You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

Rongga mulut merupakan tempat hidup bakteri aerob dan anaerob yang berjumlah
lebih dari 400 ribu spesies bakteri. Perbandingan antara bakteri aerob dengan anaerob adalah 10:1
sampai 100:1. Organisme-organisme ini merupakan flora normal dalam mulut yang terdapat
dalam plak gigi, cairan sulkus ginggiva, mucous membrane, dorsum lidah, saliva, dan mukosa
mulut.
Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum hematogen dan limfogen,
seperti periodontitis apikalis yang berasal dari gigi yang nekrosis. Penjalaran infeksi odontogen
yang menyebabkan abses dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat dan penjalaran berat. Adapun
yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal, abses sub
mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal. Sedangkan yang termasuk penjalaran yang
berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut.
Kasus-kasus phlegmon merupakan kasus yang jarang terjadi. Namun ketika kasus ini
muncul, akan menjadi suatu kasus infeksi serius yang dapat mengancam jiwa. Phlegmon dasar
mulut bahkan dikatagorikan sebagai kegawatdaruratan yang tercantum pada lampiran surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 477/Menkes/SK/IV/2004 pada tanggal 19 April 2004 2

BAB II
ANATOMI RONGGA MULUT

II.1 Cavum Oris


Cavum oris atau rongga mulut merupakan ruangan fungsional yang menjadi bagian
pertama dalam pencernaan. Cavum oris memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai pencernaan
awal yang dibantu dengan sekresi glandula salivarius, memanipulasi bunyi yang dihasilkan oleh
laring, dan untuk pernapasan karena berhubungan dengan faring. Jika kesehatan rongga mulut
terganggu, fungsi rongga mulut juga dapat terganggu.
Cavum oris terletak di inferior cavum nasi. Cavum oris dikelilingi labium oris dan pipi
pada bagian samping dan anterior, palatum molle dan palatum durum di bagian atap, bagian dasar
terdiri dari lingua dan gigi geligi. Bagian belakang cavum oris membuka ke oropharynx melalui
isthmus oropharyngeus. Otot utama pipi adalah m. buccinators yang bersama dengan lidah
mengatur supaya makanan tetap berada di gigi molar saat dikunyah.
Gambar 1, Rongga Mulut (Swartz,1989) 3

Cavum Oris terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula, yaitu ruang di antara
gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisisisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah belakang bersambung dengan awal
farinx. Atap mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Di bagian posterior palatum mole
berakhir pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut. Pada bagian paling posterior dari rongga
mulut terletak tonsil di antara kolumna anterior dan posterior.
Selaput lendir mulut ditutupi ephitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjarkelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah dan juga
memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di
sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.
Ada beberapa bagian rongga mulut yang perlu diketahui, yaitu:
1. Palatum
a. Palatum durum
Tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris. Palatum
durum adalah suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian anteriornya mempunyai
lipatan - lipatan yang menonjol, atau rugae.
b. Palatum mole
Terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak,
terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir. Palatum mole adalah suatu daerah
fleksibel muscular di sebelah posterior palatum durum. Tepi posterior berakhir pada
uvula. Uvula membantu menutup nasofaring selama menelan. 4

Gambar 2, Gigi-geligi dan tulang palatum (Pearce,1979)


2. Cavum Oris
a. Bagian Gigi
Terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang tugasnya memotong dan gigi posterior yang
tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari
saraf cranial ke 5. Proses mengunyah di kontrol oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan
formasi retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulkan pergerakan
mengunyah secara ritmis dan kontinu.
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semuamakanan, terutama untuk sebagian
besar buah dan sayur- sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak
dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus diuraikan sebelum dapat digunakan.
b. Tulang Alveolar.
Tulang alveolar terdiri atas tulang spons di antara dua lapis tulang kortikal. Pembuluh darah dan
saraf gigi menembus tulang alveolar ke foramen apical untuk memasuki rongga pulpa. Tulang
alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber 5

