Professional Documents
Culture Documents
Od Post Trabekulektomi
Os Post Iridektomi Perifer
Disusun oleh:
Arum Diannitasari
01.210.6093
PEMBIMBING
dr. Rosalia Septiana, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
Status Menikah
Tanggal masuk poli
CM
:
:
:
:
:
:
:
Tn. S
45 tahun
Kaliwungu-Kudus
Tidak Bekerja
Sudah Menikah
6 Agustus 2014
681668
B. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dan Autoanamnesis pada tanggal 6 Agustus 2014
jam 11.30 WIB
Keluhan Utama
Mata kanan dan kiri tidak dapat melihat
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kanan dan kiri tidak bisa melihat sejak 2
bulan lalu. Pasien mengaku pandangan terasa gelap. Pasien juga merasa mata kemeng
dan berat. Pasien tidak merasakan perbedaan melihat, baik saat malam maupun
siang hari. Menurunnya fungsi penglihatannya sudah dirasakan sejak 2012 dan
semakin parah pada tahun 2013. Pasien mengaku penurunan penglihatan terjadi pada
mata kanan terlebih dahulu kemudian diikuti penurunan penglihatan pada mata kiri.
Pasien mengaku terkadang terdapat keluhan cekot-cekot pada kedua mata, tidak ada
mual muntah, dan ketika melihat cahaya lampu tidak ada gambaran pelangi. Pasien
mengatakan tidak pernah berobat sebelumnya karena awalnya pasien tidak merasakan
hal tersebut sebagai hal yang mengganggu dan karea keterbatasan biaya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pengobatan
: 180/110 mmHg
: 80 x/menit
: 18 x/menit
: 36,50 C
Status Ophtalmicus
OCULUS DEXTER (OD)
PEMERIKSAA
N
0
Edema (-),
hiperemis (-),
0
Edema (-),
Palpebra
hiperemis(-),
Edema (-),
Edema (-),
Konjungtiva
Sklera
infiltrat (-)
Warna putih dan
tidak ikterik
Bulat, keruh (+), edema (-)
Kornea
tidak ikterik
Bulat, keruh (+), edema (-)
Kedalaman dangkal,
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Kripta (+),
Kripta (+),
Iris
Pupil
diameter: 5mm,
Refleks pupil L/TL (+/+)
Jernih
Jernih
Lensa
Corpus
Jernih
Jernih
Suram
Atrofi Papil,
Vitreum
Fundus reflek
Funduscopy
Suram
Atrofi papil,
CDR 0,9
CDR 0,9
Ekskavasio
glaukomatosa (+),
medialisasi (+),
medialisasi (+),
AVR 2:3,
AVR 2:3,
TIO
Sistem
N++ (Keras)
Epifora (-),lakrimasi (-)
Lakrimasi
A. RESUME
Subyektif
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Kudus dengan keluhan mata
kanan dan kiri tidak dapat
pandangan terasa gelap. Pasien juga merasa mata kemeng dan berat.
Menurunnya fungsi penglihatannya sudah dirasakan sejak 2011 dan semakin
parah pada tahun 2012. Pasien mengaku terkadang terdapat keluhan cekotcekot pada kedua mata
Obyektif
PEMERIKSAAN
hiperemis (-),
Palpebra
hiperemis(-),
Edema (-),
Edema (-),
Konjungtiva
Sklera
tidak ikterik
Bulat, keruh (+), edema (-)
Kornea
tidak ikterik
Bulat, keruh (+), edema (-)
Kedalaman dangkal,
Camera Oculi
Kedalaman Dangkal,
Anterior
(COA)
Kripta (+),
warna coklat, edema (-),
Kripta (+),
Iris
diameter: 5mm,
Refleks pupil L/TL (+/+)
Lensa
Corpus Vitreum
Fundus reflek
Funduscopy
Jernih
Jernih
Suram
Atrofi papil,
CDR 0,9
Ekskavasio
Ekskavasio glaukomatosa
glaukomatosa (+),
(+),
medialisasi (+),
medialisasi (+),
AVR 2:3,
AVR 2:3,
Meningkat N++
Epifora (-),lakrimasi (-)
TIO
Sistem
Meningkat N++
Epifora (-),lakrimasi (-)
Lakrimasi
D. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
b. Pemeriksaan GDS, GDP, GDPP
Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Perimetri
Pemeriksaan Gonioskopi
Pemeriksaan Tonometri Schiotz atau Aplanasi Goldmann dan Non Contact
Tonometry (NCT)
E. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
ODS
1. Glaukoma absolute
2. Glaukoma Primer Sudut Terbuka
3. Glaukoma Primer Sudut Tertutup
F. DIAGNOSA KERJA
ODS Glaukoma Absolute
G. TERAPI
Terapi medikamentosa
H. PROGNOSIS
OCULUS DEXTER (OD)
Quo Ad Visam:
ad malam
Quo Ad Sanam
ad malam
ad malam
ad malam
Quo Ad Kosmetikam :
dubia ad bonam
dubia ad bonam
Quo Ad Vitam
ad bonam
ad bonam
I. EDUKASI
a.
