You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam. (Depkes RI, 2002).
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian
anak di seluruh dunia. Sebanyak 1,4 juta anak atau sekitar 18% anak < 5 tahun setiap
tahun meninggal akibat pneumonia di seluruh dunia. Kejadian tersebut melebihi dari
penyakit AIDS, malaria dan TBC jika dikelompokkan (WHO, 2012). Menurut The United
Nations Children's Fund (UNICEF) pneumonia menyumbang hampir seperlima kematian
anak di dunia dan 2 juta anak balita meninggal setiap tahun, mayoritas terjadi di negara
Afrika dan Asia Tenggara (UNICEF, 2004).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan diantaranya:
1. Apapengertian pneumonia?
2. Apatanda dan gejala pneumonia?
3. Bagaimanapenyebab pneumonia?
4. Bagaimanaklasifikasi pneumonia?
5. Bagaimana Pemeriksaan diagnostikpneumonia?
6. Bagaimana cara pengobatan pneumonia?
C. Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini:
1. Untuk mengetahui pengertian pneumonia.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumonia.
3. Untuk mengetahui penyebab pneumonia.
4. Untuk mengetahui klasifikasi pneumonia.
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostikpneumonia.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan pneumonia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam. (Depkes RI, 2002).
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang
menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut
alveoli dipenuhi cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Di dalam
buku Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada
Balita, disebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4)
Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT))
akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya pneumonia bukan
penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada sumber infeksi,
dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia
maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik
terparah muncul pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).

B. Tanda dan Gejala:


Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:
1. Batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, terkadang dapat berwarna kuning hingga
kehijauan) .
2. Nyeri dada (nyeri bisa tajam seperti ditusukatau tumpul dan bertambah hebat jika
penderita menarik nafas dalam atau terbatuk) .
3. Demam tinggi disertai Menggigil
4. Sesak nafas
5. Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai denganadanya darah,sakit kepala,atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab.
6. Gejalalain berupa hilang nafsu makan, mudah merasa lelah,kulit menjadi
pucat,mual,muntah,nyeri sendiatau otot.
Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain:

7. Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri


perut dan diare
8. Pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkanpenurunan
berat badan dan berkeringat pada malam hari.
9. Pada orang tua manifestasi daripneumonia mungkin tidak khas.
10. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala,tetapi padabanyak kasus, mereka hanya
tidur atau kehilangan nafsu makan.
C. Penyebab Peneumonia
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus), protozoa dan jamur.
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau
malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh
jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh
melalui aliran darah. Pada pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-orang dengan
penyakit gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalan tubuh adalah golongan yang
paling berisiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang rentan terinnfeksi penyakit
ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah.
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa Streptococcus pneumonia diidentifikasikan
sebagai agen etiologi pada 34 dari 64 pasien (53%) dan pada 34 dari 43 pasien (79%).
Streptococcus pneumonia adalah pathogen teridentifikasi yang sering ditemukan pada
pasien di segala usia walaupun tidak ada hubungan antara usia dan kemungkinan jenis
darah positif terinfeksi (Wall., et al: 1986).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun
virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar
pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi
terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008). Virus yang menginfeksi paru akan
berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.
c. Mikoplasma
3

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski
memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat
ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering
pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada
yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila dibandingkan dengan
pneumonia pada umumnya. Oleh karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh
mikoplasma yang belum ditemukan ini sering disebut Atypical Pneumonia pneumonia
yang tidak tipikal. Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi saat perang dunia II.
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan Pneumocystitis Carinii pada
jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).
e. Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum, tetapi hal ini mungkin terjadi pada
individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain. patofisiologi dari pneumonia yang
disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri, Pneumonia
yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus

neoformans,

Pneumocystis

jiroveci

dan

Coccidioides

immitis.

Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi, dan


Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
Infeksi bakteri
Streptococcus pneumonia

Infeksi atifikal
Mycoplasma pneumonia

Infeksi jamur
Aspergillus

Haemophillus influenza

LegionellaPneumophillia

Histoplasmosis

Klebsiella pneumonia

Coxiella burnetii

Candida

Pseudomonas aeruginosa

Chlamydia psittaci

Nocardia

gram negatif (E.coli)


Infeksi virus

Infeksi protozoa

Penyebab Lain
4

Influenza

Pneumocytis carinii

Aspirasi

Coxsackie

Toksoplasmosis

Pneumonia lipoid

Adenovirus

Amebiasis

Bronkiektasis

Sinsitial respiratori

Fibrosis kistik

D. Klasifikasi Pneumonia
a. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia, CAP):
pneumonia yang didapatkan di lingkungan masyarakat yaitu terjadinya infeksi di luar
lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di
rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit selama > 14 hari
(Jeremy, 2007).
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang terjadi selama
atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini didapat selama penderita
dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006). Hampir 1% dari penderita yang dirawat di
rumah sakit mendapatkan pneumonia selama dalam perawatannya. Demikian pula
halnya dengan penderita yang dirawat di ICU, lebih dari 60% akan menderita
pneumonia (Supandi, 1992).
c. Pneumonia aspirasi: Pneumonia ini biasanya disebabkan oleh aspirasi isi lambung,
Pneumonia yang terjadi sebagian bersifat kimia akibat reaksi terhadap asam lambung,
sebagian lagi bersifat bakterial akibat organisme yang mendiami mulut dan lambung.
Aspirasi paling sering terjadi sebelum dan sesudah anastesia, para pecandu alcohol,
atau pada pasien yang refleks muntah dan batuknya tertekan.
d. Pneumonia oportunistik: Pneumonia tipe ini menyerang seseorang dengan sistem
kekebalan tubuh yang rendah, sehingga mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur,
dan mikobakteri, selain organisme bakteria lain, misalnya pada pasien HIV-AIDS,
terapi kortikosteroid, kemoterapi, dan pasca transplantasi, organisme penyebabnya
adalah Pneumocystis carinii.

E. Pemeriksaan diagnostik :
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
a. Anamnesis
Mengetahui mekanisme dan keluhan yang sering dirasakan/terjadi pada klien.
1. Batuk

5. Sputum
5

2. Sesak nafas
6. Cepat lelah
3. Demam
7. Bunyi pernafasan abnormal
4. Nyeri dada
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Menggunakan indra penglihatan, memerlukan bantuan cahaya yang baik, dan
pengamatan yang teliti.
1. Demam
3. Pucat
2. Sesak nafas
4. Batuk
Palpasi:
Perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.

digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran.


1. Demam mengigil
2. Kurangnya vocal fremitus
Perkusi:
Dilakukan dengan mengetuk permukaan tubuh dengan tangan pemeriksa.

Didapatkan bunyi pekak pada dada akibat udem pleura


Aukultasi:
Menggunakan indra pendengaran, bisa menggunakan alat bantu (stetoskop)
ataupun tidak. Suara di dalam tubuh dihasilkan oleh getaran udara ( misalnya :

suara nafas ).
1. Didapatkan bunyi nafas crackle
2. Didapatkan bunyi nafas mengi (wheezing)
2. Rontgent
Gambaran yang diperoleh dari hasil rontgent memperlihatkan kepadatan pada bagian
paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Akibatnya fungsi paru terganggu,
penderita mengalami kesulitan bernapas karena tidak tersisa ruang untuk oksigen.
Kelainan yang tampak pada foto rontgent penderita penumonia dapat berupa bercak
putih setempat atau tersebar di sekitar paru ataupun gambaran lainnya terdapat
komplikasi pneumonia.
3. Pemeriksaan Sputum
Pasien yang dicurigai menderita pneumonia, perlu dilakukan pengambilan sputum/
dahak untuk dikultur dan di test resistensi kuman untuk dapat mengetahui
mikroorganisme penyebab pneumonia tersebut.
Pengambilan sputum dapat dilakukan dengan cara :
a. Dibatukkan

atau

didahului

dengan

proses

perangsangan

(induksi)

untuk

mengeluarkan dahak dengan menghirup NaCl 3 %.

