Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada malam hari, bintang-bintang terlihat menempel di kubah bola langit,
seakan-akan semua bintang sama jauhnya dari bumi, tetapi bila dilihat dari
cahayanya, ada bintang besar yang sangat terang dan ada pula yang nampak
dengan cahaya sangat lemah. Terang lemahnya suatu cahaya bintang bisa
disebabkan karena memang cahaya bintang itu demikian keadaannya, tetapi
bisa juga disebabkan karena jauh dekatnya kedudukan suatu bintang itu dari
pengamat (bumi). Bintang yang jauh akan tampak cahayanya lebih lemah
dan kecil, sedangkan bintang yang dekat akan tampak terang dan besar.
Cahaya
bintang
yang
terlihat
dengan
menggunakan
mata
tidak
film akan
menunjukkan hasil yang berbeda, hal ini disebabakan karena mata akan
lebih peka terhadap cahaya merah dan kuning, sedangkan plat film peka
terhadap cahaya biru dan putih. Perbedaan cahaya bintang ini tidak hanya
dipengaruhi oleh jarak bintang terhadap pengamat, tetapi juga dipengaruhi
suhu permukaan bintang tersebut dan spektrum yang dipancarkan oleh
bintang. Untuk mengatasi keterbatasan penglihatan warna bintang, sekarang
ini telah dibuat plat film yang peka terhadap berbagai spektrum cahaya.
Ada berbagai spektrum cahaya bintang yang hampir sama dengan
spektrum cahaya matahari, hal ini yang membedakan penglihatan warna
bintang yang diamati. Selain memiliki perbedaan cahaya, bintang juga bisa
mengalami revolusi.
Berdasarkan latar belakang inilah, maka dipandang perlu untuk
membahas lebih jauh tentang fisika bintang-bintang. Hal itulah yang
melatarbelakangi penulisan makalah dengan judul, Fisika BintangBintang. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai jarak dan
cahaya bintang, warna dan suhu bintang, spektrum bintang, dan gerak
bintang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
makalah ini, diantaranya:
1.2.1. Bagaimanakah jarak dan cahaya bintang?
1.2.2. Bagaimanakah warna dan suhu bintang?
1.2.3. Bagaimanakah spektrum bintang?
1.2.4. Bagaimanakah gerak bintang?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1. Untuk mendeskripsikan mengenai jarak dan cahaya bintang.
1.3.2. Untuk mendeskripsikan mengenai warna dan suhu bintang.
1.3.3. Untuk mendeskripsikan mengenai spektrum bintang.
1.3.4. Untuk mendeskripsikan gerak bintang.
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1. Bagi penulis
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan
penulis tentang penulisan suatu karya ilmiah dan materi fisika
bintang-bintang.
1.4.2. Bagi pembaca
Penulisan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama untuk
menambah pengetahuan tentang fisika dalam bintang-bintang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Jarak dan Cahaya Bintang
Di malam hari bintang-bintang tampak seperti menempel di kubah bola
langit, seakan-akan semua itu sama jauhnya dari bumi. Tetapi bila dilihat
dari cahanya, ada bintang besar dan sangat terang, dan ada pula yang
tampak kecil dengan cahayanya yang sangat lemah.
Terang lemahnya cahaya bintang bisa disebabkan karena memang cahaya
bintang itu demikian keadaannya, tetapi bisa pula disebabkan jauh dekatnya
kedudukan bintang itu dari pengamat (bumi). Bintang yang jauh akan
tampak cahayanya lebih lemah dan kecil, sedang bintang yang dekat akan
tampak terang dan besar. Seperti halnya dengan bola lampu mobil, bila
mobil itu jauh akan tampak cahaya lampu itu lemah dan kecil, tetapi bila
mobil itu sudah dekat akan tampak cahaya lampunya terang dan besar.
Salah satu cara untuk menentukan jarak suatu bintang adalah dengan
mengukur paralaks bintang tersebut, yaitu perubahan arah penampakan
bintang dari satu sisi ke sisi dari orbit lain
2.1.1. Jarak dan Paralaksis Bintang
Bumi beredar mengelilingi matahari satu kali edar dalam satu tahun.
