Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumubuhan penduduk yang sedemikan cepat, disatu sisi telah
mengakibatkan perkembangan pembangunan yang pesat, terutama disektor
perumahan dan industri. Hal ini telah memberikan tekanan berat pada sumberdaya
alam dan lingkungan hidup dan disisi lain mengakibatkan meningkatkanya
kebutuhan akan protein hewani
Sumberdaya perikanan adalah salah satu sumberdaya yang mendapat
tekanan yang cukup berat. Selain akibat lahan yang semakin sempit, juga akibat
pencernaan perairan, yang tendensinya terus meningkat dari tahun ketahun
Untuk mencegah punahnya sumberdaya ikan, selain dilakukan upaya
konversinya juga dilakukan upaya domestikasi dan pembudidayaanya. Dalam
kegitan budidaya ikan salah satu aspek pentin yang harus dikuasai adalah aspek
reproduksi. Mulai kegiatan perkembangbiakan(reproduksi) maka siklus ikan dapat
berkesinambungan, selain itu darisegi ekonomi juga dapat menguntungkan.
Namun demikian, kegiatan perkembangbiakan bukan lah satu hal yang
mudah, karena banyak sekali aspek-aspek yang perlu diketahui sebelum
melakukan kegiatan pemuliaan. Salah satu diantaranya adalah reproduksi
Reproduksi dapat memberikan gambaran tentang aspek biologi yang
terkait proses reproduksi, mulai dari differensiasi seksual hingga dihasilkan
individu baru(larva). Dalam kegiatan budidaya perikanan, salah satu fakto kunci
yang menjadi pembatas adalah ketersediaan benih
Kontinuitasi ketersediaan benih baik dalam kualitas maupun kuantitas
merupaka salah satu syarat keberhasilan upaya peningkatkan produksi ikan.
Penyediaan benih untuk budidaya dapat ditempuh dengan dua cara: yaitu dengan
penangkapan benih di perairan umum dan dengan cara memijahkan ikan
peliharaan di kolam pembenihaan atau pembuahaan secara buatan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
sistem reproduksi antara ikan air tawar, ikan air payau, ikan air laut, mammalia
laut, kerang-kerangan dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reproduksi
Anonim (2006), ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah
mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat
bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Yushinta
Fujaya (2004), ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis
yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan
perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu perairan tawar maupun di
perairan laut menyebabkan ikan harus dapatmengetahui kekuatan maupun arah
arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea lateral.
Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat penting.
Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah. Oleh karena itu, perlu
dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan jenis suatu
hewan. Proses pembentukan individu baru inilah yang disebut reproduksi
(urogenital).
Yushinta Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan
dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang
selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.
Menurut Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu
menghasilkan keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada
sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Tingkah laku
reproduksi pada ikan merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan
teratur. Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka
memulainya maka hal itu akan berulang terus menerus sampai mati. Beberapa
ikan malahan bisa bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun.
Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini
tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan, misalnya:
Sirip ekor lebih panjang pd ikan jantan: contoh plati pedang (Xiphophorus
helleri)
Substrat
Arus
Curah hujan
Water level
Substrat
Suhu
Salinitas
Petrichor
Kimia:
Kualitas air
DO
pH
Nitrogen
Alkalinitas
Kesadahan
Biologi:
Faktor biologi dalam : meliputi faktor fisiologi individu dan respon terhadap
berbagai faktor lingkungan.
Faktor biologi luar : predator dan kompetisi sesama species ikan tertentu atau
dengan species lain
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu proses
reproduksi/pemijahan dapat berlangsung
Individu ikan jantan dan betina sudah matang gonad.
Adanya rangsangan lingkungan. Hal ini berhubungan timbulnya ransangan
hormon dalam tubuh ikan untuk memijah.
Adanya rangsangan dari lawan jenis. Menurut Effendie (2004), dalam proses
pemijahan, keberadaan lawan jenis kelamin akan merangsang induk ikan
untuk memijah. Ransangan ini disebabkan oleh feromon, yaitu suatu zat yang
dikeluarkan oleh ikan yang berlawanan jenis kelaminnya tersebut.
Adanya substrat. Pada ikan yang memiliki sifat telur menempel, adanya
subtrat pemijahan dapat merangsang terjadinya pemijahan (Effendie, 2004).
