Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam. (Depkes RI, 2002).
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian
anak di seluruh dunia. Sebanyak 1,4 juta anak atau sekitar 18% anak < 5 tahun setiap
tahun meninggal akibat pneumonia di seluruh dunia. Kejadian tersebut melebihi dari
penyakit AIDS, malaria dan TBC jika dikelompokkan (WHO, 2012). Menurut The United
Nations Children's Fund (UNICEF) pneumonia menyumbang hampir seperlima kematian
anak di dunia dan 2 juta anak balita meninggal setiap tahun, mayoritas terjadi di negara
Afrika dan Asia Tenggara (UNICEF, 2004).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan diantaranya:
1. Apapengertian pneumonia?
2. Apatanda dan gejala pneumonia?
3. Bagaimanapenyebab pneumonia?
4. Bagaimanaklasifikasi pneumonia?
5. Bagaimana Pemeriksaan diagnostikpneumonia?
6. Bagaimana cara pengobatan pneumonia?
C. Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini:
1. Untuk mengetahui pengertian pneumonia.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumonia.
3. Untuk mengetahui penyebab pneumonia.
4. Untuk mengetahui klasifikasi pneumonia.
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostikpneumonia.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam. (Depkes RI, 2002).
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang
menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut
alveoli dipenuhi cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Di dalam
buku Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada
Balita, disebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4)
Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT))
akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya pneumonia bukan
penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada sumber infeksi,
dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia
maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik
terparah muncul pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski
memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat
ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering
pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada
yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila dibandingkan dengan
pneumonia pada umumnya. Oleh karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh
mikoplasma yang belum ditemukan ini sering disebut Atypical Pneumonia pneumonia
yang tidak tipikal. Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi saat perang dunia II.
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan Pneumocystitis Carinii pada
jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).
e. Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum, tetapi hal ini mungkin terjadi pada
individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain. patofisiologi dari pneumonia yang
disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri, Pneumonia
yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus
neoformans,
Pneumocystis
jiroveci
dan
Coccidioides
immitis.
Infeksi atifikal
Mycoplasma pneumonia
Infeksi jamur
Aspergillus
Haemophillus influenza
LegionellaPneumophillia
Histoplasmosis
Klebsiella pneumonia
Coxiella burnetii
Candida
Pseudomonas aeruginosa
Chlamydia psittaci
Nocardia
Infeksi protozoa
Penyebab Lain
4
Influenza
Pneumocytis carinii
Aspirasi
Coxsackie
Toksoplasmosis
Pneumonia lipoid
Adenovirus
Amebiasis
Bronkiektasis
Sinsitial respiratori
Fibrosis kistik
D. Klasifikasi Pneumonia
a. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia, CAP):
pneumonia yang didapatkan di lingkungan masyarakat yaitu terjadinya infeksi di luar
lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di
rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit selama > 14 hari
(Jeremy, 2007).
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang terjadi selama
atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini didapat selama penderita
dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006). Hampir 1% dari penderita yang dirawat di
rumah sakit mendapatkan pneumonia selama dalam perawatannya. Demikian pula
halnya dengan penderita yang dirawat di ICU, lebih dari 60% akan menderita
pneumonia (Supandi, 1992).
c. Pneumonia aspirasi: Pneumonia ini biasanya disebabkan oleh aspirasi isi lambung,
Pneumonia yang terjadi sebagian bersifat kimia akibat reaksi terhadap asam lambung,
sebagian lagi bersifat bakterial akibat organisme yang mendiami mulut dan lambung.
Aspirasi paling sering terjadi sebelum dan sesudah anastesia, para pecandu alcohol,
atau pada pasien yang refleks muntah dan batuknya tertekan.
d. Pneumonia oportunistik: Pneumonia tipe ini menyerang seseorang dengan sistem
kekebalan tubuh yang rendah, sehingga mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur,
dan mikobakteri, selain organisme bakteria lain, misalnya pada pasien HIV-AIDS,
terapi kortikosteroid, kemoterapi, dan pasca transplantasi, organisme penyebabnya
adalah Pneumocystis carinii.
