Professional Documents
Culture Documents
Permasalahan Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit
Permasalahan Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Oil)
mempunyai
kelemahan
dalam
hal
penanganan limbahnya, baik terhadap limbah
padat ataupun limbah cairnya. Effluent (hasil
akhir yang dibuang ke alam) dari unit atau
instalasi pengolahan limbah cair dari pabrikpabrik CPO yang ada di Indonesia umumnya
masih belum memenuhi kriteria sesuai standar
peraturan yang berlaku, misalnya kadar BOD
hasil pengolahan limbah cairnya yang masih di
atas 100 ppm. Dengan demikian bila telah
diberlakukan secara konsisten tentang standar
internasional yang mensyaratkan harus adanya
ecolabelling, maka pabrik-pabrik CPO tersebut
tidak dapat menjual atau mengekspor CPO-nya
ke luar negeri. Karena itu sangat dibutuhkan
penyempurnaan sistem pengolahan limbah cair
untuk meningkatkan kualitas air buangan akhir
yang tidak mencemarkan lingkungan sekitar
pabrik CPO.
PKS PT. Kertajaya yang berlokasi di
Kabupaten Pandeglang telah beroperasi lebih
dari 15 tahun. Dalam memproduksi minyak
mentah kelapa sawit, pabrik ini telah mengalami
beberapa kali rehabilitasi dan pengembangan
kearah kesempurnaan, sehingga semakin lama
efisiensi
proses
produksinya
mengalami
peningkatan. Namun perbaikan unit-unit proses
dalam pabrik tersebut tetap saja belum optimal
dan jumlah kandungan minyak yang terdapat
III.
3.1
HASIL KAJIAN
Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Secara
Umum
Tujuan
Tujuan
penelitian
ini
adalah
mengindentifikasi permasalahan teknis dari
Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Kelapa
Sawit P.T. KERTAJAYA yang telah menimbulkan
pencemaran
lingkungan
dan
sekaligus
memberikan masukkan kepada pemerintah
daerah tentang sistem teknologi pengolahan
limbah cair pabrik minyak kelapa sawit yang
sesuai dan dapat memenuhi syarat standar
lingkungan (baku mutu) air buangan.
II.
METODOLOGI
3.2
Survey Lapangan
c) Proses Ekstraksi
Butiran buah sawit yang berasal dari thresher
masuk ke dalam digester yang dilengkapi
dengan
pengaduk.
Kemudian
buah
dilumatkan secara berkelanjutan atau
kontinyu, sehingga terjadi pelepasan perikarp
dari biji serta terjadi pemecahan kantongkantong minyak. Produk yang keluar berupa
campuran minyak, air dan padatan yang
kemudian dimasukkan secara gravitasi ke
dalam screw press. Campuran ini mengalami
pengepresan sehingga minyaknya terperas.
Pada proses pemerasan ini disemprotkan
pula air panas sebagai pengencer yang
dimasukkan dari bagian atas. Pada proses
pelumatan dan pengepresan ini sebenarnya
juga tidak dihasilkan limbah cair secara
langsung, namun pada pembersihan dan
pencucian unit ini tentu saja dihasilkan air
bekas pencucian yang merupakan air limbah.
Dari proses ini sebenarnya lebih banyak
dihasilkan limbah yang berupa padatan.
g) Proses Demineralisasi.
Proses demineralisasi dibutuhkan untuk
keperluan unit Boiler, dimana air yang
diuapkan harus mempunyai kualitas yang
bebas dari unsur-sunsur mineral, supaya
tidak terjadi pengerakan pada ketel
boilernya. Dari proses demineralisasi ini
dihasilkan jumlah limbah cair yang sangat
sedikit dibandingkan dengan unit-unit lain
sumber limbah cair. Jadi sebenarnya unit
demineralisasi tidak membebani jumlah
limbah cair dari suatu pabrik CPO.
h) Proses Pencucian.