Ini berarti kedudukan bumi terhadap bintang juga berubah selama satu
tahun (Surya, 2006). Bintang yang jaraknya dekat, penampakannya akan
bergeser terhadap kedudukan binatng jauh yang tampak seperti latar
belakang. Perubahan kedudukan ini akan tampak berbentuk kecil terhadap
bintang jauh tersebut seperti terlihat pada Gambar 1 berikut.
MB1 a
B1 S d
sin p
(1.1)
c
d
a
d
(1.2)
1
atau
d
1
p
(1.3)
Dari hasil pengamatan ternyata paralaks bintang selalu lebih kecil dari
satu detik busur dan terbesar paralksnya adalah 0,76 detik busur (0, 76).
Bintang yang paralaksnya satu detik busur, jaraknya dinamakan satu
parsec (pc) atau dengan perkataan lain p = 1 maka d = 1 pc.
Karena 1 rad = 206265 atau 1= 1/206265 rad
Maka persamaan (5.3) dapat ditulis menjadi
1pc
1
SA
1 / 206265
1pc 206265SA
atau
(1.4)
(1.5)
9,46 x1015 m
6,3x10 4 SA
11
1,5x10 m / SA
Karena 1 pc = 206265
=
Jadi,
206265SA
3,26 tc
6,3x10 4 SA / tc
1 pc = 3,26 tc
Contoh:
Bintang sirius paralaksnya 0,38. Berapa jarak bintang tersebut dalam
tahun cahaya (tc)?
Penyelesaian:
Diketahui:
p = 0,38
Ditanyakan:
d = . . .?
Jawab:
d = 1/p
= 1/0,38 pc = 2,6 pc
= (3,26 tc/pc) (2,6 pc) = 8,5 tc
Di dalam astronomi, metode yang digunakan dalam penentuan jarak
adalah metode paralaks. Paralaks merupakan metode yang digunakan
dengan melihat pada pergeseran dua titik tetap relatif satu terhadap yang
lain dilihat dari sudut pandang pengamat.
a) Paralaks Trigonometri
Penentuan jarak bintang baru berhasil dilakukan pada abad ke-19
dengan menggunakan metode paralaks trigonometri (Surya, 2006). Akibat
dari gerak edar bumi, bintang dekat akan terlihat bergeser terhadap bintang
jauh. Dan bintang tersebut seolah bergerak menempuh lintasan ellips
relatif terhadap latar belakang bintang yang jauh. Gerak ellips tersebut
merupakan pencerminan gerak bumi. Sudut yang dibentuk oleh bumi dan
matahari ke bintang inilah yang diebut paralaks bintang. Semakin jauh
letak bintang, lintasan ellipsnya makin kecil, paralaksnya juga makin kecil
merupakan komponen
, maka :
dimana
Dari pengamatan terhadap
dan
Dari sini harga paralaks masing-masing bintang bisa ditentukan dan jarak
bisa diketahui
d) Paralaks Gerak Gugus
Penentuan jarak berdasarkan gerak bintang juga bisa dilakukan dengan
mengamati gerak sejati bintang dalam gugus bintang. Untuk gugus yang
tidak terlampau jauh, lintasan bintang dalam gugus terlihat memusat pada
suatu titik. Titik temu vektor gerak sejati inilah yang disebut titik vertex.
Jika A merupakan sudut yang dibentuk oleh gugus bintang dan titik vertex
dan V merupakan kecepatan gugus dalam ruang dimana Vr merupakan
kecepatan radialnya, maka kecepatan tangensialnya gugus adalah :
, periode orbit
adalah :
atau
dengan jarak dinyatakan dalam AU sehingga hubungan jarak dan paralaks
yang berlaku adalah
maka :
atau
dengan
suatu benda yang bercahaya yang nampak oleh mata, terangnya sangat
bergantung pada jarak benda tersebut. Makinjauh jarak bintang tersebut
maka makin redup pula cahayanya yang namapak oleh mata. Terang
bintang yang tampak oleh pengamat (bumi) adalah merupakan energi dari
bintang itu yang diterima oleh pengamat per satuan waktu per satuan luas
yang disebut dengan fluks energi yang dinyatakan dalam joule/s.m2.