b. Dahak dapat diperoleh dengan menggunakan alat tertentu seperti protective brush
(semacam sikat untuk mengambil sputum pada saluran napas bawah ).
Pada penderita pneumonia akan didapatkan lebih dari satu tipe organisme , seperti
Diplococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, A.hemolytic streptococcus, dan
Hemophilus influenzae.
4.Pemeriksaan Darah Lengkap ( Complete Blood Count CBC)
Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood
count WBC) rendah pada infeksi virus ( Somantri, 2007). Pada penderita pneumonia
umumnya, jumlah leukosit (sel darah putih ) dapat melebihi batas normal yaitu
10.000/mikroliter .
5. Pemeriksaan Fungsi Paru-paru
Penderita pneumonia akan menunjukkan volume pernapasan mungkin menurun
(kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas
pemenuhan udara menurun, hipoksemia.
6. Pemeriksaan sorologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus.
F. Pengobatan
1. Non Farmakologi:
a. Menjaga pola makan (mengkonsumsi makanan bersih dan sehat).
b. Menjaga pola hidup sehat (menjaga agar rumah dan lingkungan tetap bersih dan
terawat).
c. melakukan olah raga secara rutin seperti lari pada pagi hari (jogging).
2. Farmakologi
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, kepada penyakitnya
yang tidak terlalu berat, bisa diberika antibiotik per oral (lewat mulut). Penderita anak
yang lebih besar dan penderita dengan sesak napas atau dengan penyakit jantung atau
paru-paru lainnya, harus dirawat dan diberikan antibiotik melalui infus, mungkin perlu
diberikan bantuan oksigen ataupu alat bantu nafas mekanik (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia biasanya diobati dengan antibiotik, tetapi ini hanya efektif bila
pneumonia disebabkan oleh bakteri-tidak efektif untuk melawan virus. Pemilihan
antibiotik tergantung pada tipe bakteri.
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman. Peresepan
antibiotika untuk pasien yang tidak membutuhkan dapat mengakibatkan resistensi
(Setiabudy, 2007).

Daftar nama kuman penyebab pneumonia dan terapi empiris antibiotika yang digunakan:
Farmakologi Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Agen Penyebab

Antibiotik yang

Pilihan Antibiotik Lain

digunakan
Bakteri:

Penisilin G atau

Sefalosporin:

S. pneumonia

sefazolin, sefuroksim,
sefotaksim, seftizoksim,
seftriakson, sefalosporin oral

H. influenzae

Sefalosporin

Tetrasiklin;

generasi kedua

betalaktam- betalaktamase,

atau ketiga,

fluorokuinolon,

klaritromisin,

kloramfenikol

azitromisin,
trimetoprinulfametoksazol
Nafsilin /

Sefazolin atau sefuroksim,

oxasillin dengan

vankomisin, klindamisin,

atau tanpa

trimetoprin-

rimfapisin atau

sulfametoksazol,

Enterobakteriaceae

gentamisin
Sefalosporin

fluorokuinolon
Aztreonam,imipenem,

(E.coli,Klebsiella,Proteus,Enterobac

generasi ke dua

betalaktam-betalaktamase

ter)

atau ketiga

S. aureus

dengan/tanpa
aminoglikosida
Salah satu jenis Obat:
Antibiotik yang di gunakan:
1. Benzilpenisilin (Penisilin G)
Benzilpenisilin: penisilin G bersifat bakterisid terhadap kuman Gram-positif
(khususnya cocci) dan hanya beberapa kuman negatif. Penisilin G tidak tahan-asam,
maka hanya digunakan sebagai injeksi i.m atau infus intravena. Ikatan dengan protein
plasma lebih kurang 60%; plasma t nya sangat singkat, hanya 30 menit dan kadar
darahnya cepat menurun. Eksresinya berlangsung sebagian besar melalui transport aktif

tubuler dari ginjal dan dalam keadaan utuh. Aktivitas penisilin G masih dinyatakan
dalam Unit Internasional (UI) (Tjay, 2007)
Indikasi

: infeksi ternggorokan, oritis media, strepkokis, endokrditis, meningkokus


meningitis, pneumonia, profilaksis amputasi pada lengan atau kaki.

