Professional Documents
Culture Documents
Tahun 2009
Ir.Ahmad Agus Munawar, MP Ir. Sukresno, MSc Ir. Beny Harjadi, MSc
NIP. 19610827.198903.1.002 NIP.19580204.198503.1.002 NIP.19610317.199002.1.001
Disahkan oleh :
Kepala BPK Solo,
ii
KATA PENGANTAR
iii
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
Oleh :
Beny Harjadi, Purwanto, Arina Miardini,
Gunawan, Aris Boediyono, dan Siswo
ABSTRAK
Lahan pantai berpasir termasuk lahan marginal yang bersifat dinamis yang terdapat
hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak menuju
pantai dan dari gisik yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan. Peristiwa tersebut
menyebabkan lahan pantai berpasir menjadi kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun
wilayah di belakangnya. Berkaitan dengan permasalahan yang ada di wilayah pantai
berpasir, dibutuhkan suatu model pengelolaan untuk rehabilitasi dan konservasi yang
sesuai dan mampu diterapkan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyediakan sarana
pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai, berupa demplot yang
representatif serta inovatif. Metode penelitian meliputi: (a) Kegiatan pembuatan rancangan,
dan pemetaan lokasi antara lain: patok, meteran, GPS, kompas, peta dasar, (b) Kegiatan
pembuatan sarana penahan erosi pasir tanaman TA, antara lain: cemara laut (Casuarina
equisetifolia), (c) Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di antara jalur tanaman TA
antara lain: cabe (Capsicum annuum) dan jagung (Zea mays), (d) Kegiatan perbaikan tanah
berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha serta pupuk anorganik ZA, KCl, urea, TSP,
insektisida, dan fungisida, (e) Pengelolaan kondisi iklim dan biofisik lahan (f) Kegiatan
pengamatan lapangan antara lain: ombrometer, anemometer, termometer, termohidro.
Pengembangan tanaman Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) sebagai tanggul angin sudah
memasuki tahun kelima sejak tahun 2005 - 2009.
Penanaman cemara laut dilakukan setiap tahun dengan jarak tanam 5 x 5 m.
Kriteria bibit cemara laut yang cocok untuk dikembangkan di lahan pantai berpasir adalah
bibit yang memiliki batang coklat, daun hijau gelap dan ukuran diameter batang ½ cm atau
keliling batang sekitar 2 cm dengan umur bibit sekitar 6 sampai satu tahun. Kelembagaan
berupa peran aparat desa dan staf obyek wisata serta anggota kelompok tani cukup baik.
Namun tingkat adopsi masih rendah, karena resiko kegagalan yang tinggi penanaman di
lahan pantai berpasir juga karena lahan tersebut juga menjadi milik obyek wisata.
Partisipasi masyarakat terhadap upaya RLKT lahan pantai berpasir yang mendukung
wisata lingkungan terpadu cukup yaitu ditunjukkan dari semangat untuk melakukan
penanaman semusim di lahan pantai berpasir dan adanya pertemuan rutin bulanan
kelompok tani. Peningkatan tingkat pendapatan masyarakat dengan pengembangan lahan
pantai berpasir harus ditunjang partisipasi aktif dari masyarakat dengan merubah persepsi
bahan lahan berpasir yang dianggap lahan marjinal menjadi lahan yang memiliki
produktivitas tinggi. Data pengunjung wisata tahun 2006-2009 mengalami peningkatan yaitu
66.100 orang menjadi 80250 orang. atau peningkatan pendapatan wisata dari Rp.
136.550.000,- (2006) menjadi Rp. 163.581.150,- (2009).
.
iv
DAFTAR ISI
v
III. BAHAN DAN METODE .............................................................................................. 16
A. Lokasi Penelitian dan Tata Waktu ............................................................................. 16
B. Bahan dan Metode..................................................................................................... 18
1. Jenis Kegiatan ...............................................................................................19
2. Tahapan Kegiatan .........................................................................................19
3. Parameter ......................................................................................................21
4. Pengambilan Data .........................................................................................24
5. Pengolahan dan Analisa Data .......................................................................26
III. BIAYA DAN ORGANISASI PELAKSANA ............................................................... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 29
A. Pengembangan Jalur TA dengan Tanaman Casuarina equisetifolia....................... 29
B. Pengelolaan Kondisi Iklim dan Biofisik Lahan .......................................................... 30
B.1. Kecepatan dan Arah Angin ........................................................................31
B.2. Curah Hujan ...............................................................................................33
B.3. Kelembaban Ruang dan Udara...................................................................33
B.4. Evaporasi....................................................................................................34
B.5. Suhu Ruang, Udara dan Tanah...................................................................34
B.6. Erosi Angin ................................................................................................37
B.7. Biofisik Tanah ............................................................................................37
C. Pengembangan Pola Tanam Tanaman Budidaya yang Sesuai.................................... 41
D. Peningkatkan Tingkat Pendapatan Masyarakat .......................................................... 43
E. Peningkatkan Kenyamanan Lingkungan Sekitar Wisata ............................................ 44
F. Dampak Demplot terhadap Masyarakat ...................................................................... 47
V. KESIMPULAN.............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 52
KERANGKA LOGIS PENELITIAN ................................................................................ 125
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tanah Lahan Pantai dan Luasannya pada Setiap Propinsi di Indonesia............... 12
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir
2009 ...................................................................................................................... 18
Tabel 4. Data Kecepatan Angin di Pantai Karanggadung, Petanahan Tahun 2006-2008 ... 32
Tabel 5. Hasil Analisis Laboratorium Tanah Pantai Berpasir di Kebumen, Samas dan
Pemalang Tahun 2007, 2008, dan 2009................................................................ 39
Tabel 6. Hasil Produksi Cabe untuk Kwalitas Baik (A) sampai Kurang (C) ...................... 41
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Data Curah Hujan Tahun 2006, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen61
Tabel Lampiran 2. Data Curah Hujan Tahun 2007, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen62
Tabel Lampiran 3. Data Curah Hujan Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen63
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen64
Tabel Lampiran 7. Kecepatan Angin Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen .67
Tabel Lampiran 8. Kecepatan Angin Pagi Hari Tahun 2009, di Petanahan, Kebumen .........68
Tabel Lampiran 9. Kecepatan Angin Siang Hari Tahun 2009, di Petanahan, Kebumen .......69
Tabel Lampiran 10. Arah Angin Pagi Hari Tahun 2009, di Petanahan, Kebumen ................70
Tabel Lampiran 11. Arah Angin Siang Hari Tahun 2009, di Petanahan, Kebumen ..............71
Tabel Lampiran 12. Kelembaban Ruang Pagi Hari Tahun 2009 di Pantai Karanggadung,
Petanahan, Kebumen...............................................................................72
Tabel Lampiran 13. Kelembaban Ruang Siang Hari Tahun 2009 di Pantai Karanggadung,
Petanahan, Kebumen...............................................................................73
Tabel Lampiran 14. Kelembaban Udara Pagi Hari Tahun 2009 di Pantai Karanggadung,
Petanahan, Kebumen...............................................................................74
Tabel Lampiran 15. Kelembaban Udara Siang Hari Tahun 2009 di Pantai Karanggadung,
Petanahan, Kebumen...............................................................................75
Tabel Lampiran 16. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan November 2008................76
Tabel Lampiran 17. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan Februari 2009 ...................77
Tabel Lampiran 18. Pengikisan (-) dan Penimbunan (+) Pasir Akibat Erosi Angin Tahun
2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen.......................................78
Tabel Lampiran 19. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan Maret 2009 .......................79
Tabel Lampiran 20. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan Mei 2009 ..........................80
Tabel Lampiran 21. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan Juli 2009...........................81
ix
Tabel Lampiran 22. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan November 2009................82
Tabel Lampiran 23. Pengikisan (-) dan Penimbunan (+) Pasir Akibat Erosi Angin Tahun
2009, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen.......................................83
Tabel Lampiran 24. Data Suhu Udara Malam Hari dan Siang Hari Tahun 2006 - 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen .....................................................84
Tabel Lampiran 25. Suhu Udara Malam Hari Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................85
Tabel Lampiran 26. Suhu Udara Malam Hari Tahun 2007, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................86
Tabel Lampiran 27. Suhu Udara Malam Hari Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................87
Tabel Lampiran 28. Suhu Udara Siang Hari Tahun 2006, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................88
Tabel Lampiran 29. Suhu Udara Siang Hari Tahun 2007, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................89
Tabel Lampiran 30. Suhu Udara Siang Hari Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................90
Tabel Lampiran 31. Suhu Ruang Pagi Hari Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................91
Tabel Lampiran 32. Suhu Ruang Siang Hari Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................92
Tabel Lampiran 33. Suhu Udara Pagi Hari Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................93
Tabel Lampiran 34. Suhu Udara Siang Hari Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC). ........................................................................................94
Tabel Lampiran 35. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan A, B, dan C Tahun 2006 --
2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen.......................................95
Tabel Lampiran 36. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2006, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen .....................................................96
Tabel Lampiran 37. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2007, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen .....................................................97
Tabel Lampiran 38. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen .....................................................98
x
Tabel Lampiran 39. Suhu Tanah Pagi Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2009, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen .....................................................99
Tabel Lampiran 40. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun 2006, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................100
Tabel Lampiran 41. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun 2007, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................101
Tabel Lampiran 42. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................102
Tabel Lampiran 43. Suhu Tanah Pagi Hari pada Lapisan Top Soil (B) Tahun 2009, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................103
Tabel Lampiran 44. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun 2006,
di Karanggadung, Petanahan, Kebumen...............................................104
Tabel Lampiran 45. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun 2007,
di Karanggadung, Petanahan, Kebumen...............................................105
Tabel Lampiran 46. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun 2008,
di Karanggadung, Petanahan, Kebumen...............................................106
Tabel Lampiran 47. Suhu Tanah Pagi Hari pada Lapisan Top Soil (C) Tahun 2009, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................107
Tabel Lampiran 48. Suhu Tanah Hari pada Lapisan A, B, dan C Tahun 2006 -- 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................108
Tabel Lampiran 49. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2006, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................109
Tabel Lampiran 50. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2007, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................110
Tabel Lampiran 51. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................111
Tabel Lampiran 52. Suhu Tanah Siang Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2009, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................112
Tabel Lampiran 53. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun 2006, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................113
Tabel Lampiran 54. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun 2007, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................114
xi
Tabel Lampiran 55. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................115
Tabel Lampiran 56. Suhu Tanah Siang Hari pada Lapisan Top Soil (B) Tahun 2009, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................116
Tabel Lampiran 57. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun 2006, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................117
Tabel Lampiran 58. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun 2007, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................118
Tabel Lampiran 59. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................119
Tabel Lampiran 60. Suhu Tanah Siang Hari pada Lapisan Top Soil (C) Tahun 2009, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen ...................................................120
Tabel Lampiran 61. Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Cemara Laut (Casuarina
equisetifolia) Juli 2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen.........121
Tabel Lampiran 62. Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Cemara Laut (Casuarina
equisetifolia) Oktober 2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen .122
Tabel Lampiran 64. Kriteria Unsur Hara Tanah dari Rendah sampai Tinggi ......................124
Tabel Lampiran 65. Kerangka Logis Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi
Tanah Pantai Berpasir (RPTP 2009) ...................................................125
xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang luas.
