Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit kronik saluran nafas yang ditandai oleh inflamasi
kronik yang melibatkan berbagai sel inflamasi dengan karakteristik respon yang
berlebihan
terhadap
berbagai
rangsangan.
Manifestasi
klinisnya
adalah
penyempitan saluran nafas yang difus dengan derajat yang bervariasi dan bersifat
reversibel secara spontan atau dengan pengobatan. Meskipun berbagai obat baru
dikembangkan dan digunakan untuk mengatasi penyakit ini, ternyata di negara
maju angka kematian oleh penyakit ini juga meningkat.(1,2)
Di seluruh dunia diperkirakan 100 juta orang menderita asma. Berdasarkan
studi The International Study of Asthma and Allergic in Childhood, pada anak 1314 tahun, didapatkan prevalensi asma di dunia
C. Batasan Masalah
Penulisan referat ini dibatasi pada penatalaksanaan asma jangka panjang yang
meliputi penatalaksanaan asma intermiten, persisten ringan, sedang dan berat.
D. Metode penulisan
Penulisan referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang diambil
dari berbagai literatur.
BAB II
ASMA BRONKIAL
I.
Definisi
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya "terengah-engah" dan
berarti serangan nafas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk
menyatakan gambaran klinis nafas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang
istilah ini hanya ditujukan untuk keadaan-keadaan yang menunjukkan respon
abnormal saluran nafas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas yang meluas.(5)
Sampai sekarang belum ada kesepakatan tentang definisi asma bronkial
yang dapat diterima semua ahli. Telah banyak definisi yang dikemukakan untuk
menyimpulkan sifat dan bentuk penyakit ini, tetapi kadang-kadang definisi
tersebut tidak bisa menggambarkan karakteristik penyakit ini secara keseluruhan.
(6,7)
Definisi yang disepakati bersama dalam suatu konsensus internasional
para ahli asma menyatakan bahwa asma adalah suatu kelainan inflamasi kronik
saluran nafas. Sedangkan definisi yang banyak dianut saat ini adalah yang
dikemukakan oleh The American Thoracic Society (1962) yaitu "Asma adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan".(6,7)
Bila ditelaah lebih lanjut, definisi tadi dapat diuraikan menjadi:(6)
1. Ada peningkatan respons trakea dan bronkus. Hal ini berarti bahwa jalan
nafas penderita asma mempunyai respon yang lebih hebat terhadap
berbagai rangsangan dibanding dengan orang normal.
2. Serangan asma jarang sekali hanya dicetuskan oleh satu macam
rangsangan, tetapi oleh berbagai rangsangan.
3. Kelainan tersebar luas pada kedua paru dan tidak hanya satu paru atau satu
lobus paru.
3
Asma Ekstrinsik
eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obat inhalasi -2 agonis, dan uji
faal paru.
Obat-obat yang digunakan untuk mengontrol penyakit.
Asma Persisten
Terdapat variabilitas APE antara siang dan malam hari, serangan sering
terjadi dan terdapat hipereaktivitas bronkus. Pada beberapa penderita asma
persisten yang berlangsung lama, faal paru tidak pernah kembali normal
meskipun diberikan pengobatan kortikosteroid yang intensif.
Brittle Asthma
IV. Patogenesa
Asma
ditandai
dengan
kelainan
utama
pada
bronkus
yaitu
histamin
dan prostaglandin.
6
Jadi
eosinofil
memberikan
perlindungan terhadap asma. Dengan demikian jelaslah bahwa kadar IgE akan
meninggi dalam darah tepi.
Asma intrinsik memiliki patogenesa yang berbeda dengan asma ekstrinsik.
Mungkin diawali oleh kepekaan yang berlebihan (hipersensitivitas) dari serabutserabut nervus vagus yang akan merangsang bahan-bahan iritan dalam bronkus
sehingga timbul refleks batuk dan sekresi lendir. Serabut nervus vagus ini
demikian sensitifnya hingga langsung menimbulkan refleks konstriksi bronkus.