Menganjurkan pasie untuk tetap kontrol rutin ke dokter spesialis mata dan segera
b.
c.
d.
J. KOMPLIKASI
Glaucoma absolute merupakan fase terakhir pada glaucoma, karena sudah terjadi
kebutaan yang irreversible. Sehingga tidak ada komplikasi lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI
II.1.1 ANATOMI SUDUT BILIK MATA (COA)
Bagian mata yang penting dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi ini
berada dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang
menghubungkan akhir dari membran descement dan membran bowman, lalu ke posterior
0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanal schlem dan trabekula sampai ke COA.
Limbus terdiri dari dua lapisan epitel dan stroma. Epitelnya dua kali setebal epitel kornea. Di
dalam stroma terdapat serat serat saraf dan cabang akhir dari a. Siliaris anterior.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera dan kornea, di sini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas
belakang sudut filtrasi, serta tempat insersi otot siliar logitudinal. Pada sudut filtrasi terdapat
garis schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement dan kanal
schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari:
a. Trabekula korneoskleral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea dan
menuju ke belakang, mengelilingi kanal schlemm untuk berinsersi pada sklera.
b. Scleralspur (insersidari m. Ciliaris) dan sebagian ke m. Ciliaris meridional.
c. Serabut berasal dari akhir membran descement (garis schwalbe) menuju ke jaringan
pengikat m. Siliaris radialis dan sirkularis.
d. Ligamentum pektinatum rudimenter,berasal dari dataran depan iris menuju ke depan
trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis dan
seluruhnya diliputi endotel.
Kanal
schlemn
merupakan
kapiler
yang
dimodufikasi
yang
mengelilingi
kornea.Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah dalam terdapat lubang
lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanal shlemn.
Dari kanal schlemn, keluar salura kolektor, 20 30 buah, yang menuju ke pleksus vena di
dalam jaringan sklera dan episkelera dan vena siliaris anterior di badan siliar.
sumber :http://duniamata.blogspot.com/search/label/humor%20aquous
Plasma
Aqueous Humor
Vitreous Humor
Na
146
163
144
Cl
109
134
114
HCO3
28
20
20-30
Askorbat
0,04
1,06
2,21
Glukosa
3,4
Trabecular Outflow (kiri) dan Uveosceral Outflow (kanan).Sumber : Goel et al, 2010.
II.1.4 Tekanan Intraokuli
Tekanan intraokuli merupakan kesatuan biologis yang menunjukkan fluktuasi harian.
Tekanan yang tepat adalah syarat untuk kelangsungan penglihatan yang normal yang
menjamin kebeningan media mata dan jarak yang konstan antara kornea dengan lensa dan
lensa dengan retina. Homeostasis tekanan intraokular terpelihara oleh mekanisme regulasi
setempat atau sentral yang berlangsung dengan sendirinya.
Tekanan mata yang normal berkisar antara 10-22 mmHg. Tekanan intraokuli kedua
mata biasanya sama dan menunjukkan variasi diurnal. Pada malam hari, karena perubahan
posisi dari berdiri menjadi berbaring, terjadi peningkatan resistensi vena episklera sehingga
tekanan intraokuli meningkat. Kemudian kondisi ini kembali normal pada siang hari sehingga
tekanan intraokuli kembali turun. Variasi nomal antara 2-6 mmHg dan mencapai tekanan
tertinggi saat pagi hari, sekitar pukul 5-6 pagi.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan intraokuli, antara lain
keseimbangan dinamis produksi dan ekskresi aqueous humor, resistensi permeabilitas
kapiler, keseimbangan tekanan osmotik, posisi, irama sirkadian tubuh, denyut jantung,
frekuensi pernafasan, jumlah asupan air, dan obat-obatan.