kalsium siap pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen
atau setelah periodontitis dapat terjadi resorbsi nyata dari tulang alveolar.
c. Gingiva.
Gingiva adalah membran mukosa yang melapisi vestibukum dari rongga mulut dan melipat di
atas permukaan luar tulang alveolar. Saat mendekati gigi, ia menyatu dengan tepian bawah lapis
merah muda yang lebih kuat yang disebut gusi atau gingiva, yang merupakan bagian membrane
mukosa yang terikat erat pada periosteum Krista tulang alveolar. Ia dilapisi epitel berlapis gepeng
dengan banyak papilla jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Epitel ini berkeratin, tetapi dalam
lingkungan basah ini ia tidak memiliki stratum granulosum dan sel- sel gepeng lapis
superfisialnya tetap berinti piknotik.
d. Ligamentum Periodontal.
Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk membrane periodontal atau
ligament periodontal di antara sementum dan tulang alveolar di sekitarnya. Serat-seratnya
berjalan miring ke atas dari sementum ke tulang hingga tekanan pada gigi menekan serat-serat
yang tertanam dalam tulang. Ligamen periodontal menahan gigi pada sakunya dan masih
memungkinkan sedikit gerak
e. Pulpa.
Pulpa, yang memenuhi rongga gigi, berasal dari jaringan yang membentuk papilla dentis selama
perkembangan embrional. Arteriol kecil memasuki pulpa melalui foramen apical dan cabang
kapilernya pecah dekat dasar odontoblas dan sebagian terdapat diantaranya. Mereka ini berlanjut
ke dalam vena kecil yang letaknya lebih ke pusat pulpa.
f. Lidah
Lidah manusia sebenarnya dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok, yaitu otot-otot
yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan otot-otot ekstrinsik yang salah satu ujungnya
mempunyai perlekatan di luar lidah, yaitu pada 6

tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah. Otot intrinsik mempunyai serat lebih halus
daripada otot ekstrinsik. Otot-otot ini penting dalam proses mengunyah dan mengucapkan katakata. Pergerakan lidah diatur oleh saraf otak ke-12.
Permukaan belakang lidah yang terlihat pada saat seseorang membuka mulut ditutupi oleh selaput
lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan (papilla). Pada papilla ini terdapat alat pengecap (tastebud) untuk mengenal rasa manis, asin, asam (di ujung depan), dan pahit (di pangkal lidah). Di
samping itu, lidah juga mempunyai ujung-ujung saraf perasa yang dapat menangkap sensasi
panas dan dingin. Rasa pedas tidak termasuk salah satu bentuk sensasi pengecapan, tetapi suatu
rasa panas yang termasuk sensasi umum. Pengecapan diurus oleh saraf otak ke-7 dan sensasi
umum oleh saraf otak ke-5.
Gambar3, lidah dari atas (Swartz,1989)
g. Kelenjar ludah.
1. Kelenjar parotis
Letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Nervus fasial berjalan melalui kelenjar ini.
Parotid gland terletak di belakang tulang rahang bawah 7

di bawah daun telinga dan mempunyai saluran yang bermuara di depan gigi geraham ke-2 atas.
Gondongeun atau parotitis epidemica merupakan penyakit infeksi virus yang mengenai kelanjar
ini.
2. Kelenjar submaksilaris, terletak dibawah fongga mulut bagian belakang.
3. Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.
II.2 Gigi dan Komponennya
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gusi, lehernya
dikelilingi gusi dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu
dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa.
Gambar Diagram potongan sagital gigi molar pertama bawah manusia (Fawcett, 2002) 8