Selain itu, lendir yang sangat lengket akan disekresi sehingga pada kasus-kasus
berat dapat menimbulkan sumbatan saluran nafas yang hampir total, sehingga
menimbulkan status asmatikus, gagal nafas, dan kematian. Rangsangan yang
paling penting untuk refleks ini ialah infeksi saluran pernafasan oleh flu (common
cold), adenovirus, dan juga oleh bakteri seperti Haemophilus influenzae. Selain
itu, polusi udara oleh gas iritatif asal industri, asap, dan udara dingin juga dapat
berperanan. Faktor emosi juga memiliki peran penting pada semua jenis asma. (9)
V. Diagnosis
Diagnosis asma ditegakkan berdasarkan urutan pemeriksaan berikut:
1.
Anamnesis
Secara klinis asma diduga bila ada gejala mengi, batuk, sesak nafas, dan
riwayat pneumonia atau bronkitis yang berulang. Batuk yang menetap dan
berulang terutama sesudah pajanan berbagai zat tertentu, aktivitas, gangguan
emosi, dan infeksi virus. Batuk pada asma menjadi lebih berat pada malam
hari. Namun kadang-kadang gejala asma hanya berupa batuk-batuk kronik.
Penting juga diketahui dalam anamnesis adalah gejala-gejala yang membaik
secara spontan atau dengan bronkodilator dan anti inflamasi, dan faktor-faktor
yang dapat mencetuskan asma dan atopi dalam keluarga.(7)
2.
Pemeriksaan fisik
Hasil yang didapat tergantung stadium serangan, lamanya serangan serta
jenis asmanya. Pada asma yang ringan dan sedang, tidak ditemukan kelainan
7
Pemeriksaan laboratorium
Pada penderita asma sering ditemukan eosinofilia. Uji kulit dengan alergen
merupakan pemeriksaan diagnostik pada asma alergi. Pemeriksaan IgE
spesifik dalam serum juga berguna dalam diagnostik asma alergi. (7)
5.
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto toraks tidak begitu penting untuk diagnosis asma.
Pemeriksaan ini berguna untuk menyingkirkan penyakit lain yang mempunyai
gejala mirip asma atau untuk melihat komplikasi penyakit seperti atelektasis,
pneumotoraks, pneumonia, dan fraktur iga. (7)
6.
BAB III
PENATALAKSANAAN ASMA JANGKA PANJANG
Walaupun asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi asma dapat dikontrol
dan penatalaksanaan asma bermaksud untuk memperbaiki kualitas hidup
penderita seoptimal mungkin sehingga penderita dapat hidup normal dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Tujuan penatalaksanaan asma:(10)
Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
Mencegah eksaserbasi / serangan akut
Meningkatkan fungsi paru mendekati normal dan mempertahankan keadaan
tersebut
Mengupayakan tercapainya tingkat aktivitas normal termasuk exercise
Menghindari efek samping karena obat
Mencegah terjadinya aliran udara yang irreversibel
Mencegah kematian karena asma
Pada prinsipnya obat anti asma untuk mengontrol penyakit terdiri dari
pengobatan pencegahan yang bersifat jangka panjang terutama antiinflamasi, serta
pengobatan yang bersifat mengatasi serangan, efeknya segera dan waktu
bekerjanya singkat dikenal sebagai bronkodilator.
Selain itu prinsip lainnya adalah bentuk/ teknik pemberian obat yaitu
secara oral dan inhalasi. Pemberian secara inhalasi lebih dianjurkan untuk
pengobatan jangka panjang, mengingat alasan tingginya konsentrasi obat yang
dapat sampai di saluran nafas secara langsung dengan efek teraupetik yang tinggi
dan efek samping sistemik yang sangat minimal. Hal ini disebabkan beberapa hal
seperti pemberian langsung ketarget sasaran dan dosis obat yang sangat kecil 1/10
sampai 1/100 oabt oral. Walaupun demikian masih terdapat beberapa kelemahan
dari obat inhalasi yaitu teknik pemakaian yang relatif tidak mudah bagi anak-anak
dan orang tua, serta harga yang relatif mahal untuk penderita kalangan ekonomi
10
menengah kebawah. Akan tetapi telah terjadi berbagai terobosan dalam mengatasi
permasalahan tersebut, yaitu kemasan obat inhalasi yang bervariasi dan
tersedianya
berbagai
obat
penolong
(spacer)
untuk
memudahkan
Pencegahan jangka
Pengobatan mengatasi
Asma Persisten
panjang
Pengobatan setiap hari
serangan
Inhalasi bronkodilator
berat
Inhalasi steroid
MDI+spacer >1mg/hr
atau
kerja singkat
Agonis beta-2 atau
ipratropium bromida atao
Steroid nebulasi>1mg,
2x/hr
Bila perlu steroid oral,
dosis kecil, selang
Asma Persisten
Sedang
sehari,pagi hari
Pengobatan setiap hari
Inhalasi steroid
MDI+spacer 400800mcg/hr atao Steroid
nebulisasi <1mg/hr
Inhalasi bronkodilator
kerja singkat
Agonis beta-2 atau
ipratropium bromida
Agonis beta-2 atau
ipratropium bromida oral
Asma persisten
Ringan
Asma
nebulisasi
Tidak dibutuhkan
Intermitten
Inhalasi bronkodilator
kerja singkat.
