You are on page 1of 7

Korelasi Antara Kadar Leptin dan Troponin Serum pada

Penderita Thalsemia beta mayorAnak

Abstrak
Latar belakang
Hormon polipeptida leptin berperanan menekan inflamasi di otot jantung dan melindungi
jantung dari berbagai penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevalusi
hubungan antara kadar leptin dan troponin serum dengan keterlibatan jantung pada pasienpasien thalasemia beta mayor.
Bahan dan metode
Pada penelitian cross sectional ini, sebanyak 70 penderita thalsemia beta mayor anak diambil
sebagai sampel penelitian. Sebanyak 2 ml darah dari anak diambil sebagai sampel
pemeriksaan dan setelah pemisahan serum, sampel ini disimpan pada temperatur -20 0C.
kemudian dengan memperhatikan kestabilan sampel pada suhu dingin, semua sampel ini
dikirim ke laboratorium biokimia. Segera setelahnya, kadar leptin dan troponin serum diukur
dengan menggunakan kit khusus dan juga dilakukan pengukuran BMI pada semua anak, hal
lainnya adalah pengumpulan informasi mengenai usia dan jenis kelamin. Semua data yang
telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS.
Hasil
Nilai rerata leptin pada anak perempuan dan laki-laki masing-masing adalah 2.47 3.13 dan
0,96 1.08. Nilai ini menunjukkan sebuah perbedaan yang signifikan dengan t=2.74, p =
0.009. Sebuah korelasi yang signifikan juga terlihat antara nilai BMI dan leptin (r=0.373,
P=0.002). Sebuah asosiasi signifikan lainnya juga terlihat antara leptin dan umur (r=0.248,
P=0.04). Namun sebuah korelasi terbalik yang signifikan terlihat antara feritin serum dan
umur (r=0.607, P=0.0001). Tidak ada korelasi antara leptin, troponin dan feritin.
Kesimpulan
Dikarenakan oleh peningkatan leptin serum yang independent dari troponin T pada keadaaan
keterlibatan lanjut sistem kardiovaskuler, hal ini menyebabkan leptin dapat menjadi penanda
prediktif dalam hal keterlibatan jantung pada pasien-pasien thalasemia beta mayor.

Pendahulauan
Leukemia menyebabkan sebuah penurunan yang signifikan pada thalsemia beta mayor adalah
keadaan hemoglobinpathy heriditer tersering. Sekitar 100.000 bayi lahir diseluruh dunia
dengan kondisi ini setiap tahun. Leptin adalah sebuah protein dengan 146 asam amino dan
merupakan sebuah hormon polipeptida multi fungsi yang berperanan mengatur banyak fungsi
seperti lemak, homeostasis energi, tekanan darah, metabolisme lemak dan gula serta
metabolisme massa tulang. Hormon leptin ini dihasilkan oleh sel-sel lemak diberbagai
jaringan. Hal yang sangat khusus adalah fungsi epikardium dalam memproduksi adiposa
dalam jantung yang memiliki fungsi penting dalam pengaturan aktivitas jantung, performa
dan morfologi jantung, serta juga berfungsi penting dalam pertumbuhan kardiomiosit.
Banyak penelitian telah menunujukkan terdapatnya kerusakan jaringan dan iskemia yang
terjadi setelah interaksi antara kimia dan mekanik pada jantung. Leptin berperanan dalam
penatalaksaaan kerusakan jantung, dimana horman ini memiliki efek penekanan terhadap
proses inflamasi sehingga memiliki peranan perlindungan bagi jantung. Peptida leptin dengan
aktivitas kinasenya melalui jalur RIS, PI3K AKT dan P44/42 serta melalui efek inhibisi pada
MPTP dapat memberikan perlindungan jaringan. Leptin dapat mengontrol faktor apoptosis,
mencegah apoptosis sel, terutama sel-sel otot serta menurunkan resiko kajadian infark.
Pada penderita thalasemia beta mayor anak, sel-sel lemak tidak dapat mensintesis leptin
dalam jumlah yang cukup sehingga pada pasien-pasien ini mulai terjadi penurunan leptin.
Transfusi darah merah berulang dan kondisi kelebihan besi pada pasien-pasien thalasemia
memicu terjadinya hemolisis kronik. Eritrosit dan trombosit menempel pada sel-sel endotel
dan menyebabkan penurunan pada efektifitas leptin. Leptin memang di produksi oleh
jaringan epikardium jantung, sel-sel HL1 membentuk sebuah lapisan multipel diatas dari
sebuah lapisan tunggal di bagian retak jaringan lemak dan meningkatkan penurunan leptin
pada bagian ini dan mencegah apotosis serta memainkan peranan penting dalam mencegah
kematian sel-sel otot jantung. Pada pihak lain, reseptor leptin tersebar diseluruh sel endotel
manusia. Leptin juga dianggap sebagai faktor yang berperanan dalam pengaturan tekanan
darah ketika terjadinya kerusakan sel sel endotel dan atherosklerosis.
Keterlibatan jantung merupakan sebuah komplikasi terpenting dan juga merupakan penyebab
tersering kematian pada pasien pasien thalasemia. Troponin t merupakan penanda bilogis
selektif dalam menentukan kerusakan jantung dan berdasarkan penelitian penelitian yang
telah dilakukan mengenai hal ini, telah dipahami bahwa peningkatan troponin dapat
merupakan penyebab spesifik dalam hal kerusakan miokardium. Troponin t merupakan
sebuah protein struktural dari miosit yang ditemukan dalam sitoplasma sel-sel jantung dan
efektif dalam kontraksi jantung. Oleh karena itu troponin mengatur performance dan fungsi
miosit. Penglepasan enzim lisozim kedalam sitoplasma menyebabkan kerusakan miosit,
kematian sel, infark luas dan penglepasan troponin t dalam serum.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara kadar leptin dan troponin serum pada
pasien pasien thalasemia beta mayor.