Bentuk lahan (landform) wilayah pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantai
berlumpur (muddy shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau
andesit (Bloom, 1979). Pada wilayah pantai berpasir (bergisik), pola penggunaan lahan yang
umum merupakan pola berulang cekungan antara beting pantai (swale) dan punggung pantai
(beach ridge) yang berupa lahan kosong (tanpa tanaman), bertekstur tanah kasar (pasir),
atau diusahakan untuk tegalan (Tim UGM, 1992).
Lahan pantai berpasir termasuk lahan marjinal yang bersifat dinamis. Pada lahan ini terdapat
hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak menuju pantai
dan dari gisik yang merupakan hasil erosi angin ke arah daratan. Peristiwa tersebut
menyebabkan lahan pantai berpasir menjadi semakin marjinal, baik untuk wilayah itu
sendiri maupun wilayah di belakangnya. Kondisi lahan yang marjinal tersebut disebabkan
tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara alami kurang mendukung untuk
dilakukan tindakan budidaya, tetapi juga upaya penanganan yang ada masih belum optimal,
sehingga bila tidak segera ditangani, dampak negatif yang akan terjadi akan semakin luas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/Men/2002
tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu; dan UU No.5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; dan pentingnya
pesisir pantai yang kaya akan SDA dan jasa lingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan
pantai berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda. Pemanfaatan
lahan pantai berpasir berfungsi untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai
ekonomis.
Berkaitan dengan permasalahan yang ada di wilayah pantai berpasir, dibutuhkan
suatu model pengelolaan untuk rehabilitasi dan konservasi yang sesuai dan mampu
diterapkan. Adanya model pengelolaan tersebut diharapkan dapat mengubah lahan yang
terlantar menjadi lahan yang potensial.
B. Rumusan Masalah
Lahan pantai berpasir termasuk lahan marginal yang bersifat dinamis dan terdapat
hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak menuju pantai
dan dari gisik yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan. Peristiwa tersebut
menyebabkan lahan pantai berpasir menjadi kritis, sehingga bila tidak segera ditangani,
dampak negatif yang akan terjadi akan semakin luas.
Dampak peristiwa erosi pasir yang nyata antara lain : 1) tanah pada lahan pantai
bertekstur kasar dan bersifat lepas sehingga sangat peka terhadap erosi angin, 2) hasil erosi
berupa endapan pasir (sand dune) dapat menutup wilayah budidaya dan pemukiman di
daerah di belakangnya, dan 3) butiran pasir bergaram yang dibawa dari proses erosi angin
dapat merusak dan menurunkan produktivitas tanaman budidaya.
Adanya pemanfaatan lahan pantai berpasir secara baik dan benar akan berfungsi
ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis.
Dengan model pengelolaan tersebut diharapkan hasilnya dapat mengubah lahan yang
tadinya terlantar menjadi lahan yang potensial. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam memberikan sumbangan pemikiran kepada: 1). Departemen Kehutanan dan
Pemerintah Daerah yang membidangi sektor kehutanan dalam upaya rehabilitasi hutan
pantai berpasir, 2). Dinas Pariwisata Kebupaten Kebumen dalam mengembangkan lokasi
wisata Karanggadung, Petanahan sebagai lokasi wisata pantai dan hutan pantai, dan 3).
Masyarakat Petanahan yang akan memanfaatkan lahan pantai berpasir.
C. Tujuan
1. Tujuan UKP
Kegiatan ini merupakan bagian dari UKP Teknologi dan Kelembagaan Lahan
Terdegradasi. Tujuan kegiatan ini untuk menyediakan informasi dan teknologi tepat
guna, kajian sosial ekonomi serta rekomendasi kebijakan/kelembagaan rehabilitasi lahan
terdegradasi agar lahan terdegradasi dapat berfungsi kembali sebagai habitat flora, fauna,
dan secara keseluruhan sebagai penyangga kehidupan, termasuk didalamnya dapat
2
meningkatkan perekonomian rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dari
mulai perencanaan, kegiatan pelaksanaan, dan pengelolaan pada pasca rehabilitasi lahan.
D. Sasaran
1. Sasaran UKP
Sasaran UKP adalah pengembangan model teknologi dan kelembagaan
rehabilitasi lahan terdegradasi, dengan melibatkan peran masyarakat secara aktif.
Dampak yang diharapkan yaitu masyarakat sekitar pantai berpasir tetap dapat
melanjutkan secara mandiri pemanfaatan lahan pantai untuk usaha produktif sebagai
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian alam dan
konservasi tanah dan air.
3
2. Sasaran PPTP Tahun 2005-2009
Sasaran kegiatan adalah agar pelaksanaan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang
kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik tertinggi
pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No. 550/246/Kpts/4/1984
dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan kawasan hutan untuk
pengembangan usaha budidaya pertanian dan jalur hijau hutan pantai yang dipertahankan
lebarnya 200 m dapat terwujud. Pengembangan dilakukan melalui pengembangan model
tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam), model
pengelolaan tanaman budidaya (bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang ditanam
di antara tanaman tanggul angin.
4
F. Ruang Lingkup Tahun 2005-2009
5
pola bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan kacang panjang dan cabe merah
hasilnya lebih tinggi dibanding dengan pola semangka-terong.
Teknik Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir di Desa Sri Gading, Kecamatan
Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bagian Selatan, luas daerah
pengembangan + 1-2 ha untuk tanaman semusim dan 500 m untuk tanaman tanggul angin
dengan lebar jalur 15 m, yang dilaksanakan tahun 2003 antara lain :
a. Tanaman Casuarina equisetifolia terbukti efektif sebagai tanaman tanggul angin
permanen di lahan pantai berpasir, dimana bibitnya dapat dikembangkan sendiri oleh
masyarakat (petani) setempat dengan cara pembiakan vegetatif metode merunduk
(layering).
b. Tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya yang dikembangkan, sangat nyata dapat
mengendalikan erosi pasir dan memperbaiki iklim mikro setempat (kecepatan angin,
suhu tanah, dan laju evaporasi lebih rendah). Secara finansial, kombinasi tanaman
budidaya yang paling layak dikembangkan adalah kombinasi bawang merah, terong
dan ketimun.
c. Teknik rehabilitasi lahan pantai berpasir ini akan sulit dikembangkan oleh masyarakat
sekitar secara swadaya. Salah satu penyebabnya adalah tingginya biaya untuk
pembangunan sarana pendukung (infrastruktur) bagi penerapan teknik rehabilitasi
tersebut, sehingga perlu ada campur tangan pemerintah. Namun demikian, sampai
saat ini belum terbangun suatu pola pengembangan lahan pantai berpasir yang
komprehensif dari berbagai instansi terkait.
Jalur tanaman tanggul angin yang dikembangkan di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen berupa Cemara laut cangkok
(69,5% hidup) dan biji (98% hidup) serta Pandan (100% hidup), dan tanaman kehutanan
Mahoni (100% hidup), Akasia (100% hidup). Curah hujan rata-rata di pasir berpantai
Karanggadung, Petanahan, Kebumen adalah 35 mm/hari. .Evaporasi berkisar antara 0,3
mm/hari (Desember) sampai 0,9 mm/hari (September). Suhu tanah semakin dalam maka
semakin menurun, pada malam hari suhu tanah 33 oC dan pada siang hari 36 oC. Suhu udara
siang hari antara 27 – 36 oC dan pada malam hari 20 oC sampai 24 oC. Kecepatan angin
antara 2 sampai 12 km/jam, dengan Erosi angin 0,5 sampai 3,5 g yang tertangkap pada
diameter sandtrap 10 cm.
6
Anggota kelompok tani yang sebagian besar bermata pencaharian utama petani
mempunyai mata pencaharian sampingan sebagai penderes gula kelapa dan tukang.
Mayoritas anggota kelompok tani adalah tenaga produktif, sehingga tidak selalu
mempunyai banyak waktu untuk terlibat dalam kegiatan Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah di lahan pantai bepasir. Pemahaman tentang konsep Rehabilitasi Lahan
dan Konservasi Tanah di lahan pantai berpasir perlu ditingkatkan, pendampingan dari
tenaga penyuluh maupun dari instansi pemerintah kabupaten yang terkait masih sangat
diperlukan. Kerjasama Dinas Pariwisata dengan kelompok tani dalam pengelolaan lahan
pantai berpasir yang berorientasi konservasi dan dapat meningkatan pendapatan
masyarakat, tetap perlu dilaksanakan dan dibina khususnya di sekitar lokasi lahan pantai
berpasir di desa Karanggadung, Petanahan.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rehabilitasi Lahan
Rehabilitasi lahan merupakan kegiatan perbaikan lahan yang sudah dalam kondisi
rusak atau dalam keadaan kritis atau marjinal. Dalam hal ini program konservasi tanah
dan rehabilitasi lahan menurut Douglas (1991) dalam Soemarno (2001) mengikhtisarkan
lima prinsip dasar bagi keberhasilannya pada tingkat lapangan, yaitu:
(1) program ini harus merupakan bagian integral dari program pembangunan
kehutanan dan pertanian yang lebih luas, dan harus dimulai dengan
peningkatan produksi,
(2) program ini harus bersifat bottom-up yang dirancang dengan melibatkan
partisipasi aktif dan kepentingan masyarakat petani,
(3) asistensi teknis melalui program jangka panjang dan bukan sesaat,
(4) suatu aktivitas konservasi dan pengelolaan lahan harus mampu memberi
keuntungan atau menunjukkan benefit jangka pendek, dan
(5) degradasi atau kerusakan lahan harus dapat dikendalikan sebelum
melampaui batas ambangnya.