Besarnya energi yang dipancarkan oleh suatu bintang ke ruang
angkasa per satuan waktu disebut luminositas (L) bintang.
d
Gambar 4. memperlihatkan suatu bintang S yang luminositasnya L.
Berarti bintang ini memancarkan energi ke ruang angkasa ke segala arah
Gambar 4. Hubungan luminositas L, jarak d, dari fluks
sebesar L joule per detik (J/s). Pengamat B yang berada pada jarak d dari
energi E
bintang S juga akan menerima energi yang dipancarkan oleh bintang S ini.
Besarnya energi yang diterima oleh pengamat B (bumi) per satuan waktu
per satuan luas adalah sebesar E. Dikatakan fluks energi di B adalah E.
Karena energi yang dipancarkan oleh bintang s telah merambat sejauh d,
berarti melalui permukaan seluas 4rd 2 . Oleh karena itu, besarnya
energi yang diterima oleh b per satuan luas per satuan waktu yang sama
dengan fluks energi di B adalah
E
L
4d 2
(1.6)
11
4 1,5x1011 m
3,78x10
3,9 x10
26
26
1,37 x10
2
J / m 2 .s
J/s
12
= 6,98 x 108 m
Dibandingkan dengan jejari bumi R = 6,37 x 106 m, berarti,
R
6,98x10 8 m
109
R 6,37 x10 6 m
Jadi jejari matahari adalah 109 kali jejari bumi. Sebagai gambar
nyata bayangkan matahari itu sebesar bola basket maka bumi hanya
sebesar kacang hijau yang kedudukannya berada pada jarak sekitar
100 meter dari bola basket tersebut.
2.1.3. Magnitudo Bintang
Bila diperhatikan cahaya bintang di langit, ternyata ada bintang
yang sangat terang dan ada bintang yang sangat lemah cahayanya. Pada
abad kedua sebelum Masehi, Hiparcus telah membuat penggolongan
terang
bintang
yang
disebut
dengan
magnitudo
bintang.
Dia
13
(1.7)
Di mana
S = intensitas penginderaan
R = stimulus yang menyebabkan, dan
c = konstanta perbandingan
Pada tahun 1856, Pogson (Suwitra, 2010) menggunakan hukum Weber dan
Fechner dan menilai
Konstanta c = -2,5 atau
= - 1/0,4
= 1/ log 2,512
Dengan hubungan sebagai berikut:
(1.8)
Magnitudo
-26,8
-12,7
Benda Langit
Sirius
Aldebaran
Magnitudo
-1,5
0,8
14
Jupiter
Venus
Mars
-4,4
-2,7
-2,0
Betelgeuse
Antares
Vega
0,4
0,98
0,04
(1.9)
E 0 L / 410 2
d2
5 log10 / d
5 log 10 log d
51 log d
Jadi, m M 5 5 log d
(1.10)
15
(1.11)
L2
M 2 M 1 2,5 log
Karena E 02
L2
L1
(1.12)
410
410
410
L
dan E 01 1
410
, maka persamaan
(1.13)
Dengan demikian, bila jarak bintang itu diketahui maka kita dapat
menentukan magnitudo mutlaknya dengan memakai persamaan (1.10)
atau persamaan (1.11). Dari persamaan (1.13) ternyata magnitudo
mutlaknya
bisa
digunakan
untuk
menentukan
perbandingan
16
Atau
LogL 2 / L1 0,4 M 1 M 2
(1.14)
(1.15)
(1.16)
Jadi terang sebenarnya bintang sirius adalah 22.9 kali lebih terang
dari matahari. Pada hal kita melihat matahari jauh lebih terang sekitar
13 x 109 kali lebih terang dari bintang Sirius.
