Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Pangan Dan Gizi Edisi Vol 1 No 2 TH 2010
Jurnal Pangan Dan Gizi Edisi Vol 1 No 2 TH 2010
Jurnal Pangan Dan Gizi Edisi Vol 1 No 2 TH 2010
02 Tahun 2010
ABSTRACT
One of the food as an option in the menu diet is soy-based food. Study at diabetic mice treated with bran oil
diet improved insulin sensitivity. Whether the effect of bran, tempeh flour, rice bran and tempeh mixture of
blood sugar profiles in Wistar rats fed alloxan. This study aims to determine the effect of blood glucose
profile after administration of bran, tempeh flour, rice bran and tempeh mixture in mice that had been given
alloxan. The study was a randomized experimental laboratory using pre post test design with control group.
Number of rats 6 tails for each group (3 groups of treatment and 1 control group) so that the overall sample
sum was 24 rats. Results of study the Through of post hoc test showed that differences in blood sugar levels
every week in all three treatment groups when compared with the control group was statistically significant
(p = 0.000, p = 0.000, p = 0.000). Tempeh group as compared with mixed groups differences in blood sugar
levels in 3 weeks was not significant (p = 0.491, p = 0.764, p = 0.319). Rice bran group than the group
differences in levels of sugar mixture in 3 weeks was not significant (p = 0.374, p = 0.297, p = 0.093).
Tempe rice bran group than the group differences in blood sugar levels at 3 weeks was not significant (p =
1.000, p = 0.993, p = 0.954). The substitution tempeh flour, rice bran, and mix both in diabetic rats by 50%
of daily food intake can lower blood sugar levels every week compared to untreated mice.
Key words: soybean, rice bran, blood sugar levels, diabetic.
PENDAHULUAN
WHO
memprediksi
kenaikan
jumlah
hepatik trigliserida.
DM
dengan
pengaturan
diet
tidak
bahan
makanan
berbasis
kedelai
lemak,
serat,
isoflavone.
dan
Beberapa
phitochemical
penelitian
termasuk
mengenai
penelitian
melalui
beberapa
mekanisme
yang
belum
ini
adalah
24
ekor.
Untuk
reseptor PPAR.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimental
pre
kontrol
Pemeliharaan
coba
Percobaan,
tidak tersisa.
post
test
dengan
dan
kelompok
intervensi
Universitas
hewan
Muhammadiyah
berventilasi
cukup,
dikandangkan
secara
pembersihan kandang.
Kriteria
2
Pati jagung
Kasein
Sukrosa
Minyak kedelai
Serat
Campuran mineral
Campuran vitamin
Kholin bitartrat
L-sistin
Serbuk bekatul
Serbuk tempe
Total(g)
Total (kal)
Pakan
standart
AIN 93
620,69
140
100
40
50
35
10
2,5
1,8
-
Perlakuan 1
998,38
3346,40
Perlakuan 3
310
310
310
70
70
70
50
50
50
20
20
20
25
25
25
17,5
17,5
17,5
5
5
5
1,25
1,25
1,25
0,9
0,9
0,9
499,19
249,6
499,19
249,6
998,84
998,84
998,84
3045,9
2417
2731,5
serum. Kemudian untuk pemeriksaan kadar gula,
Perlakuan 2
yang telah
berdasarkan
perlakuan,
diberi
dikelompokkan
kode
dan
1. Analisis
deskriptif
dengan
menampilkan
pada
250
200
150
Tempe
100
Bekatul
50
Campuran
Kontrol
3.
Pre
Alloxan
65
58,1
71,5
116,6
Post
alloxan
209,8
193,1
206,3
199,8
Minggu 1
perlakuan
131,1
117,5
97,8
195,1
Minggu 2
perlakuan
110,8
103,8
88,8
196,3
Minggu 3
perlakuan
94,6
93
61,5
193.8
Minggu 1
Mean
Kontrol
Tempe
Bekatul
Campuran
6
6
6
6
-4.7
-78.7
-75.7
-109.0
Minggu 2
SD
Mean
3.3
37.5
36.1
21.1
-3.5
-99.0
-89.3
-118.0
Minggu 3
SD
12.9
32.7
28.3
16.8
Mean
-6.0
-115.0
-100.0
-145.0
SD
13.2
31.9
33.1
14.2
Berdasarkan
ketiga
deskripsi
mean
Untuk
mengetahui
perbedaan
Kontrol
-6.0
Tempe
-115.1 31.9
4, 5, 6.
Bekatul
-100.1 33.0
Campuran 6
-144.8 14.1
13.1
34.65
<0.001
Kelompok N
Mean
SD
Kontrol
-4.6
3.2
14.69
<0.001
Tempe
-78.6
15.3
Bekatul
-75.6
14.7
Campuran
-108.5
8.6
-3.5
12.8
Tempe
-99.0
13.3
Bekatul
-89.3
11.5
-117.5
6.8
Campuran 6
26.51
dengan
perlakuan
tempe
tidak
<0.001
hasil
5
penelitian
Retnaningsih
(2001)
yang
campuran selama 3
pada
masing-masing
penelitian
Retnaningsih
(2001)
yang
sebesar
54,9%,
51,8%,
dan
yang
kemudian
menyebabkan
terjadinya
dapat
sehingga
menghidrolisis
mengembalikan
fungsi
meningkatkan
karbohidrat
sel
pankreas
sekresi
insulin,
menjadi
gula
kadar
memperlambat
penyerapan
karbohidrat
mempunyai
gula
darah
setiap
miggu
kemudian
perlakuan
mengandung
dan
polisakarida
pengosongan
pectin,
ini
indeks
galactomannans
memperlambat
tempe,
bekatul,
dan
campuran.
glukosa.
campuran
Hasil
tempe
tidak
oleh
(2006)
yang
tocotrienol
meningkatkan
diberi bekatul.