Dalam rangka rehabilitasi lahan di pantai berpasir dilakukan beberapa
penanaman tanaman tanggul angin. Penanaman tanaman tangul angin atau penahan angin
dengan cemara laut (Casuarina equisetifolia L.) dan pandan (Pandanus tectorius Parkin-
son ex Zucc.) dimaksudkan untuk mengeliminir permasalahan yang umum terjadi pada
lahan pantai berpasir, antara lain angin laut yang kencang, erosi angin, suhu tinggi, uap
air bergaram, dan tanah yang rendah hara (Harjadi dan Octavia, 2008). Dari hasil
penelitian Sukresno (1998) menunjukkan bahwa penanaman jalur tanggul angin pada
lahan pantai berpasir berdampak positif bagi perbaikan iklim mikro (suhu tanah dan
evaporasi), dan menurunkan tingkat erosi pasir. Pertumbuhan tanaman tanggul angin
yang dikembangkan di pantai berpasir berupa cemara laut (Casuarina equisetifolia), dari
umur satu tahun sampai 7 tahun tahun rata-rata ketinggiannya berurutan : 58,7; 126,4;
130; 125,2; 320, 530, 810 cm (Harjadi et al., 2007).
8
B, Konservasi Tanah
Konservasi tanah adalah upaya untuk mengawetkan tanah agar terjadi peningkatan
produktivitas lahan dan tidak terjadi degradasi lahan. Konservasi tanah dan air, kendala
yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi, faktor le-
reng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin, 1988). Dalam kondisi seperti ini maka tin-
dakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi la-
han. Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan
kultivar, pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman
tahunan, serta ternak dibarengi dengan penanaman rumput/tanaman hijauan pakan
(Anwarhan, Supriadi, dan Sugandi, 1991 dalam Soemarno, 2001). Khusus untuk
mengkonservasi lahan pantai berpasir dari pengaruh kecepatan angin menurut Sukresno
(2000) dapat dibuat tanggul angin permanen maupun sementara. Tanggul angin
permanen dengan berbagai jenis tanaman, misalnya cemara laut, gamal, mete, akasia, dan
pandan tergantung jenis tanaman yang dibutuhkan perdu, semak, pohon secara individu
maupun kombinasi.
Bebrapa data lingkungan yang diperlukan untuk melakukan tindakan konservasi
tanah antara lain kondisi curah hujan rata-rata di pasir berpantai Karanggadung, Petanahan,
Kebumen adalah 113 mm/hari dengan total hujan setahun kurang dari 1000 mm. Evaporasi
berkisar antara 0,3 mm/hari (Desember) sampai 0,9 mm/hari (September). Suhu tanah
semakin dalam maka semakin menurun, pada malam hari suhu tanah 33 oC dan pada siang
hari 36 oC. Suhu udara siang hari antara 27 – 36 oC dan pada malam hari 20 oC sampai 24
o
C. Kecepatan angin antara 2 sampai 12 km/jam, dengan Erosi angin 0,5 sampai 3,5 g
(Harjadi et al., 2006).
Sebenarnya tanpa adanya upaya penanaman tanaman tanggul angin pantai telah
memiliki perlindungan alami menahan serangan gelombang, misalnya pantai berlumpur
memiliki hutan mangrove untuk meredam serangan gelombang, untuk pantai berpasir
memiliki bukit pasir (sand dune) untuk menyuplai pasir yang hilang terbawa gelombang
ke lepas pantai, dan terumbu karang serta padang lamun yang juga dapat mereduksi
energi gelombang yang menuju pantai (Surya, 2007). Pengelolaan lahan pantai yang
tidak berwawasan konservasi maka terjadi ketidakseimbangan alam seperti berkurangnya
ekosistem mangrove sebagai tanah tambak, pemukiman dan daerah industri tanpa
9
memperdulikan sempadan pantai yang merupakan daerah konservasi, akhirnya
menimbulkan proses pantai yang bersifat merusak.
Permasalahan lahan pantai jika dilihat dari sudut pembangunan berkelanjutan
(sustainable development), maka pengelolaan sumber daya pesisir di daerah Jawa telah
dimanfaatkan dengan intensif, dengan indikasi telah melampaui daya dukung dari
ekosistem pesisir dan lautan, seperti pencemaran, tangkap ikan berlebih (overfishing),
degradasi fisik habitat pesisir, dan abrasi pantai (Dahuri et al., 2001).
10
Adapun di pantai adanya pasang surut merupakan fenomena pantai landai yang di
pengaruhi oleh gaya gravitasi bulan sebagai benda langit terdekat dengan bumi. Hingga
ketinggian laut sebagai medium cair bumi pada garis pantai terlihat mencolok oleh gaya
tarik tersebut. Sebagai kawasan yang dinamis, kawasan pantai berpasir tidak hanya indah
namun unik karena pola pembatasan yang terpilah tersendiri (Kasim, 2005).
Lahan pantai dengan potensi kelautan dan pesisir pantai di Indonesia sangat besar
dan beragam, yakni memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan
5,8 juta km2 laut atau 70% dari luas total Indonesia, yang tercermin dari keanekaragaman
hayati, potensi budidaya perikanan pantai dan laut serta pariwisata pantai (Budiharsono,
2001). Lahan pantai yang merupakan tanah mineral mencakup luas 3.654.500 ha
didominansi ordo Entisols. Dalam tingkat great group tanahnya didominansi oleh
Endoaquents, Sulfaquent, dan Udipsamment. (Nugroho et.al., 2008). Pada umumnya
wilayah pantai di Indonesia berada pada altitude (ketinggian tempat) kurang dari 5 mdpl,
dengan permukaan daratan landai. Ciri dominan (terutama di daerah tropis) adalah rata-
rata suhu udara relatif tinggi, lebih dari 26 oC. Daratan landai, jarang pohon-pohonan dan
bangunan tinggi mengakibatkan tidak ada hambatan bagi gerakan udara yang berarti,
sehingga kecepatan angin relatif tinggi. Di pantai terdapat pola lokal harian yang khas
yaitu angin laut terjadi pada siang hari dan angin darat pada malam hari. Lahan pantai
yang ada di Jawa Tengah sebagian besar Udipsamment (43.080 ha) dan Endopsamment
(28.720 han) dapat dilihat pada Tabel 1 (Tim PPTA, 1996).
Lahan pantai merupakan bagian dari dataran pantai (coastal plain) yang berupa
daerah peralihan dengan perairan laut, yang biasanya disebut pesisir. Dalam sistem
landform dataran pantai mencakup bagian dari grup aluvial, marin, fluvio marin, gambut
dan eolin (Marsudi et al., 1994). Salah satu fungsi pasir laut yang terdapat di dasar
perairan pesisir adalah meredam energi gelombang sebelum menghempas di pantai yang
disebabkan adanya gaya gesekan dengan dasar. Apabila dikeruk (ditambang) akan
menjadi lebih dalam dan lereng dasar lebih curam yang akan berdampak makin naiknya
tingkat energi gelombang yang menghempas pantai sehingga makin intensif proses abrasi
dan erosi pantai (Surya, 2007).
11
Tabel 1. Tanah Lahan Pantai dan Luasannya pada Setiap Propinsi di Indonesia
Angin darat (dranage flow) dan angin laut (sea breeze) merupakan angin
dominan di permukaan. Angin darat bertiup antara pukul 19.00 hingga 12.00 WIB, angin
ini dapat berfungsi sebagai pengencer polusi udara dari daratan. Sebaliknya antara pukul
12.00 hingga 19.00 WIB bertiup angin laut. Di antara waktu-waktu tersebut terdapat
waktu peralihan lebih kurang 3 jam. Di lapisan atas udara angin monsoon lebih dominan,
angin inilah yang membawa musim hujan dan kemarau di Indonesia. Pada saat musim
kemarau angin bertiup dari arqah tenggara yang membawa pasir bertiup lebih kencang
(Sukresno, 1997).
12
Menurut Suhardjo et al (2000) secara umum lahan pantai dapat diarahkan
untuk: 1) lahan pemukiman dan pertanian, 2) lahan tambak, 3) lahan penggaraman, 4)
lahan konservasi, 5) lahan rekreasi dan 6) lahan pertambangan.
D. Masyarakat Karanggadung
Kebumen adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Nama
Kebumen berasal dari Ki Bumi yaitu keturunan Kerajaan Mataram Kebumen
menawarkan beberapa macam objek wisata, baik kealamiannya, kebudayaannya,
pemandangan alam yang indah dan lain-lain. Kebumen dapat ditempuh dengan mudah
dari Yogyakarta, Semarang , Bandung, Jakarta ( 110 km sebelah Barat Yogyakarta , 80
km sebelah Barat Candi Borobudur, 180 km sebelah Barat Semarang ). Wisatawan dapat
memperoleh bus antar kota, kereta api dari Jakarta, Surabaya, Bandung dan Yogyakarta
(Dinas Pariwisata Kebumen, 2008).
Dataran obyek wisata pantai desa Karangadung kecamatan Petanahan
merupakan daerah landai berpasir yang sangat khas dengan gumuk pasir yang selalu
berpindah (Pemda Kebumen, 2008 dan Yulianto, 2009). Daerah ini terletak 17 km ke
arah selatan Kebumen, dapat dicapai dengan kendaraan umum atau pribadi. Terdapat
fasilitas pendukung seperti taman parkir, taman bermain, sanitasi, warung makan serta
panggung hiburan. Di kawasan pantai ini sering digunakan untuk event festival layang-
layang. Pada Syawalan hari ke 1 - 7 sangat ramai karena tradisi masyarakat Kebumen
untuk berkunjung ke Pantai.
E. Sosial Ekonomi
Usaha pemanfaatan lahan pantai berpasir di Samas dari analisis input-output,
setelah adanya tanaman tanggul angin yaitu dengan penanaman tanaman budidaya cabe
merah, kacang panjang, bawang merah, dan semangka hasil panennya mendapatkan
keuntungan bersih per 100 m2 masing-amsing sebesar Rp 53.245,-, Rp 112.995,-, Rp
5.100,-, dan Rp 22.380,- (Sukresno et al, 2000).
13
F. Adopsi
Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan
sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap
(affective), maupun keterampilan (psychomotor) pada diri seseorang setelah menerima
inovasi yang disampaikan oleh penyuluh. Penerimaan disini mengandung arti tidak
sekedar tahu, tetapi sampai benar-benar melaksanakan ataupun menerapkan dengan benar
serta menghayatinya dalam kehidupan penerimaan inovasi tersebut, biasanya
dapatdiamati secara langsung oleh orang lain, sebagai cerminan adanya perubahan sikap,
pengetahuan dan keterampilan (Mardikanto, 1993).