GLAUKOMA
II.2 DEFINISI
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit neurooptic yang menyebabkan kerusakan
serat optik (neuropati optik), yang ditandai dengan kelainan atau atrofi papil nervus opticus
yang khas, adanya ekskavasi glaukomatosa, serta kerusakan lapang pandang dan biasanya
disebabkan oleh efek peningkatan tekanan intraokular sebagai faktor resikonya.
Sumber :http://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7
II. 2.1 FAKTOR RESIKO
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c. Fakolitik
4. Akibat kelainan traktus uvea
a. Uveitis
b. Sinekia posterior (seklusio pupilae)
c. Tumor
5. Sindrom iridokorneo endotel (ICE)
6. Trauma
a. Hifema
b. Kontusio/resesi sudut
c. Sinekia anterior perifer
7. Pascaoperasi
a. Glaukoma sumbatan siliaris (glaukoma maligna)
b. Sinekia anterior perifer
c. Pertumbuhan epitel ke bawah
d. Pasca bedah tandur kornea
e. Pasca bedah pelepasan retina
8. Galucoma neovaskular
a. Diabetes mellitus
b. Sumbatan vena retina sentralis
c. Tumor intraokular
9. Peningkatan tekanan vena episklera
a. Fistula karotis-kavernosa
b. Sindrom Sturge-Weber
10. Akibat steroid
D. Glaukoma Absolut :
Hasil akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol adalah mata yang keras,
tidak dapat melihat, sering nyeri. Glaucoma absolut merupakan stadium akhir
glaucoma (sempit atau terbuka)dimana sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memerika gangguan fungsi lanjut. Kornea terlihat keruh,
bilik mata depan dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata
keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
Tekanan
Tekanan hidrostatik akan mengenai dinding struktur (pada mata berupa dinding
korneosklera). Hal ini akan menyebabkan rusaknya neuron apabila penekan pada sklera
tidak benar.
2.
Tegangan
Tegangan mempunyai hubungan antara tekanan dan kekebalan. Tegangan yang rendah
dan ketebalan yang relatif besar dibandingkan faktor yang sama pada papil optik
ketimbang sklera. Mata yang tekanan intraokularnya berangsur-angsur naik dapat
mengalami robekan dibawah otot rektus lateral.
3.
Regangan
Regangan dapat mengakibatkan kerusakan dan mengakibatkan nyeri.
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksiaquoeus humor oleh
badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus humor melalui sudut
bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan
Sumber : http://www.aafp.org/afp/20030501/1937.html
Keterangan gambar : Normal dan abnormal aliran humor aquos :
a. Aliran normal melalui anyaman trabekula (panah besar) dan rute uveasklera (panah
kecil) dan anatomi yang berhubungan. Kebanyakan aliran humor aquos melewati
anyaman trabekula. Setiap rute dialirkan ke sirkulasi vena mata.
b. Pada glaukoma sudut terbuka, aliran humor aquos melalui rute ini terhalang.
c. Pada glakuoma sudut tertutup, posisi abnormal iris sehingga memblok aliran humor
aquos melewati sudut bilik mata depan (iridocorneal).
II.2.4. GEJALA DAN TANDA
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena berkembang tanpa ditandai
dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui disaat
penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.
Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan penurunan
persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang progresif. Yang
pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya hanya akan
menyisakan penglihatan yang seperti terowongan (tunnel vision). Penderita biasanya
tidak memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena lapang pandang
sentralnya masih utuh.
Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea, mata
merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan.
Tanda klinis glaukoma:
1. Pada pemeriksaan penyinaran oblik atau dengan slit-lamp didapatkan bilik mata
depan normal.
2. Peningkatan TIO yang dapat diukur dengan tonometri Schiotz, aplanasiGoldmann
dan Non Contact Tonometry (NCT). Peningkatan TIO padaglaukoma yang
disebabkan kortikosteroid biasanya terjadi secara perlahan-lahan.
3. Perubahan pada diskus saraf optik, dibagi menjadi early glaucomatous dan advanced
glaucomatous changes.
a. Early glaucomatous changes ditandai dengan :
Ekskavasi dari cup sampai ke diskus saraf optik dengan CDR : 0,7 0.9
Penipisan jaringan neuroretinal.