Orang dewasa memiliki 32 gigi, 16 tertanam di dalam proses alveolaris maksila dan 16 di dalam
mandibula. Yang disebut gigi permanen ini didahului oleh satu set sebanyak 20 gigi desidua, yang
mulai muncul sekitar7 bulan setelah lahir dan lengkap pada umur 6-8 tahun. Gigi ini akan tanggal
antara umur enam dan tiga belas, dan diganti secara berangsur oleh gigi permanen, atau
suksedaneus. Proses penggantian gigi ini berlangsung sekitar 12 tahun sampai gigi geligi lengkap,
umumnya pada umur 18 tahun, dengan munculnya molar ketiga.
Semua gigi terdiri atas sebuah mahkota yang menonjol di atas gusi atau gingival, dan satu atau
lebih akar gigi meruncing yang tertanam di dalam lubang atau alveolus di dalam tulang maksila
atau mandibula. Batas antara mahkota dan akar gigi disebut leher atau serviks.
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder, yaitu:
a. Gigi primer, dimulai dari ruang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri,1
taring, 3 geraham dan untuk total keseluruhan 20 gigi
b. Gigi sekunder, terdiri dari 2 gigi seri,1 taring, 2 premolar dan 3 geraham untuk total
keseluruhan 32 gigi.
Komponen-komponen gigi meliputi:
a. Email
Email gigi adalah substansi paling keras di tubuh. Ia berwarna putih kebiruan dan hampir
transparan. Sembilan puluh smebilan persen dari beratnya adalah mineral dalam bentuk Kristal
hidroksiapatit besar-besar. Matriks organic hanya merupakan tidak lebih dari 1% massanya.
b. Dentin
Dentin terletak di bawah email, terdiri atas rongga-rongga berisi cairan. Apabila lubang telah
mencapai dentin, cairan ini akan menghantarkan rangsang ke pulpa, sehingga pulpa yang berisi
pembuluh saraf akan menghantarkan sinyal rasa sakit itu ke otak. 9

Dentin bersifat semitranslusen dalam keadaan segar, dan berwarna agak kekuningan. Komposisi
kimianya mirip tulang namun lebih keras. Bahannya 20% organic dan 80% anorganik.
c. Pulpa
Pulpa merupakan bagian yang lunak dari gigi. Bagian atap pulpa merupakan bentuk kecil dari
bentuk oklusal permukaan gigi. Pulpa mempunyai hubungan dengan jaringan peri- atau
interradikular gigi, dengan demikian juga dengan keseluruhan jaringan tubuh. Oleh karena itu,
jika ada penyakit pada pulpa, jaringan periodontium juga akan terlibat. Demikian juga dengan
perawatan pulpa yang dilakukan, akan memengaruhi jaringan di sekitar gigi.
Bahan dasar pulpa terdiri atas 75% air dan 25% bahan lain, yaitu:
- Glukosaminoglikan
- Glikoprotein
- Proteoglikan
- Fibroblas sebagai sintesis dari kondroitin sulfat dan dermatan sulfat.
Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Pada saluran akar ditemui
pembuluh darah, jaringan limfe, juga jaringan saraf, yang masuk ke rongga pulpa dan membentuk
percabangan jaringan yang teratur serta menarik. Jaringan yang memasok darah dari pulpa,
masuk dari foramen apical, tempat arteri dan vena masuk serta keluar.
d. Sementum
Akar gigi ditutupi lapisan sementum tipis, yaitu jaringan bermineral yang sangat mirip tulang.
Melihat sifat fisik dan kimiawinya, sementum lebih mirip tulang dari jaringan keras lain dari gigi.
Terdiri atas matriks serat-serat kolagen, glikoprotein, dan mukopolisakarida yang telah mengapur.
Bagian servikal dan lapis 10