E. Pemeriksaan diagnostik :
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
a. Anamnesis
Mengetahui mekanisme dan keluhan yang sering dirasakan/terjadi pada klien.
1. Batuk
5. Sputum
5
2. Sesak nafas
6. Cepat lelah
3. Demam
7. Bunyi pernafasan abnormal
4. Nyeri dada
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Menggunakan indra penglihatan, memerlukan bantuan cahaya yang baik, dan
pengamatan yang teliti.
1. Demam
3. Pucat
2. Sesak nafas
4. Batuk
Palpasi:
Perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.
suara nafas ).
1. Didapatkan bunyi nafas crackle
2. Didapatkan bunyi nafas mengi (wheezing)
2. Rontgent
Gambaran yang diperoleh dari hasil rontgent memperlihatkan kepadatan pada bagian
paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Akibatnya fungsi paru terganggu,
penderita mengalami kesulitan bernapas karena tidak tersisa ruang untuk oksigen.
Kelainan yang tampak pada foto rontgent penderita penumonia dapat berupa bercak
putih setempat atau tersebar di sekitar paru ataupun gambaran lainnya terdapat
komplikasi pneumonia.
3. Pemeriksaan Sputum
Pasien yang dicurigai menderita pneumonia, perlu dilakukan pengambilan sputum/
dahak untuk dikultur dan di test resistensi kuman untuk dapat mengetahui
mikroorganisme penyebab pneumonia tersebut.
Pengambilan sputum dapat dilakukan dengan cara :
a. Dibatukkan
atau
didahului
dengan
proses
perangsangan
(induksi)
untuk
b. Dahak dapat diperoleh dengan menggunakan alat tertentu seperti protective brush
(semacam sikat untuk mengambil sputum pada saluran napas bawah ).
Pada penderita pneumonia akan didapatkan lebih dari satu tipe organisme , seperti
Diplococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, A.hemolytic streptococcus, dan
Hemophilus influenzae.
4.Pemeriksaan Darah Lengkap ( Complete Blood Count CBC)
Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood
count WBC) rendah pada infeksi virus ( Somantri, 2007). Pada penderita pneumonia
umumnya, jumlah leukosit (sel darah putih ) dapat melebihi batas normal yaitu
10.000/mikroliter .
5. Pemeriksaan Fungsi Paru-paru
Penderita pneumonia akan menunjukkan volume pernapasan mungkin menurun
(kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas
pemenuhan udara menurun, hipoksemia.
6. Pemeriksaan sorologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus.
F. Pengobatan
1. Non Farmakologi:
a. Menjaga pola makan (mengkonsumsi makanan bersih dan sehat).
b. Menjaga pola hidup sehat (menjaga agar rumah dan lingkungan tetap bersih dan
terawat).
c. melakukan olah raga secara rutin seperti lari pada pagi hari (jogging).
2. Farmakologi
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, kepada penyakitnya
yang tidak terlalu berat, bisa diberika antibiotik per oral (lewat mulut). Penderita anak
yang lebih besar dan penderita dengan sesak napas atau dengan penyakit jantung atau
paru-paru lainnya, harus dirawat dan diberikan antibiotik melalui infus, mungkin perlu
diberikan bantuan oksigen ataupu alat bantu nafas mekanik (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia biasanya diobati dengan antibiotik, tetapi ini hanya efektif bila
pneumonia disebabkan oleh bakteri-tidak efektif untuk melawan virus. Pemilihan
antibiotik tergantung pada tipe bakteri.
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman. Peresepan
antibiotika untuk pasien yang tidak membutuhkan dapat mengakibatkan resistensi
(Setiabudy, 2007).