Adanya pergeseran ke nasal dari pembuluh darah retina.
Pulsasi dari arteriol retina mungkin tampak saat TIO sangat tinggidan
2.5. DIAGNOSIS
Gonioskopi. Sudut pada kamera anterior terbuka seperti pada orang yang tidak menderita
glaukoma.Gambar 7. Gambaran hasil pemeriksaan gonioskopi. Pada glaukoma sudut terbuka
hasil gonioskopi seperti pada orang normal (dikutip dari kepustakaan 8).
II.2.6. PENATALAKSANAAN
Sasaran utama pengobatan glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan intraokuler
sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan lapangan pandang dan ketajaman penglihatan
lebih lanjut yang berujung pada kebutaan
1.
Medikamentosa
Antagonis adrenergik
Obat ini dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Efek
samping: pada penggunaan adrenergik sering terjadi reaksi alergi, pandangan
kabur, sakit kepala, rasa terbakar di mata, takikardia dan aritmia.
Agonis adrenergik
Bekerja untuk mengurangi produksi cairan aquos dan meningkatkan
drainase. Efek samping: rasa terbakar di tempat meneteskan obat topikal,
midriasis, hipertensi, malaise, sakit kepala, mulut dan hidung terasa kering.
Parasimpatomimetik
Obat yang digunakan merupakan golongan agonis kolinergik. Bekerja
pada anyaman trabekular dengan meningkatkan kontraksi otot siliaris sehingga
pupil mengalami miosis. Karena efek inilah maka obat parasimpatomimetik sering
juga disebut obat miotik. Kontriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan
glaukoma sudut tertutup. Efek samping: diare, kram perut, hipersalivasi, enuresis
dan bisa juga reaksi alergi.
diberi golongan
parasimpatomimetik,
seperti pilokarpin 2-4% tiap 20-30 menit. Dengan demikian diharapkan lensa yang
miosis akan menyebabkan iris tertarik ke belakang sehingga sudut bilik mata depan
terbuka. Selain itu, bisa juga diberikan golongan inhibitor karbonik anhidrase 3X1
tablet/hari. Obat-obat ini diberikan sampai tekanan intraokuler menjadi normal.
Kemudian ada dua pilihan terapi yang dapat dilakukan, yaitu tetap memberikan obat
parasimpatomimetik atau melakukan tindakan operasi.
Pada fase kongestif, pengobatan harus dilakukan secepat mungkin. Tekanan
intraokuler harus sudah turun dalam 2-4 jam. Jika terlambat 24-48 jam, maka akan
terjadi sinekhia anterior perifer sehingga pengobatan dengan parasimpatomimetik
tidak berguna lagi.
Obat yang biasa dipakai untuk glaukoma sudut tertutup adalah:
a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, setiap menit 1 tetes selama 5 menit.
Kemudian diteruskan setiap jam.
b. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 2 tablet. Kemudian disusul
dengan 1 tablet tiap 4 jam.
c. Hiperosmotik: gliserin 50%, 1-1,5 gr/kg yang diberikan per oral.
Dengan pengobatan seperti di atas, tekanan dapat turun sampai di bawah 25
mmHg dalam waktu 24 jam. Bila tekanan intraokuler sudah turun, operasi harus
dilakukan dalam 2-4 hari kemudian.
Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan semaksimal mungkin sehingga
tercapai tekanan intraokuler normal, ekstravasasi tidak bertambah dan lapangan
pandang tidak memburuk. Namun, obat yang diberikan haruslah yang mudah
diperoleh dan mempunyai efek samping yang minimal.
Obat yang bisa dipakai untuk glaukoma sudut terbuka adalah :
a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, 1 tetes, 3-6 kali sehari atau eserin 0,250,5%, 1 tetes, 3-6 kali sehari
b. Agonis-: epinefrin 0,5-2%, 1 tetes, 2 kali sehari
c. -blocker: timolol maleat 0,25-0,5%, 1 tetes, 1-2 kali sehari
d. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 1 tablet, 4 kali sehari
Obat-obat ini biasanya diberikan secara tunggal atau bila perlu dapat
dikombinasi. Bila dengan pengobatan tersebut tekanan intraokuler terkontrol dengan
baik, maka penderita harus menggunakan obat tersebut seumur hidup. Kalau tidak
berhasil, frekuensi penetesan atau dosis obat dapat ditingkatkan.
