You are on page 1of 6

Pengertian Pancasila Sebagai Filsafat

Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat


dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf
Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa
diperbarui sesuai dengan permintaan rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila
berbeda dari waktu ke waktu.

Makna Sila Pertama pada Pancasila


Tuhan adalah causa prima/sebab yang pertama , karena tidak tergantung
pada siapa pun atau pada apapun juga. Dia adalah yang mutlak, seluruh alam
semesta adalah ciptaannya. Yang Maha Esa adalah yang satu atau maha tunggal.
Esa dalam dzatnya, budinya, kehendaknya, adanya, adanya adalah hakekatnya
Tuhan bukan suatu compositum seperti manusia yang terdiri atas jiwa dan badan,
maka tidak ada yang menyamainya.
Dalam negara Indonesia yang memiliki diferensasi agama, mereka tetap
mempercayai bahwa Tuhan mereka masing - masing adalah yang paling agung,
dengan sifat yang mutlak.

Pembuktian Adanya Tuhan yang Maha Esa


A. Sebab akibat
Kalau ada akibat pasti ada sebabnya, dengan adanya dunia dan segala isinya
merupakan suatu akibat. Pasti ada sebab yang menimbulkan adanya dunia ini, yaitu
sebab yang pertama Tuhan yang maha Esa.
B. Adanya Suara hati
Sesuatu yang bersifat transendental ( Sesuatu yang mengungguli struktur
alam jasmani, mengatasi waktu dan tempat ) atau relatif transendental berasal dari
sesuatu yang absolut transendental padahal suara hati bersifat relatif relative
transendental. Jadi suara hati berasal dari sesuatu yang absolut transendental yaitu
Tuhan yang Maha Esa.

C. Pengakuan Sesuatu yang di Agungkan


Setiap suku bangsa di Indonesia mengakui adanya suatu realitas yang maha
tinggi, dengan sebutan yang bermacam-macam seperti : Tuhan, Allah, Gusti, Hyang
Widi, Sang Widi Wasa, Pangeran dan sebagainya. Padahal keseluruhan suku-suku
bangsa itu merupakan bangsa Indonesia. Jadi bangsa Indonesia mengakui adanya
realitas yang maha tinggi.
D. Adanya hidup di dunia ini
Dengan manusia dapat hidup di dunia ini, merasakan berbagai hal yang
dapat kita nikmati adalah pada dasarnya merupakan hasil penciptaan atas Tuhan
yang Maha Esa. Dengan meyakini ini maka kita mengakui bahwa hanyalah Tuhan
yang Maha Esa yang dapat menghidupkan segala zat.
E. Adanya Pranata tertib dalam alam semesta
Dengan mengagungkan Tuhan, dan mempunyai rasa patuh serta takut.
Sesungguhnya manusia pada umumnya merasa dan meyakini bahwa Tuhan itu
memanglah maha tinggi, dan yang paling agung. Karena tidak ada ketakutan yang
lebih takut dari pada berdosa atas segala pelanggaran yang dilarang Tuhan YME.
Oleh karena itu manusia dapat berperilaku dan bernorma tertib karena ada anjuran
serta larangan yang berlaku.

Hakikat Landasan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, yang nilai-nilainya
telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat
istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian sila Ketuhanan yang
Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sebagai kausa materialis.
Makna yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya
adalah Ketuhanan.
Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan adalah hubungan
sebab-akibat yang tidak langsung melalui manusia sebagai pendukung pokok
Negara. Maka sesuai dengan makna yang terkandung dalam sila pertama bahwa
adanya Tuhan bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah menjadi suatu
keyakinan, sehingga adanya Tuhan bukanlah persoalan. Adanya tuhan adalah dalam
kenyataannya secara objektif ( ada dalam objektivanya ).

