a Ge0-Scienice”
SEDIMENTOLOGI BATUGAMPING FORMAS! RAJAMANDALA DI LINTASAN SANGHYANG,
CITATAH, BANDUNG BARAT
SEDIMENTOLOGY OF THE RAJAMANDALA FORMATION LIMESTONE ALONG THE
SANGHYANG SECTION, CITATAH, WEST BANDUNG
Sigit Maryanto
Pusat Survei Geologi, Badan Geotog!
JI. Diponegoro No. 87 Bandung
Sari
Batugamping Formas! Rajamandala yang berumur Oligo-Milosen tersingkap di lintasan Sanghyang, Kabupaten Bandung
Barat. Pengukuran stratigrai incl telah dilakukan dl lintasan sepanjang 2,6 km, untuk memperkirakan perkembangan
lingkungan pengendapan batuan, Formasi Rajamandala mempunyai ketebalan terukur mencapal 180 m, terdiri alas,
balugamping boundstone, rudstone, grainstone, packstone, wackestone, dan terendapkan dalam keadaan cekungan
genang laut. Lingkungan pengendapan Formasi Rajamandala dimulai endapan batugamping pada fasies terumbu depan
hingga inti terumbu. Lingkungan pengendapan ini berkembang menjadi perulangan endapan batugamping pada fasies
sayap lerumbu hingga lerumbu depan dengan beberapa sisipan bentukan inti terumbu. Karena lerpengaruh oleh genang
Jaul, lingkungan pengendapan baluan bergeser dan diakhil olch endapan balugamping dari fasies tepi lerengan dan
dangkalan paparan karbonat.
Kata kunct In terumby,sayap terumbu, teumbu depan, tpl lerengan dan dangkalan,
Abstract
The limestones of the Oligo-Miocene Rajamandala Formation cropped out at Sanghyang section, West Bandung
District. Detailed stratigraphic section measured out along this 2.5 km section to predict the development of their
depositional environments. This Rajamandala Formation having measured of 180 m thickness, and composed of
boundstone, rudstone, grainstone, packstone, wackestone, and comm only deposited at regression basin. This Oligo:
Miocene formation was situated at the southern part of the Eurasian continent foreland basin. The depositional
‘environment of {his formation was initiated in core-reet to fore-roef slope facies. The deposition becomes interbeded of
ore-reet slope to reef flank facies with several core-reef facies, Due to regression event, the depositional environment
‘change and jinalized by slope and shelf edges facies of carbonate platform.
Keywords: Core-ee,fore-reet, eo lant, slope and shelf edge
Pendahuluan
Kegiatan penelitian geologi terhadap Formasi
Rajamandala telah dilakukan antara fain oleh
Harting (1929), Musper (1939), dan Bemmelen
(1949). Clements dan Hall (2007) mengungkapkan
perkembangan tektonik dan stratigrafi Jawa Barat
dari Kapur hingga Miosen Akhir, mengatakan bahwa
batugamping Formasi Rajamandala terbentuk di
tepian Dataran Sunda dan berakhir Karena kegiatan
gunungapi Miosen Tengah. Hall drt. (2007)
menyatakan bahwa dengan kondis| tektonik
tersebut, maka Formasi Rajamandala cukup
berpotensi sebagai batuan waduk hidrokarbon,
Batugamping Formas! Rajamandala yang berumur
Rovsileaear 28 Mei 2072
Oligosen Akhir sampai Miosen Awal, ditafsirkan
sebagai bagian dari karang penghalang (barrier reef)
yang berarah timur timurlaut - barat baratdaya
dengan bagian muka terumbu dan cekungan berada
di bagian utara (Siregar, 2008). Fasies terumbu yang
terbentuk merupakan hasil bentukan pada paparan
karbonat terisolasi di wilayah tektonik cekungan
busur belakang dengan keadaan genang laut (Jeffrey,
2008), Tabri (2006) mengungkapkan bahwa batuan
fasies laguna tersusun oleh bioklastika packstone
kaya fosil, baluan fasies terumbu disusun oleh
boundstone dan rudstone di dalam matriks
packstone yang merupakan bagian dari puncak
terumbu, fasles lerengan didukung oleh pecahan
oral dan endapan breksi aliran pelongsoran, serta
fasies lerengan jauh didukung oleh packstone
lurbidit dan berselingan dengan napal dan serpth
JSDG. Vol. 22 No.2 Juni 2012 73Geo-Science \
‘Gamba 1, Peta lkas rah penelilan yang berad di Bandung Barat
Pada kala Miosen Tengah, Fasies batugamping
tersebut sangat berkurang dan terhenti
perkembangannya akibat kegiatan letusan di Busur
Gunungapi Jawa (Clement & Hall, 2007).
Kegiatan pemetaan geologi bersistem bersekala 1
100.000 telah ditakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung (Sudjatmiko
2003). Saluan batuan tertua yang tersingkap di
daerah penelitian secara berurutan adalah Formasi
Rajamandala (Toml/Tome), dan secara berturut-turut
ditindih oleh satuan batuan sedimen dan gunungapi,
yaitu Formasi Citarum (Tmts), Formasi Jatituhur
(Tmtb/Tmdn), Formasi Cantayan (Tmcc), Satuan tur
batuapung dan batupasir tufan (Tmpt), Satuan breksi
tufan, lava, batupasir, konglomerat (Tmpb), Satuan
hasil gunungapi tua (Gob), Satuan hasil gunungapi
muda (Qyy), dan Aluviur
Dari hasil penelitian tersebut, masih ada
permasalahan pada batugamping Formasi
Rajamandala ini, yaitu apakah pernyataan bahwa
batugamping Formasi Rajamandala_merupakan
karang penghalang dengan bagian cekungan busur
belakang beradadi utara dengan Keadaan genang
laut sudah tepat, karena pada Formasi Rajamandala
ini belum pemah dibuat rincian fasies batuan yang
tercermin dengan kolo. stratigrafi rinci. Kolom
stratigrafi yang dimaksud adalah kolom litostratigrafi
terukur yang. dilengkapi dengan ciri-citi dan
perkembangan litologi dalam suatu runtunan fasies
batuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahul proses dan
perkembangan lingkungan pengendapan yang
membentuk runtunan stratigrafibatugamping
penyusun Formas! Rajamandala di lintasan terpili,
yaitu. lintasan Sanghyang. Pengambilan data
lapangan dilakukan dengan membuat lintasan
pengukuran stratigrafirinci di sekitar puncak Gunung
Balukbuk yang telah dibongkar untuk penambangan
marmer, memanjang timur-barat sepanjang 2.5 km.