Chen
dan
dalam
ini
perlakuan
didukung
penelitian
penelitian
dengan
Cheng
bekatul
signifikan.
glukosa.
antara
konsumsi
kedelai
dengan
KESIMPULAN
1. Pemberian subsitusi tepung tempe, tepung
bekatul, dan campuran keduanya pada tikus
DAFTAR PUSTAKA
10
merupakan
makanan
hasil
dan citarasa
dimanfaatkan
pada
penanganan
diit
untuk
Lunggani (2008),
yang
tempe,
diversifikasi
khususnya
dalam
hal
pengaruh
jenis
jumlah
ekstrak
jahe
dan
Pembuatan
Tempe
Kedelai
Hitam
menit,
22
perendaman
jam,
lalu
dengan
pengupasan
air
perebusnya,
dan
pencucian.
METODOLOGI
Merupakan penelitian eksperimen di
dilakukan di
Muhammadiyah Semarang.
berwarna putih.
Pembuatan
ekstrak
jahe
dengan
dengan
12
perbandingan
1:1
(jahe:air),
air
lalu
kesukaan
jamur.
pada
tahap
adalah
Rancangan
percobaan
Lengkap
(RAL),
meliputi
faktor
13
kedelai
hitam
dengan
pengolahan
instan
disukai konsumen.
Warna
coklat
pada
minuman
tempe
Tempe kedelai
Tempe
kuning (Depkes
Kedelai
1995)
Hitam
Air (%)
64,0
61.81
Protein (BB %)
18,3
20.36
Lemak (%)
4,0
2,90
Abu (%)
1,0
0.97
Zat Gizi
4%.
hasil
tertinggi
minuman
non
adalah
instan
pada
dengan
terjadinya
panelis.
gosong.
semua
kriteria
penilaian
organoleptik
yang
Non Instan
Instan
2
1
0
0%
1%
2%
3%
4%
Penambahan Jahe
Warna
3,5
Nilai Kesukaan
Rasa
3,0
Aroma
2,5
Kekentalan
2,0
1,5
1,0
0,5
0%
1%
2%
3%
Non Instan
4%
0%
1%
2%
3%
4%
Instan
15
lebih
lama
untuk
menguapkan
air
sampai
dengan
Winarno
(1997)
menyatakan
bahwa
penambahan
jahe
2%
mempunyai
variasi lain.
kedelai hitam
pada Gambar 4.
2,50
2,00
Non Instan
diharapkan
dapat
meningkatkan
fungsi
Instan
1,50
1,00
0,50
0,00
0%
1%
2%
3%
4%
Menurut
fermentasi
Stodolak
tempe
dapat
Minuman
(2008),
Diameter hambatan
(mm)
Gambar
4.Kadar
Protein
Fungsional Tempe Kedelai Hitam
proses
meningkatkan
Non Instan
Instan
3
2
1
0
0%
1%
2%
3%
4%
(10%)
yang
dilepaskan
pada
saat
pengolahan.
Aktifitas
antibakteri
minuman
tempe
konsumen.
aktivitas
antibakteri
pada
warna, aroma,
tersebut.
Ragam
kedelai hitam
menunjukkan
ada
pengaruh
variasi
KESIMPULAN
kedelai
hitam
mempunyai
dilakukan
dan abu.
pengolahan
penelitian
minuman
lanjut
tempe
terkait
optimasi
kedelai
hitam
DAFTAR PUSTAKA
18
2)
Sodium Cyclamate is an artificial sweetener that is often used. Sodium cyclamate could be
carcinogenic. The use of sodium cyclamate in Indonesia regulated in a No 722/MenKes/Per/IX/88
Permenkes RI and RI Permenkes no.208/MenKes/Per/IV/85 about usage limits for each food product. The
data of BBPOM Semarang in 2007 found sodium cyclamate in food snacks (student of primary school)
including ice candle. The purpose of this study is to measure the use of sodium cyclamate at ice candle
producers based on knowledge and attitudes about the content of sodium cyclamate.. This research is
explanatory with the survey method. The population is all the ice candle producers in Srondol Wetan and
Pedalangan, as many as 25 producers. Samples were tested in the laboratory ice candle BB POM
Semarang. Data analysis using Spearman rank correlation test. The results showed the level of knowledge
of respondents 'good' by 16.0%, the category of "enough" of 52.0% and "less" of 32.0%. Respondents who
have the attitude of "support" of 64.0% and 36.0% "no support". The content of sodium cyclamate in 17
samples (68.0%) positive and 8 samples (32.0%) negative. Positive samples containing sodium cyclamate,
there were 14 samples (82.35%) that concentration is still below the maximum limit and 3 samples (17.65%)
which exceeds the maximum limit. There is a relationship between knowledge and attitude of the ice candle
producers with the use of sodium cyclamate in Srondol Wetan and Pedalangan of Semarang.
