Professional Documents
Culture Documents
RHINORRHEA
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok
RSUP PERSAHABATAN
Disusun oleh :
ANDYA YUDHI WIRAWAN
1410221008
Pembimbing :
dr. Dody Widodo, Sp.THT-KL
dr. Yulvina, Sp.THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2014
REFERAT
RHINORRHEA
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Departemen Telinga Hidung dan Tenggorok
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Disusun Oleh:
ANDYA YUDHI WIRAWAN
1410221008
Mengesahkan:
Koordinator Pendidikan SMF THT Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Ketua
Wakil
dr. Yulvina,Sp.THT-KL
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
RHINORRHEA. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok di
RSUP Persahabatan.
Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tak lepas dari pihak-pihak yang
telah banyak membantu penulis dalam merampungkan laporan ini. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Dody Widodo, Sp.THT-KL selaku koordinator pendidikan di SMF
Telinga Hidung dan Tenggorok RSUP Persahabatan dan dr. Yulvina,
Sp.THT-KL selaku wakil koordinator pendidikan di SMF Telinga Hidung
dan Tenggorok RSUP Persahabatan atas bimbingan dan kesabarannya
selama selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
2. Dokter-dokter Spesialis THT di SMF Telinga Hidung Tenggorok RSUP
Persahabatan atas kesabaran dan bimbingannya selama penulis menempuh
pendidikan di kepaniteraan klinik.
3. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di SMF Telinga Hidung
Tenggorok RSUP Persahabatan atas bantuannya untuk penulis.
4. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Telinga Hidung dan
Tenggorok.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini kedepannya sangat
penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan
penulis.
Jakarta,
Januari 2015
Penulis
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Tinjauan Pustaka
II.1. Anatomi Hidung
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkan lubang hidung. Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang
membentang dari os internum disebelah anterior hingga koana di posterior, yang
memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Rongga hidung atau kavum nasi
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut dengan vibrise.
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral,
inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini
dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral terdapat konka superior,
konka media dan konka inferior. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah
konka inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil
lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan konka
suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang
melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior
dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior
dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka
media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut
meatus superior.
Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan
celah yang lebih luas
muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid.
Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding
lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal sebagai
infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit
menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus
semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang
berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus.
Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas
sinus maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilla merupakan sinus
paranasal terbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular dengan
dasarnya
zigomatikus os maksilla.
Pendarahan hidung
Secara garis besar perdarahan hidung berasal dari 3 sumber utama yaitu:
1. Arteri Etmoidalis anterior
2. Arteri Etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika
yang
keluar
dari
foramen
sfenopalatina
bersama
nervus
berasal dari nervus oftalmikus. Saraf sensoris untuk hidung terutama berasal dari
cabang oftalmikus dan cabang maksilaris nervus trigeminus.
Cabang pertama nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus memberikan
cabang nervus nasosiliaris yang kemudian bercabang lagi menjadi nervus
etmoidalis anterior dan etmoidalis posterior dan nervus infratroklearis. Nervus
etmoidalis anterior berjalan melewati lamina kribrosa bagian anterior dan
memasuki hidung bersama arteri etmoidalis anterior melalui foramen etmoidalis
anterior, dan disini terbagi lagi menjadi cabang nasalis internus medial
dan
lateral. Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari
nervus maksila melalui ganglion sfenopalatinum.
Ganglion
sfenopalatina,
selain
memberi
persarafan
sensoris,
juga
10
hidung
untuk
membantu
indra
pengecapan
adalah
untuk
membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan seperti. Juga
untuk membedakan rasa asam.
Fungsi Fonetik
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
bernyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang,
sehingga terdengar sengau (rinolalia).
Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah,
bibir, dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m, n, ng) rongga
mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.
Refleks Nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan
saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Iritasi mukosa hidung akan
menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti. Rangsang bau tertentu akan
menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
II.3. Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional
dibagi atas mukosa pernapasan (respiratori) dan mukosa penghidu (olfaktorius).
Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan
permukannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang bersilia dan
diantaranya terdapat sel-sel goblet.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior, dan
sepertiga atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu tidak
bersilia. Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal
dan selreseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.
Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadangkadang terjadi metaplasia, menjadi sel epitel skuamosa.
11
12
13
Berasal dari kombinasi bahasa Yunani rhinos yang berarti hidung dan
rrhea yang berarti aliran atau pembuangan atau pengeluaran. Rinorrhea dapat
didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari hidung atau sering disebut pilek.
Sering muncul dari alergi atau penyakit tertentu dan menjadi gejala umum dalam
demam atau common cold. Hal ini dapat menjadi suatu efek dari menangis,
paparan suhu dingin, penyalahgunaan obat seperti opioid.
II.5.1 Tanda dan Gejala
Meskipun pilek itu sendiri merupakan gejala penyakit infeksi, alergi, iritasi
atau jenis peradangan hidung, namun masih ada beberapa gejala lain selain pilek
itu sendiri. Selain keluarnya cairan dari mukosa hidung yang bisa saja berwarna
jernih, kekuningan, kehijauan atau kecoklatan yang dapat menjadi salah satu
pertanda dari suatu penyakit.
Biasanya pilek juga disertai dengan kongesti di mukosa hidung sinusitis,
bersin, sakit kepala, menggigil, hilang kesadaran, sakit tenggorokan, demam,
epistaksis, gangguan pernapasan. Bisa juga menderita batuk ataupun malaise.
II.5.2 Etiologi
Rhinorrhea adalah suatu kondisi yang tidak bisa dihubungkan hanya dengan
satu penyebab tapi berbagai penyebab.
a. Alergi
Dipicu oleh alergen atau suatu benda asing yang masuk ke dalam hidung
melalui udara dan debu.
b. Infeksi
Infeksi virus maupun bakteri dapat memicu rhinorrhea. Agen tersebut yang
bertanggung jawab dalam ISPA.
c. Bahan Iritan
Bahan iritan seperti penghilang cat kuku, cat, sampah, asap dan debu.
d. Makanan pedas
Makanan yang pedas atau kaya akan rasa pedas di dalamnya terdapat
sebuah senyawa kimia capsaicin atau sejenisnya dapat menyebabkan
14
15
Pemeriksaan fisik dari rhinorrhea terdiri dari pemeriksaan bagian wajah dan
hidung terutama di daerah sinus maksilaris dan frontalis. Sifat dan warna mukosa
hidung juga dinilai. Periksa hidung, cek aliran udara dari kedua rongga hidung.
Evaluasi ukuran, warna dan kondisi dari mukosa hidung. Apabila mukosa
berwarna merah atau berwarna pucat, biru atau abu-abu maka periksa juga area di
bawah masing-masing turbinate.
Pemeriksaan penunjang seperti smear eosinophil dan prick test yang tepat
serta stain Gram dan kultur bakteri dan jamur, dan foto rongent dari sinus pada
kasus yang dicurigai rhinosinusitis dapat membantu diagnosis pada kasus
rhinorrhea yang menetap.
Definisi
Rhinitis Alergi
Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
Rhinitis Vasomotor
Keadaan Idiopatik yang
16
alergen tersebut.
Menurut WHO
kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,
rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung
Penyebab
Berdasarkan sifatnya:
ada hipotesis:
1. Intermitten
Gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu
2. Persisten
Gejala > 4 hari/minggu dan > 4 minggu
1. Neurogenik
2. Neuropeptida
3. Nitrit Oksida
4. Trauma
Derajat:
1. Ringan
Tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan
aktivitas harian, bersantai, olahraga, bekerja, belajar
dan hal lain yang mengganggu
2. Sedang-Berat
Diagnosis
Anamnesa:
Hidung tersumbat,
Rinore mukoid/serosa
Hidung tersumbat
Pemeriksaan Fisik:
Rinoskopi anterior
Mukosa edema
Basah
17
Berwarna pucat
Pemeriksaan:
Allergic Shinner
Allergic Salute
Allergic Crease
Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit
tinggi: gangguang pertumbuhan gigi geligi
Dinding posterior faring tampak granuler dan
edema
Dinding lateral faring menebal
Geographic Tongue
Pemeriksaan Penunjang:
Eosinofil meningkat
Serum IgE meningkat (tes RAST atau ELISA)
Sitologi: Eosinofil banyak (alergi inhalan), basofil >
5 sel/lap (alergi makanan), sel PMN (infeksi bakteri
Uji Kulit: SET untuk alergi inhalan, IPDFT untuk
Terapi
alergi makanan.
