You are on page 1of 6

Model elit merupakan pengembangan pemikiran yang mengacu dari teori elit.

teori elit adalah


teori dari negara yang berusaha untuk menggambarkan dan menjelaskan hubungan kekuasaan dalam
masyarakat kontemporer. Teori ini memposisikan bahwa minoritas kecil, yang terdiri dari anggota ekonomi
elit dan kebijakan perencanaan jaringan, memegang kekuasaan yang paling kuat dan bahwa kekuatan ini
tidak tergantung pada proses pemilu yang demokratis di suatu negara. Teori elit berdiri sebagai oposisi
terhadap pluralisme dalam mengusulkan bahwa demokrasi adalah yang ideal utopis. Hal ini juga berdiri
bertentangan dengan teori otonomi negara.
Teori elit pertama kali muncul dengan adanya pengacuan terhadap teori elit klasik, yang
memunculkan beberapa nama tokoh besar, yaitu Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca, dan Robert Michels.
Dan sebelum mereka bertiga mengutarakan pandangan tentang elit, ada pandangan elit versi
aristrokrat dari teori ini adalah Teori Elite Classic yang didasarkan pada dua ide:
1. kekuasaan terletak pada posisi otoritas di lembaga-lembaga ekonomi dan politik penting.
2. perbedaan psikologis yang menentukan Elit terpisah adalah bahwa mereka memiliki sumber daya pribadi,
misalnya untuk kecerdasan dan keterampilan, dan kepentingan dalam pemerintah, sedangkan sisanya tidak
kompeten dan tidak memiliki kemampuan mengatur diri mereka sendiri, elit adalah akal dan akan berusaha
untuk membuat pekerjaan pemerintah. Karena dalam kenyataannya, elit memiliki paling kehilangan dalam
pemerintahan gagal.
Dari pandangan aristrokrat ini, barulah muncul pandangan ketiga tokoh besar di atas tentang Teori
Elite Classic. Yaitu:
1.1
Menurut Vilfredo Pareto
Pareto menekankan keunggulan psikologis dan intelektual lah yang membuat satu kata elit itu dapat
diperoleh, namun pada kenyataannya tidak ada jenis kelompok yang dapat kita sebut elit, karena ketika
mereka datang dengan menekan kelas mayoritas, mereka berpikir bahwa mereka adalah elit, dan mereka
menunjukkan sikap mereka sebagai klas elit, tapi ketika mereka datang dengan tinggi sebut sebagai
dibandingkan dengan mereka hanya terjadi sebaliknya. Seperti Prarik Mishra dan Shomma Naik keduanya
teman tapi satu adalah elit, dan yang satu lagi tidak, tetapi sebenarnya keduanya tidak elit.
ia percaya bahwa para elit adalah accomplishers tertinggi dalam bidang apapun dan ia membahas
bagaimana ada dua jenis Elit, yaitu :
1. pemerintahan elit
2. non-elit yang mengatur
Dia juga memperluas pada gagasan bahwa elit keseluruhan bisa diganti dengan yang baru dan
bagaimana seseorang dapat bersirkulasi dari yang elit untuk non-elite.
1.2
Menurut Gaetano Mosca
Mosca menekankan karakteristik sosiologis dan pribadi elit. Dia mengatakan elit merupakan
minoritas terorganisasi dan bahwa massa merupakan mayoritas tidak terorganisir. Kelas penguasa ini
terdiri dari elit penguasa dan sub-elit. Dia membagi dunia menjadi dua kelompok:
1. berkuasa kelas
2. kelas yang memerintah
Mosca menegaskan bahwa elit memiliki keunggulan intelektual, moral, dan material yang sangat
terhormat dan berpengaruh.
1.3
Menurut Robert Michels
Sosiolog Michels mengembangkan Hukum Besi Oligarki di mana, ia menegaskan, organisasi
sosial dan politik yang dijalankan oleh beberapa individu, dan organisasi sosial dan pembagian kerja