Daftar nama kuman penyebab pneumonia dan terapi empiris antibiotika yang digunakan:
Farmakologi Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Agen Penyebab
Antibiotik yang
digunakan
Bakteri:
Penisilin G atau
Sefalosporin:
S. pneumonia
sefazolin, sefuroksim,
sefotaksim, seftizoksim,
seftriakson, sefalosporin oral
H. influenzae
Sefalosporin
Tetrasiklin;
generasi kedua
betalaktam- betalaktamase,
atau ketiga,
fluorokuinolon,
klaritromisin,
kloramfenikol
azitromisin,
trimetoprinulfametoksazol
Nafsilin /
oxasillin dengan
vankomisin, klindamisin,
atau tanpa
trimetoprin-
rimfapisin atau
sulfametoksazol,
Enterobakteriaceae
gentamisin
Sefalosporin
fluorokuinolon
Aztreonam,imipenem,
(E.coli,Klebsiella,Proteus,Enterobac
generasi ke dua
betalaktam-betalaktamase
ter)
atau ketiga
S. aureus
dengan/tanpa
aminoglikosida
Salah satu jenis Obat:
Antibiotik yang di gunakan:
1. Benzilpenisilin (Penisilin G)
Benzilpenisilin: penisilin G bersifat bakterisid terhadap kuman Gram-positif
(khususnya cocci) dan hanya beberapa kuman negatif. Penisilin G tidak tahan-asam,
maka hanya digunakan sebagai injeksi i.m atau infus intravena. Ikatan dengan protein
plasma lebih kurang 60%; plasma t nya sangat singkat, hanya 30 menit dan kadar
darahnya cepat menurun. Eksresinya berlangsung sebagian besar melalui transport aktif
tubuler dari ginjal dan dalam keadaan utuh. Aktivitas penisilin G masih dinyatakan
dalam Unit Internasional (UI) (Tjay, 2007)
Indikasi
Injeksi Intravena lambat, intramuskular atau infus : 1,2 g/hari dalam dosis terbagi
Sediaan Beredar
Benzatin penisilin G (Generik) serbuk inj. 1,2 UI/vial, 2,4 UI/vial (K).
Prokain penisilin G Meiji (Meiji Indonesia) serbuk inj. 3 juta UI/vial (K).
Penadur LA (Sunthi Sepuri) serbuk Inj. 1.200.000 UI/vial. 2.400.000 UI/vial (K).
Pilihan Antibiotik Lain
2. Sefalosporin
Sefalosporin merupakan antibiotika betalaktam dengan struktur, khasiat, dan sifat
yang banyak mirip penisilin, tetapi dengan keuntungan-keuntungan antara lain spektrum
antibakterinya lebih luas tetapi tidak mencakup enterococci dan kuman-kuman anaerob
serta resisten terhadap penisilinase, tetapi tidak efektif terhadap Staphylococcus yang
resisten terhadap metisilin (Istiantoro, 2007; Elin, 2008). Seperti antibiotik Betalaktam
lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis
dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptida tahap ketiga dalam
rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram
positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Sefalosporin generasi kedua: Sefaklor, sefamandol, sefmetazol, sefuroksim.
Dibandingkan dengan generasi pertama, sefalosporin generasi kedua kurang aktif
terhadap bakteri gram positif, tetapi lebih aktif terhadap gram negatif, misalnya H.
Influenza, E. Coli, dan Klebsiella. Golongan ini tidak efektif terhadap kuman anaerob.
Sefuroksim dan sefamandol lebih tahan terhadap penisilinase dibandingkan dengan
generasi pertama dan memiliki aktivitas yang lebih besar terhadap H. Influenzae dan N.
Gonorrheae (Tjay, 2007; Elin, 2008).
Sefalosporin generasi ketiga: sefoperazon, sefotaksim, seftriakson, sefiksim,
sefodoksim, sefprozil. Golongan ini umumnya kurang efektif terhadap kokus gram
positif dibandingkan dengan generasi pertama, tapi jauh lebih aktif terhadap
Enterobacteriaceae termasuk strain penghasil penisilinase (Elin, 2008). Aktivitasnya
terhadap gram negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan
Bacteroides, khususnya seftazidim (Tjay, 2007).