Lintasan Sanghyang secara administratif berada di
Kampung Sanghyang, Desa Cipatat, Kecamatan
Citatah, Kabupaten Bandung Barat (Gambar 1)
Lokasi ini dipilin Karena _batugamping. Formasi
Rajamandala tersingkap cukup balk runtunan
stratigrafinya, sehingga aspek sedimentologi batuan
tersebut dapat diketahul dengan balk. Pengujlan
petrografi terhadap beberana sampel batugamping di
lintasan ini digunakan untuk memperkuat analisis,
dan interpretasi aspek sedimentologi. Penggolongan
jenis batugamping yang ada didasarkan kepada
klasifikasi batugamping menurut Dunham (1962)
yang telah disempurnakan oleh Embry & Klovan
(1971).
Stratigrafi
Formasi Rajamandala yang berumur Oligo-Miosen
terdiri atas dua anggota (Sudjatmiko, 2003; Gambar
2), yaltu Anggota batugamping (Tom!) dan Anggota
lempung, napal, batupasir kuarsa (Tome). Anggota
Batugamping Formasi Rajamandala (Toml) yang
secara stratigrafi berkedudukan paling tua di antara
batuan sedimen Tersier di daerah _penelitian
berketebalan mencapai 650 m, dan terdiri atas
batugamping pejal sampai batugamping berlapis
dengan fosil foraminifera berlimpah, berurnur Oligo-
Miosen, dan terendapkan di lingkungan paparan
karbonat. Batugamping ini tersebar_memanjang
berarah barat-timur yang sesuai dengan arah struktur
geologi regional
‘Anggota lempung, napal, batupasir kuarsa Formasi
Rajamandala (Tome) berketebalan mencapai 1.150
m, bagian bawahnya bethubungan menjemari
dengan Anggota Batugamping, terdirl atas lempung,
lempung napalan, napal globigerina, batupasir
kuarsa, dan konglomerat kerakal kuarsa, dan
terendapkan di ingkungan laut terbuka
Berdasarkan peta geologi bersistem Lembar Cianjur
tersebut (Sudjatmiko, 2003), dibuat satu lintasan
pengukuran stratigrafi rinci_ pada Formasi
Rajamandala. Pengukuran stratigrafirinci dilakukan
di lintasan Sanghyang yang berarah memanjang dari
barat ke timur, dimulai dari lokasi 08SM233, yaitu di
wilayah penambangan PT. Indoraya (Gambar 3)
Lintasan stratigrafirinci Sanghyang ini secara umum
berada di sepanjang jalan pertambangan dan jalan
74 JSDG. Vol. 22 No.2 Juni 2012Geo-Science
‘Suehyiues vese seo] uep “(6007 “oxUIe/pns) eKuRypes Vep yea EuNpLeg Yee) YeIED YoIOeB way Z eqUIED
18.55.20
18.55 20h
JSDE Vol.22. No.2 Juni 2012Geo-Science
sor 015" or
woravais or
PETA INDEKS)
oar eT
amir 3. Pte pengakuran stratigrat dan pengambilan sampel baluan dl lntasan Sanghyang, Bandung Barat
JSDG. Vol. 22 No.2 Juni 2012
76a Ge0-Scienice”
setapak, serla beberapa baglan menaiki_ tebing
Batugamping yang tersingkap di lintasan_ ini
membentuk perlapisan miring landai hingga sedang
ke arah timurtaut dan ketebatan formasi yang terukur
mencapat 180 meter (Gambar 4).
Di lokasi 08SM234 tersingkap dengan baik seri
batugamping Karena ditambang atau sedang
dilakukan pengupasan (Gambar 5), yang secara
umum berupa batugamping boundstone yang
tumbuh ai atas batugamping rudstone (Gambar 6).
Stratigrafirinci selanjutnya hanya sepotong-sepotong
saja Karena batuan telah tersesarkan. Keadaan ini
terjadi hingga di lokasi O8SM245. Ragam batuan
yang dapat diidentifikasi di segmen lintasan ini
secara umum terdirl atas perlapisan batugamping
boundstone yang tumbuh di atas_batugamping
grainstone-rudstone yang cukup tebal (Gambar 7).
Lapisan secara_umum terpola.stylobeded yang
beberapa bagian tampak telah terbreksikan
mengandung beberapa rongga bekas gua dengan
isian travertin. Segmen stratigrafi berikutnya berada
di wilayah pertambangan marmer PT. Multi Marmer
Alam (Gambar 8). Di lokasi ini dildentifikasi
batugamping yang ada, meliputi batugamping
boundstone, rudstone, dan grainstone. Segmen
stratigrafi berikutnya merupakan zona sesar besar.
