Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Berfikir Kritis
2.1.1. Pengertian Berfikir Kritis
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir
kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan
dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga
membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya
dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan
kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita
menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan
yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan
belajar. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan
dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan
pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator
umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin
dan mandiri.
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah
penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan
dan pengalaman. (Pery & Potter,2005). Menurut Bandman (1988), berpikir kritis
adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip,
pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), berpikir
kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang
kejadian
atau
fakta
yang
mutakhir
dan
menginterprestasikannya
serta
Sistematik dan senantiasa menggunakan criteria yang tinggi (terbaik) dari sudut
intelektual untuk hasil berpikir yang ingin dicapai.
2. Individu bertanggung jawab sepenuhnya atas proses kegiatan berpikir.
3.
4.
d. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai
macam media.
e. Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu
mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan
terus.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis merupakan proses kognitif yang digunakan untuk
membantu penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi, yaitu:
a.
b.
c.
b. Standar professional
Pada standar profesioanal keperawatan memiliki kode etik keperawatan
dan standar praktek asuhan keperawatan.
Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif, aktivitas
informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam
tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk menganalisis
penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi,
kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruknya
argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar
serta tindakan yang dilakukan.
Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas,
pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian
konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis
menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2.
3.
Reflektif
5.
Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara
benar dan dapat dipercaya.
6.
7.
1.
Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
2.
Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3.
Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru
Outside material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya
Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada
ketidakjelasan.
6.
Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru
dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7.
Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi / masukan yang datang dari
9.
Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan /
d.
H=
HABITS (KEBIASAAN)
I =
INQUIRY (PENYELIDIKAN)
N=
K=
pengalaman
dalam
menerapkan
berpikir
kritis.di
samping
kecenderungan untuk diatur oleh orang lain ,individu belajar menerima perbedaan
pendapat dan nilai-nilai di antara pihak yang berwenang.
2. Pikikiran Kritis Kompleks
Pada tingkat ini seseorang secara kontinu mengenali keragaman dari
pandangan dan persepsi individu.disini yang berubah adalah kemampuan dan
inisiatif individu.pengalaman membantu individu mencapai kemampuan untuk
terlepas dari kewenangan dan menganalisis serta meneliti secara lebih mandiri dan
sistematis. Perawat belajar keragaman dari pendekatan yang berbeda untuk terapi
yang sama.
3. Komitmen
Pada tingkat ini perawat memilih tindakan atau keyakinan berdasarkan
alternatif yang diidentifikasi pada tingkat berpikir yang kompleks.perwat mampu
untuk mengantisipasi kebutuhan untuk membuat pilihan yang kritis setelah
menganalisis keuntungan dari alternatif lainnya .
2.1.6. Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam
keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
Hanya dokter Anda yang tahu ( jawaban yang ramah), jangan khawatir Anda pasti
akan menjadi lebih baik. Ceritakan kepada saya apa yang membuat anda berfikir
bahwa Anda harus dirawat dirumah sakit.
Nah, pada saat ini perawat tidak boleh menyangkal dan tidak menghindri
kekhawatiran klien. Sebaliknya, perawat memfasilitasi pertimbangan klien sendiri
sehingga klien dapat menyebutkan fakta atau kesimpulan tentang kondisinya
sendiri. Bergantung pada apa yang klien katakana kepada perawat , mungkin
perawat akan mengajukan pertanyaan lebih lanjut, memilih untuk memeriksa
klien, atau barangkali keluar dari ruang pemeriksaan untuk menelaah catatan
medis klien.
diri
sendiri.
CAM
digunakan
untuk
mencegah
dan
Definisi
tersebut
menunjukkan
terapi
komplementer
sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diitegrasikan dengan terapi modern
yang mempengaruhi keharmonisan indiviodu dari aspek biologis, psikologis, dan
spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis
sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip
keperwatan yang memandang manusia sebgai makhluk yang holistik ( bio, psiko,
sosial, dan spiritual).
Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat
dalam menguaisai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi
komplementer. Penerapan terapi komplememnter pada keperawatan perlu
mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari prkatik keperawatan. Teori ini
dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi. Teori
keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan
terapi komplementer, misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya
mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiolohgi, dan lain-lain. Terapi
komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring
pada klien ( Snyder & Lindquis, 2002).
Berikut jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif :
a.
b.
c.
e.
Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, dan
mikro nutrient.
2.2.2. Sejarah Dan Latar Belakang
Beberapa pengobatan komplementer dan alternatif berkembang dari
praktek yang diwariskan turun temurun. Masyarakat dahulu mengembangkan
pendapat atau teorinya masing-masing tentang penyakit dan praktek untuk
menyembuhkan penyakit.