adalah kunci. Dia percaya bahwa semua organisasi yang elitis dan bahwa elit memiliki tiga prinsip dasar
yang membantu dalam struktur birokrasi organisasi politik:
1. Perlu bagi para pemimpin, staf khusus dan fasilitas
2. Pemanfaatan fasilitas oleh para pemimpin dalam organisasi mereka
3. Pentingnya atribut psikologis para pemimpin
Setelah beberapa tokoh yang mengutarakan tentang Teori Elit Klassik, muncullah beberapa tokoh
yang sangat berpengaruh pada perkembangan teori-teori yang ada pada teori elit, dengan beberapa karyakarya bukunya yang membuat nama besar para tokoh ini. Yaitu :

1.4

Menurut C. Wright Mills

Mills menerbitkan bukunya The Elite Daya pada tahun 1956, mengklaim perspektif sosiologis
baru pada sistem kekuasaan di Amerika Serikat. Dia mengidentifikasi tiga serangkai kelompok kekuatan politik, ekonomi dan militer - yang membentuk dibedakan, meskipun tidak bersatu, kekuasaan-memegang
tubuh di Amerika Serikat.
Mills mengusulkan bahwa kelompok ini telah dihasilkan melalui proses rasionalisasi di tempat
kerja dalam semua masyarakat industri maju dimana mekanisme kekuasaan menjadi terkonsentrasi,
menyalurkan kontrol secara keseluruhan ke tangan kelompok, terbatas agak korup. Ini mencerminkan
penurunan politik sebagai arena untuk debat dan degradasi ke tingkat formal hanya wacana. Analisis
makro skala berusaha menunjukkan degradasi demokrasi di "maju" masyarakat dan fakta bahwa daya
umumnya terletak di luar batas-batas terpilih wakil . Pengaruh yang utama untuk penelitian ini adalah
Franz Leopold Neumann 's buku, Behemoth: Struktur dan Praktek Sosialisme Nasional, 1933-1944 sebuah
studi tentang bagaimana Nazisme berkuasa di negara demokratis Jerman. Ini menyediakan alat untuk
menganalisis struktur sistem politik dan menjabat sebagai peringatan dari apa yang bisa terjadi dalam
demokrasi kapitalistik modern.
1.5

Menurut Floyd Hunter


Analisis teori elit kekuasaan juga diterapkan pada skala mikro dalam studi daya masyarakat

seperti yang oleh Floyd Hunter (1953). Hunter diperiksa secara detail hubungan kekuasaan yang nyata
dalam "Kota Daerah", mencari "sebenarnya" pemegang kekuasaan daripada mereka yang memegang posisi
resmi jelas. Ia mengemukakan sebuah struktural-fungsional pendekatan yang memetakan hirarki dan
jaringan operasi interkoneksi dalam kota - pemetaan hubungan kekuasaan antara pengusaha, politisi, ulama
dll Penelitian ini dipromosikan untuk menghilangkan prasangka konsep saat ini dari setiap hadir
'demokrasi' dalam politik perkotaan dan menegaskan kembali argumen untuk benar demokrasi perwakilan .
Jenis analisis ini juga digunakan di lain waktu, skala yang lebih besar, studi seperti yang dilakukan
oleh M. Schwartz meneliti struktur kekuasaan dalam ruang lingkup elit perusahaan di Amerika Serikat.
1.6

Menurut G. William Domhoff

Dalam karyanya yang kontroversial buku Siapa aturan Amerika? , G. William Domhoff diteliti
keputusan lokal dan nasional membuat jaringan proses untuk menggambarkan struktur kekuasaan di
Amerika Serikat. Dia menegaskan, seperti Hunter, yang kelas elit yang memiliki dan mengelola
pendapatan besar yang memproduksi properti (seperti bank dan perusahaan) mendominasi struktur
kekuasaan politik dan ekonomi Amerika.
1.7
Menurut James Burnham