Sefaklor (Sefalosporin generasi kedua)
1. Indikasi
Berguna untuk mengobaatan infeksi: otitis media, infeksi saluran pernafasan,
infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran kemih dan
2.
ginekologik, septicemia.
Kerja obat
10
Agen Penyebab
Antibiotik yang
Tanggapan
digunakan
Legionella
Eritromisin dengan
Klaritromisin atau
azitromisin,
siprofloksasin
rifampin,
doksisiklin dengan
Mycoplasma
Doksisiklin,eritromisi
rifampin, ofloksasin
Klaritromisin
pneumoniae
atau azitromisin,
Selama
1-2 minggu
rifampin,siprofloksasin
Chlamydia
Doksisiklin,eritromisi
atau ofloksasin
Klaritromisin atau
pneumoniae
azitromisin,Siprofloksasi
Doksisiklin
n atau ofloksasin
Eritromisin,kloramfenikol
Chlamydia
Selama
1-2 minggu
psittaci
Salah satu jenis Obat:
Antibiotik yang di gunakan:
1. Erythromycin (Eritromisin)
Memiliki spektrum antibakteri yang hampir digunakan sama dengan penisilin,
sehingga obat ini digunakan sebagai alternatif pengganti penisilin (Elin, 2008).
Eritromisin bersifat bakteriostatis terhadap bakteri gram-positif. Mekanisme kerjanya
melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya
dirintangi. Absorpsinya tidak teratur, agak sering menimbulkan efek samping saluran
cerna, sedangkan masa paruhnya singkat, maka perlu ditakar sampai 4 x sehari.
Eritromisin merupakan pilihan pertama khususnya pada infeksi paru-paru dengan
Legionella pneumophila dan Mycoplasna pneumonia. Eritromisin menyebabkan mual,
muntah, dan diare. Dosis: oral 2-4 dd 250-500 mg pada saat perut kosong selama
maksimal 7 hari (Tjay, 2007; Elin, 2008).
Komposisi :
Kaplet salut selaput : Tiap kaplet salut selaput mengandung Eritromisin Stearat yang
setara dengan 500 mg Eritromisin.
12
Tablet kunyah : Tiap tablet kunyah mengandung Eritromisin Etilsuksinat yang setara
dengan 200 mg Eritromisin.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas ringan sampai sedang yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes (Streptococci p-Hemolitik Group A), Streptococcus pneumonlae
(Diplococcus pneumoniae), Haemophilus influenzae.
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah ringan sampai agak berat yang disebabkan
oleh Streptococcus pyogenes (Streptococci p-Hemolitik Group A), Streptococcus
pneumoniae (.Diplococcus pneumoniae).
Infeksi kulit don jaringan lunak ringan sampai agak berat yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus.
Kontra-Indikasi
Hipersensitif terhadap Eritromisin.
Efek Samping
Reaksi-reaksi kepekaan seperti urtikaria, ruam kulit, reaksi anafilaksis dapat terjadi
pada penderita yang hiper-sensitivitas.
Perhatian :
Eritromisin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan penderita dengan
ganggudn fungsi hati.
Bila terjadi superinfeksi hentikan penggunaan dan ganti dengan pengobatan yang
sesuai.
Teofilin: mengurangi bersihan dan meningkat-kan level serum teofilin, terutama pada
dosis besar.
Anak-anak sampai 20 kg: 30-50 mg/kg berat badan/hari dibagi dalam jumlah yang
sama tiap 6 jam.
Dewasa dan anak-anak diatas 20 kg: 1 kapsul ERY,250 tiap 6 jam atau 1 kaplet
Eritromisin 500 tiap 12 jam (sebaiknya sebelum makan).
Pilihan Antibiotik Lain
1. Clarithromycin / Klaritromisin
klaritromisin merupakan derivat dari eritromisin. Memiliki sifat farmakokinetik yang
jauh lebih baik dibandingkan eritomisin, antara lain resorpsinya dari usus lebih tinggi
karena lebih tahan asam, begitu pula daya tembus ke jaringan dan intra-seluler. Makanan
memperburuk resorpsinya, maka sebaiknya diminum pada saat perut kosong (Tjay,
2007).