Key words: Sodium Cyclamate, Knowledge, Attitude, Prodecers of ice candle
PENDAHULUAN
Siklamat merupakan salah satu pemanis
biang
dikonsumsi dapat
gula.
Siklamat
mempunyai
intensitas
sangat disukai
karena
rasanya
yang
murni
W,
2006).
Siklamat
umumnya
membahayakan
kesehatan.
Siklamat
sebagai
menjajakan
Kanada, Inggris
makanan
jajanan
yang
banyak
Kesehatan
produknya sendiri.
Republik
722/MenKes/Per/IX/88
Indonesia
RI
pemanis
no.208/MenKes/Per
Siklamat
dan
Nomor
/IV/85
biasanya
Permenkes
tentang
pada
dicampurkan
dari
sampel (7,76%)
luar
sekolah
masih
banyak
penjual
yang
siklamat di laboratorium.
Variabel
bebas
pengetahuan
produsen es
kuesioner dan
laboratorium. Prosedur
pengujian
menggunakan
Kelurahan
dilakukan penelitian
tentang
penggunaan
natrium
lilin
adalah
uji
dengan
METODOLOGI
Jenis
penelitian
Explanatory
antara
variabel-variabel
adalah
penelitian
melalui
Srondol
(Notoatmodjo, 2002).
Wetan
dan
Kelurahan
Pedalangan.
Kelurahan
Kelurahan
kelamin
berikut:
Srondol
Wetan
dan
21
jenis
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Persentase
(%)
12,0
88,0
100,0
3
22
25
sisanya
tidak mengetahui
tentang
hanya
mengetahuinya.
12,0%
Sebanyak
(44,0%).
responden
84,0%
yang
responden
belum
sudah
Tingkat Pengetahuan
Tingkat
mereka mereka
Siklamat, dari
pencampuran
didasarkan
pengetahuan
pada pengetahuan
20 soal
pertanyaan tentang
22
natrium
siklamat
tetap
digunakan sebelum
mencampurkan
natrium
BTP
batas
sudah mengetahui
sehingga
1994).
dihasilkan
yang
diperbolehkan
dengan
pemakaiannya
sudah
cukup
tinggi.
satu
Responden
sampai
sudah
Sikap
responden
mengenai
Natrium
natrium
siklamat
ditambahkan
untuk
produksi.
siklamat
secara
membahayakan
terus
kesehatan.
menerus
tidak
Adapun
sikap
setuju
jika
penggunaan
natrium
23
natrium
siklamat
masih
Keberadaan
natrium
siklamat
Negatif
Positif
Jumlah
Dalam
Jumlah
Persentase (%)
8
17
25
32,0
68,0
100,0
PerMenKes
Bahan
no.722/MenKes/Per/IX/88
tentang
anak-anak sebaiknya
Variabel
Terendah
Tertinggi
Ratarata
O,13
0,38
0,21
Simpangan
baku
0,73
syarat
menurut
peraturan
tentang
Bahan
Tabel 6.
0.40
Analisis Bivariat
kadar siklamat (%)
uji.
Hasil
pengujian
0.30
0.20
0.10
normalitas
R Sq Linear = 0.255
menggunakan
Kolmogorov-Smirnov
Test
0.00
50
menguji
75
Spearman.
variabel
p = 0,00 (<
artinya
besarnya
natrium
siklamat
dapat
dan
(sikap)
diperoleh nilai
70
hubungan
0,05)
65
sehingga
60
skor sikap
0,006),
55
natrium
siklamat.
Menurut pendapat Notoatmodjo (2002)
bahwa sikap merupa hal yang penting dalam
kehidupan sehari-hari, jika sikap sudah terbentuk
dalam diri seseorang maka sikap akan ikut
menentukan tingkah laku terhadap sesuatu
25
KESIMPULAN
Sebanyak (68,0%) es lilin yang diperiksa
mengandung natrium siklamat. Dari sampel es
lilin
yang
mengandung
natrium
siklamat,
masih
berada
dibawah
batas
siklamat
dalam
es
lilin
yang
hendaknya
lebih
memperhatikan
pengetahuan
serta
sikap
dan
menggunakan
zat
pemanis
secara
melakukan
26
Beras
kecambah
diperoleh
dengan
Prosedur penelitian
dan
meliputi pembuatan
kecambah
air,
organoletik.
karakteristik organoleptiknya.
dan
penepungan,
pengukuran
formulasi
rendemen
Minuman
dan
serta
dibuat
uji
dengan
campuran
Keperawatan
dan
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Semarang.
METODOLOGI
Perlakuan
Proporsi %
Tepung
Tepung
Kecambah
Kecambah
Beras Coklat
Kedelai
10
90
20
80
30
70
40
60
50
50
serat
diuji
dan tepung
dengan
kadar serat
28
40
Kadar Protein
Kadar Protein (g %)
35
35.2
30
25
20
23.35
15
20.79
19.78
18.87
10
5
tinggi
sehingga
semakin
banyak
Peningkatan
kadar
protein
kecambah
kadar
perkecambahan
komponen
protein.
kimia
akan
terjadi
(gizi),
Selama
perubahan
diantaranya
adalah
29
kedelai
ada
dengan
Proses
yang
(sprouts),
yang
ternyata
dapat
gizi
mutu
kedelai
(Astawan,
perkecambahan
kacang-kacangan
menghasilkan
kemudian
kecambah
ditepungkan,
menghilangkan
didalamnya,
2004).
berbagai
dapat
senyawa
anti
mempertahankan
pengaruh
perlakuan
proporsi
tepung
tinggi (Koswara).