Peringatan: riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal


Kontraindikasi: hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin
Efek samping: reaksi alergi berupa urtikariam, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopenia, trombositopenia, syok anafilaktik pada pasien yang alergi.
Diare pada pemberin oral.
Dosis:
Dewasa : 500-750 mg tiap 6 jam
Anak :
- < 1 tahun: 62,5 mg
- 1- 5 tahun: 125 mg
- 6-12 tahun: 150 mg
Pemakaian : 4 x/ hari (tiap 6 jam)
Sediaan : Tab 250 mg, 500 mg

Injeksi Intravena lambat, intramuskular atau infus : 1,2 g/hari dalam dosis terbagi

4, jika diperlukan dapat ditingkatkan 2,4 g/hari atau lebih


Bayi prematur dan neonatal : 50 mg/kg dalam dosis terbagi 2 : Bayi 1-4
minggu:75mg/kg/hari, dalam dosis terbagi 3 ; Anak 1-12 tahun : 100mg/kg/hari

dalam dosis terbagi 4 (dosis lebih tinggi mungkin dibutuhkan)


Endokarditis bakterialis: infus atau injeksi intravena lambat 7,2 gram/hari dalam

dosis terbagi 4-6.


Meningitis mengokokus: injeksi intravena lambat atau infus 2,4 gram setiap 4-6
jam; Bayi Prematur dan Neonatal: 100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2; Bayi 1-4
minggu: 75 mg/kg/hari, dalam dosis terbagi 3; Anak 1-12 tahun: 180-300
mg/kg/hari, dalam dosis terbagi 4-6. PENTING: Jika diduga menderita penyakit
meningokokus, dokter dianjurkan untuk memberikan injeksi tunggal benzilpenisilin
secara i. M atau i.v sebelum membawa pasien ke Rumah sakit. Dosis yang sesuai
Dewasa 1,2 g; Bayi 300 mg; Anak sampai 9 tahun 600 mg; 10 tahun ke atas sama
dengan dewasa. Pemberian injeksi intratekal tidak dianjurkan
9

Sediaan Beredar
Benzatin penisilin G (Generik) serbuk inj. 1,2 UI/vial, 2,4 UI/vial (K).
Prokain penisilin G Meiji (Meiji Indonesia) serbuk inj. 3 juta UI/vial (K).
Penadur LA (Sunthi Sepuri) serbuk Inj. 1.200.000 UI/vial. 2.400.000 UI/vial (K).
Pilihan Antibiotik Lain
2. Sefalosporin
Sefalosporin merupakan antibiotika betalaktam dengan struktur, khasiat, dan sifat
yang banyak mirip penisilin, tetapi dengan keuntungan-keuntungan antara lain spektrum
antibakterinya lebih luas tetapi tidak mencakup enterococci dan kuman-kuman anaerob
serta resisten terhadap penisilinase, tetapi tidak efektif terhadap Staphylococcus yang
resisten terhadap metisilin (Istiantoro, 2007; Elin, 2008). Seperti antibiotik Betalaktam
lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis
dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptida tahap ketiga dalam
rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram
positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Sefalosporin generasi kedua: Sefaklor, sefamandol, sefmetazol, sefuroksim.
Dibandingkan dengan generasi pertama, sefalosporin generasi kedua kurang aktif
terhadap bakteri gram positif, tetapi lebih aktif terhadap gram negatif, misalnya H.
Influenza, E. Coli, dan Klebsiella. Golongan ini tidak efektif terhadap kuman anaerob.
Sefuroksim dan sefamandol lebih tahan terhadap penisilinase dibandingkan dengan
generasi pertama dan memiliki aktivitas yang lebih besar terhadap H. Influenzae dan N.
Gonorrheae (Tjay, 2007; Elin, 2008).
Sefalosporin generasi ketiga: sefoperazon, sefotaksim, seftriakson, sefiksim,
sefodoksim, sefprozil. Golongan ini umumnya kurang efektif terhadap kokus gram
positif dibandingkan dengan generasi pertama, tapi jauh lebih aktif terhadap
Enterobacteriaceae termasuk strain penghasil penisilinase (Elin, 2008). Aktivitasnya
terhadap gram negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan
Bacteroides, khususnya seftazidim (Tjay, 2007).
Sefaklor (Sefalosporin generasi kedua)
1. Indikasi
Berguna untuk mengobaatan infeksi: otitis media, infeksi saluran pernafasan,
infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran kemih dan
2.