2.1.4
Modulus Jarak
17
E
10 pc
A
B
Jadi,
m M 5 log d / 10
Atau
m M / 5 log d / 10 log d 1
log d m M / 5 1 m M 5 / 5
d 10 m M 5 / 5
(1.17)
(1.18)
18
1010 / 5 10 2
d 100pc
19
b
T
(2.1)
(2.2)
(2.3)
(2.4)
Stefan-Boltzmann
juga
dapat
digunakan
untuk
22
atau
E hc
(2.5)
2hc 2
1
d
hc kT
5 e
1
(2.6)
23
2,9 10 3 mK
2,9 10 7 m 290 nm
1,0 10 4 K
Indeks Warna
Menurut hukum radiasi, bintang yang biru suhunya lebih tinggi
dari bintang yang warna cahayanya kuning (Kubus, 2010). Magnitudi
suatu bintang baik magnitudo semu maupun magnitudo mutlaknya
didasarkan pada terang bintang yang diamati oleh mata disebut
magnitudo visual yang diberi simbol mv, untuk magnitudo semunya
dan Mv untuk magnitudo mutlak visual. Namun mata manusia itu
ternyata kepekaannya terhadap warna tidak sama. Mata manusia peka
terhadap cahaya kuning dan hijau dan kurang peka terhadap warna biru
dan ungu. Sedangkan emulsi foto atau plat film itu peka terhadap
bahaya biru-ungu tetapi kurang peka terhadap cahaya kuning dan
bahkan tidak merespon terhadap cahaya dengan panjang gelombang
yang lebih besar dari 500 nm. Sehingga terang bintang yang diamati
dengan mata biasa akan berbeda hasilnya bila diamati atau diambil
dengan kertas film.
Misalkan ada dua bintang A dan B di mana A adalah bintang biru
dan B adalah bintang kuning. Andaikan energi cahaya yang ditangkap
melalui teleskop dari kedua bintang itu sama banyaknya. Namun mata
akan mengamati bintang B lebih terang dari bintang A. Sedangkan bila
cahaya kedua bintang itu ditangkap dengan kertas film maka hasilnya
akan nampak bintang A lebih terang dari pada bintang B. Hal ini
disebabkan karena bintang A lebih banyak memancarkan energi pada
24
(2.7)
25
Sekarang ini orang telah membuat kertas film yang peka segala
warna termasuk yang peka kuning yang memberi respon sama seperti
mata manusia. Karena cahaya bintang biru bila ditangkap dengan
kertas film peka biru akan lebih terang dibandingkan dengan pada
kertas peka kuning, berarti megnitudo biru B kecil dari magnitudo
kuning V, sehingga B-V menjadi negatif. Sebaliknya bintang kuning
atau bintang merah memiliki magnitudo visual yang lebih kecil
dibanding magnitudo biru sehingga indeks warnanya B-V menjadi
positif.
Dengan demikian indeks warna itu memberikan ukuran warna
suatu bintang. Indeks warna yang kecil atau negatif menandakan
bintang itu makin biru dan indeks warna yang benar menunjukkan
bintang itu kuning atau merah. Selanjutnya
warna bintang
2.3
(2.8)
SPEKTRUM BINTANG
26
Bila sinar matahari kita lewatkan melalui sebuah prisma, maka akan
dihasilkan cahaya warna-warni yang disebut pelangi atau dinamakan juga
spektrum sinar. Ini menandakan bahwa sinar putih itu adalah gabungan dari
berbagai macam warna.
Umumnya spektrum sinar matahari susunannya adalah merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Selain itu masih ada bagian spektrum
yang tidak kasat mata yaitu inframerah (IM) dan ultraviolet (UV). Bagian
cahaya yang tampak dinamakan cahaya kasat mata. Sebenarnya spektrum
sinar matahari itu mengandung banyak sekali warna atau panjang
gelombang sehingga tampak sebaran warna yang kontinu.
27
spektrum bintang dapat dipakai sebagai bahan informasi keadaan fisis benda
tersebut.