Seksualitas ikan dibagi menjadi dua, yaitu Gonokoristik (hanya 1 jenis
gonad (ovarium atau testes) dalam setiap individu) dan Hermaprodit (2 jenis
gonad (ovarium & testes) dalam setiap individu).
2.2 Perkembangan gonad
gonad juga didapatkan keterangan bila mana ikan akan memijah, baru memijah
atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan pada saat pertama kali gonadnya masak,
ada hubungan dengan pertumbuhan ikan, dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya.
Tiap-tiap sepesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya matang tidak
sama ukuranya.demikian juga dengan ikan yang spesiesnya sama. Faktor utama
yang mempengaruhi kematangan goad ikan antara lain : suhu dan makanan selain
faktor keberadaan hormon.
Pengetahuan perkembangan gonad tidak akan sempurna apabila tidak
diiringi dengan pengetahuan tentang anatomi, histologi alat reproduksi baik jantan
maupun betina. Demikian juga proses-proses pembentukan sel kelamin sampai
terjadi pematangan gonad sangat perlu informasi. Sehingga berdasarkan hal
tersebu, kajian menegnai tentang perkembangan gonad perlu diungkapkan.
Kelamin Jantan
Mesonephros
Mesonephric
Urinary pore
Cloaca
Genital Pore
Testis
10
Kelamin Betina
a) Ovari
Organ kelamin betina (ovari) pada kebanyakan ikan tolestei adalah berupa
sepasang organ yang terletak dirongga tubuh. Rongga ovari berlanjut dengan
oviduct yang terbuka kearah ovipore pada papila orugenital. Pada sebagian spesies
pasangan ovari menyatu menjadi satu organ.
Selama perkembangan ovari terdiri dari oogonia, oosit yang mengelilingi
sel-sel folikel, disokong oleh atau sel-sel stroma (penunjang) dan jaringan
pembuluh darah dan jaringan syaraf.
Tiga tipe ovari menurut wallace dan salman dalam negahama (1983) yaitu
1. Ovari sinkron/serempak, artinya perkembangan ovari sinkron, berkembang
bersama, keluar bersama dan sesudah itu mati. Hal ini ditemukan pada sidat
katadromus.
2. Ovari sinkron sebagian yaitu ovari memiliki lebih dari dua kelompok oosit
pada berbeda tahap perkembangan, misalnya pada ikan trout pelangi.
Umumnya memijah satu kali setahun musimnya relatif pendek.
3. Ansycrinous (metachrom) atau ovari tidak sinkron. Ovari memiliki oosit pada
semua tingkatan perkembangan, tipe ini ditemukan pada semua tingkat
perkembangan, tipe ini ditemukan pada semua spesies ikan mas, yang
memijah dalam waktu dan musim yang panjang.
Rongga ovari (ovarium cavity). Secara umum ovari ikan teleost selalu ada
satu romgga ovari yang disebut oviduct. Oosit matang akan dimasukan ke rongga
ovari dan disimpan di oviduct. Rongga ovari pada ikan mas menggambarkan
penyatuan tepi distal dari ovari dimana coelome di dinding dorsal. Ciri ciri sel
dari rongga ovari memiliki telur ovulasi dan transport mereka ke rongga oviduct
untuk memijah.
11
Spermatogenesis
A. Spermatogenesis
Spermatogonia
Sertoli sel
Spermatocytes
Sertoli
1 & 2 sel
Spermatid
B. Spermiogenesis
Spermatozoa
C. Spermiasi
D. Hidrasi
Semen fluid
GtH
20 DHP
E. Spawning
Menurut van oordt et al. (1987) siklus reproduksi clarias gariepinus jantan
dibagi tiga periode, yaitu :
1.
Periode perkembangbiakan
2.
Periode istirahat
3.
13
perkembangan testikular. Pada tahap persiapan aktifitas enzim 3-hsd di dalam sel
leydig sangat tinggi
Periode pertumbuhan gamet, berlangsung dari bulan maret sampai mei.
Periode ini ditandai dengan aktifitas spermatogenik secara kontinu, aktifitas enzim
3-hsd di dalam sel leydig dan nilai gsi akan meningkat.