tipis dekat dentin adalah sementum aselular. Sisanya adalah sementum selular, dimana terkurung
sel-sel mirip osteosit, yaitu sementosit, dalam matriks.
III.3 Jaringan Sekitar Rongga Mulut
Jaringan sekitar mulut :
1. Bibir dengan bagian-bagian
a. Bibir atas
b. Bibir bawah
c. Tepi bibir
d. Sudut bibir (commisure) dimana bibir atas dan bawah bertemu
e. Tuberkel yaitu tonjolan bulat pada bibir atas tengah bawah
2. Filtrum
Yaitu lekukan antara tuberkel dan hidung.
3. Labiomental groove
Yaitu groove yang berjalan horizontal di bawah bibir bawah yang membatasi dagu.
4. Nasolabial groove
Yaitu lekukan antara hidung/nasal dan bibir/labia.
5. Dagu
Di sebelah depan, mulut dibatasi oleh bibir dan otot-otot yang melingkarinya. Bibir ini
merupakan peralihan dari kulit dan selaput lendir. Perbedaannya dengan kulit adalah bahwa bibir
tidak mempunyai lapisan tanduk dan lapisan epidermisnya tipis. Warna merah pada bibir
disebabkan oleh warna merah darah dalam kapiler di bawahnya. Karena kulitnya tipis, bibir juga
merupakan bagian yang sensitive pada manusia. 11

BAB III
PHLEGMON
III.1 Definisi Phlegmon
Salah satu infeksi odotogenik yang sering terjadi adalah phlegmon. Menurut kamus kedokteran,
kata phlegmon mengacu kepada suatu keradangan supuratif akut yang mempengaruhi jaringan
ikat subcutaneus. Sedangkan arti kata phlegmon di dalam kamus kedokteran gigi adalah suatu
keradangan hebat yang menyebar melalui rongga jaringan tissue menjadi area peradangan yang
luas dan tanpa batas yang jelas. Secara klinis sendiri phlegmon terlihat berupa bengkak yang
keras tak bernanah
III.2 Patofisiologi Phlegmon
Nekrosis pulpa karena karies dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam yang
merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak,
maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang
ini tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan lunak. Penyebaran infeksi ini
tergantung dari daya tahan jaringan tubuh.
Infeksi odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat (perkontinuitatum), pembuluh darah
(hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous). Yang paling sering terjadi adalah penjalaran
secara perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan yang berpotensi sebagai
tempat berkumpulnya pus.
Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal, abses submukosa, abses
gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses fasial. Penjalaran infeksi pada
rahang bawah dapat membentuk abses subingual, abses submental, abses submandibular, abses
submaseter, dan angina Ludwig. 12

Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea mylohyoidea (tempat
melekatnya m. mylohyoideus) yang terletak di aspek dalam mandibula, sehingga jika molar
kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke ruang
submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringeal.
Gambar 4, lokasi phlegmon pada rongga mulut
Phlegmon berawal dari infeksi pada gigi (odontogenik), yang disebabkan oleh kuman
Streptokokus yang menginfeksi lapisan dalam dasar mulut, kemudian penyebaran infeksi yang
terjadi secara difus dan progresif dengan cepat menyebabkan timbulnya tumpukan nanah pada
daerah rahang bawah kanan dan kiri (submandibula) dan dagu (submental) serta bawah lidah
(sublingual). 13

Hal tersebut dapat berlanjut menyebabkan gangguan jalan nafas dengan gejala berupa perasaan
tercekik dan sulit untuk bernafas secara cepat (mirip dengan pada saat terjadinya serangan
jantung yang biasa dikenal dengan angina pectoris ).
Pada suatu penelitian Jankowska, yang dilakukan pada 24 pasien, dimana 16 diantaranya
menderita abses leher dan 8 lainnya menderita phlegmon pada leher. Didapatkan hasil yaitu 59%
disebabkan oleh adanya infeksi pada gigi dan 29% pada penderita pharyngotonsilitis. Kultur
bakteri positif pada semua kasus. Penyebaran infeksi pada phlegmon juga didasari oleh adanya
defisiensi imunologi.
Gambar 5, gambaran mikroskopi phlegmon 14