Bahan dan metode penelitian


Pada penelitian cross sectional (deskriptif-analitik) ini, sebanyak 70 orang anak berumur
antara 2 hingga 18 tahun telah dipilih secara random untuk ikut dalam penelitian ini, mereka
dipilih dari populasi anak yang dirujuk ke rumah sakit Ali Ebne untuk mendapatkan transfusi
pack red cell dan telah didiagnosis melalui pemeriksaan hemoglobin elektroforesis.
Kelompok anak yang diikutkan dalam penelitian ini tidak sedang dalam kondisi menjalani
pengobatan kardiovaskuler apapun dan tidak sedang menderita penyakit ginjal, diabetes,
demam serta penyakit sistemik lainnya. Mereka kemudian mengisi inform concert melalui
orang tua dan selanjutnya diikutkan dalam penelitan. Proses selanjutnya adalah pengambilan
sampel darah puasa sebanyak 2 ml dari anak-anak tersebut. Sampel darah tersebut kemudian
disentrifugasi dalam kecepatan 3000 rpm pada suhu 30 0C selama 10 menit. Serum yang
diperoleh kemudian disimpan pada suhu -20 0C sampai waktu akan dilakukan pemeriksaan
leptin dan troponin. Dengan memperhatikan kestabilan sampel pada suhu dingin, serum
kemudian dikirim ke laboratorium biokimia Zahadan University of medical sciences
(ZaUMS). Lalu diambil sebanyak 250 micron serum untuk mengukur troponin dan jumlah
yang sama diambil untuk pengukuran leptin melalui kit ELISA. Data yang diperoleh lalu
dikumpulkan dan dianalisis menggunakan SPSS 20. Data statsistik deskriptif diperlihatkan
melalui tabel frekuensi dan untuk statistik inferensial digunakan t-test independent, ANOVA,
Pearson correlation dan serta chisquare. Nilai P< 0.05 diangap signifikan.
Hasil
Pada penelitian ini, sebanyak 70 anak dipilih dari kelompok anak yang telah dirujuk ke
rumah sakit Ali Ebne abital di Zahedan serta telah memenuhi kriteria penelitian. Usia rerata
partisipan adalah 13.75 5.91 tahun , serta 12.63 1.12 tahun pada anak laki-laki dan 14.70
0.88 pada anak perempuan. Tabel 1 menunjukkan rerata nilai feritin dan troponin yang tidak
signifikan pada anak laki-laki dan perempuan. Sedangkan tabel tersebut juga menunjukkan
nilai yang signifikan dengan nilai t= 2.74 dan p = 0.009 pada rerata kadar leptin baik pada
kelompok anak perempuan (2.47 3.13) maupun pada laki-laki (0.96 1.08). Namun pada
tabel 2 terlihat tidak adanya hubungan yang signifikan antara kadar leptin, troponin dan
feritin serum (p 0.05). Tabel 3 memperlihatkan perbedaaan yang signifikan dalam hal rerata
kadar leptin, feritin dan BMI pada kelompok umur. Dalam hal troponin, hasil menunjukkan
hasil yang tidak signifikan untuk kelompok umur.

Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara kadar leptin dan troponin serum pada
pasien pasien thalasemia beta mayor. Hasil analisis menunjukkan perbedaan yang
signifikan dalam hal rerata leptin pada kelompok anak laki-laki dan perempuan, namun tidak
pada feritin dan troponin. Korelasi yang signifikan antara troponin dan feritin tidak didapati
pada penelitian ini, namun leptin menunjukkan hubungan yang positif dengan usia. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Smith CC dalam peranan adiposa kinase pada patofisiologi
berbagai penyakit pembuluh darah jantung, terlihat adanya efek perlindungan dari leptin.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ku IA et al dalam menilai hubungan antara leptin dan
kejadian kardiovaskuler pada pasien pasien penyakit koroner dan penelitian ini
menyimpulkan bahwa penurunan leptin dapat dianggap sebagai faktor yang dapat
meningkatkan resiko kejadian kardiovaskuler dan serta kematian pada pasien. Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Yan GT yang menilai hubungan leptin dan troponin t
menyimpulkan bahwa kadar leptin dan troponin serum pada pasien-pasien infark miokard
akut dan atherosklerosis koroner meningkat tidak signifikan. Penelitian yang kami lakukan
bersesuaian dengan penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan Wang YZ pada tikus

memberikan hasil bahwa peningkatan leptin dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan, hal ini tidak bersesuaian dengan hasil penelitian yang kami lakukan pada
manusia.
Peningkatan leptin menginhibisi degradasi protein dan produksi sel sel otot, juga leptin
menghambat inflamasi otot jantung dan hal ini bermanfaat dalam hal pemberian perlindungan
dan pengobatan penyakit jantung. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kadar leptin
serum secara signifikan lebih tinggi untuk usia lebih dari 10 tahun, serta hal ini
memperkenalkan leptin sebagai penanda biologis untuk mengevaluasi keterlibatan jantung
pada pasien-pasien thalasemia beta mayor. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Shahramian menemukan bahwa troponin adalah sebuah penanda selektif pada pasien yang
menderita penyakit jantung dan troponin dilepaskan oleh miosit dan kemudian lepas keserum
akan dapat diukur dalam kasus infark mikro, Shahramian juga menemukan bahwa kadar
troponin berhubungan positif dengan usia. Hal ini bertolakbelakang dengan penelitian kami.
Dikarenakan oleh setelah usia delapan tahun, terjadi keterlibatan jantung pada pasien pasien
thalasemia yang disebabkan oleh transfusi sel darah berulang. Alasan utama transfusi
berulang pada pasien thalasemia adalah karena ketidakefektifan dan peningkatan eritropoesis
sumsum tulang yang memicu peningkatan plasma volume dan tingginya cardiak output serta
akhirnya menyebabkan kardiomiopati. Pada kejadian ini, terjadinya keterlibatan jantung tidak
disebabkan oleh karena adanya infraksi. Hasil penelitian kami mengenai adanya hubungan
leptin dengan usia bersesuaian dengan penelitian penelitian sebelumnya. Besi dideposit
pada bundle Hiss dan sel purkinje, sehingga ketika besi mencapai tingkat krisis, akan
terjadilah kardiomiopati dilatasi yang merupakan penyebab kematian tersering pada pasienpasien thalasemia. Lebih jauh lagi, selama dekade kedua dan ketiga kehidupan, pasien-pasien
thalasemia akan menghadapi deposit besi pada jaringan parenkim miokard yang selanjutnya
akan memicu terjadinya aritmia, disfungsi sistilok dan diastolik, serta akan memicu gagal
jantung kronik. Pada penelitian kami didapatkan hasil bahwa kadar feritin ditemukan lebih
tinggi pada pasien-pasien dengan usia lebih dari sepuluh tahun, hal ini menunjukkan bahwa
kelebihan besi pada sistem-seitem tubuh seperti pada sistem kardiovaskuler. Perrone fin
menunjukkan bahwa pada pasien-pasien thalasemia, jaringan adiposa tidak dapat
memproduksi leptin secara adekuat dimana pada saat tersebut diperlukan produksi leptin
yang lebih banyak. Perrone menyarankan bahwa ketidakadekuatan sekresi leptin ini bisa jadi
disebabkan oleh banyak penyebab pada ketidaksembangan ketika masa pubertas. Penemuan
ini bersesuaian dengan hasil penelitian kami yang menbuktikan bahwa kadar leptin serum
memiliki nilai yang lebih tinggi pada usia lebih dari 10 tahun. Mussalam KM melakukan
penelitian follow up 10 tahun pada kadar feritin serum pasien pasien thalsemia beta mayor
dengan independent transfusi dan menyimpulkan bahwa kadar feritin meningkat setelah 10
tahun pada masing-masaing pasien, hal ini bersesuaian dengan hasil peneliltian kami.

Kesimpulan

Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa peningkatan leptin sesuai usia setelah usia sepuluh
tahun yang menunjukkan keterlibatan jantung mulai meningkat. Berdasarkan penelitian
Noori, dapat disimpulkan bahwa perubahan kadar leptin bersifat independent dari troponin,
hal ini dihubungkan dengan keterlibatan jantung dan usia pada kondisi keterlibatan jantung
pada pasien thalasemia mayor adalah pasa usia 10-15 tahun. Berdasarkan hasil penelitian ini,
leptin dapat digunakan sebagai penanda skrining selektif keterlibatan jantung pada pasienpasien thalsemia mayor.

You might also like