2.3.1
Jenis Spektrum
Spektrum merupakan suatu bukti adanya tingkat-tingkat energi
dalam suatu atom. Spektrum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
spektrum emisi dan spektrum absorpsi yang dapat diamati
menggunakan spektroskop (Kubus, 2010).
gas
c
Spectrum
kontinu dengan
garis gelap
a
Spectrum kontinu
Spectrum garis
terang
28
29
30
2.3.2
Klasifikasi Spektrum
Penelitian foto spektrum bintang-bintang menghasilkan berbagai
jenis spektrum. Tiap jenis spektrum memiliki pola garis spektrum yang
berbeda, karena banyaknya pola spektrum yang dihasilkan ini maka
orang mengelompokkan spektrum radiasi bintang yang disebut dengan
klasifikasi
spektrum.
Pada
tahun
1863,
Angelo
Secci
B1
G0
G5
K0
M2
Urutan spektrum ini mulai dari bintang terpanas sampai bintang yang
paling
rendah
suhu
permukaannya.
Tabel
di
bawah
ini
Warna
Biru
Biru
Biru
Suhu
> 25000
11. 103 25. 103
3
7,5. 10 11. 10
Contoh
Lacertae
Rigel
Di rasi bintang
Lacerta
Orion
Spica
Sirius
Virgo
Canis mayor
Lyra
Carina
Biru-putih
6. 10 7,5. 10
Vega
Canopus
Putih-kuning
5. 103 6. 103
Procyon
Matahari
Canis minor
Capella
Auriga
31
Orange-
Acturus
Bootes
merah
Merah
<3500
Aldebaran
Antares
Taurus
Scorpio
Betelgeuse Orion
Ciri-ciri utama dari ketujuh klas spektrum bintang tersebut adalah
sebagai berikut:
Klas O : Garis ion helium, nitrogen, oksigen, karbon dan silikon tampak
bersama dengan garis hidrogen.
Klas B : Garis helium netral, ion silikon, oksigen dan magnesium. Garis
hidrogen muncul lebih kuat pada seluruh bagian dari spektrum.
Klas A : Garis hidrogen kuat, dan juga garis ion magnesium, silikon, besi,
titanium, dan beberapa logam netral yang lemah.
Klas F : Garis hidrogen masih menonjol tetapi lemah dibandingkan
dengan yang tipe A. terdapat garis ionisasi tunggal kalsium besi,
dan chromium. Juga garis besi dan chromium netral.
Klas G : Garis kalsium terionisasi paling menonjol. Juga terdapat garis
logam netral yang terionisasi dan garis hidrogen lemah.
Klas K : Garis logam netral mendominasi. Masih terdapat pita CH.
Klas M: Garis logam netral dan bersama dengan pita molekul titanium
oksida dominan.
Bintang-bintang O, B, A disebut bintang panas sedangkan
bintang G, K, M dinamakan bintang dingin. Sebagian besar bintangbintang ada dalam ketujuh kelompok deret tadi. Tetapi masih ada lagi
sedikit bintang yang memerlukan klasifikasi khusus. Ada empat jenis
kelompok tambahan yang melengkapi deret sebelumnya yaitu tipe W, R,
N, dan S.
Ciri keempat klas spektrum khusus ini adalah sebagai berikut.
a. Tipe W (Wolf-Rayer). Bintang ini termasuk dalam jenis bintang klas O
yang spektrumnya memiliki garis emisi yang sangat luas yang
dipancarkan oleh bintang yang berkecepatan tinggi.
b. Tipe R, adalah bintang dengan ciri spektrum klas K terkecuali adanya
pita molekul C2 dan CN.
32
diagram
Hertzsprung-Russel
(diagram
HR).
Diagram
ini
33
b.
matahari,
tetapi
kelas
spektrumnya
yang
menandakan
suhu
35
distribusi
pancaran
energinya
seragam
di
seluruh
L 4R 2 x Te
L R
Te
(3.1)
L
R 2T 2
2
4
R T
(3.2)
L T
L T
atau R
L T
R
L T
(3.3)
36
6000
3000
400
R 80 R
M1 M 2
p 2 4 2
(3.4)
37
(3.5)
38
39
merah
Sumber
diam /
stndar
a)
b)
c)
Sumber
mendekati
40
Sumber
menjauhi
1 v
c 1
1 v
c
(3.6)
(3.7)
41
Vt
C
V
D
Gambar 15 AC = Kecepatan radial
AD= kacepatan tangensial
=gerak sejati (proper motion)
B
42
Kecepatan Radial
Kecepatan bintang dalam ruang tertutup (v) dapat diuraikan
menjadi komponen kecepatan radial (vr) dan kecepatan tangensial
(vT). Kecepatan radial (vr) yaitu komponen kecepatan dalam arah
sepanjang garis pengamat.
