Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB Paru) masih
merupakan masalah kesehatan di seluruh
dunia. WHO 2011 ( World Health
Organization ) menyatakan bahwa sekitar 8,6
milyar penduduk dunia telah terinfeksi TB
Paru dan diperkirakan 1,3 milyar orang
meninggal karena penyakit ini. Jumlah kasus
TB Paru di dunia mencapai 7.053.684
penderita.26 Jumlah kasus TB di daerah Asia
1.993.614 penderita dengan 1.065.852
penderita merupakan penderita dengan BTA
(+).24 Jumlah penderita TB Paru di Indonesia
mencapai 331.424 dan 202.319 diantaranya
merupakan kasus dengan BTA (+).24 Data di
provinsi Jawa Timur pada tahun 2012
didapatkan angka insidensi TB Paru BTA (+)
sebanyak 25.618 kasus.8
Kabupaten Jombang terdiri dari 21
kecamatan, diantara kecamatan tersebut
Puskesmas Cukir menduduki peringkat
pertama angka penderita TB Paru BTA (+)
dan didapatkan bahwa jumlah penderita BTA
(+) meningkat setiap tahunnya, meskipun
insidensi TB Paru BTA (+) di di wilayah
kerja PKM Cukir tertinggi namun angka
kesembuhan penderita mencapai 97,78 % . 7,
19,23
METODE PENELITIAN
Penelitian analitik observasional pada
penderita TB Paru BTA (+) di Puskesmas
Cukir Kabupaten Jombang. Menggunakan
rancangan restrospective dengan jumlah
responden sebanyak 45 penderita.
Penelitian dilakukan di Puskesmas
Cukir Kecamatan Cukir Kabupaten Jombang.
Waktu penelitian diperkirakan berlangsung
selama satu bulan dan direncanakan
pelaksanaannya berlangsung pada bulan
Jenis kelamin
Umur
Tipe penderita
Hasil
pengobatan
Variasi
Kelompok
Jumlah
Penderita
laki-laki
perempuan
produktif
lansia
baru
Gagal/lama
sembuh
lengkap
gagal
pindah
meninggal
25
20
41
4
44
1
36
3
1
4
1
55
45
91
9
97
3
80
6
2
8
2
Hubungan
Antara
Usia
Dengan
Kesembuhan Penderita Tuberkulosis Paru
BTA (+)
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa proporsi
dari kelompok usia produktif sejumlah 35
orang (77,8 %) dinyatakan sembuh
sedangkan pada kelompok lansia didapatkan
4 orang (8%). Hasil analisis menggunakan uji
chi-square didapatkan nilai p= 0,411
(p>0,05), berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara usia dengan kesembuhan
penderita TB Paru BTA (+).
Tabel 5. 2. Hubungan antara usia dengan
kesembuhan penderita TB Paru BTA (+).
Sembuh
Tidak
Usia
n
Produktif
35
51,1 6
Lansia
8,9
Total
39
86,7 6
%
13,3
0
13,3
0,411
OR
(CI 95 %)
Tidak
Jenis kelamin
n
OR
(CI 95 %)
Laki-laki
Perempuan
Total
23
51,1 2
4,4
16
35,6 4
8,9
39
86,7 6
13,3
0,239
2,875
Tidak
Gizi
n
Normal
34
75,6
4,4
Kurus
11,1
8,9
29
100
29
13,3
Total
OR
(CI 95 %)
0,197
3,4
Teratur
Tidak teratur
Total
Sembuh
Tidak
38
84,4
2,2
1 2,2
39
86,7
5 11,1
6
OR
(CI 95 %)
0,411
190
13,3
dibawah
ini adalah tabel
histogram
hubungan keteraturan berobat responden
dengan kesembuhan penderita TB Paru BTA
(+)
keteraturan
berobat
memeriksakan dahak.
Sembuh
Tidak
Kepatuhan
Periksa
dahak
Patuh
39
86,7
4,4
Tidak patuh
Total
0 0,0
39
86,7
8,9
6
OR
(CI 95 %)
0,000
13,3
dan
kepatuhan
Keteraturan berobat
0,000
0,000
Tahap Uji
Pertama
Faktor Internal yang Paling Berpengaruh
terhadap Kesembuhan Penderita TB Paru
BTA (+)
Hasil uji chi-square didadapatkan bahwa
keteraturan berobat dan kepatuhan periksa
dahak merupakan faktor internal yang
berpengaruh secara signifikan terhadap
kesembuhan penderita TB Paru BTA (+).
Untuk mengetahui faktor internal manakah
yang
paling
berpengaruh
terhadap
kesembuhan penderita TB Paru BTA (+)
dilakukan analisa multivariat (uji regresi
logistik). Berikut ini adalah langkah dalam
melakukan analisis multivariat. Faktor resiko
atau variabel yang diteliti diseleksi terlebih
dahulu menggunakan metode enter dalam uji
regresi logistik sederhana. Jika memiliki nilai
p<0,25 maka layak untuk dilakukan analisis
multivariat. Pada Tabel 5.5 menunjukkan
bahwa terdapat 2 variabel yang layak untuk
dilakukan
analisis
multivariat
yaitu:
Kedua
Variabel
OR
(CI 95 %)
Keteraturan
berobat
0,000
190
Kepatuhan
memeriksakan
dahak
Keteraturan
berobat
Kepatuhan
memeriksakan
dahak
0,000
0,037
190
0,999
PEMBAHASAN
Hubungan
Antara
Usia
Dengan
Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)
Hasil uji statistik didapatkan usia tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan
kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) di
Puskesmas Cukir. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan Kurniawan (2015)
yang menyatakan bahwa kesembuhan
penderita TB Paru BTA (+) tidak berkorelasi
dengan usia tetapi dipengaruhi oleh status
P3M
PKM
dalam
memberikan
penyuluhan tuberkulosis dan dukungan
PMO terhadap kesembuhan penderita TB
paru.
DAFTAR PUSTAKA
1; Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
2;
3;
4;
5;
6;
7;
8;
9;
10;
11;
12;
13;
14;
15;
10