Soekartawi (1988) menyatakan bahwa pendapatan usahatani yang tinggi
seringkali ada hubungannya dengan tingkat difusi inovasi pertanian. Kemauan untuk
melakukan percobaan atau perubahan dalam difusi inovasi pertanian yang cepat sesuai
kondisi pertanian yang dimiliki oleh petani, maka umumnya hal ini yang menyebabkan
pendapatan petani yang lebih tinggi. Dengan demikian petani akan kembali investasi
kapital untuk adopsi inovasi selanjutnya. Sebaliknya banyak kenyataan yang
menunjukkan bahwa para petani yang berpenghasilan rendah adalah lambat dalam
melakukan adopsi inovasi. Disamping pendapatan usia manusia juga berpengaruh
terhadap kecepatan mengadopsi teknologi, seperti yang disampaikan Soekartawi (1988)
bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang
belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat
melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman
dalam soal adopsi inovasi tersebut.
14
- Mulailah dengan salam sesuai dengan adat setempat, dan nyatakan kehadiran tim
adalah untuk belajar dari para hadirin
- Mulailah mengajukan pertanyaan dengan menunjuk seorang atau sesuatu di
ruangan itu
- Ciptakan suasana informal dan pertanyaan diselingi dengan diskusi
- Bersikap objektir dan terbuka
- Biarkan setiap peserta menyelesaikan kalimatnya, jangan menginterupsi
- Secara hati-hati angkat isu-isu positif
- Mintalah seseorang untuk melakukan pencatatan
- Perhatikan tanda-tanda bahasa yang non verbal
- Hindarkan penghakiman atau memberi penilaian
- Jangan mengajukan pertanyaan yang hanya dijawab dengan ”ya” atau ”tidak”
- Wawancara pribadi hendaknya tidak lebih dari 45 menit
- Setiap pewawancara hendaknya menyiapkan pertanyaan kunci atau topik yang
telah dicatat pada bukunya masing-masing
15
III. BAHAN DAN METODE
16
Gambar 2. Areal Penelitian desa Karanggadung dengan nomor Peta RBI (Rupa Bumi
Indonesia) 1408-113 (Kreweng), diapit oleh Desa Karangrejo (sebalah
Barat) dan desa Tegalretno (Sebelah Timur)
17
Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir tahun 2008
dilaksanakan dengan tata waktu sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai
Berpasir 2009
No KEGIATAN BULAN PELAKSANAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. KEGIATAN KANTOR
1 Persiapan
- Pengadaan ATK dan
Opers. Komputer
- Bahan perlengkapan
lapangan
- Bahan penelitian
B. KEGIATAN LAPANGAN
2. Perjalanan Dinas
- Konsultasi/Koordinasi
- Orientasi lapangan
- Pelaksanaan lapangan
3. Pengamatan &
Pengukuran
- Pengumpulan data tanm
- Data erosi pasir dll
C. KEGIATAN LABORAT
4. Analisa data
- Analisa data
5. Penyusunan laporan
- Ft.copy/penggandaan
- Rapat intern
18
d. Kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha serta
pupuk anorganik ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida.
e. Kegiatan pengelolaan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa
bak renteng, pralon, gembor, selang, pompa air.
f. Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter,
ombrometer, anemometer, termometer udara, dan termometer tanah.
g. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa blanko/kuisioner yang relevan.
1. Jenis Kegiatan
2. Tahapan Kegiatan
2.1. Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen Casuarina equisetifolia dan
pengembangan TA di Kebumen
19
antara jalur tanaman tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam.
Metode tanam tanaman tanggul tersebut dilakukan dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap
jalurnya, dengan model ‘gigi belalang’ dengan 3 jalur tanam.
20
pengembangan rehabilitasi lahan pantai berpasir di Desa Patanahan mengacu pada hasil
uji coba yang telah dilakukan di pantai Samas, Bantul.
3. Parameter
3.1. Tanaman TA sebagai Pengendali Erosi Pasir
Pengembangkan jalur TA antara lain dengan tanaman Casuarina equisetifolia
dimaksudkan untuk mengendalikan erosi angin. Parameter biofisik yang dikumpulkan
21
adalah curah hujan, kecepatan angin, erosi pasir (Gambar 5), evaporasi, kandungan
garam, suhu tanah, pertumbuhan dan daya tumbuh tanaman cemara laut, serta input dan
produksi tanaman budidaya.
Gambar 5. Tata Letak Stik Bambu untuk Pengamatan Erosi Angin di Pantai Berpasir
22
3.3. Pengembangan pola tanam tanaman budidaya yang sesuai
Pengembangkan pola tanam tanaman budidaya yang sesuai dan untuk
meningkatakan produktivitas lahan. Parameter data yang dikumpulkan dari lapangan
tentang tanaman budidaya sebagai indikator perubahan tingkat produktivitas lahan, antara
lain dengan melakukan pengamatan baik secara : a). vegetatif pertumbuhan tanaman dan
b). generatif hasil produksi saat panen.
23
Potensi dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pantai berpasir.
Rencana pengembangan lahan pantai berpasir yang ada.
Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan
lahan pantai berpasir.
Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan prediksi persoalan yang
timbul kedepan.
Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir.
4. Pengambilan Data
Data yang diambil berupa data primer dengan cara pengamatan langsung di
lapangan dan wawancara.
24
- Input tanaman budidaya dikumpulkan mulai tanam sampai dengan panen. Selain
itu, juga dihitung input untuk tanam tanaman TA.
25
- Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan prediksi persoalan yang
timbul kedepan.
- Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir.
5. Pengolahan dan Analisa Data
5.1. Tanaman TA Casuarina equisetifolia
Data biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan
yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA cemara laut
(Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap bulannya.
5.2. Sarana pengairan berupa sumur bak renteng
Menyiapkan instalasi saluran irigasi dalam bentuk sumur bak renteng untuk
mengairi tanaman semusim, tahunan dan tanaman TA dengan air tawar. Menyediakan
sarana penampungan air dan melengkapi peralatan penyiraman tanaman dengan gembor,
atau dengan selang plastik.
5.3. Pola tanam tanaman budidaya yang sesuai
Pengembangan pola tanam tanaman budidaya dengan tanaman semusim antara
lain Semangka (Citrullus vulgaris), Bawang Merah (Allium cepa), Cabe Merah Keriting
(Capsicum annuum). Mengamati prosentase tanaman yang tumbuh, dan pengamatan
pertumbuhan tanaman setiap bulannya. Setiap masa panen dilakukan pengkuran hasil
produksi dengan cara melakukan pengubinan yang berukuran 1 m2 dan diulang 3 kali.
5.4. Tingkat pendapatan masyarakat
Data sosial ekonomi dan budaya dianalisis secara deskriptif, untuk data input
dan output untuk sementara hanya akan dilakukan analisis biaya pendapatan. Data sosek
yang terkumpul selanjutnya ditabulasi dan dianalisis. Data disajikan dalam bentuk tabel
dan grafis. Data dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Analisis yang
dilakukan antara lain analisis finansial, analisis kependudukan.
5.5. Kenyamanan lingkungan sekitar wisata
Menyediakan kenyamanan rekreasi di sekitar lingkungan pengembangan tanaman
sekitar pantai berpasir sebagai sarana informasi kepada khalayak ramai yang berkunjung ke
pantai. Penyediaan sarana dengan melibatkan masyarakat sekitar pantai berpasir, dinas
pariwisata dan pemerintah daerah. Data yang dikumpulkan berupa tingkat frekuensi
kunjungan masyarakat ke tempat wisata dan lingkungan sekitarnya.
26
III. BIAYA DAN ORGANISASI PELAKSANA
Biaya penelitian tahun 2009 sebesar Rp. 67.750.000,- (Enam Puluh Tujuh Juta
Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dengan perincian biaya penelitian tahun 2009
sebagai berikut :
A. Belanja Bahan (Rp. 4.000.000,-)
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Jumlah Realisasi Sisa Dana
Biaya (Rp)
Keuangan Fisik Keuangan Fisik
(Rp) (%) (Rp) (%)
1 ATK dan Op. komputer Paket 1 1.000.000 999.000 99.9 1.000 0.1
2. Foto copy dan Paket 1 500.000 - - 500.000 100
dokumentasi
3 Bahan operasional Paket 1 2.500.000 2.500.000 100 - -
penelitian
27
Susunan organisasi pelaksana tugas dalam rangka menyelesaikan kajian tentang
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir tahun 2009 dapat
dilihat pada Tabel 3.
Aris
6. Calon SKMA Kehutanan Anggota
Boediyono
Teknisi Kehutanan
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan tinggi tanaman cemara laut dari tahun 2005 - 2009, justru tertinggi
untuk tanaman tahun 2006 yaitu setinggi 560,4 cm, sedangkan tanaman tahun 2005 hanya
292,4 cm, hal tersebut karena tahun pertama menggunakan bibit dari cangkok. Sehingga
kisaran tinggi cemara laut untuk umur satu hingga 5 tahun adalah dari 101,2 – 560,4 cm.
Kisaran keliling diameter batang dari umur cemara laut 1 – 5 tahun adalah 0,29 – 8,26
cm, sedangkan keliling batang dari 0,9 – 25,6cm (Gambar 7).
29
30,0 600
2 5 ,6 560,4
Keliling
Keliling & Diameter Batang (cm)
2 3 ,6
25,0 500
Diameter
10,0 9 ,6 216,8
200
7,52 8,16
30
B.1. Kecepatan dan Arah Angin
Kecepatan angin sejak tahun 2006 – 2009 memilik kecenderungan yang sama,
yaitu kecepatan angin puncak pada bulan Januari dan September (± 9 m/det), dan justru
bulan tersebut bulan yang paling baik untuk mulai penanaman bibit cemara laut.
Sedangkan arah angin biasanya dari arah timur atau atau timur laut, sedangkan pada
bulan Oktober dan November pada pagi hari arah angin berasal dari barat atau barat laut.
10,0
9,0
2006
Rerata Kecepatan Angin (m/det)
8,0
2007
7,0
2008
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008
Kecepatan angin tertinggi bulan Januari 2008 yaitu 9,3 m/det dan terendah pada
bulan Mei 2006 yaitu sebesar 3,8 m/det. Kecenderungan hampir sama rata-rata
kecepatan angin setiap bulannya, yaitu pada bulan Januari dan September kecepaatn
angin relatif kencang yaitu berkisar 9 m/det (lihat Gambar 9). Dengan kecepatan angin
yang tinggi maka suhu udara sekitar pantai akan menjadi dingin dan cocok untuk
memulai penanaman cemara laut.