ginekologik, septicemia.
Kerja obat

10

Berikatan dengan membrane sel bakteri, menyebaokan kematian sel. Efek


terapeutik: bersifat bakterisida terhadap organisme yang rentan. Spectrum: berbagai
bakteri kokus gram positif termasuk: Streptococcus pneumoiae, streptokokus
betahemolitik group A, stafilokokus penghasil penisilinase. Peningkatan aktifitas
terhadap pantogen gram negatif yang penting, termasuk: Haemophilus influenza,
Asinetobakter, Enterobakter, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Neisseria
gonorrhea (termasuk jenis yang memperoduksi penisilinase), providemia, protcus,
seratia. Tidak aktif terhadap stafilokokus resisten metisilin , enterokokus.
3. Farmakokinetik
Adsorpsi: diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral.
Distribusi: diditribusi secara luas penertasi ke CSS buruk. Menembus placenta dan
memasuki ASI dalam kosentrasi rendah.
Metabolisme dan Ekskresi: terutama diekskresi oleh ginjal tanpa mengalami
perubahaan.
Waktu Paruh: 0,6 - 0,9 jam (semakin lama pada ginjal yang rusak).
4. Kontra indikasi dan perhatian
Dikontraindikasikan pada: hipersensitivitas terhadap sefalosfori, hipersensitivitas
yang serius terhadap penisilin.
Gunakan secara hati - hati pada: kerusakan ginjal (diperlukan pengurangan dosis
jika kerusakan parah), kehamilan dan laktasi (keamanan penggunaan belum
ditetapkan tetapi sudah dilakukan dalam bedah obstetrik).
5. Reaksi merugikan dan efek samping.
GI: Mual, muntah, kram, diare, kolitis pseudomembranosa.
Derm: ruam, urtikaria.
Hemat: diskrasia darah, anemia hemolitik.
Lain lain: superinfeksi, reaksi alergik termasuk anafilaksis, dan serum sickness.
6. dosis
Sefaklor
(Dewasa): 250 -500 mg tiap 8 jam
(Anak anak) dosis digandakan pada infeksi berat, maksimum 4 g per hari; Bayi di
atas 1 bulan; 20 mg/kg/hari diberi dalam tiga dosis, maksimum 1 g/hari. Bayi
berusia 1 bulan-1 tahun; 62,5 mg tiap 8 jam. Anak berusia 1-5: 125 mg. Diatas 5
tahun: 250 mg.
Dalam dosis terbagi tiap 8 -12 jam.
7. Sediaan
Kapsul: 250 mg, 500 mg
Suspensi oral: 125 mg/5 ml, 187 mg/5 ml, 375 mg/5 ml
Farmakologi Pneumonia yang Disebabkan oleh Infeksi Atipikal
11

Agen Penyebab

Antibiotik yang

Pilihan Antibiotik Lain

Tanggapan

digunakan
Legionella

Eritromisin dengan

Klaritromisin atau

atau tanpa rifampin

azitromisin,

siprofloksasin

rifampin,
doksisiklin dengan

Mycoplasma

Doksisiklin,eritromisi

rifampin, ofloksasin
Klaritromisin

pneumoniae

atau azitromisin,

Selama
1-2 minggu

rifampin,siprofloksasin
Chlamydia

Doksisiklin,eritromisi

atau ofloksasin
Klaritromisin atau

pneumoniae

azitromisin,Siprofloksasi

Doksisiklin

n atau ofloksasin
Eritromisin,kloramfenikol

Chlamydia

Selama
1-2 minggu

psittaci
Salah satu jenis Obat:
Antibiotik yang di gunakan:
1. Erythromycin (Eritromisin)
Memiliki spektrum antibakteri yang hampir digunakan sama dengan penisilin,
sehingga obat ini digunakan sebagai alternatif pengganti penisilin (Elin, 2008).
Eritromisin bersifat bakteriostatis terhadap bakteri gram-positif. Mekanisme kerjanya
melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya
dirintangi. Absorpsinya tidak teratur, agak sering menimbulkan efek samping saluran
cerna, sedangkan masa paruhnya singkat, maka perlu ditakar sampai 4 x sehari.
Eritromisin merupakan pilihan pertama khususnya pada infeksi paru-paru dengan
Legionella pneumophila dan Mycoplasna pneumonia. Eritromisin menyebabkan mual,
muntah, dan diare. Dosis: oral 2-4 dd 250-500 mg pada saat perut kosong selama
maksimal 7 hari (Tjay, 2007; Elin, 2008).
Komposisi :