Batugamping yang ada di segmen lintasan ini pada
umumnya_ telah terbreksikan, terkekarkan, dan
beberapa bagian tersesarkan, dengan tanda-tanda
tektonik seperti gores-garis pada bidang sesar. Jenis
batugamping yang ada meliputi breksi sesar dan
marmer dengan batuan dasar berupa batugamping
grainstone/rudstone berlapis buruk. Stratigrafi di
agian ini tidak dapat dirunut dengan balk, akan
tetapi dengan memperhatikan pola perulangan
litologi yang dijumpai, dapat diyakini bahwa batuan
tersebut di atas merupakan bagian bawah dari
batugamping Formasi Rajamandala
Dari lokasi 08SM251, stratigrafi_batugamping
Formasi Rajamandala dapat dirunut dengan batk,
dan dianggap merupakan awal_ terendapkannya
bagian tengah formasi. Runtunan batuan diawall
oleh batugamping klastika kasar grainstone-
rudstone berlapis buruk dengan ketebalan lebih dari
20 meter, dan ditindih oleh batugamping
boundstone. Kekar gerus, pembreksian, gores garis,
penggerusan dan beberapa sesar_mikro hadi di
dalam batuan. Batugamping grainstone-rudstone
tampak berwarna kuning abu-abu sangat terang,
padat, eras, pejal, terbreksikan Islan kalsit banyak
Batugamping boundstane berwarna kuning abu-abu
sengat terang, padat, keras, berbuku-buku, kekar dan
isian kalsit banyak. Runtunan selanjutnya dikuasal
oleh batugamping grainstone-rudstone berlapis
membintal (stylobeded), dengan berwerai ragam
warna. Batuan selanjutnya berkembang menjadi seri
berlapis berbuku-buku batugamping boundstone
setebal 600 cm, dan diikuti oleh lapisan lain setebal
200 - 800 cm. Perkembangan selanjutnya, batuan
menjadi seri berlapis yang tidak terukur berupa
batugamping Klastika grainstone-rudstone, yang
beberapa bagian masih terkekarkan dengan pola
lapisan stylobeded. Material terigen (Kuarsit dan
material lainnya) kadang hadir pada batugamping
klastika ini, Batuan berikutnya berupa seri berlapis
dimulai dari batugamping packstone tebal lebih dari
500 cm, diikuti oleh batugamping grainstone-
rudstone berketebalan sekitar 600 cm, dan ditindin
oleh batugamping boundstone dengan tebal 400 cm
(Gambar 9). Kekar mulai jarang meskipun pola
lapisan stylobeded masin menonjol. Runtunan
selanjutnya adalah batugamping boundstone
berketebalan 200 - 800 cm, umumnya berstruktur
berbuku-buku yang stylobeded, beberapa
menampakkan rongga pelarutan sangat_intensit
Kekar mulai jarang meskipun pola lapisan stylobeded
masih menonjol
Lapisan bagian atas Formasi Rajamandala di lintasan
Sanghyang tersusun oleh batugamping klastika kasar
grainstone-rudstone tebal lebih dari 10 meter
(Gambar 10), kerudian diikuti oleh batugamping
boundstone setebal 300 cm, umumnya berbuku-
buku, diakhiri oleh batugamping grainstone-
rudstone tebal lebih dari 10 meter. Selanjutnya
batuan berupa seri lapisan batugamping grainstone
berketebalan 600 cm, dengan sisipan batugamping
grainstone yang mengandung foraminifera besar
setebal 10 cm, batugamping grainstone dengan tebal
100 cm, batugamping packstone 100 cm,
balugamping grainstone-rudstone 200 cm, dan
batugamping rudstone dengan ketebatan lebih dari
500 cm. Seri ini dikuti oleh lapisan batugamping
packstone-wackestone berketebalan 200 - 400 cm
(Gambar 11)
Batuan yang sebelumnya hanya berupa longsoran
insitu, menjaai singkapan yang cukup balk di bagian
teratas formasi. Batuan berupa seri lapisan
balugamping wackestone-grainstone_berketebalan
100 - 400 cm, dengan beberapa_ sisipan
batugamping rudstone yang masih mengandung
banyak fragmen batugamping boundstone 100 - 400,
cm (Gambar 12). Seri lapisan selanjutnya adalah
JSDG. Vol. 22 No.2 Juni 2012 7Geo-Science \,
umur
‘aN TEAL ear
LNGKUNGAN
PENGENDAPAN
epuouan (7.9,
-
a
ii PEMERIAN BATUAN
4
2
F
i
Batugamping bokoatita graintone yang kadang menjodl
‘udsfono, Kraky abu-abu sangaltrarg pada. ras, ej,
fosiberaga, ukran sedana-iasa, tba! 100-300. @
Hill
Ja
— ‘Batuxompingbourdstoe, bers. berbukerbuky,
dominan ganggar,teba 100-100 cm. |
Batuganpirg bokiastkapackstone-wackestone,aburabu
torong hngge songat toreng. poset fare, uran sedan |x
Iingga hak, Kadng opis tertotiton tebe! 80300 cn.
58
Batyeamoira bokasokaarainsone yang kaéang meniad|
-— ‘ackstone sou nustone shaky abursbu sagt teang.
— pengarahan butran frutama framinfera besa, uluran
‘Sedang, dengan moteraltorgon, fb 20-1200.
[ee ee
I
‘Batugamping boundstane,Khaly abusabu ssngat trang,
‘pave ners poja yang vadang dengan rongga csp i
‘anyak, beuke-tuka, cominan ganggane, oeraps fal
200800 om
é
i
i
‘Batugamping boundstone, Kralysangat trang. pada, Keas,
= | bertukarbut, Kora, byezoa den garagang, beberpa 5
‘ernabtruang, Gonepls tstioukan, ba! 200-800 6m
é
| Batugamping boktastka grainsone, kadang-kadang menadi
rudsfone atu pactstone,Khaky aburabu sargat fear,
ods hers, pool uhuren sedang Wrgge hess, ura
‘asin terbreksikan dengan sian kal an kekar gers,
{eb 200-1%00 em
CGambar 4, Kolom stratgai Formas! Rajamandala di intasan Sanghyang
78 JSDG Vol.22 No.2 Juni 2012a Ge0-Scienice”
Gambar 5. Batugamping boundstone yang olsh PT. indoraya
Aliptong untuk bahan bak “marmer”. Balan in
rmerupatan baglan baw2h balugamping Formasi
Rajamandsla, Difolo di lokasi 234 lntasan
Sanghyeng
Gamba 6.
Batugamping fcundslone yang tumbuh di alas
Datugamping.rudsone. Batuan ink meupakan
tagian bawan balugamping Formas Rajamandala,
Difotoiokas 240 lntasan Sanghyan,
Gamba 7. Porlpisan batugarping boundstone yang tumbuh
alas belugamping rudsione di okasl yang lin
Balvan ini mrupakan baglan bawah balugamping
Formasl Rajamandele,Dilota d otal 248 lilasan
Sanahyana
Cambar 8,
Sale salu bukit batugamping yang dkupas oh P.
‘Muti Marmer Alam. Runiunan baluan isin
merupakan agian bawah hingga. tengah
batugamping Formast Rajamandala. Difoio dar
Tokai 253 ltasanSanghyang
Gambar 9, Batugamping gransone-rudsone dinlh oleh
batugamping Boundstone, yang merypaan agian
tenga batugamping Formas! Rajamandala, Dito
dilokasi256linasan Sanghyang
Gambar 1
10. Tampak delat balugamoing ruastone dengan
berbagal Komponen fragmen, yang meupakan
bagian alas batugarping Formas Rajamandala
Diol lokasi 260 lnasan Sanghyang.