1.Menghindari kontak dengan alergen
1. Hindari stimulus
2.Medikamentosa :
2. Medikamentosa:
dekongestan oral
Dekongestan
Kortikosteroid
3. Operatif
Konkotomi parsial
Konkoplasti
4. Immunoterapi
IgG blocking antibody dan penurunan IgE
25%
Kortikosteroid
3. Operasi:
Bedah beku
elektrokauter
18
inferior
Penyebab
Rhinitis
Virus
Simpleks
Diagnosis
Hidung kering, panas dan gatal
Bersing berulang
Hidung tersumbat
Ingus encer kental bila infeksi sekunder oleh
bakteri
Demam
Rhinitis
Infeksi Berulang di
Nyeri kepala
Sumbatan hidung
Hipertrofi
hidung/sinus
Lanjutan rinitis
Nyeri kepala
alergi/vasomotor
Rhinitis
Atrofi
Rhinitis
Corynebacterium Difetria
Difteri
M. Tuberculosis
cavum nasi
Hidung tersumbat
19
TB
Sekret mukopurulen
Rhinitis
BTA (+)
Sama dengan rinitis akut lain
Treponema pallidum
Sifilis
Rhinitis
Jamur
septum/hidung pelana
non-invasif
menyerupai rinolit (gumpalan jamur) dengan
inflamasi mukosa yang lebih berat
(Aspergillus, Candida,
invasif
ditemukannya hifa jamur di lamina propria
perforasi septum atau hidung pelana
sekret mukopurulen
ulkus atau perforasi pada septum dan disertai
dengan jaringan nekrotik berwarna kehitaman
(Black Eschar)
Akut
Sinusitis
Sub Akut
20
Waktu
Patologi
Anamnesis
0 4 minggu
Penyumbatan kompleks
4 minggu 3 bulan
Sama dengan sinusitis akut
> 3 bulan
Silia rusak
mukosa hid
kerusakan
mukosa reversibel
hidung tersumbat
nyeri daerah sinus
Sekret d
Post nas
nyeri alih
Rasa tid
tenggor
Penden
Nyeri k
Ganggu
Batuk
Gejala s
mukopu
mastoid
demam, lesu
Pemeriksaa
n
Tidak sebe
bengk
sekret
hiperemis
post n
1. Antibio
2. Dekong
3. Analgetik
3. Analget
4. Antihistamin
4. Diaterm
5. Mukolitik
5. Pungsi
6. diatermi
6. Operasi
hidung
3. Analgetik
21
7. Pungsi irigasi
CWL, B
22
23
BAB III
Kesimpulan
Rhinorrhea merupakan cairan atau sekret yang keluar dari hidung. Sekret
atau cairan yang keluar bias bersifat serosa, mukopurulen, ataupun darah.
Rhinorrhea sendiri bukan merupakan suatu penyakit melainkan gejala dari suatu
penyakit. Oleh karena itu anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang cermat dan teliti penting dilakukan guna membantu menegakkan
diagnosa kelainan yang mendasari rhinorrhea. Terapi yang adekuat juga
diperlukan guna menurunkan angka kekambuhan yang disebabkan oleh penyakitpenyakit yang mendasari rhinorrhea serta komplikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, GL. 1997. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT / George L. Adams,
Lawrence R. Boies, Peter H. Higler; alih bahasa, Caroline Wijaya ; editor,
Harjanto Efendi. Ed 6. Jakarta: EGC.
24
and
Treatment.
cited
from:
http://www.primehealthchannel.com/rhinorrhea-definitionsymptoms-causes-diagnosis-and-treatment.html.
Hall J. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC
Moore. Anatomi Klinis
Soepardi EA. Et. Al. 2012. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok
kepala dan leher. Ed 7. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia.
www.google.com
25