Burnham karya awal Revolusi Manajerial berusaha untuk mengekspresikan pergerakan semua
kekuatan fungsional ke tangan manajer daripada politisi atau pengusaha - memisahkan kepemilikan dan
kontrol. Banyak dari ide-ide yang diadaptasi oleh paleoconservatives Samuel T. Francis dan Paulus
Gottfried di mereka teori-teori dari negara manajerial . Pikiran Burnham pada Teori Elite yang dijelaskan
lebih khusus dalam bukunya The Machiavellians yang membahas pemikiran, antara lain, Pareto, Mosca,
dan Michels, melainkan di sini bahwa Burnham mencoba analisis ilmiah dari kedua elit dan politik secara
umum.
1.8
Menurut Robert D. Putnam
Putnam melihat perkembangan pengetahuan teknis dan eksklusif di antara kelompok administrator
dan spesialis lain sebagai mekanisme dimana daya dilucuti dari proses demokrasi dan menyelinap ke
samping untuk penasehat dan spesialis yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan .
"Jika angka-angka dominan dari seratus tahun terakhir telah menjadi pengusaha, pengusaha, dan
eksekutif industri, 'pria baru' adalah ilmuwan, matematikawan, ekonom, dan para insinyur teknologi
intelektual baru."
1.9

Thomas R. Dye
Dye dalam bukunya Atas Bawah pembuatan kebijakan, berpendapat bahwa AS kebijakan publik

tidak menghasilkan dari "tuntutan rakyat", melainkan lebih dari konsensus Elite ditemukan di Washington,
DC berbasis nirlaba yayasan, think tank, kelompok minat khusus, dan menonjol pelobi dan firma hukum.
Tesis Dye adalah lebih lanjut diperluas dalam karya-karyanya: Ironi Demokrasi, Politik di Amerika,
Memahami Kebijakan Publik, dan Siapa Menjalankan Amerika?
Dari beberapa nama tokoh diatas, Thomas R.Dye merupakan tokoh yang membuat perkembangan
model-model yang ada dalam sejarah perkembangan tentang kebijakan publik. Ia sempat menghasilkan
beberapa buku yang saat ini telah menjadi bahan-bahan referensi di kalangan orang-orang yang
mempelajari bahkan menganalisis tentang kebijakan publik.
Dalam pemikiran-pemikirannya tentang kebijakan publik. Ia bahkan sempat membuat
pengelompokkan model-model yang ada dalam analisis kebijakan publik. Salah satu model yang ia
kelompokkan merupakan model elit yang akan di bahas dalam paper ini. Pembagian model-model yang ia
buat ini dibagi dalam 6 bentuk model yaitu : Model Kelembagaan, Model Kelompok, Model Elit, Model
Rasional, Model Inkremental dan Model Sistem.(Thomas R.Dye (1978)). Selanjutnya sampai saat ini
beberapa teori elit diatas sangat mempengaruhi beberapa pemikiran setiap kelompok yang mendalami
tentang model elit ini bahkan ahli kebijakan publik yang lain di dalam mengutarakan tentang suatu model
elit.

Menurut Islamy (2000:40), Model elit-massa dapat dirumuskan secara singkat sebagai berukut :
Masyarakat dibagi menjadi dua kelompok kecil (golongan elit) yang mempunyai kekuasaan
(penguasa) dan kelompok besar (golongan non-elit) yang tidak punya kekuasaan (diuasai). Hanya

sejumlah kecil orang-orang yang menentukan kebijaksanaan negara, sedangkan massa (rakyat)
tidak ikut menentukan.
Kelompok elit yang berkuasa tidak mempunyai tipe yang sama (berbeda) dengan kelompok nonelit yang dikuasai. Karena kelompok elit ditentukan atau dipilih secara istimewa dari golongan

masyarakat yang mempunyai tingkat sosial-ekonomi tinggi.


Perpindahna posisi/kedudukan dari non-elit ke elit harus diusahakan selamba mungkin dan terusmenerus untuk mempertahankan stabilitas dan menghindari pergolakan (revolusi). Hanyala non-

elit ynag telah menerima konsensus dasar golongan elit yang dapat masuk ke dalam lingkaran
penguasa.
Golongan elit menggunakan konsensus tadi untuk mendukung nilai-nilai dasar dan sistem sosial

untuk melindungi sistem tersebut.