0.4
penambahan
tepung
Kadar Serat (g %)
menunjukkan
kecambah kedelai dapat menyumbang protein 6373 persen total protein flakes (15.45-18.91
persen), asam folat 98-99 persen total asam folat
flakes (60-100 miug/100 g), dan asam lemak tidak
jenuh 63-78 persen total asam lemak tidak jenuh
0.3
0.25
0.2
0.33
0.35
0.32
0.28
0.27
0.15
0.1
0.05
0
A
0.35
biji
Kadar Serat
Hasil analisis terhadap serat menujukkan
kacangan.
jam
meningkatkan
kecil,
kecambah
sebelum
dimasak,
dapat
Hal
ini
sehingga
dimungkinkan
tepung
kecambah
kacang-kacangan.
beras
serealia
Selama
proses
Rendemen
Rendemen adalah perbandingan berat
terkelupas
dari
bijinya
sehingga
kulit
ini
Sifat Organoleptik
Secara
berurutan
skor
organoleptik
JENIS
TEPUNG
RENDEMEN (%)
II
III
Rerata
Kecambah
Beras Coklat
Kecambah
Kedelai
80.80
70.60
88.60
80.00
70
63
69
67.33
KESIMPULAN
pengeringan
dan
penepungan)
minuman,
yang
lebih
tinggi
pada
namun
diperlukan
perlakukan
tepung
untuk
meningkatkan
komponen-
perkecambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, 2004. Sehat Bersama Aneka Serat
Pangan Alami. Tiga Serangkai. Solo
Antarlina,S.S,
Rahmianna,AA,
Sudaryono,
Sudarsono, Tastra. 2001 Utilization of
soybean sprout flour as raw material in
weaning food processing. Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kangan dan Umbiumbian, Malang (Indonesia).
Apriyantono, A., Dedi Fardiaz, Ni Luh
Puspitasari,
Sedarnawati,
Slamet
Budiyanto. 1992. Petunjuk Laboratorium
Analisis Pangan. IPB. Bogor
Gasol,
2007.
Beras
Kecambah.
gasolpertanianorganik.com
http://
32
ABSTRACT
Heavy metal pollution is increasing in line with increasing industrialization. Research on the Heavy Metal
Residues in fish from polluted water and unpolluted water in Central Java using descriptive-explorative
research approach, using samples of fish from ponds and estuaries . Samples were taken from three
locations coastal areas in district of Semarang, Tegal and Pati. Analysis of heavy metals consists of Pb, Cu,
Zn, Hg, Cd, and As by AAS (Atomic Absorption Spectroscopy). The results showed levels of heavy metals
from 0.08 to 0.12 ppm Hg above the threshold regulation Ditjen POM RI no 03725/B/SK/VII/89 on fish from
polluted and unpolluted ponds and estuaries polluted and not polluted in Pati and Semarang. Zinc (Zn)
heavy metal at 40.11 ppm from unpolluted estuaries district of Tegal above the set threshold.
Key words: fish, ponds, esturia, contaminated heavy metals
PENDAHULUAN
Surat Keputusan Dirjen POM Nomor
Cemaran air oleh berbagai limbah B3 telah
dan
Co, Pb, Cr, Ni, Zn, dan As) pada air, sedimen dan
beberapa
33
Pusat
Penelitian
wilayah
Lingkungan
estuaria
yang
Hidup
berdekatan
yaitu
logam berat (Hg, Cd, Cu, Ph, Cr, Ni, Zn, dan As)
saluran
pernafasan,
pencernaan,
dan
Pencemaran
logam
berat
semakin
sehingga
mengganggu
metabolisme
tubuh,
menyebabkan alergi,
tersebut
semuanya
menghasilkan
akumulasi
METODOLOGI
Tipe Penelitian
Penelitian Residu Logam Berat pada Ikan
di
Perairan
Tercemar
Tengah
berat
membandingkan
perairan
dilanjutkan
yang
Perbandingan
di
dengan
diduga
kandungan
Jawa
tidak
logam
tercemar.
berat
juga
Kota Tegal.
AAS
(Atomic
Absorption
pertambangan,
pelayaran
(shipping),
beracun
organisme
oksigen
(toxic
metal),
terlarut
pestisida,
dalam
air
berkurang)
(Dahuri,1998).
baku mutu.