Ada 5 tingkatan perkembangan testis ikan lele, clarias batrachus secara
anatomi yang dikemukakan oleh chinabut et al. (1991) yaitu :
Tingkat i
: spermatogonia
: spermatosit primer
: spermatosit sekunder
: spermatid
14
Tingkat v
: spermatozoa
15
16
antara ukuran lebar kepala spermatozoa dengan diameter mikrofil telur disajikan
pada tabel 14.
c) Anatomi dan histologi
Walaupun ukuran dan bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis
ikan/hewan, namun struktur morfologinya sama.permukaan sperma dibungkus
oleh suatu membran lipoprotein. Apabila sel tersebut mati, permeabilitas
membrannya meninggi terutama di daerah pangkal kepala dan hal ini merupakan
dasar pewarnaan yang membedakan sperma hidup dan mati.
1) Kepala sperma
Kepala sperma terisi materi inti, chromosom terdiri dari dna yang
bersenyawa dengna protein . Informasi genetika yang dibawa oleh spermatozoa
diterjemahkan dan disimpan di dalam molekul dna.
Pada manusia sidat-sifat bawaan di dalam inti sperma termasuk ke dalam
embrio. Sebagai hasil pembelahan reduksi selama spermatogenesis, sperma hanya
mengandung setengan jumlah dna pada sel-sel somatik dari spesies yang sama dan
terbentuklah dua macam spermatozoa; sperma yang membran chromosom-x akan
menghasilkan embrio betina sedangkan sperma yang mengandung chromosom-y
akan menghasilkan embrio jantan.
2) Ekor sperma
Ekor sperma dapat dibagi atas tiga bagian; bagian tengah; bagian utama
dan bagian ujung; dan berasal dari centriol spermatid selama spermiogenesis.
Ekor sperma berfungsi memberi gerak maju kepada spermatozoa dengan
gelombang-gelombang yang dimulai di daerah inplantasi ekor kepala dan berjalan
ke arah distal sepanjang ekor seperti pukulan cambuk (toelihere, 1985).
Selubung mitokondria berasal dari pangkal kepala membentuk dua
struktur spiral ke arah berlawanan dengan arah jarum jam. Bagian tengah ekor
merupakan gudang energi untuk kehidupan dan pergerakan spermatozoa oleh
proses-proses metabolik yang berlangsung di dalam helix mitokondria,
mitokondria mengandung enzim-enzim yang berhubungan dengan metabolisme
17
eksudatif spermatozoa. Bagian ini kaya akan fosfolipid, lecithin dan plasmalogen.
Plasmalogen mengandung satu aldehid lemak atau satu asam lemak yang
berhubungan dengan gliserol ataupun cholin. Asam dan merupakan sumber energi
endogen untuk aktifitas sperma.
Inti ekor atau axial core terdiri atas dua serabut sentral dikelilingi oleh
suatu cincin terdiri atas 9 fibril rangkap yang berjalan dari daerah implantasi
sampai bagian ujung ekor.
d) Mortilitas dan daya tahan sperma
Sperma tidak bergerak dalam air murni. Ketika masuk ke air akan aktif
berenang. Pergerakan sperma normal adalah seperti linear, biasanya pola
pergerakan berbentuk spiral.
Ketika ada rangsangan dari luar, sperma dapat dikeluarkan (ejakulasi)
dengan volume dan jumlah tertentu, hal ini berhubungan dengan ukuran jantan,
lama dan jumlah ejakulasi serta juga berhuungan dengan jumlah telur yang
dikeluarkan.
Fruktosa dan galaktosa merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa
ikan mas, sehingga mortilitas spermatozoa dapat meningkat (crea dalamkruger et
al. (1984). Diperkuat oleh gardiner dalam nurman (1995) yang melaporkan bahwa
semen yang encer banyak mengandung glukosa sehingga memberikan mortilitas
yang lebih baik terhadap spermatozoa. Penelitian scott dan baynes (1980) tentang
komposisi kimia semen ikan menyatakan bahwa semen yang kental dengan
konsentrasi tinggi mengandung kadar potassium lebih tinggi akan menghambat
pergerakan spermatozoa, sehingga mortilitasnya rendah. Kecepatan dan
pergerakan spermatozoa ikan tanpa perlakuan tambahan di dalam air telah diukur
oleh ginzburg (1972), sedangkan mortilitas daln lama pergerakan dalam berbagai
konsentrasi glukosa, nacl, kcl serta osmolalitas media dilaprkan oleh lin et al.
(1996).