Kebijaksanaan negara tidaklah menggambarkan keinginan massa tetapi keinginan elit.
Golongan elit yang aktif relatif sedikit sekali memperoleh pengaruh dari massa yang apatis/pasif.
Elitlah yang mempengaruhi masa dan bukan massa yang mempengaruhi elit.

Menurut Islamy (1984:39), kelompok elit yang bertugas membuat dan melaksanakan
kebijaksanaan digambarkan dalam model ini sebagai mampu bertindak/berbuat dalam suatu lingkungan
yang ditandai dengan sikap massa yang apatis, kerancuan informasi, sehingga massa menjadi pasif.
Kebijaksanaan negara mengalir dari atas ke bawah, yaitu dari golongan elit yang mempunyai kekuasaan
dan nilai-nilai elit berbeda dengan massa.
SIMPULAN
Model elit dalam kebijakan publik, merupakan sebuah model kebijakan yang berpatokan pada teori
elit yang sebelumnya telah mengemuka. Model elit sendiri diciptakan oleh Thomas R.Dye yang pernah
membagi model kebijakan publik pada 6 bagian model. Model elit merupakan model yang sangat
menentang keras anggapan bahwa kekuasaan di dalam masyarakat mempunyai kesetaraan dan
keseimbangan. Karena menurut pandangan model elit, pemerataan kekuasaan itu merupakan hal yang
sangat mustahil, dimana kekuasaan itu merupakan sesuatu hal yang sangat dipengaruhi oleh elit politik
yang berkuasa. Elit politik yang berkuasa ini merupakan sekelompok kecil di dalam masyarakat tetapi
mempunyai otoritas yang besar terhadap kelompok dalam jumlah yang besar dalam masyarakat.
Elit politik yang dimaksudkan dalam model elit ini, dimana kelompok kecil di dalam masyarakat
itu merupakan kelompok yang sangat mempengaruhi kebijakan yang akan diterima oleh kelompok besar di
dalam masyarakat, karena perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang ada itu merupakan sebuah produk
yang dihasilkan oleh elit politik. Sehingga model elit ini pun menolak bila ada anggapan bahwa kebijakan
yang ada di dalam masyarakat itu merupakan produk yang dihasilkan sepenuhnya berdasarkan kebutuhan
yang diperlukan masyarakat. Karena sesungguhnya pengertian yang diutarakan oleh model elit ini bahwa
semua masalah kebijakan, dan opini publik tentang kebijakan publik itu merupakan pengembangan yang
diciptakan oleh elit politik itu sendiri.Sehingga elit politik yang berkuasa bisa menguasai asumsi dan
masalah publik yang berkembang menuju arahan yang diinginkan oleh elit politik yang berkuasa itu
sendiri.
Elit politik yang berkuasa pada pandangan ini merupakan kelompok kecil didalam masyarakat yang
mempunyai kelebihan dibandingkan kelompok dalam jumlah besar didalam masyarakat, kelebihan ini bisa
dalam hal intelektual, pengaruhnya yang besar di dalam masyarakat, ataupun kelebihan dalam hal
kekayaan harta warisan.
Sedangkan masyarakat dalam kelompok jumlah besar pada pandangan model elit, merupakan
kelompok masyarakat yang awam dan tidak paham tentang kebijakan publik, tidak mengetahui kondisi dan
situasi yang sebenarnya terjadi, dan buta informasi tentang kebijakan publik. Sehingga kelompok dalam
jumlah besar dalam masyarakat mudah sekali dipermainkan oleh kelompok elit politik. Dengan begitu
wajarlah bila dalam pandangan teori elit, segala macam bentuk kebijakan yang ada itu akan selalu mengalir
dari atas ke bawah, tidak akan pernah terjadi proses kebijakan yang berdasarkan dari tuntutan-tuntutan
masyarakat.

