You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai
pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali
bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali
namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Muawiyah
bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu
sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin
Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang
Khawarij dan Syi'ah,[rujukan?] dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada
masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali,
dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan
menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke
Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke
ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian
terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul
Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil
menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand.
Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah
Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin
Abdul-Malik.

Masa

pemerintahan

al-Walid

adalah

masa

ketenteraman,

kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa
pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu
1

ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu
pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin
Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang
memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu
tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara
Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi
selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai.
Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang
dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam
memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat
setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas lebih rinci
mengenai Dinasti Umayah Di Spanyol.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah munculnya Daulah Umayyah?
2. Bagaimana Sistempemerintahan dinasti Umayah
3. Apa saja Kemajuan-Kemajuan Dinasti Umayah
4. Apa saja penyebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Umayyah di spanyol

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Dinasti Ummayah


Sebutan Daulah Bani Umayyah berasal dari nama Umayyah ibn Abdi
Syam Ibn Abdi Manaf, salah seoran gpemimpin suku Qurasy pada zaman
Jahiliyah. Bani Umayyah baru masuk Islam setelah Nabi Muhammad Saw.
Berhasil menaklukan kota Mekah (Fathul Makkah). Sepeninggalan Rasulullah,
Bani Umayyah sesungguhnya telah menginginkan jabatan penggati Rasul
(Khalifah), tetapi mereka belum berani menampakkan cita-citanya itu pada masa
Abu Bakar dan Umar. Baru setelah Umar meninggal, yang penggantinya
diserahkan kepada hasil musyawarah enam orang sahabat, Bani Umayyah
menyongkong pencalonan Utsman secra terang- terangan, hingga akhirnya
Utsman terpilih. Sejak saat itu mulailah Bani Umayyah meletakan dasar-dasar
untuk menegakan Khalifah Umayyah. Pada masa pemerintahan Utsman inilah
Muawiyyah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya, dan
menyiapkan daerah Syam sebagi pusat kekuasaanya di kemudian hari. 1
Ketika Ali bin Abi Thalib naik menggantikan kedudukannya Khalifah
Utsman bin Affan, Muawiyyah selaku gubernur di Syam (Syiria) membentuk
partai yang kuat, dan meolak untuk memenuhi perintah-perintah Ali.
Mendesaknya untuk membalas kematian khalifah Utsman, atau kalau tidak dia
akan menyerang kedudukan khalifah bersama-sama dengan tentara Syiria.
Desakan Muawiyyah akhirnya tertumpah dalam perang Siffin. Dalam
pertempuran sengit antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyyah itu, hampirhampir pasukan Muawiayyah terkalahkan. Tetpai pada saat demikin itu, Amr bin
As menasehati Muawiyyah agar pasukannya mengangkat mushaf-mushaf Al1

Nasution, Harun. 2008. Teologi Islam. UI-Press. Jakarta. Hal 59

Quran di ujung lembing-lembing mereka sebagi pertanda seruan untuk damai.


Ali menruskan peprangan sampai akhir, tetapi malah terjadi peprpecahan diantar
merka sendiri, sehingga pada akhirya Ali terpaksa menghentikan peperangan dan
berjanji untuk menerima takhim. Keputusan yang dihsilkan oleh wakil pihak Ali
(Abu Musa al-Asyari) dan pihak Muawiyyah (Amr bin Ash) ternyata
membantu

memperkuat

kedudukan

Muawiyyah

dan

golongan

yang

memdudukinya.2
Peristiwa tahkim yang justru merugikan Ali, mengakibatkan banyak pengikut
Ali telah ingkar yang di kemudain hari disebut kaum Khawarij. Oleh karena itu
umat Islam pada saat itu menjadi tiga golongan:
1. Bani Umayyah dipimpin oleh Muawiyah
2. Syiah atau pendukung Ali., yaitu golongan yang mendukung kekhalifahan
Ali
3. Kwarij yang menjadi lawan dari kedua partai
Kaum Kwarij seleu berusaha untuk merbut masa Islam dari pengikut Ali,
Muawiyyah dan Amr, sebab mereka yakin bahwa ketiga pemimpin ini
merupakan sumber dari pergolakan-pergolakan. Tekad mereka adalah membunuh
ketiga tokoh diatas. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M) salah seorang
Kwarij berhasil membunuh Ali di masjid Kufah,yang berarti pula mengakhiri
masa pemerintahan Khulafa ar-Rasyidin Sukses kepemimpinan secara turuntemurun dimulai ketika muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid muawiyah bermaksud mencontoh
monarchi di Persia dan Bizantium.
B. Sistem Pemerintahan Dinasti Umayah
Dengan meninggalnya Khalifah Ali, maka bentuk pemerintahan kekhalifahan
telah berakhir, dan dilanjutkan dengan bentuk pemerintahan kerajaan (Dinasti),
2