Pada jaman dulu orang mencari pengobatan dari alam sekitarnya, bila
mereka menderita berbagai macam penyakit. Pengobatan mulai dari air, pasir,
tanaman, maupun melakukan pemijitan. Pengobatan tersebut menjadi sulit
dipisahkan dari kepercayaan yang berkembang saat itu2. Pada masyarakat Mesir
kuno, kurang lebih tahun 1.500 sebelum Masehi telah dituliskan pada kertas
papirus tentang penyakit dan terapi tradisional untuk mengobatinya, termasuk
jimat dan benda-benda berkekuatan gaib, dan sepertiga dari semua bahan yang
juga dikenal saat ini termasuk Opium dan minyak kastor. Diagnosa dibuat
berdasarkan gejala dari panas, nyeri dan benjolan . Pengobatan didasarkan atas
diit, tanaman-tanaman obat maupun psikoterapi.
Di India, ditemukan suatu teks tentang pengobatan yang dikenal dengan
Athardaveda yang memuat rumus-rumus ramuan magis melawan setan, dan
penyembuhan sepenuhnya ada pada tangan Dewa Brahma. Dewa penyembuhnya
adalah Dhanvantari. Konsep dasarnya adalah keseimbangan dari tiga unsur dalam
tubuh yaitu udara, lendir dan cairan empedu, bila ada gangguan terhadap salah
satu diantaranya maka terjadi penyakit. Pengobatan didasarkan atas higiene, diit
dan pencahar. Pengobatan Ayurveda ini masih dipraktekkan di India sampai saat
ini.
Cina, pengobatan tradisional berkembang pada jaman kaisar Fu Hsi (th
2.800 SM) yang mencanangkan filosofi tentang Yin dan Yang dari alam, Kaisar
Shen Nung (2.700 SM) yang mengembangkan pengobatan dengan herbal dan
akupuntur; dan Kaisar Huang Ti (2.600 SM) yaitu pengarang teks kedokteran
kuno Nei Ching (Kitab dasar kedokteran Cina) yang sangat terkenal hingga saat
ini 2,5. Dua unsur dasar yang ada di alam adalah Yang (unsur laki-laki) dan Yin
(unsur wanita). Kesehatan merupakan keseimbangan dari kedua hal tersebut
sementara energi yang menggerakkan tubuh disebut Qi. Diagnosis dikembangkan
dengan mempelajari jenis denyut nadi dan warna lidah. Dasar pengobatan dari
China ini adalah akupuntur, di mana jarum kecil ditusukkan ke dalam jalur
meridian di tubuh sehingga menimbulkan sirkulasi sistim tubuh yang seimbang5
(akan dibahas lebih lanjut).
Lebih lanjut jaman Hippocrates (460-370 SM) di Roma, beliau adalah
orang yang mengembangkan pendapat bahwa penyakit adalah proses alam seperti
lingkungan, diet dan gaya hidup. Tubuh membuat sendiri keseimbangan di
dalamnya. Tulisannya merupakan pengamatan terhadap kenyataan. Dia dan
muridnya menemukan berbagai jenis penyakit dan menekankan latihan, pemijitan,
diet dan obat-obat untuk menyembuhkannya.
Pada abad 19 khususnya di Amerika Serikat berkembang Chiropractic,
ketika .D.Palmer seorang penyembuh di Iowa menyembuhkan seorang tuli dengan
melakukan manipulasi pada daerah servikalnya. Beliau mengembangkan suatu
sistim penyembuhan penyakit yang didasarkan atas subluksasio dari vertebra yang
Mind-body terapi
Yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya
perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journalin, bio feedback,
humor, tai chi, dan terapi seni.
2.
Terapi Biologis
Yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal dan
makanan.
Lindquis, 2002). Selain itu, perawat juga harus membuka diri untuk perubahan
dalam mencapai tujuan perawatan integratif ( Fontaine, 2005).
2.2.4. Riset dan Perkembangan CAMs
CAM mulai dikenal pada tahun 1999 yang berarti terapi yang di dapatkan
melalui proses sosial yang bukan merupakan sistem yang baku untuk menentukan
kepercayaan terhadap penyakit dan penyembuhannya.
Hingga saat ini banyak negara yang menggunakan CAM dalam metode
penyembuhan, antara lain Amerika, Cina, Jerman, Indonesia dan beberapa negara
lainnya. CAM juga berkembang melalui riset, training, pendidikan, dan publikasi
penggunaan upaya alternative melahirkan modalitas pentembuhan dan terapi
medis alternative.
Complementary medicine (kedokteran komplementer / pelengkap)
merupakan suatu kelompok diagnostik dan terapi di luar dari pengobatan
konvensional yang diajarkan ataupun diberikan di Bangku kuliah kedokteran pada
umumnya. Walaupun ada beberapa Institut yang juga mengajarkan hal ini 1,2.