III.3 Klasifikasi Phlegmon


Phlegmon dikasifikasi menjadi beberapa bagian, yaitu :
4. Berdasarkan patogenesis:
- per continuitatum
- hematogenous
- odontogenous
5. Berdasarkan bentuk exudat:
- purulent phlegmon
- purulent hemorrhagic phlegmon
- putrefactive phlegmon
1. Gejala Klinik :
- acute
- subacute
2. Severity ( derajat keparahan )
- mild
- average
- severe ( penyebaran ke tempat lain)
3. Berdasarkan lokasi
- superficial
- cutaneous
- subcutaneous
- interstitial tissue
- intramuscular
Gambar 6, lokasi infeksi phlegmon pada wajah 15

III.4 Phlegmon Dasar Mulut atau Ludwig`s Angina


Phlegmon dasar mulut (submandibular atau sublingual space) atau Ludwig`s angina,
dikemukakan pertama kali oleh Von Ludwig pada 1836 sebagai selulitis dan infeksi jaringan
lunak disekeliling kelenjar mandibula. Kata angina pada Ludwig`s angina dihubungkan dengan
sensasi tercekik akibat obstruksi saluran nafas secara mendadak.
Ludwig`s angina merupakan infeksi yang berasal dari gigi akibat penjalaran pus dari abses
periapikal tergantung jenis gigi (seperti pada fascial spaces). angina Ludwig berawal dari infeksi
odontogenik, khususnya dari molar dua atau tiga bawah. Gigi-gigi ini mempunyai akar yang
terletak pada tingkat otot myohyloid, dan abses di sini akan menyebar ke ruang submandibula.
Ada juga penyebab lain yang sedikit dilaporkan antara lain adalah sialadenitis, abses peritonsilar,
fraktur mandibula terbuka, infeksi kista duktus thyroglossus, epiglotitis, injeksi obat intravena
melalui leher, trauma oleh karena bronkoskopi, intubasi endotrakeal, laserasi oral, luka tembus di
lidah, infeksi saluran pernafasan atas, dan trauma pada dasar atau lantai mulut.
Kriteria yang mendasari suatu keadaan disebut dengan Ludwig`s angina yaitu:
1. Proses selulitis pada submandibular space (bukan merupakan abses) 2. Keterlibatan dari
submandibular space baik unilateral atau bilateral 3. Adanya gangrene dengan keluarnya cairan
serosanguinous yang meragukan ketika dilakukan incise dan tidak jelas apakah itu adalah pus 4.
Mengenai fascia, otot, jaringan ikat, dan sedikit jaringan kelenjar 5. Penyebaran secara langsung
dan tidak ada penyebaran secara limfatik
Gejala dari Ludwig`s angina yaitu: sakit dan bengkak pada leher, leher menjadi merah, demam,
lemah, lesu, mudah capek, bingung dan perubahan mental, dan kesulitan bernapas (gejala ini
menunjukkan adanya suatu keadaan darurat) yaitu obstruksi jalan nafas. Pasien Ludwig`s angina
akan mengeluh bengkak yang jelas dan lunak pada anterior leher, jika dipalpasi tidak terdapat
fluktuasi dan pasien akan merasa sangat nyeri. 16

III.5 Pemeriksaan penunjang


CT-Scan pada regio cervical dapat mendukung diagnosis phlegmon. Pemeriksaan Ultrasound
pada leher cukup untuk mendirikan diagnosis yang tepat pada submandibular space abcess dan
ludwigs angina. Selain dari pemerikasaan klinis, pemeriksaan radiology yang akurat dan evaluasi
mikrobiologi yang essensial, dapat menentukan penyebab yang potensial dari proses inflamasi
yang ada dan dapat memberikan terapi farmakologi yang tepat pula
.
III.6 Komplikasi
Pada pasien dengan infeksi cervicofacial yang tidak menerima perawatan yang sesuai dengan
situasi dan perkembangan klinisnya, komplikasi dapat timbul jika perawatan yang dilakukan
memakan waktu yang lama dan perkembangan yang mematikan tidak dapat diacuhkan.
Komplikasi paling serius dari Ludwig`s angina adalah adanya penekanan/kolaps jalan nafas
akibat pembengkakan yang berlangsung hebat.
Gambar 7, phlegmon dasar mulut ( Ludwigs Anggina ) 17

