka dapat terjadi komplikasi yang dapat
membahayakan ibu dan janin. 3 faktor tersebut adalah :
1) Jalan lahir (passage)
2) Janin (passanger)
3) Kekuatan yang ada pada ibu (power)
Dalam kasus ini yang menyebabkan harus dilakukan Sectio Caesaria yaitu karena
faktor janin, yaitu posisi janin dalam letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul
sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan
ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut
menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan presentasi tubuh janin di
dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan janin kekurangan
oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat :
a) Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah cara yang terbaik
dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
b) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio
sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
c) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara
lain.
d. Kontraindikasi Sectio Caesaria
Pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi
berat sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Sarwono, 1991).
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Pemantauan CTG
Elektrolit
Hemoglobin/Hematokrit
Golongan dan pencocokan silang darah
Urinalisis
Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
1) Persiapan Pre-Operasi
a) Persiapan penderita :
- Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan dilakukan
operasi untuk melahirkan janin dan memberikan pengertian serta
kekuatan mental kepada mereka dalam menghadapi keadaan ini, dan
diperlukan juga izin/persetujuan penderita dan keluarga ( Informed
-
Consent )
Penjelaan tentang prosedur operasi yang akan dijalani, misal : jenis
abdominan
- Memasang cairan infus
- Melakukan pemeriksaan fisik penderita, laborat darah, dan USG
b) Persiapan kamar dan alat-alat operasi
Memberitahukan kepada tim operasi yang bertugas bahwa ada operasi
supaya menyiapkan kamar operasi dan peralatannya.
c) Persiapan tim operasi
2) Penatalaksanaan Post Operasi menurut Cunningham, 1995 :
a) Tanda Vital, dievaluasi setiap 4 jam selama 24 jam pertama
b) Masukan makanan.
Ini bervariasi di antara dokter. Banyak yang membatasi sampai bising usus
aktif dan mengeluarkan gas. Sebaliknya beberapa dokter ahli kebidanan
segera memberikan diet umum atau cairan jernih pada hari pertama dan
diet umum pada hari kedua.
c) Aktifitas
Pada hari pertama pasca bedah, penderita harus dimobilisasi dengan
bantuan perawat untuk miring kanan atau kiri, batuk efektif, bernafas
dalam tiap 1-2 jam setiap bangun.
d) Cairan