JSDG Vol. 22 No.2
uni 2012 79Geo-Science \
Gamba: 11. Batugamping bioklastta sedang hingga halus yang
‘merbnt ser perlapisan,Bluan inl mupakan agian
leralas balugampiog Formasi Rajamandala Difoto 4
Tokas 263 inasan Sanghyang
balugamping grainstone-rudstone berkelebalan 200
= 300 cm, dan dilanjutkan dengan bongkahan
batugamping, menutup runtunan stratigrafi di
lintasan Sanghyang_ ini. Hubungan_ stratigrafi
batugamping Formasi Rajamandala dengan satuan
batuan yang lebih muda tidak diketahui.
Dari tintasan stratigrafi yang telah diukur tersebut
diambil beberapa sampel batugamping untuk diuji
petrografi (Tabel 1). Berdasarkan hasil analisis
petrografi yang telah ditakukan terlihat bahwa jenis
batugamping yang dijumpai di lintasan Sanghyang
Ini terdirl atas boundstone, rudstone, grainstone,
‘dan packstone. Runtunan batugamping ini berulang
sesual dengan Kedudukan stratigrafi terukur yang
telah ditakukan.
Sedimentologi
‘Aspek stratigrafi baglan terbawah batugamping
Formasi Rajamandala di Lintasan Sanghyang tidak
teramati dengan baik, Dengan demikian, hubungan
stratigrafi bagian terbawah batugamping Formasi
Rajamandala dengan satuan batuan yang lebih tua
tidak diketahuil. Namum demikian, dengan mengacu
keadaan geologi regional Indonesia bagian barat,
sebagai contohnya yaitu di Pegunungan Garba
Sumatera Selatan pada kala Oligo-Miosen, dapat
dikatakan bahwa batuan alas batugamping Tersier
‘Awal adalah batuan silsiklastika endapan darat yang
termasuk ke dalam Formasi Talangakar (Bishop,
2001; Maryanto, 2005; 2007). Batuan silisiklastika
setara dengan Formasi Talangakar boleh jadi berada
‘Gambar 12. Tampak deka udstone yang masth mengandung bongkahan
balugamping koral(boundstane, yang merupakanbagian
tezatas balugamging FormasiRajamanaalaDifoo di locas
26élinasan Sanghyang
di bawah permukaan daerah penelitian Bandung
Barat ini.
Bagian bawah runtunan stratigrafi_ batugamping
Formasi Rajamandala masih Kurang teramati dengan
baik karena tersesarkan dengan intensif. Meskipun
demikian, secara setempat-setempat aspek
sedimentologi batugamping ai segmen ini masin
dapat diperkirakan dengan baik. Hadirnya
batugamping boundstone yang menindin
batugamping rudstone di segmen ini mencerminkan
bahwa lingkungan pengendapan pada saat itu adalah
Inti terumbu (core-reef buildup; Wilson, 1975).
Karakter boundstone (Gambar 13) yang kaya akan
oral dan bebas matriks yang terjebak di antara koral
mencerminkan bagian terumbu depan yang
mempunyai energi tinggi (reeffront; Tucker & Wright,
1990). Batugamping rudstone (Gambar 14)
mencerminkan lingkungan pengendapan terumbu
depan atau disebut sebagai lerengan terumbu depan
(ore-reef slope; Flugel, 1982) dengan longsoran
yang intensif. Hadimya beberapa batugamping
grainstone dan kadang-kadlang packstone yang
berbutir lebih halus, dengan Komponen mengandung
pecahan terumbu menunjukkan lingkungan
pengendapan sayap terumbu (reef-flank; Flugel.
1982). Perulangan lapisan tidak teramati pada
segmen bawah batugamping Formasi Rajamandala
ini, akan tetapi hal ini mulai teramati dengan baik di
agian tengah formasi
Bagian tengah Formasi Rajamandala diawali dengan
hadirnya batugamping grainstone (Gambar 15) yang
merupakan tipe endapan sayap terumbu (reef-flank)
80 1806. Vol. 22
No.2 Juni 2012/ Geo-Science
‘Tabo1.Ringkasananals'spetograibatugempingFormasiRalamandaladiLintasan Sanghyang, Bandung Barat
Sate sm | sM | sM | sm | sm | sm | sM | sm | sm sM | sm | SM
234A | 235A | 236A |237A | 2384 245B | 2464 | (247A | 2478 | 2470
Seuktur m | m | mo| m | mo m|m | m | m|m | m
Teksur bt | ef | ne | of | ne of | of | wr | oe | of | of
Pemilahan vp | p | - | wl - p | wo |p | wl pe
Kem ele = [we] - |e | ale |e) ie |e lie |e
Uk Busir ratacrata (mm) | 1,40 |=2,00 |~2,00 | 2,00 |~2,00 | >2,00 |>2.00 | +2,00 |»2.00| 0.45 | 0.75 |>2,00 | 0.60
Bentuk Butir sasr| asa | ~ [asa | - | asa] = | ssa | ase | seer | saver | asa | soar
Hubungan Butir ples| ple| - |[pte| - |ple| - | pte|pte |ptes| pte | ple | ple
Persentase komponen Zz -
Buttran Karbonat
Bicklas 42.0 | 53.0 | 49,0 | 47.0 | 48,0 | 33.0 | 69.0 | 37.0 | 58.0 | 42,0 | 44.0 | 51.0 | 45.0
Intraklas‘ekstraklas 16.0 | 18,0 | 2.0 | 22,0] 40 | 32,0) 1,5 | 28,0 | 12,0 | 10.0 | 12.0 | 220 | 15,0
Ooiivoncolit 00 | 00 | 00 | 00 | 00 | 00 | 09 | 00 | 00 | 00 | 00 | 09 | 00