III.7 Penatalaksanaan
Setelah mendapat riwayat kesehatan gigi, terutama bila pernah terjadi infeksi gigi, dan telah
melaksanakan pemeriksaan fisik, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah memeriksa
permeabilitas jalan napas lalu dilanjutkan dengan mengecek akan adanya abses. Jika telah
terbentuk abses, direkomendasikan untuk dilakukan terapi pembedahan (abscess drainage).
Namun bila belum terbentuk abscess, kita dapat memilih terapi konservatif, yaitu dengan
pemberian antibiotic IV dan tetap mempertimbangkan kemungkinan operasi tergantung pada
perkembangan penderita 48-72 jam ke depan. Selain itu, pada kasus ini, kita tidak boleh lupa
tentang adanya kemungkinan terjadinya kolaps jalan napas, yang jika terjadi harus
dipertimbangkan kemungkinan untuk melakukan trakeostomi.
Jika telah terjadi kolaps jalan napas, diperlukan tindakan bedah segera dengan trakeostomi
sebagai jalan nafas buatan. Kemudian jika saluran nafas telah ditangani dapat diberikan antibiotik
dan dilakukan incisi pada pus untuk mengurangi tekanan. Perlu dilakukan perawatan gigi pada
gigi penyebab infeksi (sumber infeksi) baik perawatan endodontic maupun periodontic. 18

BAB IV
KESIMPULAN
Phlegmon adalah suatu keradangan hebat yang menyebar melalui rongga jaringan tissue menjadi
area peradangan yang luas dan tanpa batas yang jelas. Phlegmon berawal dari infeksi pada gigi
(odontogenik), yang disebabkan oleh kuman Streptokokus yang menginfeksi lapisan dalam dasar
mulut, kemudian penyebaran infeksi yang terjadi secara difus dan progresif dengan cepat
menyebabkan timbulnya tumpukan nanah Phlegmon dikasifikasi menjadi beberapa bagian, yaitu
berdasarkan gejala Klinik, derajat keparahan, patogenesis, bentuk exudat dan berdasarkan lokasi
Selain pemeriksaan klinis, juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiology,
evaluasi mikrobiologi, pemeriksaan Ultrasound pada leher serta CT-Scan pada regio cervical
dapat mendukung diagnosis phlegmon. Komplikasi dapat timbul jika perawatan yang dilakukan
memakan waktu yang lama, komplikasi paling serius dari phlegmong dasar mulut atau Ludwig`s
angina adalah adanya penekanan/kolaps jalan nafas akibat pembengkakan yang berlangsung
hebat. 19

DAFTAR PUSTAKA
1. B. Jankowska, A. Salami, G. Cordone, S. Ottoboni, R. Mora. 2003. Deep Neck Space
Infections. International Congress Series 1240 (2003) 14971500. Genoa, Italy. Diakses
tanggal 2 Mei 2010.
2. Fawcett, Don W. 2002.Buku Ajar Histologi Edisi 12. Jakarta: EGC.
3. Harshanur, Itjiningsih Wangidjaja.1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.
4. M. de la Cmara Gmez, F. Vzquez de la Iglesia, M. M. Otero Palleiro, J. de la Cmara
Gmez, C. Barbagelata Lpez. 2007. Phlegmon In The Submandibular Region
Secondary To Odontogenic Infection. La Corua. Diakses tanggal 2 Mei 2010.
5. Marcin Baran, Tomasz Tomaszewski, Izabela Joko. 2006. Facial Phlegmon A Case
Report, Lublin . Diakses tanggal 2 Mei 2010.
6. Wibowo, Daniel S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia.EGC

You might also like