Kapsul : Tiap kapsul mengandung Eritromisin

Stearat yang setara dengan 250 mg Eritromisin.

Kaplet salut selaput : Tiap kaplet salut selaput mengandung Eritromisin Stearat yang
setara dengan 500 mg Eritromisin.
12

Tablet kunyah : Tiap tablet kunyah mengandung Eritromisin Etilsuksinat yang setara
dengan 200 mg Eritromisin.

Sirop kering : Setelah penambahan air minum.tiap 5 ml mengandung Eritromisin


Etilsuksinat yang setara dengan 200 mg Eritromisin.

Cara Kerja Obat


Eritromisin bekerja dengan cara menghambat sintesa protein tanpa mempengaruhi
sintesa asam nukleat. Pada pemakaian per oral Eritromisin cepat diabsorpsi. terutama
bila perut kosong, Setelah diabsorpsi, Eritromisin terdifusi ke dalam cairan tubuh dan
akan dicapai kadar terapi yang efektif dari Eritromisin dalam darah selama 6 jam.
Indikasi :

Infeksi saluran pernapasan bagian atas ringan sampai sedang yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes (Streptococci p-Hemolitik Group A), Streptococcus pneumonlae
(Diplococcus pneumoniae), Haemophilus influenzae.

Infeksi saluran pernapasan bagian bawah ringan sampai agak berat yang disebabkan
oleh Streptococcus pyogenes (Streptococci p-Hemolitik Group A), Streptococcus
pneumoniae (.Diplococcus pneumoniae).

Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae.

Pertusis yang disebabkan oleh Bordetella pertussis.

Infeksi kulit don jaringan lunak ringan sampai agak berat yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus.
Kontra-Indikasi
Hipersensitif terhadap Eritromisin.
Efek Samping

Gangguan pada saluran pencernaan seperti mual. muntah, diare.

Reaksi-reaksi kepekaan seperti urtikaria, ruam kulit, reaksi anafilaksis dapat terjadi
pada penderita yang hiper-sensitivitas.

Pengobatan dalam jangka waktu lama mungkin menimbulkan superlnfeksi

Kadang-kadang terjadi gangguan pendengaran jika digunakan pada dosis besar,


penderita gagal ginjal atau penderitd lanjuf usia.

Pernah dilaporkan terjadi kolitis pseudomembran.


13

Perhatian :

Eritromisin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan penderita dengan
ganggudn fungsi hati.

Penggunaan jangka panjang atau berulang-ulang dapat menyebabkan pertumbuhan


yang berlebihan dari bakteri yang tidak peka atau fungi.

Bila terjadi superinfeksi hentikan penggunaan dan ganti dengan pengobatan yang
sesuai.

Hatl-hati pemberian pada ibu yang menyusui karena Eritromisin diekskresikan ke


dalam ASI.

Hati-hati pemberian pada penderita gangguan ginjal.


Interaksi Obat :

Teofilin: mengurangi bersihan dan meningkat-kan level serum teofilin, terutama pada
dosis besar.

Karbamazepin: meningkatkan toksisitas karba-mazepin.

warfarin/antikoagulan oral: dapat memper-panjang waktu pembentukan protrombin


dan kemung-kinan perdarahan.

Digoksin: meningkatkan level serum digoksin.


Dosis :

Anak-anak sampai 20 kg: 30-50 mg/kg berat badan/hari dibagi dalam jumlah yang
sama tiap 6 jam.