Pelet/peloid 10 | 00 | 10 | 00 | 10 | 00 | os | 00 | oo | os | 10 | 09 | 05 |
Buiiran Terigen
Ruarsa os | 00 | 05 | 00} 10] 00 | 09 | 00 | 05 | as | 05 | 09 | os
Feldspar 93 | 00 | 0,0 | 0.0 | 00] 00 | 09 | 00 | 05 | as | os | 09 | 00
Kepingan batwan 00 | 00 | 00 | 00 | 10] 09 | 05 | 00 | 00 | 10 | 1.0 | op | 10
Butiran lain 05 | 09 | 00 | 00 | 00 | 00 | 09 | 00 | 0.0 | 90 | 00 | 09 | 00
Matriks
Lumpur karbonat 180 | 00 00 | 20 | 00 | 50 | 00 | 00 | 160 | 13.0] 09 | 190
‘Miners! lempung_ 20 | 0¢ | 90 | 00 | 00 | 00 | 09 | a0 | 00 | 00 | 00 | 0 | 00
Penyemen
Onthosparit 50 | 169 | 13,0 | 140 | 160 | 140 | 120 | 140 | 12.0 | 0 | 4.0 | 100 | 3,0
Oksida best 10] os | 05} 05] 10} 00 | 05 | 00 | os | 15 | 10 | 09 | is
Lempung authigenik 09 | 00 | 1.0] 00 | 20] 00 | 19 | 00 | 00 | 10 | 00 | 00 | 00
Semen Iain 05 | 00 | 9.0 | 00 | 00 | 00 | 09 | 90 | 05 | 00 | 1.0 | 09 | 00 |
Neomorfisma
Mikrosparit 60 | 00 | 00 | 00 | 80] 00 | 49 | 00 | 00 | 80 | 10.0] 09 | 100
Pscudosparit| 20 | 60 | 20 [120] 10 | 180 | 1.0 | 18,0 | 100) 60 | 5.0 | 120 | 10
Lumpur mikritisasi 10 | 05 | 00 | 05 | os | os | 10} 05 | 10 | 10 | 45 | 10 | 15
Keportan
‘Aniar-delam partiel 20 | 20 | 20 20 | 20 | 20 | 10
Primer yang lain 05 | 05 | 35 00 | 1.0 | 00 | 00
Gerowong us | 4s | 0s 10 | 25 | 19 | 05
Retakan dan sckunder tain | 0,0 | 2.0 | 1.0 10 | oo | 10 | 10
‘Nama Batwan [ep [etle pl plt[etie
SA si4 | ois | 1/5 | 64 | 75 | oa | 75 | oa | oa | sa | sia | oa | sia
JSDE Vol.22. No.2 Juni 2012
81Geo-Science \,
‘abo 1.Ringkasananals'spetrograibatugempingFormasi RajamandaladiLintasan Sanghyang, Bandung Barat anjutan)
a sM sm | sm | sw | sm | sm | sm] sm] sw | sm | sm | so
EDS __| 282 | 25341 2538 |253c| 2550 | 2550 | 285 | 2564 | 2578 | 287C | 2588] 2594] 2598
Stauiue m m_|m [mo] mo] m | m | m|m | m| mol m
Tekstur ve | or | or [or [ne [ne | ne | or [oe | ne | or | ne | or
Pemilakan m {im |m{m{-[- | - [mlm] - [ml - [im
Kem ete le fel-|-[=ele|=Tel Te
Gk Busirratarate (mm) | 1,60 | 1,20 | 1,80 | 1,80 |>2,00|>2,00|>2,00] 1.50 | 1,30 |[>2.00/ 1,60 [20] 1,80
Bentuk Butir sacr | sasr | sar |saese| - | - | - | sar | sar | - | sar | - | sar
Hubungan Butir ple| pte |ptes| pi | - | - | - [pies{pie| - [ptes| - [pte
Persentase komponen , I -
Buran Karbonat elolcel/afs|s|s|/a|c|sa]lala]e
Bicklas s7o | 370 | 37.0 | 37.0 | 51.0 | 45.0| 490 | 37.0 | 37.0 | 48.0 | 370 | 520 | 370
Intraklaslekstraklas 28,0 | 289 | 28,0 |280| 0 | 14.0] 89 | 28,0 | 28.0 | 60 |280| 60 | 280
Ooiitvoncatit 09 | 00 | 00 | 00 | 00 | 00 | 09 | 00 | 00 | ao | 00 | op | 00
Pelovpeloid 00 | o¢ | 40 | 00 | 00 | 00 | 05 | 90 | 00 | go | 00 | op | 00 |
Butran Terigen
Kussa 00 | 00 | 00 | 00 | o0 | 10} 09 | 00 | 00) oo | 00 | 19 | oo
Feldspar 00 | 09 | 90 | 00 | 00 | 00.} 09 | 0.0 | 00) o9 | 00 | 09 | a9
Kepingan batuan 00 | 00 | 00 | 00 | 10 | os | 09 | 00 | 00 | 0 | 00 | op | 00
Butran ain 00] 06 | 99 | 00 | 00 | 00 | 99 | 90 | 00 | co | 00 | 19 | 0
Matriks
Lumpur karbenat 00 | 00 | 90 | 00 | 120] so | 80 | 90 | 00 | 120) 00 | so | 00
Mineral lempung 0.0 | 00 | 00 | 00 | 00 | 00 | 00 | 90 | 00 | 00 | 00} 09 | 00
Penyemen
Orthosparit 140 | 149 | 140 | 140] 160 80 | 150] 140 | 140 | 12,0 | 140 | 100] 140
Oksida best 09 | 06 | 00 | 00 | 10 | 05 | 05 | 00 | oo | as | oo | os | 00
Lempung authigenik 0.0 | 00 | 00 | 00 | as | 00} 00 | 90 | 00 | a0 | 00 | os | 00
Semen Iain 09 | 09 | 90 | 00 | 00 | 09 | 09 | 90 | 00 | Go | 00 | 09 | 00 |
‘Neomarfisma
Mikrosparit 00 | 00 | 90 | 00 | 20 | 140] 120 | 90 70 | 00 | 100] 00
Pseudosparit 180 | 189 | 180 | 180] 60 | 0 | 40 | 180 40 | 18.0] sp | 180
Lumpur mikritisai os | os | os [os | 1s | 10 | 00 | as oo | 05 | 09 | os
Keporian
‘Aniar-delam partikel 10 | 10 | 10 | 10 | as | 1.0) oo os | 1.0 | 05 | 10
Primer yang Iain os | os | os |os | 25 | 15} 20 4o | os | 39 | 05
Gerowong 10 | 10 | 10 | 10} 10} 20) 10 10 | 10 | 19 | 10
Retkandan sekunderain | 00 | 00 | 00 | 00 | ao | 15 | 09 co | oo | 25 | oo
‘Nama Batwan el|cololal{sl/eles s{olsle
SME /PZ. si | sia | sia | 54 [a5 [is | 7s | 5 | 51a | 9s [sa | 75 | si
82 JSDG Vol.22 No.2 Juni 2012/ Geo-Science
‘Tebo!1.Ringkasananals'spetrograibatugempingFormasi RajamandaladiLintasan Sanghyang, Bandung Barat anjutan2)
su] sm | sm | sw] sat sw | sw | sw
FeAN 260A | 26088 260C | 2600 | 263A, 2644 | 2648 | 2654 BRRERANES
Struktur m |mo) m | im | m | m | im | m | Straktun