Dalam banyak buku istilah Complementary sering dipakai bersama dengan
Alternatif dan sering pula terjadi tumpang tindih di antara keduanya. Beberapa
ahli menggunakan istilah CAM (Complementary and Alternative Medicine).
Meskipun belum banyak data ilmiah yang mendukung sistim terapi ini
namun masyarakat tetap mencari pengobatan tersebut. Seperti kita ketahui pasien
sering bertanya bagaimana pendapat dokter tentang salah satu dari terapi
pelengkap ataupun alternatif ini, sebagai dokter alangkah baiknya kita mengetahui
baik tidaknya terapi tersebut.
Menurut data di Amerika Serikat pada tahun awal 1990-an, sepertiga dari
1.530 orang yang disurvei, menggunakan terapi tersebut. Dalam penelitian lebih
lanjut dari tahun 1990 sampai 1997, ternyata respondennya bertambah dari 34%
menjadi 42%. Dari survei tersebut ditemukan sebagian besar mereka yang
menggunakan terapi ini adalah orang-orang dengan taraf pendidikan yang tinggi
dan penghasilan yang cukup serta usia berkisar antara 25-49 tahun 3. Hal yang
menarik dari penelitian ini bahwa pasien-pasien yang mencari terapi pelengkap
dan alternatif adalah mereka yang menderita nyeri pinggang belakang (35,9%
tahun 1990; 47,6% tahun 1997, arthritis (17,5%; 26,7%) dan nyeri
muskuloskeletal (22,3%; 23,6%) Hal ini sebanding dengan penelitian yang
dilakukan di beberapa negara lain seperti Australia, Canada,Inggris dan Belanda.
Dari data di atas kita mengetahui bahwa kebanyakan dari mereka yang
mencari terapi komplementer dan alternatif adalah mereka yang menderita
penyakit reumatik. Karena penyakit ini umumnya menyebabkan penderita merasa
nyeri yang mengganggu dan terutama lagi pengobatannya membutuhkan waktu
yang lama dan kadang pula menyebabkan penderita menjadi frustasi dengan
pengobatan konvensional yang ada. Di samping harga obat yang umumnya mahal,
kita ketahui pula bahwa efek samping dari pengobatan OAINS (Obat Anti
Inflamasi Non Steroid) konvensional, mulai dari perdarahan saluran cerna bagian
atas, gangguan ginjal dan disfungsi trombosit4. Karena itu dibutuhkan
pengetahuan dan dasar ilmu yang cukup bagi seorang dokter mengenai terapi
komplementer dan alternatif supaya dapat mendampingi pasiennya dalam memilih
terapi secara bijaksana dan sesuai.
kesehatan,
prilaku
postif,
memiliki
tujuan
hidup,
dan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah
penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan
dan pengalaman. Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik. Yang
penting bagi berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke
sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan
pikiran. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.
Untuk mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis, seseorang harus
melakukan suatu kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful
thinking), bukan asal berpikir yang tidak diketahui apa yang ingin dicapai dari
kegiatan tersebut. Artinya, walau dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering
melakukan proses berpikir yang terjadi secara otomatis (missal ; dalam
menjawab pertanyaan siapa namamu?). banyak pula situasi yang memaksa
seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang memang di rencanakan
ditinjau dari sudut apa (what), bagaimana (how), dan mengapa (why). Hal
ini dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.
meningkatkan
keberhasilan
upaya
pemulihan
(Conward
&
Ratanakul,1999). Dimana CAM mulai dikenal pada tahun 1999 yang berarti terapi
yang di dapatkan melalui proses sosial yang bukan merupakan sistem yang baku
untuk menentukan kepercayaan terhadap penyakit dan penyembuhannya.
3.2. Saran
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dan complementary
alternative medicine dalam keperawatan kita harus mengembangkan pikiran
secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan
merumuskan masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian hubungan dari
masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam
keperawatan dan beragam cara pengobatan yang diyakini dapat menyembuhkan.
Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih
nyaman dan tidak merasa terganggung dengan tindakan perawat serta pada
DAFTAR PUSTAKA
Potter & perry.(2006). Fundamental keperawatan konsep, proses & praktik. Jakarta:EGC.
Buckle, S.(2003). Aromatherapy .http//.www.naturalhealthweb.com/articles,diperoleh 25
april 2008.
Fontaine, K.L.(2005).complementary & alternative therapies for nursing practice.2th
Ed.New Jersey:Pearson prentice Hall.
Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A,(1999).community health nursing:caring in
action. USA:Delmar Publisher.
Snyder, M. & Lindquis, R. (2002).complementary/alternative therapies in nursing.4th
ed .New York : Spinger.
Patricia A. Potter. Fundamental keperawatanmodel berfikir kritis & penerapan berfikir
kritis