mutu air laut 0,012 ppm sebesar 0,03 ppm pada air
sangat
sedikit,
sedangkan
pada
keadaan
yang
Sampel
Lokasi
Air Tambak
Tidak tercemar
Pati
Semarang
Tegal
Air Estuari
Pati
Tidak tercemar
Semarang
Tegal
Air Tambak
Pati
Tercemar
Semarang
Tegal
Air Estuaria
Pati
Tercemar
Semarang
Tegal
Standard Meneg LH (N0 51 th
2004)
Timbal
(Pb)
mg/l
0,326*
<0,030
<0,03
<0,030
<0,030
<0,03
<0,030
<0,030
<0,03
<0,030
<0,030
<0,03
Tembaga
(Cu)
mg/l
0,032*
<0,005
<0,005
<0,005
<0,005
<0,005
0,010*
<0,005
<0,005
0,028*
<0,005
<0,005
Seng
(Zn)
mg/l
<0,010
<0,010
<0,01
0,034
<0,010
0,017
<0,010
0,018
<0,01
0,011
<0,010
0,021
Kadmium
(Cd)
mg/l
0,048*
0,025*
0,037*
<0,005
<0,005
0,011*
0,006*
0,010*
0,017*
0,011*
0,005*
0,024*
Raksa
(Hg)
mg/l
0,920*
0,009*
<0,001
0,005*
0,001
0,001
0,044*
0,085*
0,002*
0,018*
0,016*
<0,001
Arsen
(As)
mg/l
0,007
0,005
0,003
0,006
0,007
0,002
0,010
0,004
0,03*
0,004
0,004
0,002
0,008
0,008
0,05
0,001
0,001
0,012
dalam
ikan
erat
kaitannya
dengan
senyawa
melebihi
batas
ambang
baku
mutu
yang
diperbolehkan.
Besarnya
dan
konsentrasi
kandungan
polutan,
logam
berat
aktivitas
yang
suatu standar.
dapat
suatu
sebagai
indikator
terjadinya
37
ikan
dari
lokasi
yang
lain
menunjukkan
ppm.
berat yang lain (Pb, Cd, Hg dan As), hal ini dapat
merupakan
logam
dibutuhkan
oleh
daerah
menunjukkan
konsentrasi
yang
essensial
ikan
untuk
yang
sangat
pengaturan
Ikan tambak
tidak tercemar
Ikan Estuaria
tidak tercemar
Ikan tambak
tercemar
Ikan Estuaria
tercemar
Standar Ditjen POM
Standar UK
Lokasi
Pati
Semarang
Tegal
Pati
Semarang
Tegal
Pati
Semarang
Tegal
Pati
Semarang
Tegal
Timbal
(Pb)
ppm
<0,1
0,11
0,14
<0,1
0,12
0,12
<0,1
<0,1
0,10
0,11
0,10
0,12
2,0
-
Tembaga
(Cu)
ppm
0,37
0,32
0,60
1,88
1,10
0,50
0,32
0,26
0,41
1,07
0,52
0,25
20,0
Seng
(Zn)
Ppm
6,01
3,97
10,22
30,15
6,62
40,11*
6,05
3,70
5,28
17,44
8,37
6,97
40,0
33,0
Kadmium
(Cd)
ppm
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
0,01
0,01-0,09
Raksa
(Hg)
ppm
0,11*
0,08*
<0,01
0,08*
0,08*
<0,01
0,12*
0,08*
<0,01
0,11*
0,11*
<0,01
0,03
-
Arsen
(As)
ppm
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
0,1
-
maupun laboratorium.
perairan
aktifitas
methyl
(Sukiyanti, 1987).
umumnya
mikroorganisme
kadar
merkuri
diubah
menjadi
dapat
oleh
komponen
yang
Kandungan
mencapai
logam
berat
level
pada
ikan
erat
polutan,
lingkungan tersebut.
kaitannya
dengan
aktivitas
pembuangan
mikroorganisme,
limbah
tekstur
berlanjut
39
dapat
menyebabkan
pengurangan
pendengaran,
penglihatan,
ingat.
adalah
kadar
metil
merkuri
atau
daya
yang
berpotensi
SGOT
(Serum
Glutamic
Oxaloacetic
Pyruvic Transaminase).
SGOT
dan
SGPT
semakin
2008).
punggung
kematian.
patri
atau
solder
dan
sebagai
formulasi
karena
terjadi
Kerapuhan
pelunakan
pada
dan
tulang-tulang
diseases.
kadar Pb lebih
(Winarno, 1997).
sistem
reproduksi.
Hasil
penelitian
makanan.
adalah
zinc
Tingkatan
Yang
perlu
diperhatikan
berbentuk
organik
dan
terlalu
banyak
seng
dapat
yang
sangat
merusakkan
pankreas
dan
metabolisme
protein
dan
menyebabkan
tinggi
dapat
mengganggu
menyebabkan
anorganik.
ketika
(Anonim, 2005).
sebagai
larutan
Bordeaux
para
ibu
mereka
Gejala toksisitas
sudah
menyerap
yang
dengan
kotoran
air
cucian
beras
(kadang
lingkungan.
Dari
berbagai
limbah
tersebut,
tambak
yang ada di
(estuaria)
dengan
cara
menertibkan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
KESIMPULAN
Pada daging ikan yang ada Tambak tidak
Haas,
tambak
menjadi
peringatan
(warning)
meningkatkan
E.M.
2005.
Cadmium.
http://www.healthy.net/scr/article.asp?ID=
2049. 2 Desember 2006
kewaspadaan
New
York:
Company
Macmillan
Publishing
Palar,
H.
1994.
Pencernaan
dan
ToksikologiLogam Berat, PT Rineka Cipta
Jakarta.
43
44
PENDAHULUAN
demikian produk
kurang
terjangkau
oleh
masyarakat
pada
umumnya.
berpotensi
untuk
dikembangkan
melalui
rajungan.
sehingga harga
METODOLOGI
mudah
berbagai
diterima
masyarakat
kelebihannya.
diantaranya
Kelebihan
pertumbuhannya
kemampuan
beradaptasi
karena
tersebut
dengan
jumlah
perlakuan
sebanyak
tujuh
cepat,
terhadap
murah.