Landasan Filosofis Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia merupakan sumber nilai
bagi pelaksanaan penyelenggaraan Negara secara kongkrit, oleh karena itu inti isi
sila pertama yang a ide-ide abstrak umum universal harus sesuai dengan praktek
penyelenggaraan Negara, moral penyelenggara Negara dan juga penjabaran dalam
tertib hukum Indonesia. Pengetahuan tentang adanya Tuhan ini telah banyak
dibuktikan secara rasional dengan beberapa argumentasi, yaitu :
Bukti adanya Tuhan secara ontologis yang berpendapat bahwa adanya segala
sesuatu di dunia tidak berada karena dirinya sendiri, melainkan karena sesuatu
yang disebut ide. Ide ini berada di luar segala sesuatu termasuk alam semesta, dan
sebenarnya kenyataan yang sebenarnya adalah ide-ide tersebut. Maka yang
dimaksud ide yang tertinggi adalah Tuhan sebagai kausa prima.
Bukti adanya Tuhan secara kosmologis yang berpendapat bahwa alam
semesta (termasuk manusia ini ) diciptakan oleh Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi
di alam semesta ini mempunyai hubungan sebab-akibat, sebab sesuatu disebabkan
oleh sebab yang lain. Misalnya rentetan hubungan anak dengan orang tuanya,
orang tuanya disebabkan oleh kakek dan neneknya, dan begitu seterusnya.
Sehingga rangkaian sebab akibat tersebut sampailah pada suatu sebab yang tidak
disebabkan oleh yang lain yang disebut sebab pertama ( kausa prima )
Bukti adanya tuhan secara Teleologis yang berpendapat bahwa alam diatur
menurut sesuatu tujuan tertentu Dengan lain perkataan alam ini dalam
keseluruhannya berevolusi dan beredar kepada suatu tujuan tertentu. Bahagianbahagian dari alam ini mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya
dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Maka dapatlah
disimpulkan bahwa ada suatu dzat yang menentukan tujuan tersebut, yaitu Tuhan
Bukti adanya Tuhan Secara Psikologis. Pembuktian ini berdasarkan pada
suatu kenyataan bahwa kita memiliki suatu pengertian atau gagasan tentang Tuhan
sebagai sesuatu yang sempurna, lalu kita mencoba untuk menerangkan asal mula
gagasan tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu masalahnya
bagaimana kita caranya untuk memperoleh gagasan tersebut. Gagasan diperoleh
dari jenis pengalaman-pengalaman tertentu atau diperoleh dari gagasan-gagasan
yang lain yang digabungkan, diperbandingkan dan sebagainya.

Hakikat Ketuhanan yang Maha Esa dalam Etika


Pancasila
Peranan etika pancasila di dalam unsur ketuhanan ialah mempunyai peranan
penting dalam pembentukan manusia Indonesia yang utuh. Hal ini terbukti dari

putusan rapat Badan pekerja tanggal 29 Desember 1947 yang menekankan agar
agama mendapat tempat teratur ddan saksama, sedangkan madrasah serta
pesantren hendaknya mendapat perhatian. Realisasinya diatur dengan peraturan
bersama menteri pendidikan, pengajaran, dan Kebudayaan dan menteri agama di
tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan. Dengan melalui pendidikan agama
diharapkan setiap siswa dan mahasiswa dapat mendalami dan mengamalkan
agamanya masing-masing. Dengan melalui pendidikan agama diharapkan bahwa
siswa dan mahasiswa dapat memahami nilai-nilai luhur dan moral yang terkandung
di dalam agamanya masing-masing. Melalui pendidikan agama manusia Indonesia
yang utuh diharapkan akan memiliki sifat berketuhanan. Dalam rangka pendidikan
di Indonesia unsur Ketuhanan telah mendapat perhatian dan tempat sebagaimana
mestinya.

Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Setelah melakukan beberapa perundingan, Bung Hatta, selaku anggota PPKI,
dengan bijaksana merumuskan sila petama pancasila dengan frasa Ketuhanan Yang
Maha Esa. Karena terminologi Ketuhanan jauh lebih luas, dapat merangkum segala
penyebutan Sang ada pada tiap-tiap agama yang berbeda. Maknanya akan menjadi
kerdil kata seandainya kita coba telaah dalam satu sudut pandang (dogma) agama
tertentu saja.
Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara
hak-hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada
martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.
Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk
sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya.
Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Bangsa
Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana
pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi
pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan
sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama
yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran
agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain.

Rincian makna:
1.

Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2.

Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk

salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing.


3.

Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau

memaksa seseorang pindah dari satu agama ke agama yang lain.


4.

Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluas-luasnya kepada semua

umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
5.

Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan beriman kepada Tuhan Yang

Maha Esa.
1.

Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan

yang Maha Esa


2.

Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah

menurut agamanya.
3.

Tidak memaksa warga negara untuk beragama.

4.

Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.

5.

Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah

menurut agamanya masing-masing.


6.

Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga

negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

Pengamalan Sila Ketuhanan yang Maha Esa

1.

Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang


adil dan beradab.
2.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk

agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
3.

Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa


4.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah

yangmenyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.


5.

Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah

sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing.


6.

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa kepada orang lain.

You might also like