Professional Documents
Culture Documents
gumam Sangma
Ia pun segera mengejar babi hutan itu, namun pengejarannya sia-sia. Ia hanya men
emukan gagang tombaknya di semak-semak. Sementara mata tombaknya masih melekat p
ada lambung babi hutan yang melarikan diri itu. Sangmaima mulai panik.
Waduh, gawat! Abangku pasti akan marah kepadaku jika mengetahui hal ini,
gmaima.
gumam San
Namun, babi hutan itu sudah melarikan diri masuk ke dalam hutan. Akhirnya, ia pu
n memutuskan untuk kembali ke rumah dan memberitahukan hal itu kepada Abangnya.
Maaf, Bang! Aku tidak berhasil menjaga tombak pusaka milik Abang. Tombak itu terb
awa lari oleh babi hutan, lapor Sangmaima.
Aku tidak mau tahu itu! Yang jelas kamu harus mengembalikan tombok itu, apa pun c
aranya, kata Datu Dalu kepada adiknya dengan nada kesal.
Baiklah, Bang! Hari ini juga aku akan mencarinya,
jawab Sangmaima.
Saat itu pula Sangmaima kembali ke hutan untuk mencari babi hutan itu. Pencarian
nya kali ini ia lakukan dengan sangat hati-hati. Ia menelesuri jejak kaki babi h
utan itu hingga ke tengah hutan. Sesampainya di tengah hutan, ia menemukan sebua
h lubang besar yang mirip seperti gua. Dengan hati-hati, ia menyurusi lubang itu
sampai ke dalam. Alangkah terkejutnya Sangmaima, ternyata di dalam lubang itu i
a menemukan sebuah istana yang sangat megah.
Aduhai, indah sekali tempat ini,
Oleh karena penasaran, ia pun memberanikan diri masuk lebih dalam lagi. Tak jauh
di depannya, terlihat seorang wanita cantik sedang tergeletak merintih kesakita
n di atas pembaringannya. Ia kemudian menghampirinya, dan tampaklah sebuah mata
tombak menempel di perut wanita cantik itu. Sepertinya mata tombak itu milik Aban
gku, kata Sangmaima dalam hati. Setelah itu, ia pun menyapa wanita cantik itu.
Hai, gadis cantik! Siapa kamu?
tanya Sangmaima.
Setelah pestanya selesai, Sangmaima segera mengantar wanita burung Ernga itu ke
rumah abangnya, lalu berpamitan pulang. Namun, ia tidak langsung pulang ke rumah
nya, melainkan menyelinap dan bersembunyi di langit-langit rumah abangnya. Ia be
rmaksud menemui wanita burung Ernga itu secara sembunyi-sembunyi pada saat pesta
abangnya selesai.
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pada malam harinya, Sangmaima berhasil mene
mui wanita itu dan berkata:
Hai, Wanita burung Ernga! Besok pagi-pagi sekali kau harus pergi dari sini tanpa
sepengetahuan abangku, sehingga ia mengira kamu hilang.
Baiklah, Tuan!
Maaf Adikku! Aku telah lalai, tidak bisa menjaganya. Tiba-tiba saja dia menghilan
g dari kamarnya, jawab Datu Dalu gugup.
Abang harus menemukan burung itu,
seru Sangmaima.
Sangmaima tidak bersedia menerima ganti rugi dengan bentuk apapun. Akhirnya pert
engkaran pun terjadi, dan perkelahian antara adik dan abang itu tidak terelakkan
lagi. Keduanya pun saling menyerang satu sama lain dengan jurus yang sama, sehi
ngga perkelahian itu tampak seimbang, tidak ada yang kalah dan menang.
Datu Dalu kemudian mengambil lesung lalu dilemparkan ke arah adiknya. Namun sang
Adik berhasil menghindar, sehingga lesung itu melayang tinggi dan jatuh di kamp
ung Sangmaima. Tanpa diduga, tempat jatuhnya lesung itu tiba-tiba berubah menjad
i sebuah danau. Oleh masyarakat setempat, danau tersebut diberi nama Danau Si Lo
sung.
Sementara itu, Sangmaima ingin membalas serangan abangnya. Ia pun mengambil piri
ng lalu dilemparkan ke arah abangnya. Datu Dalu pun berhasil menghindar dari lem
paran adiknya, sehingga piring itu jatuh di kampung Datu Dalu yang pada akhirnya
juga menjadi sebuah danau yang disebut dengan Danau Si Pinggan.
Demikianlah cerita tentang asal-mula terjadinya Danau Si Losung dan Danau Si Pin
ggan di daerah Silahan, Kecamatan Lintong Ni Huta, Kabupaten Tapanuli Utara.
Cerita di atas termasuk ke dalam cerita rakyat teladan yang mengandung pesan-pes
an moral. Ada dua pesan moral yang dapat diambil sebagai pelajaran, yaitu agar t
idak bersifat curang dan egois.
- sifat curang. Sifat ini tercermin pada sifat Sangmaima yang telah menipu abang
nya dengan menyuruh wanita burung Ernga pergi dari rumah abangnya secara sembuny
i-sembunyi, sehingga abangnya mengira wanita burung Ernga itu hilang. Dengan dem
ikian, abangnya akan merasa bersalah kepadanya.
- sifat egois. Sifat ini tercermin pada perilaku Sangmaima yang tidak mau memaaf
kan abangnya dan tidak bersedia menerima ganti rugi dalam bentuk apapun dari aba
ngnya.
note: Ernga
kumbang hijau yang menyerupai burung, yang sangat nyaring suaranya k
etika menjerit pada waktu maghrib.