Tabel 1.
memiliki
adalah
Komposisi
gizi
ikan
lele
meliputi
L0 : R100
L20 : R80
L30 : R65
L50 : R50
L65 : R35
L80 : R20
L95 : R5
anak-anak
dan
menjaga
U1
U1
U1
U1
U1
U1
U1
U2
U2
U2
U2
U2
U2
U2
U3
U3
U3
U3
U3
U3
U3
esensial
pertumbuhan
dan
yang
dibutuhkan
perbaikan
jaringan.
Keterangan:
untuk
L
R
U
0 - 100
Lisin
sekali
dalam
pertumbuhan
: daging lele
: daging rajungan
: ulangan
: angka prosentase substitusi
dan
Bahan dan Alat
hanya
Desa
Banyumeneng
Kecamatan
Mranggen
tinggi.
Kemudian
ditambahkan
tepung
BTB.
lengkap,
alat
titrasi
lengkap,
formulir
uji
Prosedur Penelitian
Variasi yang digunakan dalam formulasi
1. Destruksi
ditambahkan
katalisator
ditambah
ml
dengan
dipanaskan
pengujian
kadar
protein
dan
sifat
dalam
Silenium
H2SO4
pekat
ruangan
0,5
gr
kemudian
asam
dengan
organoleptik.
sedikit
demi
sebagai berikut:
ditutup
dan
sedikit
sambil
dipanaskan.
dimasukkan
Hasil
sulingan
memberi
telah selesai.
3. Titrasi
kode,
kemudian
panelis
diminta
berikut :
4 = sangat suka
suka
3 = suka
2 = tidak
Perhitungan :
Kadar N (%) =
(6,25)
1990)
Penilaian
organoleptik
merupakan
cara
diberikan
penilaian
terhadap
mutu
Ikan Lele
% Kadar
Protein
Hasil
Penelitian
15,74%
% Kadar
Protein
Bedasar
Literatur*
17,70%
Rajungan
17,05%
16,85%
Bahan Baku
pembuatan
produk
naget
rajungan,
variasi
protein
1.
dilakukan
Standarisasi Nasional.
dalam
pengolahan
yang
melibatkan
Reaksi
Maillard
merupakan
dalam
kelompok
senyawa
amin
rajungan
imodazaquinolin
(IQ)
dengan
rata-rata
2,33
dan
Uji organoleptik
Warna
L20:R80
proses
pengolahan
dengan
L80:R20
dan
L95:R5.
Hal
ini
mungkin
Aroma
yang
timbul
dalam
proses
yang
banyak
disukai
panelis
adalah
pada
dilakukan.
Rasa
Pengolahan
3.
menghasilkan
warna
penggorengan
dan
aroma,
selain
juga
dari
reaksi
kimia
dalam
proses
sama.
Tekstur
suka terhadap
variasi
rasa
produk
dengan
berkurang.
Gambar 4.
produk
daging rajungan.
tersebut
dapat
pula
diolah
dengan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sehingga
produk
nugget
yang
53
54
Rice bran for people deemed to have low social value and is only used as animal feed ingredients.
Rice bran contains high protein, can be used as food that is safe and cheap. Use of rice bran to increase the
quality or value-added of the biscuit. General aim of this study to determine the effect of adding rice bran to
protein content and organoleptic characteristic. Protein analysis by the method mikrokjeldhal. Results of
analysis of protein content in rice bran biscuit with the addition of 0% (9.34 g%), 5% (10.06 g%), 10%
(10.74 g%), 15% (11.6 gr%) and 20 % (13.66 g%). statistical test results show that there are differences in
levels of protein biscuits in a variety of additional rice brand. Favorite level of texture, color, aroma, and
taste showed that the highest value on the addition of bran 0% and 5%.
Key Words : rice brand, biscuit, protein, organoleptic
PENDAHULUAN
suatu
Proses
Untuk
dapat
yang
dimungkinkan
mutu
yang
dengan
produk
penambahan
pembuatan
lebih
produk
bekatul
bertujuan
pada
untuk
pada
produk
memberikan
tersebut,
nilai
tambah
sehingga
tersendiri
dapat
bagi
Bahan
yang
digunakan
untuk
uji
Prosedur Penelitian
Penelitian Pendahuluan
biscuit.
METODOLOGI
Tempat penelitian
Keperawatan
dan
Kesehatan
Universitas
14,34 gr%,
Muhammadiyah Semarang.
menggunakan 25%
mengurangi
konsumsi
penambahan
ini
biskuit
biskuit
bekatul
bekatul
dibuat
dengan
hanya
dengan
maka
variasi
20%,
Margarine,
susu
bubuk,
gula
halus
dengan menggunakan
waktu sepuluh
tercampur
tepung
terigu
dan
Penelitian Utama
bekatul
yang
15 menit. Prosedur
Kjeldhal,
sedangkan
komposisi
biskuit
dengan
dan penilaian
organoleptik dengan
0
100
0
50
20
65
15
Kuning telur
Pencampuran
Penggilingan 0,5 menit
Pencetakan
Pemanggangan dengan suhu 180 oC 15 menit
BISKUIT
Rancangan Percobaan
57
20
80
20
50
20
65
15
gr%).
perlakuan
bahwa
ada
perbedaan
dari
masing-masing
Analisa Data
penelitian
utama
yaitu
biskuit
dari
0,005
sehingga
menunjukkan
adanya
pada biskuit.