2.
Tindakan pembedahan
Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos di dalam
sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik filtrasi.
Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan medikamentosa tidak
berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan pembedahan, penglihatan yang sudah hilang
tidak dapat kembali normal, terapi medikamentosa juga tetap dibutuhkan, namun jumlah
dan dosisnya menjadi lebih sedikit.
a). Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling sering
digunakan. Pada teknik ini, bagian kecil
trabekula
yang
terganggu
diangkat
cairan
aquos
sehingga
dapat
bilik mata depan. Teknik ini biasanya dilakukan pada glaukoma sudut tertutup, sangat
efektif dan aman, namun waktu pulihnya lama.
c). Sklerotomi dari Scheie
Pada Operasi Scheie diharapkan terjadi pengaliran cairan aquos di bilik mata
depan langsung ke bawah konjungtiva. Pada operasi ini dilakukan pembuatan flep
konjungtiva di limbus atas (arah jam 12) dan dibuat insisi korneoskleral ke dalam
bilik mata depan. Untuk mempertahankan insisi ini tetap terbuka, dilakukan
kauterisasi di tepi luka insisi. Kemudian flep konjungtiva ini ditutup. Dengan operasi
ini diharapkan terjadinya filtrasi cairan aquos melalui luka korneoskleral ke
subkonjungtiva.
d). Cryotherapy surgery
Pada glaukoma absolut badan siliar berfungsi normal memproduksi cairan
akuos, tapi arus keluar terhambat untuk satu alasan atau yang lain. Sehingga tekanan
intraokular yang tinggi menyebabkan rasa sakit kepada pasien dan menyebabkan mata
buta yang menyakitkan.
Karena itu, dilakukan dengan cara menghancurkan badan siliar dengan
cyclocryotherapy
mengarah
pada
mengurangi
pembentukan
cairan
akuos,
melakukan
e. Enukleasi Bulbi
Laser
Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata kemudian sinar
laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke mata. Risiko yang dapat
terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang meningkat sesaat setelah operasi.
Namun hal tersebut hanya berlangsung untuk sementara waktu. Beberapa tindakan
operasi yang lazim dilakukan adalah :
a). Laser Iridektomy
Teknik ini biasa digunakan sebagai terapi pencegahan yang aman dan efektif
untuk glaukoma sudut tertutup. Dilakukan dengan membuat celah kecil di iris perifer
dan mengangkat sebagian iris yang menyebabkan sempitnya sudut bilik mata depan.
Beberapa keadaan yang tidak memungkinkan dilakukannya laser iridektomy,
diantaranya kekeruhan kornea, sudut bilik mata depan yang sangat sempit dengan
jaringan iris yang sangat dekat dengan endotel kornea, penderita yang pernah
menjalani operasi ini sebelumnya namun gagal dan pada penderita yang tidak bisa
diajak bekerja sama.
Sumber : http://www.medrounds.org/glaucoma-guide/2006/12/section-9-d-treatmentof-acute-angle.html
c).
Laser Trabeculoplasty
Dilakukan pada glaukoma sudut terbuka.
Sinar laser (biasanya argon) ditembakkan ke
anyaman trabekula sehingga sebagian anyaman
mengkerut. Kerutan ini dapat mempermudah
aliran keluar cairan aquos. Pada beberapa kasus,
terapi medikamentosa tetap diperlukan. Tingkat
keberhasilan dengan Argon laser trabeculoplasty mencapai 75%. Karena adanya
proses penyembuhan luka maka kerutan ini hanya akan bertahan selama 2 tahun.
Sumber : http://www.palopticlub.com/vb/showthread.php?t=2911
KOMPLIKASI
Glaukoma dapat menyebabkan hilang penglihatan sebagian atau seluruhnya
terjadi Glaukoma Absolut. Glaucoma absolut merupakan stadium akhir glaucoma
(sempit atau terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memerika gangguan fungsi lanjut. Kornea terlihat keruh, bilik mata depan dangkal,
papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa
sakit. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan Cycloryco therapy
untuk mengurangi nyeri. Seringkali enukleasi merupakan tindan yang paling efektif.
Apabila tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan.
IV.
PROGNOSIS
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan
kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata,
tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah
kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma
maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.
DAFTAR PUSTAKA