Musim penghujan kecepatan angin akan meningkat dan berakibat air laut akan
mengalami peningkatan air pasang yang berakibat garis pantai atau daratan akan
berkurang. Sebaliknya pada musim kemarau kecepatan angin akan menurun sehingga air
laut pasang akan menurun juga yang berakibat garis pantai atau daratan akan bertambah
atau menjorok ke laut (Tabel 4).
Penanaman cemara laut sebaiknya sore hari (jam 15.00- 18.00), agar tidak
terjadi layu akibat pengeringan mendadak setelah ditanam, dan pagi hari petani sebagian
besar sibuk dibidang pertanian, dan ada sebagian sebagai pegawai di pemerintahan
31
Tabel 4. Data Kecepatan Angin di Pantai Karanggadung, Petanahan Tahun 2006-2008
2006 Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des
Max 20 10 8 5 5 8 10 9 12 12 9 10
Rrt 7,7 5,9 4,6 4,5 3,8 4,9 6,0 5,6 8,4 7,9 5,9 4,8
Hari 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
Min 5 3 3 4 3 3 3 3 5 6 5 2
2007 Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des
Max 21 9 9 7 6 9 11 12 14 12 10 12
Rrt 8,2 5,6 5,4 4,5 4,0 5,0 5,8 6,0 8,8 8,2 5,5 6,5
Hari 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
Min 5 3 3 4 3 3 3 3 5 7 5 2
2008 Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des
Max 21 12 10 8 7 10 12 9 14 15 10 10
Rrt 9,3 6,3 5,3 4,6 4,0 5,0 6,1 5,8 8,8 8,2 7,0 6,2
Hari 31 29 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
Min 5 3 3 4 3 3 3 3 5 7 5 3
Kecepatan angin setiap harinya mengalami fluktuasi naik turun berkisar antara 3
– 7 m/det pada siang hari dan 3 – 4 m/det pada pagi hari (Gambar 10).
Gambar 10. Perubahan Kecepatan Angin pada Pagi dan Siang Hari Bulan November dan
Desember 2009.
32
B.2. Curah Hujan
Pengamatan curah hujan di Pantai Karanggadung dimaksudkan untuk
mengetahui pada saat kapan ketersediaan air cukup untuk kebutuhan bibit yang akan
ditanam. Curah hujan bulanan sejak tahun 2006 – 2009 di pantai Karanggadung,
Petanahan memiliki kecenderungan yang sama yaitu hujan mulai bulan Oktober – April
(7 bulan) dan bulan kering selama 5 bulan (Mei – September), dengan puncak tertinggi
pada tahun Januari 2006 setinggi 743 mm (Gambar 11). Puncak hujan yang terjadi pada
bulan November (547,6 mm) dan Maret (482,6 mm), maka penanaman bibit cemara laut
diawali pada bulan September dan Januari, sehingga setelah penanaman masih ada
kesempatan bibit cemara laut mendapatkan guyuran hujan yang cukup. Total hujan
tahunan di Pantai Karanggadung sejak tahun 2006 – 2009 berurutan adalah : 2246, 2183,
2174, dan 1605 mm.
800
743
700
Tinggi Hujan Bulanan (mm)
600
547,6
500 482,6 CH2006
400 CH2007
317,5
CH2008
300
CH2009
200
100
0
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008, 2009
33
Gambar 12. Kelembaban Ruangan dan Udara pada Pagi (P) dan Siang (S) di Pantai
Karanggadung, Kec.Petanahan, Kebumen Tahun 2009.
B.4. Evaporasi
Pengamatan evaporasi dimaksudkan untuk mengetahui besarnya air yang hilang
dari tanah akibat penguapan karena pemanasan matahari, serta untuk menghitung neraca
kebutuhan air bagi tanaman (Gambar 13). Evaporasi tertinggi pada bulan September yaitu
saat pengukuran malam hari karena ada penguapan siang dan sore hari (0,6 mm), dan
terendah juga pada bulan September pada saat pengukuran siang hari (0,1 mm).
Gambar 13. Evaporasi di Pantai Karanggadung Dekat Pantai dan Jauh dari Pantai
34
Gambar 14. Suhu Tanah Pantai Karanggadung pada Lapisan Tanah A, B, dan C untuk
Malam(M) dan Siang (S) Hari Tahun 2006-2008
Semakin kedalam lapisan tanah maka suhu tanah akan semakin menurun yaitu
berkisar dari 32,2 oC ke 30,2 oC pada pagi hari. Pada siang hari suhu lapisan tanah
semakin meningkat dari 33,7 oC – 35,3 oC (Gambar 15).
35
Gambar 15. Suhu Tanah Pantai Karanggadung pada Lapisan Tanah A, B, dan C untuk
Pagi dan Siang Hari Tahun 2009
Tahun 2009 lapisan A justru lebih rendah dibandingkan lapisan tanah B dan C,
dengan kisaran suhu tanah pada pagi hari antara 28 – 33 oC (A), 30 – 32 oC (B), dan 29 –
31,5 oC (C). Pada siang hari suhu lebih tinggi sedikit dengan kisaran antara 28,5 oC (A)
dan tertinggi 33,5 oC (B), lihat Gambar 16.
Gambar 16. Suhu Ruangan dan Udara di Pantai Karanggadung pada Pagi (P) dan Siang
(S) Hari Tahun 2009
Suhu ruangan dan suhu udara tahun 2009 memiliki kecenderungan yang sama,
namun suhu udara jauh lebih tinggi yaitu berkisar antara 22 oC (Juli) - 43 oC (Maret)
sedangkan suhu ruangan berkisar antara 23 oC (Agustus) – 33 oC (Maret)..
36
B.6. Erosi Angin
Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa pada tempat tertentu akan terjadi
penimbunan (+) dan pada tempat lain akan terjadi pengikisan (-) yang ketebalannya
bervariasi. Pengikisan tertinggi – 9,6 cm (DT) yaitu dekat dengan pantai yang terletak di
timur, sebaliknya terendah – 0,1 cm (JB) yaitu jauh dari pantai sebelah barat pada
tanaman semusim. Penimbunan partikel pasir akibat erosi angin tertinggi +2,1 cm (GB)
yaitu pada gisik sebelah barat dan terendah = +0,1 cm (GP) yaitu pada gisik ditengah.
4
Pengikisan (-) atau Penimbunan (+), cm
0
11
19
21
7
9
01
03
3
05
7
P1
P1
2
0
T1
2
B
JB
JB
DT
DT
JP
DB
DB
DP
JT
JT
G
-2
-4 U
T
-6 S
B
-8
-10
Sampel Pengamatan Erosi Stik
-12
Gambar 17. Fluktuasi Deposit (+) dan Erosi (-) antara Lembah dan Bukit (Gisik) Akibat
Erosi Angin di Karanggadung, Kec. Petanahan, Kebumen
Sebagian besar unsur hara pantai berpasir baik yang ada di kebumen (KC, KP,
KS), Bantul (BC, BP, BS) dan Pemalanag (PM) semua dalam ketersediaan yang rendah.
Namun demikian produktivitas lahan pantai berpasir dapat ditingkatkan dengan cara
mengurangi faktor penghambat antara lain ; unsur hara rendah, kadar garam tinggi, angin
37
yang kencang dari lautan, dan ketersediaan air tanah yang rendah. Produktivitas lahan
berpasir dapat ditingkatkan mengingat sifat fisik lahan pantai yang baik antara lain : aerasi
yang baik, drainase sangat cepat, porositas tinggi, struktur tanah lepas dan tekstur tanah
yang ringan yaitu sand (S) dan loamy sand (LS). Kondisi tanah tersebut sangat sesuai
untuk tanaman sayur-sayuran dan hortikultura lainnya yang memiliki nilai komoditi yang
tinggi.
Bahan organik atau kandungan karbon (C) untuk tanaman semusim paling tinggi
di Kebumen dibandingkan lahan pantai berpasir di Bantul maupun di Pemalang.
Perbedaan yang menyolok tersebut kemungkinan disebabkan di Kebumen ada tanaman
kelapa disekitar tanaman semusim, sehingga timbunan dari daun kelapa ditambah banyak
semak belukar yang menutupi lahan pantai berpasir menyebabkan kandungan karbon
lebih tinggi.
Kandungan Fosfor (P) sangat tinggi (ST) yaitu dari kisaran 250 sampai 450 ppm,
dengan kandungan fosfor di Bantul dan Pemalang lebih tinggi dibandingkan yang ada di
Kebumen. Kandungan Fosfor akan meningkat pada lahan yang sering diolah atau ada
tanaman budidaya seperti tanaman semusim yang ada di Kebumen dan Bantul. Semakin
lahan terbukar maka kandungan fsfor dalam tanah berpasir akan semakin menurun karena
banyak yang terjadi pengauapan evaporasi dan terurai oleh desintegrasi karena suhu yang
panas sebagai katalis. Urutan kandungan fosfor dari yang tertinggi ke terendah di lahan
pantai yaitu lahan dengan tanaman semusim, lahan pasir, tanaman cemara. Pada tanaman
cemara selain ada evaporasi juga transpirasi dari cemara laut, sehingga kehilangan fosfor
akan meningkat dn kandungan fosfor dalam tanah menurun.
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) semakin meningkat pada lahan pasir yang
populasi tanaman meningkat yaitu berurutan dari yang tertinggi dari tanaman semusim,
cemara laut dan lahan pasir terbuka dengan kecenderungan yang sama antara Kebumen
dan Bantul. KPK di Pemalang memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi karena pasir di
pantai utara lebih banyak bercampur dengan Lumpur atau tanah ameliorat, di pantai
selatan dominasi tekstur pasir (sand).
Natrium tersedia atau kadar garam akan meningkat pada lahan yang dekat pantai
dan kondisi terbuka, sebaliknya semakin jauh dari garis pantai maka kandungan Natrium
(Na) akan semakin menurun (Tabel 5).
38
Tabel 5. Hasil Analisis Laboratorium Tanah Pantai Berpasir di Kebumen, Samas dan Pemalang Tahun 2007, 2008, dan 2009
39
40
C. Pengembangan Pola Tanam Tanaman Budidaya yang Sesuai
Pengembangan pola budidaya tanaman semusim antara lain cabe,
jagung,semangka, bawang merah dan lain-lain (Gambar 18).