Kadar Protein
Hasil uji kadar protein menggunakan
metode
mikrokjeldhal
didapatkan
hal
yang
Uji
dilakukan
untuk
bekatul,
hal
ini
hasil
organoleptik
dari
Tabel
perlakuan penambahan
dikarenakan
pada
bekatul
0
9,04
9,64
9,34
Penambahan Bekatul
5
10
15
10,17
10,83
11,66
9,94
10,65
11,54
10,06
10,74
11,6
20
13,69
13,63
13,66
Tekstur
Biskuit
dengan
penambahan
15%
tingkat
Pada
proses
pencampuran
bahan,
segi tekstur.
Warna
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
4.4
3.88
3.32
3.64
3.16
4.44
3.76
4
3.5
3.36
3.2
2.56
3
0
10
15
2.5
20
2
Variasi Penambahan Bekatul ( %)
1.5
1
0.5
0
10
15
20
menggunakan
bahan
Rasa
bekatul
sebagai
Aroma
Aroma
biskuit
dengan
4.24
4.5
berbagai
3.36
3.5
3.08
2.84
3
2.5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
4.28
3.92
3.32
1.5
3.4
3.12
0.5
0
0
10
15
20
10
15
20
Dengan
diketahui,
Gambar 4. Tingkat kesukaan terhadap aroma
melihat
bahwa
dari
secara
grafik
keseluruhan
diatas
ada
statistik
biskuit.
O%
4,4
4,44
4,28
4,24
4,34
5%
3,88
3,76
3,92
4
3,89
10%
3,32
3,36
3,32
3,36
3,34
15%
3,64
3,2
3,4
3,08
3,33
20%
3,16
2,56
3,12
2,84
2,92
3,89.
3. Berdasarkan uji statistik kadar protein pada
biskuit menunjukkan bahwa ada perbedaan
antara variasi penambahan bekatul.
4. Hasil uji statistik biskuit berdasarkan sifat
organoleptik
menunjukkan
bahwa
ada
biskuit.
DAFTAR PUSTAKA
Almamatsier, S. 2001. Prinsip dasar Ilmu Gizi.
PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta.
Associates, Us Wheat. 1981. Pedoman pembuatan
Roti dan Kue. Djambatan, Jakarta.
Buckle, K.A et.al diterjemahkan oleh Hari
Purnomo dan Adiono, 1987. Ilmu Pangan,
UI-Press, Jakarta.
Desrosier, Norman W diterjemahkan oleh Muchji
Muljohardjo. 1988. Teknologi Pengawetan
Pangan, UI-Press. Jakarta.
Anonim. 1999. Pengkajian dan Pengembangan
Produk Pangan Olahan dari Serealia dan
Umbi-Umbian. IPB, Bogor.
Anonim. 1996. Pengembangan Produk Pangan
Fabrikasi Pusat Studi Pangan dan Gizi.
IPB, Bogor.
Nurmala, T. 1998, Serealia : Sumber Karbohidrat
Utama. Rineka Cipta, Jakarta.
Sediaotama, AD. 1988. Ilmu Gizi. Dian Rakyat,
Jakarta.
Soekarno, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik
untuk Industri Pangan
dan Hasil
Pertanian. Bharatara Karya Aksara,
Jakarta.
Suparyono dan Agus Setyono. 1997. Mengatasi
Permasalahan Bididaya Padi. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
62
berpikir disajikan secara singkat dan jelas berdasarkan konsep-konsep teoritis yang digunakan untuk
membahas, menganalisis dan menafsirkan data, informasi serta temuan-temuan yang diperoleh. Penting
dikemukakan pula konsep-konsep pemikiran yang berasal dari temuan-temuan peneliti sejenis, jika mungkin
yang terbaru, yang telah dilakukan oleh peneliti atau penulis yang sebelumnya.
Pustaka yang digunakan benar-benar mendukung latar belakang yang diungkapkan. Sebaiknya tidak
mengutip hasil-hasil penelitian terdahulu yang tidak dipublikasikan. Nama organisme (Indonesia/daerah)
yang tidak umum harus diikuti dengan nama ilmiahnya pada pengungkapan pertama kali.
6. Metodologi
Metode adalah cara-cara yang digunakan dalam penulisan artikel ilmiah. Metode tersebut harus
sesuai dengan metodologi yang digunakan pada saat melakukan penelitian. Berisi informasi teknis
(deskripsi bahan, penarikan contoh, prosedur dan pengolahan data) dan diuraikan secara lengkap jika
metode yang digunakan merupakan metode baru. Untuk metode yang sudah umum digunakan, cukup
dengan menyebutkan pustaka yang diacu. Dalam menulis pelaksanaan teknis penelitian (prosedur) tidak
menggunakan kalimat perintah. Bahan kimia yang sangat penting dan khusus untuk analisis disebutkan
produsennya. Alat seperti gunting, gelas ukur, gelas kimia, pensil dan lain-lain tidak perlu ditulis, tetapi
peralatan khusus untuk analisa (AAS, spektrofotometer, HPLC, GC, dan lain-lain) ditulis secara rinci
bahkan sampai ke tipenya.