Nasution, Harun. 2008. Teologi Islam. UI-Press. Jakarta. Hal 59

yakni kerajaan Bani Umayyah (Dinasti Umayyah). Daulah Bani Umayyah


didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Muawiyah dapat menduduki kursi
kekuasaan dengan berbagai cara, siasat, politik dan tipu muslihat yang licik,
bukan atas pilihan kaum muslimin sebagaimana dilakukan oleh para Khalifah
sebelumnya. Dengan demikian, berdirinya Daulah Bani Umayyah bukan berdasar
pada musyawarah atau demokrasi. Jabatan raja menjadi turun-temurun, dan
Daulah Islam berubah sifatnya menjadi Daulah yang bersifat kerajaan (monarkhi).
Muawiyah tidak mentaati isi perjanjian yang telah dilakukannya dengan Hasan
ibn Ali ketika ia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan pergantian
pemimpin setelah Muawiyah akan diserahkan kepada pemilihan ummat Islam.
Hal ini terjadi ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan
setia terhadap anaknya, Yazid. Sejak saat itu suksesi kepemimpinan secara turuntemurun dimulai (al-Maududi, 1984:167).3
Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun,
dengan empat belas Khalifah. Banyak kemajuan, perkembangan dan perluasan
daerah yang dicapai, lebih-lebih pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik.
Dimulai oleh kepemimpinan Muawiyyah bin Abi Sufyan dan diakhiri oleh
kepemimpinan Marwan bin Muhammad. Adapun urut-urutan Khalifah Daulah
Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
1.

Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-681 M)


Muawiyah ibn Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan
menjabat sebagai Khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota dari Madinah
al Munawarah ke kota Damaskus dalam wilayah Suriah. Pada masa
pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam yang
terhenti pada masa Khalifah Ustman dan Ali. Disamping itu ia juga
mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan
oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga

Syalabi, A. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna Baru. Jakarta. Hal 89

menetapkan aturan kiriman pos. Muawiyah meninggal Dunia dalam usia 80


tahun dan dimakamkan di Damaskus di pemakaman Bab Al-Shagier.
2. Yazid ibn Muawiyah (681-683 M)
Lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah
mencalonkan anaknya, Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat
sebagai Khalifah dalam usia 34 tahun pada tahun 681 M. Ketika Yazid naik
tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Ia
kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk
memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini,
semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn
Zubair. Bersamaan dengan itu, Syiah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi
(penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah
dimulai oleh Husein ibn Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Mekkah ke
Kufah atas permintaan golongan Syiah yang ada di Irak. Umat Islam di
daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai
Khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, sebuah
daerah di dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati
terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya
dikubur di Karbala (Yatim, 2003:45).
Masa pemerintahan Yazid dikenal dengan empat hal yang sangat hitam
sepanjang sejarah Islam, yaitu :
a. Pembunuhan Husein ibn Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad.
b. Pelaksanaan Al ibahat terhadap kota suci Madinah al Munawarah.
c. Penggempuran terhadap baiat Allah.
d. Pertama kalinya memakai dan menggunakan orang-orang kebiri untuk
barisan pelayan rumah tangga khalif didalam istana. Ia Meninggal pada
tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan masa pemerintahannya ialah
tiga tahun dan enam bulan.
6

3.

Muawiyah ibn Yazid (683-684 M)


Muawiyah ibn Yazid menjabat sebagai Khalifah pada tahun 683-684 M
dalam usia 23 tahun. Dia seorang yang berwatak lembut. Dalam
pemerintahannya, terjadi masa krisis dan ketidakpastian, yaitu timbulnya
perselisihan antar suku diantara orang-orang Arab sendiri. Ia memerintah
hanya selama enam bulan.

4.

Marwan ibn Al-Hakam (684-685 M)


Sebelum menjabat sebagai penasihat Khalifah Ustman bin Affan, ia
berhasil memperoleh dukungan dari sebagian orang Syiria dengan cara
menyuap dan memberikan berbagai hak kepada masing-masing kepala suku.
Untuk mengukuhkan jabatan Khalifah yang dipegangnya maka Marwan
sengaja mengawini janda Khalifah Yazid, Ummu Khalid.
Selama masa pemerinthannya tidak meninggalkan jejak yang penting bagi
perkembangan sejarah Islam. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan masa
pemerintahannya selama 9 bulan 18 hari.

5. Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)


Abdul Malik ibn Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah kematian
ayahnya, pada tahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan
Umayyah mencapai kekuasaan dan kemulian. Ia terpandang sebagai Khalifah
yang perkasa dan negarawan yang cakap dan berhasil memulihkan kembali
kesatuan Dunia Islam dari para pemberontak, sehingga pada masa
pemerintahan selanjutnya, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik
Daulah bani Umayyah dapat mencapai puncak kejayaannya. Ia wafat pada
tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun. Ia meninggalkan karyakarya
terbesar didalam sejarah Islam. Masa pemerintahannya berlangsung selama 21
tahun, 8 bulan. Dalam masa pemerintahannya, ia menghadapi sengketa
dengan khalif Abdullah ibn Zubair.
6. Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)
7

Masa pemerintahan Walid ibn Malik adalah masa ketentraman,


kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa
pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah
kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya, benua Eropa, yaitu
pada tahun 711 M. Perluasan wilayah kekuasaan Islam juga sampai ke
Andalusia (Spanyol) dibawah pimpinan panglima Thariq bin Ziad. Perjuangan
panglima Thariq bin Ziad mencapai kemenangan, sehingga dapat menguasai
kota Kordova, Granada dan Toledo.
Selain melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga
melakukan pembangunan besar-besaran selama masa pemerintahannya untuk
kemakmuran rakyatnya. Khalifah Walid ibn Malik meninggalkan nama yang
sangat harum dalam sejarah Daulah Bani Umayyah dan merupakan puncak
kebesaran Daulah tersebut.4
7.

Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)


Sulaiman Ibn Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun. Masa
pemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Ia tidak memiliki
kepribadian yang kuat hingga mudah dipengaruhi penasehat-penasehat
disekitar dirinya. Menjelang saat terakhir pemerintahannya barulah ia
memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz, yang
kemudian diangkat menjadi penasehatnya dengan memegang jabatan wazir
besar.
Hasratnya untuk memperoleh nama baik dengan penaklukan ibu kota
Constantinople gagal. Satu-satunya jasa yang dapat dikenangnya dari masa
pemerintahannya ialah menyelesaikan dan menyiapkan pembangunan Jamiul
Umawi yang terkenal megah dan agung di Damaskus.

Syalabi, A. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna Baru. Jakarta. Hal 89

8.

Umar Ibn Abdul Aziz (717-720 M)


Umar ibn Abdul Aziz menjabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun . Ia
terkenal adil dan sederhana. Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan
seperti pada zaman khulafaur rasyidin. Pemerintahan Umar meninggalkan
semua kemegahan Dunia yang selalu ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah.
Ketika dinobatkan sebagai Khalifah, ia menyatakan bahwa mempernaiki
dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik
daripada menambah perluasannya (Amin, 1987:104). Ini berarti bahwa
prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa
pemerintahannya sangat singkat, ia berhasil menjalin hubuingan baik dengan
Syiah. Ia juga membari kebebasan kepada penganut agama lain untuk
beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan.
Kedudukan mawali (orang Islam yang bukan dari Arab) disejajarkan dengan
Muslim

Arab.

Pemerintahannya

membuka

suatu

pertanda

yang

membahagiakan bagi rakyat. Ketakwaan dan keshalehannya patut menjadi


teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia
meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun, dimakamkan di Deir
Simon.
9.

Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)


Yazid ibn Abdul Malik adalah seorang penguasa yang sangat gandrung
kepada

kemewahan

dan

kurang

memperhatikan

kehidupan

rakyat.

Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada


zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan
etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan
Yazid. Pemerintahan Yazid yang singkat itu hanya mempercepat proses
kehancuran

Imperium

Umayyah.

Pada

waktu

pemerintahan

inilah

propaganda bagi keturunan Bani Abas mulai dilancarkan secara aktif. Dia

wafat pada usia 40 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 4


tahun, 1 bulan.
9.