Tabel 6. Hasil Produksi Cabe untuk Kwalitas Baik (A) sampai Kurang (C)
Kwalitas Ubinan Hasil per Hektar Harga Jula (Rp.)
CABE Rendah 4 ons/m2 4000 kg/ha 20.000.000
Sedang 11 ons/m2 11000 kg/ha 55.000.000
Baik 70 ons/m2 70000 kg/ha 350.000.000
Sebelum ditanam benih cabe dijemur selama satu hari atau setengah hari
jika suhu udara cukup panas yaitu pada pukul 09.00 pagi, selanjutnya disemaikan
ditempat yang sudah diberi tanah. Persemaian dpat dilakukan dengan
mengecambahkan bibit cabe yang digulung dengan kain basah atau kertas basah.
Dari benih cabe yang berkecambah baru dipindahkan ditempat persemaian. Setelah
20 hari disemaikan maka cabe sudah siap untuk ditanam pada lahan pasir yang sudah
disiapkan dalam bentuk bedengan per ubinan ukuran 1 x 14 m dari arah timur ke
barat atau arah utara selatan lebih baik.
42
Berdasarkan hasil analisis finansial, pada tahun pertama usaha tanaman
brambang di pantai berpasir Petanahan mengalami kerugian sebesar Rp 2.774.500,-.
Pada tahun kedua usaha tersebut mengalami kerugian karena adanya serangan
penyakit lodoh dan pada tahun ketiga mengalami keuntungan sebesar Rp.
1.340.000,-.
43
e. Penggalian potensi masyarakat dan potensi lahan dengan mengumpulkan data
primer setiap tahunnya, untuk social ekonomi dan udaya (soseklembud)
masyarakat dengan pendepakatan empat mata, wawancara maupun dengan
menggunakan kuisioner.
f. Pendekatan dengan tokoh kunci di masyarakat maupun tokoh-tokoh yang
berpengaruh baik tokoh agama (TOGA) maupun tokoh masyarakat
(TOMAS), aparat dan semua lembaga yang ada di desa.
Gambar 19. Dampak Cemara Laut Terhadap Kenyamanan Lingkungan Wisata dan
Peningkatan Kunjungan Wisata di Pantai Karanggadung
44
Gambar 20. Puncak Kunjungan Wisata (>75%) Saat Hari Raya Idul Fitri, dan
Mengalami Peningkatan Setiap Tahunnya dari Tahun 2006-2009
Pada Gambar 20 dapat dilihat selain bulan Oktober atau hari raya Idul Fitri
kunjungan wisata tertinggi pada bulan Januari 2006 dan Desember 2008. Kunjungan
wisata pada bulan Januari 2006 bertepatan dengan tahun baru dan saat awal
pergantian tahun tersebut justru musibah datang yaitu adanya tsunami. Tahun 2008
puncak kunjungan jatuh pada bulan Desember 2008 bersamaan dengan hari natal dan
menjelang pergantian tahun baru. Begitu juga pada tahun 2007 terjadi puncak
kunjungan pada saat hari Natal bulan Desember dan tahun baru bulan Januari. Pada
tahun 2007 pengunjung juga banyak pada bulan Juni dan Juli, walaupun musim
panas atau kemarau tetapi pada saat itu ada liburan anak sekolah untuk kenaikan
tingkat atau kelulusan.
Pengunjung wisata akan meningkat jika ada liburan panjang anak-anak
sekolah, yang terjadi pada liburan hari raya idul Fitri karena merayakan satu bulan
penuh berpuasa, hari Natal dan tahun baru karena bersuka ria menyambut pergantian
tahun, dan liburan sekolah kenaikan kelas atau kelulusan yaitu bulan Juni dan Juli.
Objek wisata pantai Petanahan merupakan objek wisata yang potensial dan cukup
banyak diminati. Pada tahun 2008 jumlah pengunjung mencapai 113.665 orang yang
45
puncaknya terjadi pada bulan oktober (libur lebaran / iedul fitri) sebanyak 62.122
orang (54,65 %) sebagaimana tersaji pada grafik dibawah ini: Jumlah kunjungan
sebanyak itu mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD dari
sektor Pariwisata Kab. Kebumen. Pada tahun 2008 pantai petanahan mampu
memberikan kontribusi terhadap PAD sebesar Rp. 168.748.300,- yang berasal dari
tiket pengunjung, parkir, tiket pedagang asongan, asuransi dan sewa tanah. Namun
demikian, pendapatan tersebut masih dibawah target PAD yang dibebankan sebesar
Rp. 232.350.000,-
Apabila dikembangkan, Pantai petanahan mempunyai potensi yang besar
untuk memenuhi target tersebut. Konservasi lahan pantai berpasir memungkinkan
untuk peningkatan pendapatan Objek Wisata Pantai Petanahan,
Indikasinya sebagai berikut:
a. Berdasarkan survey terhadap pengunjung, penanaman tanaman
cemara laut dapat memberikan kenyamanan pandangan dan juga
dapat digunakan untuk berteduh menikmati indahnya pantai.
b. Berhasilnya konservasi lahan pantai berpasir memungkinkan tanaman
pertanian dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian dapat
dikembangkan wisata pertanian / Agrowisata sehingga diharapkan
dapat meningkatkan daya tarik objek wisata pantai petanahan.
c. Keberhasilan konservasi lahan pantai berpasir yang memungkinkan
untuk kegiatan pertanian, akan meningkatkan nilai sewa tanah
sehingga pendapatan objek wisata pantai Petanahan akan meningkat.
Dampak dari penanaman cemara laut (C. Equisetifolia) adalah
dimanfaatkannya pohon untuk berteduh
46
F. Dampak Demplot terhadap Masyarakat
47
Itupun dibelakang lokasi plot dengan kondisi lahan yang sedikit sudah lebih baik.
Meskipun kegiatan kelompok tani Pasir Makmur baru sebatas dalam plot, hingga
saat ini kelompok tani pasir Makmur merupakan paling berhasil dalam penanaman
cemara laut dibanding Desa lain disekitarnya. Menurut mereka ini bukti bahwa
mereka sudah merasa memiliki, berbeda dengan Desa lain yang dalam pengerjaannya
selalu diborongkan (petani diberi upah dalam setiap pekerjaan tanaman cemara laut
tersebut).
Lahan milik petani dengan swadaya dan swasembada mengupayakan lahan
pantai berpasir didekat tanaman semusim dengan tanaman semangka ternyata
hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang sama pada tanah biasa.
Penanaman semangka dilakukan setahun 3 kali dengan hasil bersih setiap kali panen
yaitu sebesar Rp23.696.500,000,-/ha (Tabel 8). Panen dilakukan pada malam hari
dengan selain alasan keamanan juga alasan kalau siang hari sangat panas.
48
Tabel 8. Produksi Semangka di Pantai Berpasir Tahun 2008, Karanggadung
Petanahan
49
Berdasarkan target benefisieris dinas dan institusi yang terkait dengan sektor
kehutanan akan diuntungkan dengan adanya damplot. Dari pengamatan lapangan
damplot sudah berdampak terhadap lembaga yang terkait dengan sektor kehutanan.
Sub Dinas Perhutanan, Dinas Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Dinas PPDL) Kabupaten Kebumen telah menanam cemara laut seluas 44 ha.
Instansi yang lain juga menanam cemara laut di sebelah barat lokasi penelitian BPK
Solo Petanahan yakni Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, seluas 10 ha.
Dampak terhadap jumlah dan tingkah laku pengunjung belum begitu nampak.
Namun sudah ada pengunjung yang memanfaatkan tanaman cemara laut untuk
berteduh. Dari 294 orang pengunjung 5,78% berteduh di bawah pohon cemara dan
dari seluruh pengunjung (100%) menyatakan bahwa penanaman pohon cemara laut
kan memperbaiki lingkungan karena dalam jangka panjang akan semakin sejuk,
indah, dan nyaman untuk kegiatan rekreasi.
Terhadap staf Dinas Pariwisata Kabupaten Kebumen, kegiatan uji coba telah
mengubah pola pikir. Pada tahun ke satu dan kedua percobaan, staf Dinas Pariwisata
mengnggap sinis terhadap percobaan karena ada teknik pendekatan yang keliru
karena BPK Solo melakukan ijin melalui Dinas PPDL Kabupaten Kebumen wilayah
Pantai Berpasir Petanahan merupakan pemangkuan Dinas Pariwisata Kabupaten
kebumen, namun setelah mendapat penjelasan dari tim peneliti dan di masa depan
berharap mendapatkan keuntungan karena kondisi lingkungan rekreasi semakin baik
maka staf Dinas Pariwisata sangat mendukungnya.
Untuk petani peserta plot belum mengadopsi kegiatan penelitian tersebut.
Hal ini kemungkinan disebabkan, pada tahun pertama dan kedua mengalami
kerugian. Tahun pertama karena investasi masih terlalu mahal dan lahan belum
terjadi pembentukan tanah. Tahun kedua gagal panen karena adanya hama embun
upas sehingga gagal panen sehingga sampai tahun ketiga masyarakat belum
mengadopsi teknik RLKT yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini. Untuk
mengatasi masalah tersebut sebaiknya kegiatan konservasi tanah ditujukan untuk
mempercepat pembentukan tanah, kegiatan tanaman semusim ditanah pada zona
yang tanahnya sudah terbentuk dengan baik
50
V. KESIMPULAN
51
DAFTAR PUSTAKA
Budiharsono, S., 2001. Teknik Analisis “Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan”.
PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Harjadi B., Cahyono S.A., Octavia D., Gunawan, Priyanto A., dan Siswo, 2007.
Laporan Hasil Proyek (LHP) ”Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi
Tanah Pantai Berpasir”. DepHut, Balitbanghut, BPK Solo.
Harjadi B., Hartono S., Cahyono S.A., Octavia D., Gunawan, Priyanto A., 2006.
Laporan Hasil Proyek (LHP) ”Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi
Tanah Pantai Berpasir”. DepHut, Balitbanghut, BPK Solo.
Harjadi, B., dan Octavia, D., 2008. Penerapan teknik konservasi tanah di pantai
berpasir untuk agrowisata, Info Hutan Vol. V, No. 2, Tahun 2208. Dephut.,
Balitbanghut, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA). Bogor.
Herman, M.P. Hutagaol, S.H. Sutjahjo, A. Rauf, dan DS. Priyarsono. 2006. Analisis
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Teknologi Pengendalian Hama Penggerek
Buah Kakao. Pelita Perkebunan 2006, 22 (3): 222 – 236.