Maksudnya dalam hal ini, saya menangkap pengertian bahwa kebijakan yang ada dalam setiap
perumusan maupun pengimplementasiannya merupakan sebuah proses yang dilahirkan oleh elit politik
yang berkuasa, sekalipun ada tuntutan-tuntutan masyarakat atas suatu kebijakan tertentu, itupun
merupakan tuntutan yang berkemang di masyarakat berdasarkan tuntunan yang diarahkan oleh elit politik
yang berkuasa agar tuntutan yang ada mengarah pada keinginan yang akan dilakukan oleh elit politik yang
beruasa.
Dalam model elit ini juga mengutarakan tentang bagaimana pejabat pemerintah dan admistrator
dalam pemerintahan, hanya merupakan alat bagi elit yang berkuasa untuk bisa mengimplementasikan
kebijakan yang dibuat oleh elit politik itu sendiri. Sehingga betapapun strategisnya kedudukan mereka di
dalam pemerintahan, mereka hanyalah sebagai boneka yang digerakkan oleh elit politik untuk bisa
megikuti apa yang diinstruksikan elit politik pada setiap kebijakan yang dikeluarkan.
Sehingga wajar pula bila dalam pandangan model elit, elit politik yang berkuasa atas kelompok
besar yang ada di dalam masyarakat dapat melakukan monopoli kekuasaan, dan dapat menikmati
keuntungan-keuntungan yang dihasilkan dari setiap perumusan dan pengimplementasian kebijakan yang
dikeluarkan.
Dalam model elit juga, peran media massa dianggap sebagai wadah yang memfasilitasi elit politik
untuk melakukan kebohongan publik di masyarakat dan untuk mengembangkan isu yang berkembang di
publik untuk bisa mengikuti arahan yang diinginkan oleh elit politik itu sendiri. Sehingga proses
penetralisiran dan penjegalan terhadap uapaya-upaya yang dilakukan pihak lain untuk menggagalkan
rencana yang ingin dilakukannya bisa dilakukan secara baik sesuai dengan keinginan elit politik tersebut.
Model elit ini juga melihat bagaimana keterkaitan yang erat antara elit politik dengan para pemilik
modal, yang sangat erat sekali kaitannya. Elit politik yang berkuasa secara langsung maupun tidak
langsung sedikit terbatasi kewenangannya karena adanya pemilik modal, karena untuk mendukung
pertumbuhan perekonomian dan pembangunan yang dilakukan elit politik untuk melakukan pencitraan
terhadap masyarakat, diperlukan suatu proses pembangunan yang dapat diklaim oleh dirinya sebagai
kesuksesan pelakasanaan kebijakannya. Tetapi hal ini tidak lantas membuat peran elit politik itu sendiri
menjadi beku, dalam prosesnya tetap saja ada andil elit politik untuk pelaksanaan kesuksesan dalam sektor
ekonomi dan pembangunan.
Peran elit politik ini sangat penting sekali dimana saat menentukan arahan bagi suatu negara
menuju ke arah yang mana dalam menentukan jalan, dalam semua sektor di dalam kehidupan bernegara.
Karena memang pengaruh elit politik ini sangatlah besar pengaruhnya terhadap keadaan suatu negara,
bagaimana kebijakan-kebijakan yang ia ambil merupakan sebuah solusi atas permasalahan yang mendera
di suatu negara. Sehingga bisa dikatakan bahwa keadaan yang terjadi pada suatu negara itu bisa dilihat dari
bagaimana sosok figur elit yang berkuasa di negara tersebut.
Dalam beberapa contoh kebijakan di bidang ekonomi Indonesia diatas, yang dilihat berdasarkan
elit yang berkuasa pada masanya, bisa terlihat jelas bagaimana seorang elit politik yang berkuasa sangat
mempengaruhi arahan-arahan di sektor ekonomi dan pembangunan. Sehingga pada masa-masa nya yang
telah terjadi tersebut arahan yang dilakukan oleh elit politik yang berkuasa berbeda satu sama lainnya.
Dimana ideologi dan pandangan-pandangan yang dianut oleh elit politik yang berkuasa sangat
mempengaruhi kebijakan yang akan diambil. Sehingga bisa dikatakan bahwa kesuksesan dan kegagalan
kebijakan yang diambil pada setiap sektor, itu merupakan sebuah cerminan apa yang sebenarnya dilakukan
dan diarahkan oleh elit yang berkuasa, sehingga keadaan yang demikian bisa terjadi.
Didalam masa-masa yang terjadi di Indonesia itu sendiri, pada masa orde baru merupakan masa
yang paling bisa kita lihat penerapan model elit sangat lah kental terjadi. Dimana peran elit politik yang

