You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pencipaan-Nya, Allah SWT. telah menciptakan mahluk dan
segala sesuatau yang nampak di alam ini dengan berpasang-pasangan,
sesuai dengan firman-Nya :
Dan segala sesuatu Kami
ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran
Allah (QS. Adz-Dzaariyaat : 49)
Ada siang dan malam, panas dan dingin, keras dan lunak begitupun
Allah menciptakan manusia berpasangan ada laki-laki dan perempuan,
sebagaimana yang dijelaskan dalam firman-Nya:
Dan bahwasannya Dialah ang mencptakan berpasangan-pasangan
laki-laki dan perempuan (QS. An-Najm : 45)
Dalam Al-Quran dijelaskan bahwasanya manusia baik laki-laki
maupun perempuan secara naluriyah, di samping mempunyai keinginan
terhadap anak keturunan, harta kekayaan dan yang lainya, juga menyukai
lawan jenisnya. Untuk memberikan jalan keluar yang terbaik mengenai
hubungan manusia yang belainan jenis itu, Islam telah menetapkan suatu
ketentuan yang harus dilalui yaitu, dengan perkawinan.
Untuk mengetahui sejauh mana kebaikan hukum perkawinan dalam
Islam, perlu dilihat antara lain bagaimana sikap Islam mengenai
monogami dan poligami karena masih ada saja anggapan, bahwa hukum
Islam khususnya mengenai perkawinan, tidak dianggap adil sehubungan
dengan sikap Islam itu yang membolehkan pria bepoligami atau beristri
lebih dari satu. (Hasan, 1996: 17-18)

B. RUMSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pembahasan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengertian monogami ?
b. Bagaimana pengertian poligami ?
c. Bagaimana hukum monogami ?
d. Bagaimana hukum poligami ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar para pembaca
mengetahui tentang:
a. Pengertian monogami.
b. Pengertian poligami.
c. Hukum monogami.
d. Hukum poligami.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MONOGAMI
Secara etimologi, monogami berasl dari kata monos
yang memiiki arti satu dan gamo berarti perkawinan.
Dapat diartikan monogami adalah perkawinan tunggal.
Secara definisi, monogami merupakan perkawinan dengan istri tunggal
yang arinya seorang laki-laki menikah hanya dengan satu perempuan. Asas
monogami telah diletakan oleh Islam sejak pada abad 155 yang lalu.
Sebagai asas perkawinan dalam Islam yang bertujuan untu landasan dan
modal utama guna membina kehidupan rumah tangga yang sakinah
mawadah dan warahmah.
Jika ditinjau dengan cermat dan seksama, asas perkawinan dalam
hukum Islam adalah monogami. Sebagaiman firman Allah QS. An-Nisa
ayat 3:

kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinlah) seorang saja. (QS. An-Nisa : 3)
Ayat tersebut menjelaskan tentang anjuran supaya beristri satu saja.
Kemudian diperingatkan, bahwa orang yang beristri lebih dari satu dapat
mendekatkan seseorang kepada perbuatan sewenang-wenang, aniaya, tidal
adil dan perbuatan tercela lainya. (Hasan, 1996: 18-19)
B. PENGERTIAN POLIGAMI
Poligami merupakan kebalikan dari monogami. Jika monogami
seperti yang telah dijelaskan di atas adalah perkawinan denga istri tunggal
sedangkan poligami perkawinan lebih dari satu istri. Secara etimologi,
poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu polus yang berarti banyak dan
gomus yang berarti perkawinan. Apabila digabungkan berarti suatu
perkawinan yang banyak atau lebih dari satu orang.
Secara definisi poligami berarti sebuah sistem pernikahan yang
membolehkan seseorang mempunyai lebih dari satu pasangan. Poligami
terbagi menjadi dua macam yaitu poligini dan poliandri. Poligini adalah

seorang lelaki yang menikah dengan lebih satu istri, sedangkan poliadri
adalah seorang perepuan yang menikah dengan lebih satu laki-laki. Namun
dalam Islam, poligini terbatas diizinkan, sedangkan poliandri dilarang
secara mutlak. (Naik, dkk,. 2013: 133)
C. HUKUM MONOGAMI
Hukum perkawinan di Indonesia berdasarkan UU No. 1/1974 adalah
menganut asas monogami baik untuk pria dan wanita. Asas monogami
telah diletakkan oleh Islam sejak abad 155 abad yang lalu sebagai salah
satu asas perkawinan dalam Islam yang bertujuan untuk landasan dan
modal utama guna membina kehidupan rumah tangga yang harmonis,
sejahtra dan bahagia. (Zuhdi,1997 : 11-13)

kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinlah) seorang saja. (QS. An-Nisa : 3)
Monogami merupakan hukum asal dalam perkawinan menurt Islam
dibanding dengan poligami, sebab poligami lebih banyak risiko daripada
manfaatnya. Karena manusia menurut fitrahnya mempunyai watak
cemburu, iri hati dan suka mengeluh. Watak tersebut akan mudah timbul
dengan kadar tinggi, dalam kehidupan keluarga yang poligamis. Dengan
demikian poligami akan menjadi konflik ketidak harmonisan dalam
keluarga. Lain halnya dengan monogami yang justru akan terhindar dari
ketidakadilan dalam keluarga. (Zuhdi,1997 : 13)
D. HUKUM POLIGAMI
Seacara umum hukum dalam Islam ada lima kategori, yaitu fardhu
atau wajib, mustahab atau lebih disukai atau dianjurkan, mubah yaitu
boleh dilakukan, makruh yaitu tidak dianjurkan dan haram yaitu tidak
dibolehkan.
Poligami dalam hukum Islam termasuk kepada kategori pertengahan,
yaitu dibolehkan. Dan tidak dikatakan bahwa seorang muslim yang
mempunyai lebih dari satu istri adalah lebih baik dari pada seorang

muslim yang hanya memliki satu istri. Sebagaimana dalam firman Allah
SWT:

.
.

Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku


adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang
kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah)
seorang saja(QS. An-Nisa : 3)
Sebelum Al-Quran diwahyukan, tidak ada batasan
bagi poligami sehingga banyak laki-laki yang menikah
dengan banyak istri. Kemudian Islam mengizinkan dan
membatasi seorang laki-laki menikah sampai dengan
empat istri saja, namun dengan syarat jika dia bisa berlaku
adil terhadap istri-istrinya. Allah berfirman :

Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istriistri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,
karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang
kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatungkatung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan
memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. An-Nisa : 129).
Jadi, poligami bukan kebiasaan melainkan
perkecualian. Banyak orang yang salah persepsi dan
menyangka bahwa seorang muslim wajib memiliki isrtri
lebih dari satu. (Naik, dkk,. 2013: 135)

BAB II
PEMBAHASAN
A. KESIMPILAN
Kesimpulan dari pembahasan di muka adalah :
1. Monogami merupakan perkawinan dengan istri tunggal yang arinya
seorang laki-laki menikah hanya dengan satu perempuan saja.
2. Poligami merupakan kebalikan dari pada monogami yaitu seorang
laki-laki menikahi lebih dari satu perempun.
3. Monogami telah menjadi asas hukum perkawinan di Indonesia
berdasarkan UU No. 1/1974 dan telah diletakkan oleh Islam sejak abad
155 yang lalu. pernkahann monogami lebih utama di banding dengan
poligami sebagaimana dalam firman-Nya kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja.
(QS. An-Nisa : 3)
4. Dalam Islam poligami hukumnya dibolehkan dengan syarat seorang
pria tidak boleh menikahi perempuan lebih dari empat dan seorang
suami harus berbuat adil kepada para istrinya, firman Allah : Dan
jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang
kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka
(nikahilah) seorang saja(QS. An-Nisa : 3)
B. SARAN
Kami mohon maaf kepada semua pihak apabila dalam
penyusunan makalah ini masih ada kata atau kalimat yang
tidak sesuai, kami sadairi makalh ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kami selaku penyusun akan menerima
kritikan dan saran dari pembaca dengan lapang dada
dengan tujuan agar makalah ini bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. Ali. Masail Fikhiah Al-Haditsah pada Masalah-masalah


Kontemporer Hukm Islam. Jakarta. Raja Grafindo Persada,
1996.
Naik, Zakir, at.al. Mereka Bertanya Islam Menjawab. Kartasura.
AQWAM, 2013.
Shahrur, Muhammad. Metodologi Fiqh Islam Kontemporer Nahw
Usul

Jadidah Li al-Fiqih al-Islami. Yogyakarta. eLSAQ

Press, 2004.
Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam.
Jakarta. Pt Toko Gunung Agung, 1997.

You might also like