Telstur weft | or] or [or or | ot | of | m=psal
Penilahan mfp) m |p |p) m | wp | m | ¢=deganpengarshanbtran
‘Kena efelefefe le [ec |e | Tot
Uk But ratarata (mm) | 130 | >2.0 120 110 | 520] 120 | b*bioklastk fragmenta
Bentuk Buin suse | asa | sat | sasr | sase | sar | asa | sar) €'Klistikafragmental
‘Hubungan Batir ples| ple | ple | pic | ple [ptes| pic | pre) me ~nMatke
Persentse komponen [ I | Pemilahan:
Butivan Karbonat @]riG|e|lr re |G] mrss
Bioklas 330 | 370 | 490 | 47.0 | 370 | 470 [370 | P~ bunk
Trtraldaokstas 260 | 280 | 150 | 100 | ag | 250 | 2g0 | _¥P~ sangatburuk
Colivoneatit oo | 00 | 09 | os | 00 | 09 | oo | Kemas:
Pele/plaid os | 00 | 19 | os | 09 | 00 | 00 fetal
Buaran Terigen |
Kearsa eo} os | 00] 18 | 109 00 | 00 | 00
Felispae 00 } 00 | 00] os | 0s 00 | 00 | oo | *meruneins
Kepingan batuin 00 | 00 | 00] 10 | 20 00 | oo | oo | s~muncing tangeuns
Butiran fain 0 | 00 | 00 | 00 | os 00 | a0 | 00 vou ee
Mee | Hubungen bute:
“Lumpur tarbosat 09 }o0 | 00 |110|199 09 | 00 | oo ae
Mineral empung oo |00 | 00 | 00 | 00 09 | 00 | oo
Penyenen | |
Ortospant 140 | 160 140 | 40 | 60 | 140 | 130 | 140
‘Oksida bes a9 | 00 | 00 | 10 Jos 00 | 00 | 00 | sans petuans
Lenpungauigentk — | 00 | 0.0 | 0.0 | 09 | 00 | 0.0 | 00 | 00 | pvp rman
Semen lain oo | 00 |00 | 09 | 10 | 00 | 00 | 00. | menue
Necmathome | = Grasnsione
Mikrosparit 09 | 00 | 00 | 190] 60 09 | 00 | 00
Pseudosarit 130 | 80 | 18¢ | 19 | 20 180 | 140 | 180
Lusspur mils os |10 | 05] 1s |os os | oo | os
Keporion | (get. 1982)
Antara patel 10 | x0 | 40} a0 | 0: | 10 | 10 | 10] gp racer some (wat, 1978)
Patt yang Ii os |20 | 05 | 00 loo os
Gorowone 10 | 13 | 10 | 2s | 10 | 10
Roukandan sekunder iain | 00 | 08 | 00 | 00 | 10 00
[Naa Batwan o{[r{[olrlrio
SME /PZ 1 | sa [a
JSDG Vol.22
No.2 Juni 2012
83‘Gambar 13 Batujampingboundsone dengan omponen keanak koa]
Tarbuk-utu (co) saan seit ganggang mera (a)
dan mousa (ma). Bau ii metupatan baie benah
batugarping Formasi Rajamandala, Kode. sampel
‘S284, dengankedudukan Ins nikal ej
epingan ganagang mean (a) yang epotong sesar
kt (a) dan set xmas) ral), dan
foraminier bentonk (or). Baluan merupakan bagian
taahatugamping.Formasi Rajamandale. Kode
sampelSM243A, dengan kedudukan onsite.
Gamtar 15, Batuganging_grainstone dengan Komponen kepingan
‘orainra besa) dn seditmalusa (ro dengan
uturgan berger (sc) alba pemampatan.Tampat
Kepotan geronong (po), Baan merupaan bagi
tengahBalugerpng Formas ajamangala Kode sampel
'S¥256A, dengan kedudukanlnsarikol sear
‘Gamar 16. Batugamping boundstone dengan komponen kerangkakorl
brsbukucbau (co) yang kadng-kadang teria ri),
dengan keporian grosth-ramework (pot). Balvan
rmorupakan’bagian tengah alugamping Formas!
Rajarandala, Kode sampel SM2558, dengan keduulan
Tens ikl ear
‘Gambar 17. Batugampng grainslono dengan komponen sanga dikuasal
leh kepingan foraminifera besar (ar) yang kadang
texmiian (ic) dan sangatjarang molusk tegantikan
(mo) dengan sedikt hubungan egerigi (6-c) aklbat
emampatan, Baluan merypakan bagi atas batugamping
Formas! Rajamandala. Kode sampel SM25@B, dengan
Keduduan ensarikol seal
Gambar 18. Batugamping packsone dengan Komponen butian
karonanya fori alas foraminifera besar (() sein
beberapa molustalergantikan (mal), ganggang mah
(a, dan inraklas (in) yang lersobar a dala» maviks
Tumpur karbonat (ca). Balun merupakan agin alas
batugarnping Foimasi Rajamandala. Kode sampel
‘M2630, dengankedudukan ens nikal seajr
84 JSDG Vol.22 No.2 Juni 2012a Ge0-Scienice”
Batugamping ini berlapis tebal, ketebalan total
terukur 33 meter, dengan ukuran butiran pasir kasar
hingga sangat kasar berlapis susun, Selanjutnya
batuan ditindih oleh batugamping boundstone yang
terbentuk pada inti terumbu. Ada dua seri
pertumbuhan terumbu di segmen ini dengan
ketebalan total _mencapal 20 meter. Runtunan
berikutnya merupakan seri pengendapan yang
berulang antara terumbu depan hingga sayap
terumbu, untuk Kemudian ditutup dengan
batugamping terumbu boundstone (Gambar 16)
setebal 20 meter lagi. Dari runtunan tersebut terlihat
bahwa lingkungan inti terumbu masin dominan pada
agian tengah runtunan batugamping Formasi
Rajamandala in
Mengawalibagian atas runtunan batugamping
Formasi Rajamandala adalah seri perulangan antara
terumbu depan hingga sayap terumbu dengan
sisipan batugamping dari lingkungan inti terumbu.