Komposisi / Kandungan
Abbotic 500 mg Tiap tablet mengandung klaritromisin 500 mg.
14
Abbotic Sirup 125 mg/5 ml Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung klaritromisin 125
mg.
Cara Kerja Obat
Clarithromycin (Klaritromisin) adalah antibiotik yang bekerja menghambat sisntesis
protein dengan cara mengikat ribosom subunit 50s dari bakteri yang sensitif.
Klaritromisin efektif terhadap bakteri (yang peka) seperti Streptokokus, Stafilokokus, B.
catarrhalis, Legionelle spp, C. trachomatis dan U. urealyticum.
Indikasi / Kegunaan
Indikasi Abbotic adalah :
Penderita yang mendapatkan terapi terfenadine yang disertai kelainan jantung atau
gangguan elektrolit.
Dewasa: Dewasa 250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat dapat
ditingkatkan menjadi 500 mg tiap 12 jam dapat sampai selama 14 hari.
Efek Samping
Efek samping Abbotic yang dapat terjadi adalah diare, mual, nyeri perut, rasa tidak
nyaman pada perut, dyspepsia, dan sakit kepala.
Interaksi Obat
Teofilin
15
Karbamazepine
Hati-hati penggunaan Abbotic pada penderita gangguan fungsi hati atau ginjal.
Farmakologi Pneumonia yang Disebabkan oleh Infeksi Virus
Agen Penyebab
Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:
jika
diberikan
bersamaan
dengan
antihistamin
dan
obat
histoplasmosis
koksidiomikosis
3.Blastomyces dermatitidis, menyebabkan
amfoterisin B.
Tetapi penderita
AIDS
dan
blastomikosis.
Infeksi jamur yang lainnya terjadi terutama
pada penderita gangguan sistem kekebalan.
4.Kriptokokosis yang disebabkan oleh
Cryptococcus neoformans
5.Aspergilosis yang disebabkan oleh
Aspergillus
6. Kandidiasis yang disebabkan oleh Candida
Amfoterisin B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi Streptomyces nodosus.
Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat padamembran sel jamur
sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan
menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.
Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan
reseptor sterol pada membran sel.
Farmakokinetik
Dalam hal absorbsi obat ini sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.Waktu
paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua
dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah
beberapa bulan setelah pemberian. Dalam hal ekskresi obat ini melalui ginjal
berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah yang diberikan.
Efek Samping
a. Infus: kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia,
nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
b. 50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan
menggigil.
c. Flebitis (-) menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.
d. Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai pemberian kalium.
e. Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama
flusitosin.
Indikasi
a. Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis,
kromoblastomikosis dan kandidosis.
b.
c.
Sediaan
Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk
Dosis
18
a. Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang
dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6
mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.
b. Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur,
pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4
bulan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang
menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut
alveoli dipenuhi cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Di dalam
buku Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada
Balita, disebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4)
Gejala-gejala yang biasa ditemukan pada penyakit pneumonia: Batuk berdahak
(dahaknya seperti lendir, terkadang dapat berwarna kuning hingga kehijauan), nyeri dada
(nyeri bisa tajam seperti ditusuk atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik
nafas dalam atau terbatuk), demam tinggi disertai Menggigil, Sesak nafas. Orang dengan
pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala, atau mengeluarkan
banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, mudah merasa
lelah, kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot.
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus,
mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus), protozoa dan jamur.
B. Saran
Dengan
mengetahui
penyakit
pneumonia,
gejala,
pengobatan,
pemeriksaan
diagnostik, pengobatan non farmakologi dan farmakologi maka diharapkan pembaca dapat
menjaga kesehatan dengan baik, karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Dan dengan membaca tentang makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang penyakit pneumonia.
19
20