Vr
Bintang
S
V
T
43
(3.8)
AD
360 2d
(3600 = 1.296.000)
AD
1296000 2d
AD
2d
( dalam detik busur pertahun: = /th)
1296000
vT .1 tahun
2d
1296000
vT . 3,16x 10 7 s
2d
1296000
44
vT
d
6,25x 1012
dalam km
d 3,086 x1013
6,25x 1012
vT = 4,74 d km/s
(3.9)
jarak bintang d dapat dicari dari paralaknya (p) yaitu d = 1/p maka
persamaan (3.9) menjadi,
vT = 4,74 (/p) km/s
(3.10)
(3.11)
45
2.4.3.
46
h c
M
Gambar 16. Pergeseran merah gravitasi
= mc2
Massa foton m = c
V = GM m R
G Mh
= Rc
Energi total foton:
E = h + V
GM h
E = h R c
E=
hc G M h
Rc
hc
GM
1
Rc 2
(3.12)
Keterangan:
E = energi total foton
h = konstanta Planck (h = 6,626 x 10-34 J.s)
c = kelajuan cahaya dalam ruang hampa (2,998 x 108 m/s)
47
hc
'
(3.13)
Keterangan:
E
'
Rc 2
GM
1
'
Rc 2
1
GM
' Rc 2
' GM
2
'
c R
GM
' c2 R
48
atau
z
GM
c2R
(3.14)
Keterangan:
z
= massa bintang
= jari-jari bintang
Perubahan panjang gelombang ini dinamakan pergeseran merah
ini tidak dapat memancarkan radiasi sehingga tidak tampak, dan merupakan
lubang hitam dalam ruang. Oleh karena itu, obyek seperti ini dinamakan
black hole atau lubang hitam, namun ada pula yang memberi sebutan
bintang hantu.
Suatu bintang akan dapat menjadi lubang hitam harus memenuhi
2
kriteria paling tidak GM / c R 1 dari persyaratan ini kita akan dapatkan
Rs
2GM
c2
(3.15)
Keterangan:
Rs
= jejari Schwarzchild
= massa bintang
(3.16)
2GM
ve adalah
R
51
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
3.1.1. Salah satu cara untuk menentukan jarak suatu bintang adalah
dengan mengukur paralaks bintang tersebut, yaitu perubahan arah
penampakan bintang dari satu sisi ke sisi dari orbit lain.
3.1.2. Perbedaan warna cahaya yang dipancarkan oleh suatu benda yang
panas menandakan adanya perbedaan suhu dari benda-benda
tersebut. Bila suhunya tinggi maka radiasi yang dipancarkannya
makin menguning dan bahkan bila suhunya cukup tinggi maka
cahaya yang dipancarkannya berwarna putih dan kebiruan.
3.1.3. Spektrum merupakan suatu bukti adanya tingkat-tingkat energi
dalam suatu atom. Umumnya spektrum sinar matahari susunannya
adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Dengan
demikian spektrum benda angkasa yang bercahaya seperti halnya
spektrum bintang dapat dipakai sebagai bahan informasi keadaan
fisis benda tersebut.
3.1.4. Untuk mengamati gerak bintang terdapat beberapa cara yaitu
dengan meneliti radiasi dan spektrumnya yang selanjutnya
dianalisis secara tidak langsung dengan menggunakan hukumhukum Fisika.
3.2. Saran
Apadun saran dari penulis untuk para pembaca adalah agar pembaca lebih
memmahami dan memaknai materi tentang fisika bintang-bintang agar dapat
menambah wawasan dan bermafaat dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
52
http://karduskubus.com/astronomi/warna-bintangpenghias-malam/.
Diakses pada 21 November 2014.
Surya. 2006. Bintang dan Bulan Satelit Bumi.
tersedia pada
53