Dewasa dan anak-anak diatas 20 kg: 1 kapsul ERY,250 tiap 6 jam atau 1 kaplet
Eritromisin 500 tiap 12 jam (sebaiknya sebelum makan).
Pilihan Antibiotik Lain
1. Clarithromycin / Klaritromisin
klaritromisin merupakan derivat dari eritromisin. Memiliki sifat farmakokinetik yang
jauh lebih baik dibandingkan eritomisin, antara lain resorpsinya dari usus lebih tinggi
karena lebih tahan asam, begitu pula daya tembus ke jaringan dan intra-seluler. Makanan
memperburuk resorpsinya, maka sebaiknya diminum pada saat perut kosong (Tjay,
2007).
Komposisi / Kandungan
Abbotic 500 mg Tiap tablet mengandung klaritromisin 500 mg.
14

Abbotic Sirup 125 mg/5 ml Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung klaritromisin 125
mg.
Cara Kerja Obat
Clarithromycin (Klaritromisin) adalah antibiotik yang bekerja menghambat sisntesis
protein dengan cara mengikat ribosom subunit 50s dari bakteri yang sensitif.
Klaritromisin efektif terhadap bakteri (yang peka) seperti Streptokokus, Stafilokokus, B.
catarrhalis, Legionelle spp, C. trachomatis dan U. urealyticum.
Indikasi / Kegunaan
Indikasi Abbotic adalah :

Infeksi saluran pernapasan,

Otitis media akut,

Infeksi kulit dan jaringan kulit.


Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap komponen obat Abbotic.

Penderita yang mendapatkan terapi terfenadine yang disertai kelainan jantung atau
gangguan elektrolit.

Hindari pemberian Abbotic bersamaan dengan cisapride, pimozide, terfenadine, dan


astemizole.
Dosis Dan Aturan Pakai
Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai Abbotic. Dosis yang
umum adalah:

Dewasa: Dewasa 250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat dapat
ditingkatkan menjadi 500 mg tiap 12 jam dapat sampai selama 14 hari.

Anak : berat badan < 8 kg 7,5 mg 2x/hari


8-12 kg (1-2 tahun) 62,5 mg 2x/hari
12-19 kg (3-6 tahun) 125 mg 2x/hari
20-29 kg (7-9 tahun) 187,5 mg 2x/hari
30-40 kg (10-12 tahun) 250 mg 2x/hari

Efek Samping
Efek samping Abbotic yang dapat terjadi adalah diare, mual, nyeri perut, rasa tidak
nyaman pada perut, dyspepsia, dan sakit kepala.
Interaksi Obat

Teofilin
15

Karbamazepine

Peringatan Dan Perhatian

Hati-hati penggunaan Abbotic pada kehamilan dan menyusui.

Hati-hati penggunaan Abbotic pada penderita gangguan fungsi hati atau ginjal.
Farmakologi Pneumonia yang Disebabkan oleh Infeksi Virus

Agen Penyebab
Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:

Respiratori syncial virus (RSV)


Hantavirus
Virus influenza
Virus parainfluenza
Adenovirus
Rhinovirus
Virus herpes simpleks
Sitomegalovirus.

Obat yang digunakan


Obat antivirus (misalnya amantadin dan
rimantadin, untuk virus influenza tipe

A), terutama pada bayi dan anak-anak.


Untuk pneumonia karena virus herpes
dan cacar air bisa diberikan acyclovir.

Salah satu jenis Obat:


Amantadine dan Rimantadine
Amantadine dan Rimantadine merupakan antivirus yang berguna sebagai profilaktik.
Efektif dalam mencegah infeksi influenza dan juga dalam pengobatan parkinson.
Merupakan amin trisiklis yang efektif terhadap virus RNA.
Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya
terbatas hanya pada influenza A saja.
Mekanisme kerja: Amanatadin dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja
pada protein M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal
M2 merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses uncoating. Hal ini
menyebabkan destabilisasi ikatan protein serta proses transport DNA virus ke nucleus.
Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH kompartemen intraseluler, terutama
aparatus Golgi.
Resistensi: Influenza A yang resisten terhadap amantadin dan rimantidin belum
merupakan masalah klinik, meskipun beberapa isolate virus telah menunjukkan
tingginya angka terjadinya resistensi tersebut. Resistensi ini disebabkan perubahan
satu asam amino dari matriks protein M2, resistensi silang terjadi antara kedua obat.
Indikasi: Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A ( Amantadin juga
diindikasi untuk terapi penyakit Parkinson ).
16