12
Agonis B2 atau
ipratropium bromid bila
dibutuhkan.
Dirasakan tuntunan pengobatan tersebut tidak sepenuhnya dapat dilakukan
di Indonesia, mengingat bervariasinya tingkat kemampuan penderita, baik
kemampuan pengetahuan/ pendidikan maupun kemampuan ekonomi, serta
kemampuan pemberi jasa dalam hal ini fasilitas layanan kesehatan Maka
dipikirkan modifikasi dari tuntunan tersebut dengan mengindahkan kondisi di
Indonesia.
Terjadinya eksaserbasi pada asma disebabkan oleh faktor pencetus yang
bervariasi dari satu penderita dengan penderita lainnya, dengan kata lain faktor
pencetus bersifat individual. Faktor pencetus dapat dibagi atas dua bagian yaitu
inciter, yang dapat mengakibatkan terjadinya bronkospasme tanpa meningkatkan
hipereaktivitas bronkus (HBR), contohnya asap rokok, bau-bauan merangsang,
exercise dan inducer, yang dapat menimbulkan inflamasi sehingga meningkatkan
HBR, contohnya alergen, infeksi pernafasan, bahan kimia.
Identifikasi faktor pencetus dapat dilakukan oleh penderita, keluarga
penderita dengan bantuan dokter. Untuk pencetus berupa alergen dapat dilakukan
uji kulit (prick test). Identifikasi pencetus mutlak dilakukan dengan tujuan untuk
mencegah serangan dan mengurangi pemakaian obat-obatan.
Edukasi terhadap penderita asma dan keluarganya merupakan hal yang
mutlak dilakukan dalam penanganan asma jangka panjang. Edukasi dapat
diberikan oleh tim medis kepada penderita dan keluarga penderita sehingga
mereka dapat memahami asma dan permasalahannya serta dapat memahami
maksud pengobatan jangka panjang asma, mengenal bila terjadi perburukan,
mengatasi serangan tersebut sesuai anjuran dokter dan mengetahui kapan saatnya
harus mencari bantuan medis. Bentuk penyampaian edukasi dapat berupa
konsultasi dokter-penderita, penyuluhan kelompok, informasi melalui leaflet/
brosur/ buku/ televisi/ radio/ video.
13
BAB V
KESIMPULAN
14
Asma adalah penyakit kronik saluran nafas yang ditandai oleh inflamasi
kronik yang melibatkan berbagai sel inflamasi dengan karakteristik respon yang
berlebihan terhadap berbagai rangsangan.
Penatalaksanaan asma yang benar adalah tidak hanya mengatasi serangan
akut, akan tetapi penanganan jangka panjang yang bertujuan mencegah terjadinya
serangan dan mengoptimalkan penderita sehingga dapat hidup produktif dan
berkualitas, dengan mengatasi episode perburukan.
Kerjasama dokter dan penderita dibutuhkan dalam penatalaksanaan jangka
panjang, dengan tetap mempertimbangkan kemampuan penderita dalam menerima
dan melakukannya.
DAFTAR PUSTAKA
15
1.
2.
3.
4.
National Heart, Lung and Blood Institute. Global Initiative for Asthma
Global Strategy for Asthma Management and Prevention. NHLBI/WHO
Workshop Report. 1995. National Institutes of Health. Publication Number
95-3659, 1995.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Global Initiative for Asthma. Pocket Guide for Asthma Management and
Prevention NHLBI 1998.
11.
12.
16
17