7. Hasil dan Pembahasan
Berisi pengungkapan hasil-hasil penelitian saja, yang dapat disajikan dalam bentuk tubuh tulisan,
tabel/bagan/grafik/gambar/foto disertai keterangan yang jelas dan informatif. Penyajian data harus
sitematik, perlu dilihat tujuan dan langkah-langkah dalam metode. Narasi data berupa sarinya bukan
menarasikan data seperti apa adanya. Penyajian data juga didukung oleh olahan data (bukan data mentah)
dan ilustrasi yang baik. Pemberian nomor dibuat secara berurutan sesuai dalam naskah dan dilampirkan
secara terpisah dari naskah. Keterangan gambar ditulis di bawah gambar, sedangkan keterangan tabel ditulis
di atas tabel dan harus dibatasi dalam tubuh tulisan. Gambar dan bentuk grafik dapat dibuat pada halaman
terpisah.
Pembahasan bukan sekedar menarasikan data, tetapi berisi interprestasi hasil-hasil penelitian yang
diperoleh dan pembahasan yang dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian yang pernah dipublikasikan. Dalam
menarasikan disesuaikan dengan tujuan dan hipotesa penelitian. Dalam pembahasan juga dilakukan analisa
atau tafsiran dan pengembangan gagasan atau argumentasi dengan mengaitkan hasil, teori atau temuan
sebelumnya.
Ada dua pendekatan dalam melakukan pembahasan dan analisis terhadap data, yaitu pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif bersifat obyektif, positifistik dan bebas nilai, subyektifitas
sedapat mungkin dihindari. Pendekatan kualitatif bersifat subyektif, relatifisme dan tidak bebas nilai. Hasil
pembahasan dan analisis tidak berpretensi menghasilkan generalisasi, kalaupun ada generalisasi terbatas
pada lingkup obyek penelitian.
8. Kesimpulan
Simpulan ditulis secara kritis dan cermat dan dilakukan generalisasi (induktif) dibuat dengan hatihati. Nyatakan simpulan atas hasil dan pembahasan secara singkat, padat, serta tanpa nomor urut. simpulan
tidak mencantumkan kutipan dan analisa statistik.
9. Ucapan Terima Kasih
Penulis dapat memberikan ucapan terima kasih kepada penyandang dana penelitian, maupun kepada
institusi serta orang yang membantu dalam pelaksanaan penelitian. Nama institusi penyandang dana supaya
dituliskan secara lengkap.
10. Daftar Pustaka
64
Daftar pustaka ditulis memakai system nama dan disusun secara abjad. Beberapa contoh:
a. Jurnal :
Rueppel ML, Brightwell BB, Schaefer J, and Marvel JT. 1997. Metabolism and degradation of glyphosate
in soil and water. J Argric Food Chem 25:517-528.
b. Buku :
Moore-Landecker E. 1990. Fundamental of the fungi. Ed Ke-3. New Jersey:Prenice Hall.
d. Abstrak :
Kooswardhono, M, Sehabudin. 2001. Analisis ekonomi usaha ternak sapi perah di wilayah Propinsi Jawa
Barat. Abstrak Seminar Pengembangan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal. Bogor, 8-9 Agustus
2001. Bidang Sosial dan Ekonomi-15. hlm 189.
e. Prosiding :
Lukiwati D.R. dan Hardjosoewignjo S. 1998. Mineral content improvement of Some tropical legumes with
Glamous fungi inoculation and rock phosphate fertilization. Di dalam: Proccedings of the Internal
Workshop on Mycorrhiza. Guangzhou, PR China, 6 September 31 August 1998. hlm 77-79.
f. Skripsi/Tesis/Disertasi :
Ismunadji M. 1982. Pengaruh pemupukan belerang terhadap susunan kimia dan produksi padi sawah.
(Tesis). Bogor.Institut Pertanian Bogor.
g. Informasi dari Internet :
Hansel L. 1999. Non-target effect of Bt corn Pollen on the Monarch butterfly
(Lepidoptera:Danaidae).http://www.ent.iastate. edu/ensoc/ncb99/prog/abs/D81.html. (21 Agustus
1999)
Acuan pustaka dalam teks ditulis dengan model nama dan tahun yang diletakkan dibelakang
kata-kata, ungkapan atau kalimat yang diacu. Acuan yang ditulis dalam teks harus ada dalam daftar pustaka
yang diacu dan sebaliknya bila ada dalam daftar pustaka juga harus ada dalam teks. Kata-kata, ungkapan
atau kalimat yang ada alam teks tanpa sumber acuan dapat dianggap sebagai pendapat penulis dan bila
ternyata sebenarnya mengacu dari pustaka lain, dapat dianggap plagiat.
B. Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan, berupa hasil penelitian atau kajian pustaka yang
ditambah pemikiran penerapannya pada kasus tertentu dengan topik yang aktual dalam lingkup pangan
dan gizi.
2. Penulis mengirimkan naskah dalam bentuk hard copy rangkap 2 dan soft copy dalam CD atau melalui email.
3. Jadual penerbitan adalah bulan Juli dan Desember.
4. Naskah jurnal untuk edisi yang akan terbit, paling lambat diterima oleh redaksi tiga (3) bulan sebelum
jadwal penerbitan. Naskah akan dikoreksi oleh Mitra Bestari yang akan dijadikan dewan redaksi sebagai
dasar dalam memutuskan diterima atau tidaknya naskah.
65