Farmakokinetik: Kedua obat mudah diabsorbsi oral. Amantadin tersebar ke seluruh


tubuh dab mudah menembus ke SSP. Rimantadin tidak dapat melintasi sawar darahotak sejumlah yang sama. Amantadin tidak dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan
melalui urine dan dapat menumpuk sampai batas toksik pada pasien gagal ginjal.
Rimantadin dimetabolisme seluruhnya oleh hati. Metabolit dan obat asli dikeluarkan
oleh ginjal.
Dosis: Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk
penggunaan oral. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2 x 100 mg
kapsul). Rimantadin diberikan dalam dosis 300 mg per hari ( 2 x sehari 150 mg
tablet). Dosis amantadin harus diturunkan pada pasien dengan insufisiensi renal,
namun rimantadin hanya perlu diturunkan pada pasien dengan klirens kreatinin 10
ml/menit.
Efek samping: Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi,
insomnia, hilang nafsu makan. Rimantadin menyebabkan reaksi SSP lebih sedikit
karena tidak banyak melintasi sawar otak darah. Efek neurotoksik amantadin
meningkat

jika

diberikan

bersamaan

dengan

antihistamin

dan

obat

antikolinergik/psikotropik, terutama pada usia lamjut.


Farmakologi Pneumonia yang Disebabkan oleh Infeksi Jamur
Agen Penyebab
1.Histoplasma capsulatum, menyebabkan

histoplasmosis

Obat yang digunakan


diobati dengan obat anti-jamur,
seperti itrakonazol, flukonazol dan

2.Coccidioides immitis, menyebabkan

koksidiomikosis
3.Blastomyces dermatitidis, menyebabkan

amfoterisin B.
Tetapi penderita

AIDS

dan

gangguan sistem kekebalan tidak


akan sembuh

blastomikosis.
Infeksi jamur yang lainnya terjadi terutama
pada penderita gangguan sistem kekebalan.
4.Kriptokokosis yang disebabkan oleh
Cryptococcus neoformans
5.Aspergilosis yang disebabkan oleh
Aspergillus
6. Kandidiasis yang disebabkan oleh Candida

Salah satu jenis Obat:


17

Amfoterisin B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi Streptomyces nodosus.
Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat padamembran sel jamur
sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan
menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.
Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan
reseptor sterol pada membran sel.

Farmakokinetik
Dalam hal absorbsi obat ini sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.Waktu
paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua
dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah
beberapa bulan setelah pemberian. Dalam hal ekskresi obat ini melalui ginjal
berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah yang diberikan.

Efek Samping
a. Infus: kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia,
nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
b. 50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan
menggigil.
c. Flebitis (-) menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.
d. Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai pemberian kalium.
e. Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama
flusitosin.

Indikasi
a. Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis,
kromoblastomikosis dan kandidosis.

b.

Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.

c.

Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.

Sediaan
Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk

Dosis

18

a. Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang
dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6
mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.
b. Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur,
pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4
bulan.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang
menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut
alveoli dipenuhi cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Di dalam
buku Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada
Balita, disebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4)
Gejala-gejala yang biasa ditemukan pada penyakit pneumonia: Batuk berdahak
(dahaknya seperti lendir, terkadang dapat berwarna kuning hingga kehijauan), nyeri dada
(nyeri bisa tajam seperti ditusuk atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik
nafas dalam atau terbatuk), demam tinggi disertai Menggigil, Sesak nafas. Orang dengan
pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala, atau mengeluarkan
banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, mudah merasa
lelah, kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot.
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus,
mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus), protozoa dan jamur.
B. Saran
Dengan

mengetahui

penyakit

pneumonia,

gejala,

pengobatan,

pemeriksaan

diagnostik, pengobatan non farmakologi dan farmakologi maka diharapkan pembaca dapat
menjaga kesehatan dengan baik, karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Dan dengan membaca tentang makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang penyakit pneumonia.

19

20

You might also like