Hisyam ibn Abdul Malik (724-743 M)


Hisyam ibn Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia yang ke 35
tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer. Pada masa
pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat
bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani
Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang
sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu
menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru,
Bani Abbas. Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan
jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi semua
kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan para pendahulunya,
karena gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah tidak mampu
mematahkannya.
Meskipun demikian,

pada masa

pemerintahan

Khalifah

Hisyam

kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang mengalami


kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sisily pada tahun 743 M, ia
wafat dalam usia 55 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 19
tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah- Khalifah yang tampil bukan
hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat
runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.
10. Walid ibn Yazid (743-744 M)
Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran dimasa pemerintahan Walid
ibn Yazid. Ia berkelakuan buruk dan suka melanggar norma agama. Kalangan
keluarga sendiri benci padanya. Dan ia mati terbunuh.
Meskipun demikian, kebijakan yang paling utama yang dilakukan oleh
-Walid ibn Yazid ialah melipatkan jumlah bantuan sosial bagi pemeliharaan
10

orang-orang buta dan orang-orang lanjut usia yang tidak mempunyai famili
untuk merawatnya. Ia menetapkan anggaran khusus untuk pembiayaan
tersebut dan menyediakan perawat untuk masingmasing orang. Dia sempat
meloloskan diri dari penangkapan besar-besaran di Damaskus yang dilakukan
oleh keponakannya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 1 tahun, 2
bulan. Dia wafat dalam usia 40 tahun.
12. Yazid ibn Walid (Yazid III) (744 M)
Pemerintahan Yazid ibn Walid tidak mendapat dukungan dari rakyat,
karena perbuatannya yang suka mengurangi anggaran belanja negara. Masa
pemerintahannya penuh dengan kemelut dan pemberontakan. Masa
pemerintahannya berlangsung selama16 bulan. Dia wafat dalam usia 46
tahun.
13. Ibrahim ibn Malik (744 M)
Diangkatnya Ibrahim menjadi Khalifah tidak memperoleh suara bulat
didalam lingkungan keluarga Bani Umayyah dan rakyatnya. Karena itu,
keadaan negara semakin kacau dengan munculnya beberapa pemberontak. Ia
menggerakkan pasukan besar berkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju
Syiria. Ia dengan suka rela mengundurkan dirinya dari jabatan khilafah dan
mengangkat baiat terhadap Marwan ibn Muhammad. Dia memerintah selama
3 bulan dan wafat pada tahun 132 H.
14. Marwan ibn Muhammad (745-750 M)
Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang pahlawan.
Beberapa pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak mampu mengahadapi
gerakan Bani Abbasiyah yang telah kuat pendudkungnya. Marwan ibn
Muhammad melarikan diri ke Hurah, terus ke Damaskus. Namun Abdullah
bin Ali yang ditugaskan membunuh Marwan oleh Abbas As-Syaffah selalu
mengejarnya. Akhirnya sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al
Fayyun Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima
11

penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah


132 H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian tamatlah kedaulatan Bani
Umayyah, dan sebagai tindak lanjutnya dipegang oleh Bani Abbasiyah.5
C. Kemajuan Yang Dicapai Dinasti Umayyah
Pada masa Bani Umayah beberapa kemajuan di bebagai sektor berhasil
dicapai. Antara lain dibidang arsitektur, perdagangan, organisasi militer dan seni.6
1.

Arsitektur
Pada masa Bani Umayah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari
bangunan-bangunan artistik serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota
lama pun dibangun menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia
dengan nuansa Islam yang kental di setiap bangunannya.
Adapun pada masa Walid dibangun sebuah masjid agung yang
terkenal dengan sebutan Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah
bin Jarrah. Sedangkan kota baru yang dibangun di zaman ini adalah Kota
Kairawan. Didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika dia menjabat sebagai gub
ernur.

2.

Organisasi militer
Di zaman ini militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan. Yaitu
angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahiriyah) dan angkatan
kepolisian.

3.

Perdagangan
Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur
perdangan jadi semakin lancar. Ibu kota Basrah di teluk Persi pun menjadi
pelabuhan dagang yang ramai dan makmur, begitu pula kota Aden.

4.
5
6

Kerajinan
Syalabi, A. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna Baru. Jakarta. Hal 89
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. PT Raja Grafindo Pustaka. Bandung. Ha 99