Karakter ukuran butirannya menjadi lebih kecll jika
dibandingkan pada perulangan antara_terumbu
depan hingga sayap terumbu di bagian tengah
formasi, Keadaan ini mendukung pernyataan bahwa
batugamping Formasi Rajamandala diendapkan
dalam keadaan genang laut (Jeffrey, 2008). Sisipan
bentukan batugamping inti terumbu masih djumpai
di bagian atas Formasi Rajamandala ini, dengan
penciti khusus batugamping tersebut_berstruktur
berbuku-buku, yang merupakan_ karakter
pertumbuhan fase terakhir terumbu dan pada
umumnya terbentuk pada wilayah dataran terumbu
(reetflat; Tucker & Wright, 1990).
Runtunan batugamping Formas! Rajamandala di
Lintasan Sanghyang Bandung Barat ini diakhiri
dengan batugamping dari lingkungan tepi lerengan
dan dangkalan (slope and shelf edges; Wilson,
1975). Jenis batuannya adalah grainstone (Gambar
17) dan packstone-wackestone (Gambar 18),
dengan ukuran butiranbatugamping semakin
mengecil, dan fosiinya sangat dikuasai oleh
foraminifera dan moluska. Sisipan endapan terumbu
depan yang berupa rudstone masih dijumpai di
agian teratas formasi ini, meskipun hadir jarang.
Bagian teratas batugamping Formasi Rajamandala
langsung tertutup tanah, sehingga ini hubungan
formasi dengan satuan batuan yang lebih muda tidak
diketahui, Namun demikian, berdasarkan keadaan
geologi regional (Sudjatmiko, 2003) diketahul bahwa
agian teratas Formasi Rajamandala berhubungan
menjernari dengan batuan silisiklastika dan kadang-
kadiang gampingan yang terendapkan di lingkungan
laut dalam terbuka.
Kedudukan daerah penelitian relatif berada di bagian
tepiselatan Benua Eurasia sejak Kapur Akhir
(Metcalfe, 1998), berlanjut hingga Oligo-Miosen
(Hall dkk., 2007), yang lebin cenderung berada di
cekungan depan benua (Joreland basin; Stevens drt
1995). Keadaan tektonika pengendapan_batuan
karbonat di daerah penelitian tidak berada di busur
belakang gunungapi, yang terbukti dengan hadirnya
butiran teri gen berupa kuarsa, fragmen batuan
granitik, serta fragmen batuan sedimen klastika.
Fragmen batuan ini sesuai dengen Komponen yang
ada di Formasi Rajamandala Anggota Lempung,
Napal, Baturpasir Kuarsa_ yang berhubungan
menjemarl dengan Anggota batugamping Formasi
Rajamandala (Sudjatmiko, 2003). Boleh jadi, bahwa
pada kala ini busur gunungapi berada ai pegunungan
selatan Jawa bagian tengah dan timur (Hall, 1997,
2001) yang terpengaruh oleh penunjaman lempeng
Samudera Hindia dan lempeng Benua Australia di
sebelah selatan ke Benua Eurasia di sebelah utara
(Karnawati dre, 2006)
Batuan sedimen hasil_ pengendapan Tersier Awal
tidak tersingkap dan diduga masih tertindih oleh
Formasi Rajamanddala ini. Dengan keacaan tektonik
yang berada di cekungan depan benua, maka pada
kala Oligo-Miosen batugamping Formasi
Rajamandala mull terbentuk dan terendapkan. Fase
awal pengendapan batugamping ini tidak diketahui.
Namun demikian, dengan mengacu kepada keadaan
geologi regional pada kala itu bahwa bagian selatan
Jawa masin merupakan tepian Benua Eurasia (Hall
1997; Holloway & Hall, 1998), maka pendugaan
paleogeografi di daerah penelitian dapat
diperkirakan. Daerah penelitian pada kala Oligo-
Miosen merupakan wilayah pada fasies
pengendapan inti terumbu, sayap terumbu, terumbu
depan. Runtunan batuan pada ketiga fasies
pengendapan ini berulang secara teratur, meskipun
secara umum runtunan batuan semakin ke arah atas
cenderung menjadi lingkungan terumbu depan.
Runtunan batuan diakhiri oleh endapan dari fasies
engendapan tepi lerengan dan dangkalan. Dari
runtunan fasles pengendapan tersebut di atas, dapat
dikatakan bahwa batugamping Formasi
Rajamandala terbentuk dan terendapkan dalam
kondisi genang laut, yang mana laut semakin
menjadi datam ke arah atas runtunan stratigrafinya.
Dilain fihak, pada daerah yang relat berada di utara
daerah penelitian (Maryanto dr, 2008; Maryanto,
2009), seperti yang teramati ai lintasan Gua Pawon,
JSDG. Vol. 22 No.2 Juni 2012 85Geo-Science \
batugamping Formasi Rajamandala terendapkan di
lingkungan terumbu belakang hingga sayap terumbu.
Dengan mengacu keadaan yang demikian ini
kedudukan daratan pada saat batugamping Formasi
Rajamandala terbentuk dan terendapkan adalah di
bagian utara daerah penelitian, menjadi paparan
karbonat di daerah penelitian, dan semakin mejadi
laut dalam di bagian selatan daerah penelitian. Fase
pengendapan yang terpengaruh oleh genang laut ini
mengakibatkan bentukan inti terumbu_ tidak
berkembang secara tegak ke atas, akan tetapi
berangsur (pada beberapa bagian tampak masih
membentuk perulangan fasies pengendapan)
bergerak mengarah ke utara daerah penelitian. Fase
akhir pengendapan batugamping Formasi
Rajamandala ini tidak diketahui, meskipun secara
regional dikatakan bahwa pengendapan
batugamping tersebut terhenti akibat kegiatan
gunungapi pada kala Miosen Tengah
Kesimpulan
|. Batugamping penyusun Formasi Rajamandala di
lintasan Sanghyang, Bandung Barat terukur
dengan baik dengan ketebalan total terukur
minimal 180 meter. Jenis batugamping yang
dijumpai_meliputi batugamping boundstone,
rudstone, grainstone, packstone, dan wackestone.
‘Acuan
2, Bagian bawah runtunan batugamping diawali
dengan endapan batugamping pada wilayah
terumbu depan hingga inti terumbu; bagian
tengah formasi merupakan perulangan endapan
batugamping pada wilayah sayap terumbu hingga
terumbu depan dengan beberapa_sisipan
bentukan inti terurnbu; bagian atas formasi masin
merupakan perulangan endapan_batugamping
pada wilayah sayap terumbu hingga terumbu
depan dengan sedikit sisipan bentukan inti
terumbu; dan bagian teratas diakhiri_ oleh
endapan batugamping dari wilayah tepi lerengan
dan dangkalan,
3, Secara regional daerah penelitian berada di
cekungan depan Benua Eurasia dengan
kedudukan cekungan relatif berada di sebelah
selatan, Pembentukan dan pengendapan
batugamping berlangsung secara berulang dalam
keadaan genang laut
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr
Herwin Syah dan Sar. Herlyanto atas bantuannya
dalam pendigitan gambar dan pengambilan mikro
foto sayatan pipih.