berkuasa untuk menciptakan sebuah stabilitas politik di dalam pemerintahan, sehingga peran-peran yang
akan dilakukan sektor lain bisa ikut ditunjang kearah yang diinginkan.
Dalam model elit ini sebenarnya mengemukakan keuntungan-keuntungan yang didapatkan oleh
elit politik atas otoritas yang dimilikinya, dan mengesampingkan kepentingan-kepentingan yang
diperlukan masyarakat, tetapi dengan model elit ini kita bisa melihat dan menilai bagaimana peran elit
politik dalam setiap perumusan maupun pengimplementasian kebijakan publik.
Sehingga model elit ini bisa dijadikan sebagai salah satu model kebijakan yang melihat dan
menilai setiap kebijakan yang diambil. Dalam hal ini melihat pula peran elit politik yang berkuasa ini
dalam mempengaruhi proses perumusan dan pengimplementasian suatu kebijakan tertentu. Selain itu,
model elit ini bisa dijadikan sebagai model yang menganalisis implementasi suatu kebijakan apakah
kebijakan tersebut efektif ataukah tidak, bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kebijakan ini terhadap
masyarakat maupun pada diri elit penguasa itu sendiri.
Dan kita bisa melihat bagaimana peran elit politik yang berkuasa dalam melakukan penjegalan
terhadap segala upaya yang dilakukan untuk mengacaukan proses pengimplementasian kebijakan.
Sehingga dalam upaya pengimplimentasian kebijakan publik yang dilakukan akan tetap pada garis arahanarahan yang diinginkan oleh elit penguasa itu sendiri.
Dalam penjelasan-penjelasan yang telah diutarakan tersebut, sepatutnya masyarakat yang telah
mengerti tentang model elit ini bisa menilai dan memilih elit politik yang tepat yang memiliki tujuan yang
mulia dan berpihak kepada masyarakat dalam setiap tindakan dan pembuatan kebijakan yang akan
dilakukannya. Karena memang arahan elit penguasa sangat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang ada
pada sutu negara. Kepentingan pribadi setiap orang memang sesuatu hal yang wajar, tetapi bagaimana kita
melihat bahwa kepentingan pribadi dan kepentingan rakyat bisa berjalan secara berdampingan dan tidak
mengalami ketimpangan terhadap kepentingan pribadinya saja.
Dengan model elit ini juga memberikan manfaat bagaimana masyarakat dituntut lebih cerdas dan
cermat dalam mengawai proses terselenggaranya pemerintahan yang baik, dan bagaimana melihat suatu
kebijakan itu dengan baik dan tidak disalahgunakan oleh elit politik yang berkuasa. Sesulit apapun itu
untuk mengawasi kepemimpinan elit politik yang berkuasa agar tetap pada jalur kepentingan masyarakat
bukan hanya untuk kepentingan pribadinya saja, setidaknya masayarakat bisa meminimalisir kemungkinan
akan permainan yang dilakukan elit politik atas otoritas yang dipegangnya

Pemilihan Model Elit Untuk Memahami Masalah Kebijakan ...


http://cumaisengajanih.blogspot.my/2012/08/pemilihan-model-elit-untukmemahami.html

dibatasenja: Model-Model Analisis Kebijakan Publik


http://dibatasenja.blogspot.my/2012/12/kebijakan-publik.html

You might also like