Proses pencucian dalam suatu pabrik adalah
suatu proses yang rutin dilakukan untuk
kebersihan dan pemeliharaan sistem dalam
lokasi pabrik dan dilakukan setiap suatu
perioda tertentu. Pencucian dilakukan
terhadap unit-unit perangkat proses, lokasi
sekitar unit pemroses dan di beberapa
bagian penunjang, seperti bengkel, power
house, pump house dan lain sebagainya.
Jumlah limbah cair dari pencucian ini tidak
begitu banyak.
3.2.2 Jumlah Dan Kualitas Limbah Cair
46
B. Unit Anaerobik
Gambar 1 : Diagram Alir Proses Pengolahan
Limbah di PKS PT. Kertajaya.
IV.
C. Unit Aerobik
Keempat kolam aerobik dibuat dengan
kedalaman 1,5 meter dan kedalaman ini
dianggap dangkal dengan harapan akan terjadi
kontak dengan udara. Namun yang terjadi hampir
serupa dengan kolam anaerobik, yaitu terjadinya
pengendapan pada semua bagian sudut-sudut
kolam. Pengerakan pada bagian atas atau
permukaan
kolam
juga
menyebabkan
terhambatnya proses kontak dengan udara.
Akibatnya pada keempat kolam aerobik tersebut
berubah menjadi kolam anaerobik. Karena
48
a) Oil Separator
Oil Separator serupa dengan Fat Pit. Pada
unit ini minyak sawit yang masih dapat diambil
akan diperoleh secara maksimal. Dengan waktu
tinggal minimal selama 8 jam, maka proses
perolehan minyak sawit yang berada pada
bagian lapisan atas akan dapat dilakukan dengan
baik dan mudah.
b) Feeding Tank
Unit ini berfungsi untuk menampung
sementara limbah cair dan menurunkan
temperaturnya. Pada unit ini pula dilakukan
sekaligus
penetralan
limbah
cair,
yaitu
menaikkan pH dari sekitar 4 menjadi sekitar 7,0.
Penetralan dilakukan dengan pembubuhan
Kaustik Soda. Waktu tinggal limbah cair dalam
unit ini adalah sekitar 4 6 jam.
Gambar 2
Tabel 1 : Perancangan kapasitas unit-unit proses utama dalam pengolahan limbah cair.
NO.
1
2
3
4
5
Unit Proses
Oil Separation Tank
Anaerobic Reactor
Aerobic Reactor
Settling Tank
Receiving Tank
Waktu Tinggal
8 jam
5 hari
2 hari
6 jam
6 jam
Volume (M3)
96
1440
576
72
72
c) Anaerobic Bioreactor
Bio reaktor yang beroperasi secara
anaerobik akan mendegradasi limbah cair,
sehingga akan menurunkan beban BOD dari
sekitar 20.000 30.000 mg/l akan menjadi lebih
kecil dari 3.000 mg/l. Waktu penahanan hidrolis
adalah maksimal sekitar 10 hari. Unit ini
dilengkapi dengan motor pengaduk lambat dan
pompa untuk sirkulasi.
e) Settling Tank I
Pada unit ini hanya akan dilakukan
pemisahan bakteri anaerobik melalui proses
d) Gas Holder
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous, Pengolahan Limbah Pabrik
Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan, 1994.
2. Anonymous,
Pengendalian
dan
Pengoperasian Limbah Pabrik Kelapa
Sawit,1999, Pusat Penelitian Perkebunan
(RISPA), Medan, 1992.
3. P. Nugro Rahardjo, 1997, Teknologi
Pengolahan Limbah Cair Industri Minyak
Mentah Kelapa Sawit, Laporan Teknis,
Jakarta, 1997.
50
Gambar 3 : Unit kolam anaerobik yang sudah penuh dengan lumpur endapan (gambar latar belakang
adalah pabrik kelapa sawit PT. Kertajaya).
Gambar 4 : Unit kolam aerobik yang sudah penuh dengan lumpur endapan dan mulai terbentuknya
channelling.
51