Kamija dan Jati, 2003. Laporan Praktikum Ekosistem Pantai. Jurusan Ilmu
Lingkungan, Program Studi Antar Bidang, Program Pascasarjana, Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
52
Murdiyanto, B. 2009. Rancangan Percobaan. Catatan Kuliah MP, Rancangan Acak
Kelompok (Rak), Randomized (Completely) Block Design, p9.
Nugroho B., Priyono FDJ, Tetalepta J.,Nurida, N.L., Hidayati R., Rustamsjah dan
Wawan. 2008. Pengelolaan Wilayah Pesisir Untuk Pemanfaatan
Sumberdaya Alam Yang Berkelanjutan. http://tumoutou.net/3_sem1
012/ke4_012.htm
Pemda Kebumen, 2008. Obyek Wisata di Kabupaten Kebumen. Pantai Petanahan,
Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Jawa-
Tengah.
Pramesti, G. 2008. Aplikasi SPSS 15.0 dalam Model Linier Statistika. Elex Media
Komputindo, Jakarta. Rancangan Blok Random Lengkap (RBRL), P35
Suhardjo, H., Suratman, T. Prihartini dan S. Ritung. 2000. Lahan Pantai dan
pengelolaannya. dalam A. Abdurahman (Eds.). Sumberdaya Lahan Indonesia
dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. p : 97-
126.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press). Jakarta.
Sukresno, 1997. Laporan “Studi rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir di DIY dan
Lahan Pantai Berlumpur di Jepara. Dephut, Balitbanghut, BPTDAS. Solo.
Sukresno, 1998. Laporan “Kajian Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan Pantai
Berpasir dan Berlumpur di Jawa Tengah dan DIY. Dephut, Balitbanghut,
BTPDAS. Solo.
Sukresno, 2000. Pedoman Teknis “Pemanfaatan Lahan Pantai Berpasir”. Info DAS
No. 8 Tahun 2000. Balitbang Kehutanan dan Perkebunan. BTPDAS,
Surakarta, Jawa-Tengah.
Sukresno, Mashudi, Sunaryo, Subaktini, D., dan Supangat, A.B., 2000. Laporan
Hasil Proyek “Kajian Pengembangan Pemanfaatan Lahan Pantai Berpasir
dalam rangka Peningkatan Produksi Tanaman Pangan di Pantai Selatan,
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dephut, Balitbanghutbun, BP2TPDAS.
Solo.
53
Surya, 2007. Menggeliatnya Pasir Laut. Kompilasi informasi mengenai berbagai
tantangan dan ancaman terhadap ekosistem dan wilayah pesisir Indonesia -
Destructive Fishing Watch (DFW)Indonesia. http://www.surya.co.id/web/
Wanita-Kesehatan/Page-2999.html; http://coastal-hazard.blogspot.com/2008/
02 /menggeliatnya-pasir-laut.html. 3 Agustus 2007.
Tim PPTA (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat). 1996. Petunjuk Teknis Evalu-
asi Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Dokumen Puslittanak,
Bogor. (Tidak dipublikasikan).
Tim UGM. 1992. Rencana Pengembangan Wilayah Pantai Jawa Tengah. F. Geografi
UGM Yogyakarta-BRLKT Wilayah V, Ditjen RRL, Dephut, Semarang.
54
LAMPIRAN
55
AKTIVITAS HARIAN
HABIS WAKTU JAM KEGIATAN
1 Subuh Fajar 05.00 Jalan-jalan pagi, Makan pagi, Mandi
2 Dluha Pagi 08.00 Ukur tinggi cemara atau stik erosi
Pengamatan dan Foto-foto lokasi
3 Luhur Siang 12.00 Sholat dan Makan siang
Koordinasi dengan instansi setempat :
Lurah/desa, Obyek Wisata, RW/RT
4 Ashar Sore 15.00 Bincang-bincang dengan ketua KT
(Kelompok Tani)/KTT (Kelompok Tani
Ternak), kontak tani, ToGa (Tokoh
Agama), ToMas (Tokoh Masyarakat)
5 Maghrib Senja 18.00 Makan malam
6 Isya’ Malam 19.00 Silaturahmi anggota KT. Pasir
Makmur/KTT. Bhakti Usaha, Masyarakat
atau Pertemuan KT dan KTT.
56
AGENDA TAHUNAN
KEGIATAN BULANAN BULAN PENGAMATAN DI LOKASI
DI LAPANGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. KEGIATAN LAPANGAN
1. Koordinasi dan konsultasi :
- Bappeda
- Dinas PEDAL/Kehutanan
- Dinas Wisata
- BPS (Badan Pusat Statistik)
- Dinas Pengairan/Pertanian
2. Konsultasi di desa/daerah :
- Kecamatan/Polsek Petanahan
- Kelurahan/Desa Karanggadung
- Kantor Obyek Wisata Pantai
3. Silaturahmi ke masyarakat
- Tokoh Agama (ToGa)
- Tokoh Masyarakat (ToMas)
- Informan, Kontak Tani dll
- Anggota KT. Pasir Makmur
- Anggota KTT. Bhakti Usaha
- Warung (Pusat Info non-formal)
- Masyarakat umum non anggota
B. PENGAMATAN
1.Hujan harian, dg Ombrometer
2. Suhu udara pagi (08.00) dan
siang hari (14.00)
3. Suhu tanah pada top soil (30
cm), sub soil (90 cm), dan
bahan induk (150 cm), pagi
dan siang, dengan Termometer
4. Kecepatan angin, pagi dan
siang hari, dengan anemometer
5. Kelembaban udara, pagi dan
siang hari dengan Termohidro
6. Wisata, jumlah pengunjung
dan pendapatan, dari tiket
C. PENGUMPULAN DATA
1. Quisioner soseklembud
2. Data input-output semusim
3. Hasil ubinan produksi semusim
D.PENGUKURAN SAMPEL
1.Tanggul Angin (Cemara laut)
- Tinggi tanaman
- Diamater tanaman
2.Pertumbuhan Cemara laut
57
- Bantul (2000-2004)
- Kebumen (2005- sekarang)
3.Pengambilan sampel tanah :
- tanah pantai berpasir
- tanah pada cemara laut
- tanah pada tanaman semusim
4. Pengukuran stik erosi pantai
- Dekat pantai (cemara laut)
- Gundukan pasir (Gisik)
- Jauh pantai (tanaman semusim)
E. PERAWATAN :
1.Perawatan cemara laut
- Penanaman dan penyulaman
- Pemberian perlakuan tanaman
- Pembersihan rumput/gulma
2. Tanaman semusim
- Penyiraman
- Pemberian pupuk
- Penyemprotan hama & penyakit
- Penanaman dan penyulaman
3.Perbaikan instalasi air
- Inventarisasi kerusakan
- Perbaikan instalasi
F. KEGIATAN KANTOR
1.Rapat rutin bulanan
- Laporan keuangan & anggaran
- Rencana yang akan datang
- Permasalahan dan solusinya
2.Laporan perjalanan lapangan
- Kegiatan yang dilaksanakan
- Permasalahan lapangan
- Kegiatan yang akan datang
3. Pengumpulan data dan analisis
- Rekap data lapangan
- Perhitungan dan analisis
- Tabulasi dan pembuatan grafik
4. Laporan Kegiatan
- Ringkasan dan Akuntabilitas
- Laporan Pelaksanaan Kegiatan
-Laporan Hasil Proyek
-Pembahasan LHP
-Perbaikan LHP
- Desiminasi : jurnal, juknis,
leaflet, poster dll
58
KEGIATAN LAPANGAN
1. ORIENTASI
a. SDL (Sumber Daya Lahan) : lokasi penelitian dan diluar lokasi
b. SDM (Sumber Daya Manusia) : petani peserta KT dan non KT/KTT
c. SDA (Sumber Daya Air) : TMA sumur, kekeringan dan banjir
2. KOORDINASI
a. Dinas Pariwisata Kebumen : sebagai pengelola lahan pantai berpasir
b. Dinas PEDAL (Perhutanan dan Dampak Lingkungan)
c. BPS (Badan Pusat Statistik) : data fisik maupun sosek
d. Dinas Pengairan Kebumen : data hujan dan data iklim lainnya
e. BAPPEDA/Kantor Bupati : perijinan dan pemberitahuan
3. KONSULTASI
a. Kecamatan dan kantor Polsek Petanahan
b. Kelurahan/Desa Karanggadung
c. Obyek Wisata Pantai Karanggadung
d. Toga (Tokoh Agama) dan Tomas (Tokoh masyarakat)
e. Ketua RW (Rukun Warga) dan RT (Rukun Tetangga)
4. SILATURAHMI
a. Kontak tani, Tokoh berpengaruh, Tokoh partai dll
b. Ketua KT (Kelompok Tani) dan Ketua KTT (Kelompok Tani Ternak)
c. Semua anggota KT maupun non anggota KT (minimal 3 oang/hari).