Bemmelen, R.W. van, 1949. The Geology of Indonesia, Vol. IA, General Geology. Martinus Nijhoff, The Hague
Netherlands, 732 p
Bishop, M.G., 2001. South Sumatra Basin Province, Indonesia: The Lahat/Talangakar-Cenozoic Total Petroleum
‘System. U. S. Geological Survey Open-File Report 99-50-S.
Clements, B. and Hall, R., 2007. Cretaceous to Late Miocene Stratigraphic and Tectonic Evolution of West Java
Proceedings Thirty-First Annual Convention and Exhibition Indonesian Petroleum Association, May 2007.
Dunham, R.J., 1962. Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Texture. In: WE. Ham (ed),
Classification of Carbonate Rocks. American Association of Petroleum Geologist Memoir 1, pp. 108-121
Embry, AF and Klovan, J.£., 1971. A Late Devonian Reef Tract on North-Eastern Banks Istand, North West
Territory. Bulletin of Canadian Petroleum Geology 19, pp. 730-781
Flugel, E., 1982. Microfacies Analysis of Limestones, Springer-Verlag Inc.,. Berlin, Heidelberg, New York, 633 p.
Hall, R., 1997. Cenozoic Tectonics of SE Asia and Australasia. Proceedings of the Petroleum Systems of SE Asia
and Australasia Conference. May 1997, pp. 47-62
Hall, R., 2007. Cenozoic Reconstructions of SE Asia and the SW Pacific: Changing Patterns of land and Sea. In
Metcalfe, |., Smith, M.J.B., Morwood, M., and Davidson, |.D., (Eds.), Faunal and Floral Migrations and.
Evolution in SE Asia-Australasia, A.A. Balkema (Swets & Zeitlinger Publisher, Lisse, pp. 35-56.
86 JSDG. Vol. 22 No.2 Juni 2012a Ge0-Scienice”
Hall, R,, Clements, B., Smyth, H.R, and Cottam, M.A., 2007. A New Interpretation of Java's Structure.
Proceedings Thirty-First Annual Convention and Exhibition Indonesian Petroleum Association, May 2007.
Harting, A, 1929. Tagogapoe. Fou
Pacific Science Congress. Geological Survey Bandoeng, 14 p.
Holloway, J.D. and Hall, R., 1998. SE Asian Geology and Biogeography: An Introduction. In: Hall, R. And
Holloway, J.D. (Eds.) Biogeography and Geological Evolution of SE Asia. Blackbuys Publisher, Leiden,
pp. 1-23.
Jeffrey, B.M., 2008. Facies Characterization and Mechanism of Termination of a Tertiary Carbonate Platform:
Rajamandala Formation, West Java (Abstract). 2008 Joint Annual Meeting of Celebrating the
International Year of Planet Earth, 5-9 October 2008, Houston, Texas
Karnawati, D., Pramumijoyo, S., and Hendrayana, H., 2006. Geology of Yogyakarta, Java: The Dinamic
Volcanic Arc City. The Geological Society of London. AEG 26 Paper number 363, 7p.
Maryanto, S., 2005. Sedimentologi Batuan Karbonat Tersier Formasi Baturaja di Lintasan Air Napalan,
Baturaja, Sumatera Selatan. Jurmal Sumber Daya Geologi, v.15,n. 1, h. 83-101
Maryanto, S., 2007. Petrografi dan Proses Diagenesis Batugamping Formasi Baturaja di Lintasan Air Saka, OKU
Selatan, Sumatera Selatan. Jurnal Sumber Daya Geologi, v.17,n.1,h. 13-31
Maryanto, S., 2009. Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala di Lintasan Gua Pawon, Bandung
Barat. Jumal Geolog! Indonesia. 4, n. 3, h. 203-213
Maryanto, S., Mulyono, dan Sihombing, T, 2008. Laporan Penambahan Data Sekunder Dengan Metode
Geostatistik Mineralogi pada Batugamping Formasi Rajamandala di Daerah Citatah, Bandung Barat dan
‘Sekitarnya, untuk Mendukung Penelitian Cekungan Bandung. Laporan Teknis Intern Pusat Survei
Geologi, Bandung
Metcalfe, |, 1998, Palaeozoic and Mesozoic Geological Evolution of the SE Asia Region: Multidiciplinary
Constraints and Implications for Biogeography. In: Hall, R. and Holloway, J.D. (eds). Biogeography and
Geological Evolution of SE Asia, Blackbuys Publishers, Leiden, pp. 25-41
Musper, K.A.FR., 1939. Report on Field Work in June —July 1939. Geological Survey of Indonesia. Unpublished
report
Siregar, M.S., 2008. Sedimentasi dan Model Terumbu Formasi Rajamandala di Daerah Padalarang, Jawa Barat
Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, v.15, .1
Stevens, C.H., Klingman, D., and Belasky, P, 1995. Development of the Mississippian Carbonate Platform in
‘Shouthern Nevada and Eastern California on the Eastern Margin of the Antler Foreland Basin. In: Dorobek,
S.L_ and Ross, G.M. (Eds.) Stratigraphic Evolution of Foreland Basins. SEPM Special Publication No. 52.
pp. 175-186.
Sudjatmiko, 2003. Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa, Skala 1 > 100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung
Tabri, K.N., 2006, Studi Fasies Balugamping dan Pola Kekar dalam Peningkatan Efisiensi Produksi Tambang
Batu Ornamen/Marmer Komersial di Daerah Gunung Guha, Desa Cihea, Kec. Bojongpicung, Kab. Cianjur.
Jurnal Geoaplika, v.1,n.1,h. 31-45.
Tucker, M.E. and Wright, V.P, 1990. Carbonate Sedimentology. Blackwell Scientific Publications, Oxford,
London, Edinburg, Cambridge, 482 p.
Wilson, J.L. 1975, Carbonate Facies in Geologic History. Springer-Verlag, New York, Heidelberg, Berlin, 471 p.
JSDG. Vol. 22 No.2 Juni 2012 87