12

Ketika khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan


tiras (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian
khalifah dan para pembesar pemerintahan.
D. Sasaran dakwah Bani Umayah
1. Wilayah kekuasaan kerajaan Romawi timur dan Kerajaan Persia
Usahanya dengan membuat batasan wilayah kekuasaan untuk tidak
mendapatkan ancaman dari kedua kerajaan itu sekaligus untuk keselamatan
perluasan wilayah dakwah islam , sebab sebagian wilayah kekuasaan dua
kerajaan itu yelah takluk ke wilayah Islam pada masa kalifah Umar bin Abdul
aziz
2. Medan dakwah di Asia kecil
Ibu kota bani umayah dipindahkan ke Dasmaskus selain karena alasan politis
utamanya , juga berpengaruh terhadap perluasan dakwah islam .
3. Medan dakwah di afrika Utara
Di afrika utara dilakukan perluasan dakwah islam dengan mengambil pusat di
kota kairawan. Perluasan islam di wiayah ini , masuklah bangsa Barbary
kepada islam . bangsa ini di kenal bangsa yang berani dan setia , mereka dapat
menjadi benteng penyebaan dakwah islam di afrika utara sehingga menjadi
sangat kuat gerakan dakwah islam . Ini terbukti dengan berhasilnya Thariq
Bin Ziyad ( keturunan Barbar ) berhasil menyebrang ke Andalusia .
4. Medan dakwah islam ke Asia timur
Pada masa daulah umayah sasaran dakwah islam ke daerah daerah sebrang
sungai dan sind yaitu : Thukhariztan dengan ibu kota di Balkh ( Bachtria ) ,
Sughanian , Sudghad , Samarkhan , Bukhara , Farghanah , Khuwarizm ,
Dari sind ( pakistan) dakwah islam dapat di teruskan ke Asia Tenggara dan
Terus ke timur jauh . Pengaruh dakwah Islam di wilayah inilah , yang ada
masa kemudian menimbulkn penyiaran islam ke Indonesia dengan berdirinya
13

kerajaan aceh Darussalam yang dalam sejarah dikenal dengan kebanggaan


serambi mekkah
5. Medan dakwah ke china
Sejak abad ke 7 perdagangan antara bangsa China , Persia , dan Arab terlah
terjalin .
E. Usaha Usaha Daulah Bani Umayah Dalam menyebarkan agama islam
1. Ekspansi Islam yang terjadi pada masa bani umayah wilayah wilayah yang
dikuasai meliputi: Spanyol , Afrika Utara , Syuriah , Palestina , Arabia , Irak ,
sebagian Asia kecil Persia , Afghanistan , India ( pakistan ) , turkmenia ,
Uzbekistan , Kirgis (Asia Tengah).
2. Meningkat kan pembangunan tempat ibadah yang sekaligus merupakan
Pendukung sara dakwah
3. Daulah Bani Umayyah memberikan perhatian besar kepada ilmu ilmu
keislaman .
F. Faktor faktor keberhasilan dakwah islam
1. Wilayah kekuasaan Bani umayah semakin meluas sehingga membawa kepada
perluasan wilayah dakwah islam .
2. Dukungan Khalifah dengan jalan membuka pusat dakwah diberbagai wilayah
kekuasaan bahkan penyebaran dakwah islam ke luar wilayah kekuasaan Bani
Umayah seperti cina , sind dan lain lain
3. Faktor politik yang dapat di jadika alat pendukung dakwah
4. Gerakan Arabisme , baik berkaitan dengan bahasa ataupu Budaya arab
5. Perhatian besar Khalifah umayah terhadap kegiatan ilmu ilmu islam dengan
di bentuknya pusat pusat kegiatan ilmu dan dakwah Islam .7
BAB III
7

Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. PT Raja Grafindo Pustaka. Bandung. Ha 99

14

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi,.
Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah,
Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah
(Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang
dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu
pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa, amuoun seni suara.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi
seorang. Baik di Kuttab atau di Masjid pada tingkat menengah. Pada tingkat
tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri oleh pelajar
bersama-sama
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

15

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT. yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahamat sekalian alam. Seiring dengan
itu ,tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini
Makalah ini menjelaskan tentang sejarah Daulah Umayyah I. Mulai dari latar
belakang berdirinya hingga kehancurannya. Penulis menyadari akan kekurangan dari
makalah ini. Karena Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu,saran dan
masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
ini dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi pembaca

16

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 2008. Teologi Islam. UI-Press. Jakarta.


Syalabi, A. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna Baru. Jakarta.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. PT Raja Grafindo Pustaka. Bandung.

DAFTAR ISI
iii
17

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFATR ISI.....................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................

B. Rumusan Masalah ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Proses berdirinya dinasti ummayah......................................................

B. Sistem Pergantian Kepala Negara.........................................................

C. Kemajuan yang dicapai .......................................................................11


D. Sasaran dakwah Bani Umayah.............................................................

13

E. Usaha Usaha Daulah Bani Umayah Dalam menyebarkan agama


Islam....................................................................................................

14

F. Faktor faktor keberhasilan dakwah islam .........................................

14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................

15

B. Kritik dan Saran ...................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA

ii
MAKALAH
MANAJEMEN DAKWAH
18

BANI UMAYAH

Disusun Oleh
Laura Vita Loka
Reza Pahlopi
Dosen
Rahmad Ramdhani

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


IAIN (BENGKULU)
2015

19

You might also like