5. PENGAMATAN
a. Pengamatan atau foto-foto tanaman tahunan dan semusim
b. Pengamatan iklim (suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, hujan)
c. Pengamatan/pengambilan sampel tanah (Pantai, cemara, dan semusim)
d. Pengamatan aktivitas harian masyarakat dari pagi sampai malam
6. PENGUKURAN
a. Tinggi cemara laut dengan Haga setiap 4 bulan dan diameter (1, 5, 9)
b. Tinggi stik erosi dengan mistar/meteran (bulan 2, 6, 10)
c. Hasil ubinan setiap panen cabe, jagung dan tanaman semusim lainnya
7. PENGUMPULAN DATA
a. Curah hujan harian setiap bulan dengan Ombrometer
b. Kecepatan angin harian setiap bulan dengan Anemometer
c. Suhu udara dan kelembaban harian setiap bulan dengan Termohydro
8. BANYAK JUMPA WARGA
a. Jumpa warga di jalan atau di tempat rekreasi
b. Jumpa warga di lokasi penelitian atau di lahan masyarakat
c. Jumpa warga di warung atau di tempat2 umum
d. Jumpa warga dengan : SENYUM, SALAM, SAPA & SENANG
59
KELOMPOK TANI PASIR MAKMUR,
KARANGGADUNG
NAMA UMUR PENDK JML MATA PENCAHARIAN RT/
NO LENGKAP (TH) TRKHR KEL UTAMA SAMPINGAN RW
1 Samikun 30 SLTA 5 Tani Pedagang 1/III
2 Hadi Warsito 48 SD 3 Tani Penderes 2/III
3 Mujiono 49 SD 5 Tani Pedagang 2/III
4 E.Prayim 49 SMP 2 PNS Pedagang 2/III
5 Suparman 50 SD 4 Tani Pedagang 2/III
6 Saring 40 SD 3 Tani Penderes 2/III
7 Tukimin 52 SD 3 Tani Penderes 2/III
8 Wiwit 30 SD 3 Tani Penderes 1/III
9 Hadiwarno 64 SD 2 Tani Penderes 1/III
10 Tukiran 52 SD 4 Tani Penderes 1/III
11 Wujiyo 47 SD 5 Tani Penderes 1/III
12 Agus Basuki 35 SLTA 4 Tani Pedagang 2/III
13 Darso Priyono 35 SMP 4 Tani Pedagang 2/III
14 Yusroni 52 SD 2 Tani Pedagang 2/III
15 Murgiyanto 32 SMP 3 Tani TKW (istri) 2/III
16 Wigiyatno 30 SD 4 Tani Penderes 1/II
17 Atmo Suwito 48 SD 6 Tani Pedagang es 1/II
18 Sarno 26 SD 3 Tani Pedagang tahu 1/II
19 Mahmudin 33 SD 4 Tani Pedagang 1/II
20 Sarwono 38 SMA 4 KaDes - 2/I
21 Sugeng 35 SMP 5 Tani Penderes 2/II
22 Dawal 34 SMP 3 Tani Penderes 1/III
23 Parwito 32 SMP 4 Tani Penderes 1/II
24 S.Puji Prayitno 58 SLTA 5 PNS - 2/IIII
25 Yasa Wikromo 65 SD 4 Tani - 2/IIII
26 Rusmono 64 SLTA 2 Tani - 2/IIII
27 Purwadi 30 SMP 3 Tani - 1/II
28 Marsidi 45 SD 4 Tani - 3/II
29 Sacan 49 SD 4 Tani Tukang kayu 1/III
30 Sudirdjo 62 SD 4 Tani - 1/III
31 Muji Mukson 45 SD 4 Tani - 2/I
32 Rokandi 28 SD 5 Tani - 2/II
33 Dalwono 30 SD 3 Tani - 2/II
34 Agung 19 SLTA - Tani - 1/I
Pertemuan KT. Pasir Makmur Senin malam (Minggu ke-3), KTT.Rabu malam (Minggu ke-1)
60
Tabel Lampiran 1. Data Curah Hujan Tahun 2006, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen
61
Tabel Lampiran 2. Data Curah Hujan Tahun 2007, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
62
Tabel Lampiran 3. Data Curah Hujan Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen
63
Tabel Lampiran 4. Data Curah Hujan Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen
64
Tabel Lampiran 5. Kecepatan Angin Tahun 2006, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
65
Tabel Lampiran 6. Kecepatan Angin Tahun 2007, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
66
Tabel Lampiran 7. Kecepatan Angin Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
67
Tabel Lampiran 8. Kecepatan Angin Pagi Hari Tahun 2009, di Petanahan, Kebumen
68
Tabel Lampiran 9. Kecepatan Angin Siang Hari Tahun 2009, di Petanahan, Kebumen
69
Tabel Lampiran 10. Arah Angin Pagi Hari Tahun 2009, di Petanahan, Kebumen
70
Tabel Lampiran 11. Arah Angin Siang Hari Tahun 2009, di Petanahan, Kebumen
71
Tabel Lampiran 12. Kelembaban Ruang Pagi Hari Tahun 2009 di Pantai
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
72
Tabel Lampiran 13. Kelembaban Ruang Siang Hari Tahun 2009 di Pantai
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
73
Tabel Lampiran 14. Kelembaban Udara Pagi Hari Tahun 2009 di Pantai
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
74
Tabel Lampiran 15. Kelembaban Udara Siang Hari Tahun 2009 di Pantai
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
75
Tabel Lampiran 16. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan November 2008
76
Tabel Lampiran 17. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan Februari 2009
77
Tabel Lampiran 18. Pengikisan (-) dan Penimbunan (+) Pasir Akibat Erosi Angin Tahun
2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
78
Tabel Lampiran 19. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan Maret 2009
79
Tabel Lampiran 20. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan Mei 2009
80
Tabel Lampiran 21. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan Juli 2009
81
Tabel Lampiran 22. Pengukuran Tinggi Stik Erosi Angin Bulan November 2009
82
Tabel Lampiran 23. Pengikisan (-) dan Penimbunan (+) Pasir Akibat Erosi Angin Tahun
2009, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
83
Tabel Lampiran 24. Data Suhu Udara Malam Hari dan Siang Hari Tahun 2006 - 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
84
Tabel Lampiran 25. Suhu Udara Malam Hari Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
85
Tabel Lampiran 26. Suhu Udara Malam Hari Tahun 2007, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
86
Tabel Lampiran 27. Suhu Udara Malam Hari Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
87
Tabel Lampiran 28. Suhu Udara Siang Hari Tahun 2006, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
88
Tabel Lampiran 29. Suhu Udara Siang Hari Tahun 2007, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
89
Tabel Lampiran 30. Suhu Udara Siang Hari Tahun 2008, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
90
Tabel Lampiran 31. Suhu Ruang Pagi Hari Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
91
Tabel Lampiran 32. Suhu Ruang Siang Hari Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
92
Tabel Lampiran 33. Suhu Udara Pagi Hari Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
93
Tabel Lampiran 34. Suhu Udara Siang Hari Tahun 2009, di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen (oC).
94
Tabel Lampiran 35. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan A, B, dan C Tahun 2006 --
2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
95
Tabel Lampiran 36. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun
2006, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
96
Tabel Lampiran 37. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun
2007, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
97
Tabel Lampiran 38. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun
2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
98
Tabel Lampiran 39. Suhu Tanah Pagi Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2009,
di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
99
Tabel Lampiran 40. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun
2006, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
100
Tabel Lampiran 41. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun
2007, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
101
Tabel Lampiran 42. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun
2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
102
Tabel Lampiran 43. Suhu Tanah Pagi Hari pada Lapisan Top Soil (B) Tahun 2009,
di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
103
Tabel Lampiran 44. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun
2006, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
104
Tabel Lampiran 45. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun
2007, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
105
Tabel Lampiran 46. Suhu Tanah Malam Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun
2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
106
Tabel Lampiran 47. Suhu Tanah Pagi Hari pada Lapisan Top Soil (C) Tahun 2009,
di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
107
Tabel Lampiran 48. Suhu Tanah Hari pada Lapisan A, B, dan C Tahun 2006 -- 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
108
Tabel Lampiran 49. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2006, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
109
Tabel Lampiran 50. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2007, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
110
Tabel Lampiran 51. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
111
Tabel Lampiran 52. Suhu Tanah Siang Hari pada Lapisan Top Soil (A) Tahun 2009,
di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
112
Tabel Lampiran 53. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun 2006, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
113
Tabel Lampiran 54. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun 2007, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
114
Tabel Lampiran 55. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Sub Soil (B) Tahun 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
115
Tabel Lampiran 56. Suhu Tanah Siang Hari pada Lapisan Top Soil (B) Tahun 2009,
di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
116
Tabel Lampiran 57. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun 2006, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
117
Tabel Lampiran 58. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun 2007, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
118
Tabel Lampiran 59. Suhu Tanah Hari pada Lapisan Bahan Induk (C) Tahun 2008, di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
119
Tabel Lampiran 60. Suhu Tanah Siang Hari pada Lapisan Top Soil (C) Tahun 2009,
di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
120
Tabel Lampiran 61. Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Cemara Laut (Casuarina
equisetifolia) Juli 2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
121
Tabel Lampiran 62. Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Cemara Laut (Casuarina
equisetifolia) Oktober 2008, di Karanggadung, Petanahan, Kebumen
122
Tabel Lampiran 63. Usahatani Semangka di Pantai Berpasir, di Obyek Wisata
Karanggadung, Petanahan, Kebumen
123
Tabel Lampiran 64. Kriteria Unsur Hara Tanah dari Rendah sampai Tinggi
KERANGKA LOGIS PENELITIAN
Tabel Lampiran 65. Kerangka Logis Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir (RPTP 2009)
125
3. Tersedianya informasi pertumbuhan dan tanaman hortikultura bawang
hasil jenis-jenis tanaman semusim yang merah, cabe, dll.
sesuai untuk lahan pantai berpasir. 4. Analisis biaya dan pendapatan
4. Tersedianya informasi kondisi sosial usahatani dari perlakuan yang
budaya masyarakat pantai berpasir dicoba.
5. Tersedianya analisis finansial model 5. Tingkat adopsi dan partisipasi
rehabilitasi lahan dan konservasi tanah masyarakat serta kelembagaan
yang dikembangkan pada lahan pantai. dalam kegiatan rehabilitasi lahan
6. Tersedianya informasi kelembagaan, dan konservasi tanah.
tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat
terhadap upaya RLKT (Reboisasi Lahan
dan Konservasi Tanah) lahan pantai
berpasir yang mendukung wisata
lingkungan terpadu.
Aktivitas :
1.1. Pengembangkan model rehabilitasi lahan 1. Perlakuan Rehabilitasi lahan pantai 1. Plot Rehabilitasi lahan
1.2. Pengamatan prosen tumbuh dan berpasir Data, dana dan
2. Pengukuran dan tenaga tersedia
pengukuran pertumbuhan tanaman TA 2. Data kecepatan angin & erosi angin Pengamatan lapangan
2.1. Penyediaan air tawar untuk perawatan
tanaman dengan penyiraman 3. Data evapotranspirasi 3. Survey terhadap
2.2. Pengumpulan data iklim 4. Data curah hujan & kadar garam masyarakat dan lembaga
3.1. Pengukuran pertumbuhan tanaman terkait
cemara laut dan semusim 5. Data pertumbuhan tanaman
4. Diskusi kelompok
3.2. Pengukuran produksi tanaman semusim 6. Data produksi tanaman
4.1. Data primer dan sekunder kondisi sosek 5. Temu lapang dengan
5.1. Melakukan wawancara, kuisioner, dll 7. Analisa biaya dan pendapatan petani
6.2. Pengumpulan data partisipasi 8. Data tingkat adopsi masyarakat
masyarakat dalam rahabilitasi lahan
9. Data partisipasi masyarakat
6.3. Pengumpulan data kelembagaan upaya
rehabilitasi lahan 10. Kelembagaan rehabilitasi lahan
126
127