Munkittrick dan moccia (1987) mengatakan bahwa terdapat hubungan
antara volume semen dengan mortilitas spermatozoa, yaiutu semakin encer semen
ikan maka mortilitas spermatozoa semakin tinggi, karena spermatozoa
memperoleh zat makanan yang cukup dari plasma semen. Demikian juga yang
18
dilaporkan aas et al. (1981) bahwa semakin encer semen ikan maka kadar sodium
yang terdapat dalam semen semakin tinggi, sehingga mortilitas dan fertilitas
spermatozoa semakin tinggi. Kemudian aas et al. (1991) mengemukakan bahwa
kualitas semen seperti konsentrasi spermatozoa, mortilitas spermatozoa dan
komposisi cairan plasma semen akan berpengaruh terhadap fertilitas spermatozoa.
Selanjutnya dijelaskan semakin encer semen ikan, maka kadar sodium yang
terdapat dalam semen semakin tinggi sehingga mortilitas dan fertilitas
spermatozoa akan semakin tinggi.
Menurut gwo et al. (1991), konsentrasi spermatozoa yang tinggi dapat
menghambat aktifitas spermatozoa, karena berkurangnya daya gerak, sehingga
spermatozoa sukar menemukan atau menembus mikrofil sel telur yang
mengakibatkan rendahnya fertilitas spermatozoa. Erdha et al. (1987) menjelaskan
bahwa konsentrasi spermatozoa yang lebih tinggi kurang memberikan peluang
kepada spermatozoa untuk membuahi sel telur, karena spermatozoa secara
bersama-sama bersaing memasuki mikrofil sel telur. Kemudia kumar dalam
nurman (1995) mengatakan, bahwa semen yang encer dengan konsentrasi rendah
mempunyai mortilitas lebih tinggi dan selalu diikuti oleh fertilitas yang lebih
tinggi.
Daya tahan hidup spermatozoa dipengaruhi oleh ph, tekanan osmotik,
elektrolit, non elektrolit suhu dan cahaya. Pada umumnya, sperma sangat aktif dan
tahan hidup lama pada ph sekitar 7,0. Mortilitas partial dapat dipertahankan pada
ph antara 5 dan 10.
Sperma tetap mortil untuk waktu lama di dalam media yang isotonik
dengan darah. Pada umumnya, sperma lebih mudah dipengaruhi oleh keadaan
hipertonik daripada keadaan hipotonik.
Larutan elektrolit seperti kalium, magnesium dapat digunakan sebagai
pengencer sperma, tetapi calsium, posfor dan kalium yang tinggi dapat
menghambat mortilitas sperma, bahkan cuprum dan besi bersifat racun bagi
sperma.
Larutan non elektrolit dalam bentuk gula, seperti fructosa atau glukosa
dapat digunakan sebagai pengencer sperma. Suhu mempengaruhi daya tahan
hidup sperma, peningkatan suhu akan meningkatkan kadar metabolisme yang
19
dapat mengurangi daya tahan hidup sperma. Demikian juga cahaya matahari yang
langsung mengenai spermatozoa akan memendek umur sperma.
Penggunaan hormon atau zat perangsang pada ikan mas jantan dapat
meningkatkan volume semen dan kualitas spermatozoa. Menurut saad and billard
(1987), penyuntikan ekstrak hipofisa secara homoplastik pada ikan mas dengan
dosis 0,2 mg/kg bobot badan akan meningkatkan kadar ginadotropin dalam darah
setelah 12 jam penyuntikan, sehingga volume semen yang dihasilkan meningkat.
Billard et al. (1989) telah melaporkan bahwa penyuntikan ekstrak hipofisa secara
homoplastik pada ikan mas dengan dosis 3,3 mg/kg bobot badan akan
menghasilkan semen antara 3,45 1,17 ml, sedangkan tanpa disuntik 0,260,08
ml. Menurut kruger et al. (1984) ikan mas yang disuntik dengan hcg dosis 750
iu/kg bobot badan akan menghasilkan semen antara 0,6-0,9 ml, sedangkan tanpa
disuntik 0,2-0,4 ml. Penyuntikan ekstrak hipofisa secara homoplastik pada ikan
lele(esox lucius) dosis 1,2 mg/kg bobot badan menghasilka semen 3,85 ml,
sedangkan tanpa disuntik 0,64 ml (billard dan marsel, 1980). Kombinasi
penyuntikan hormon juga dapat meningkatkan volume semen billard et al.,
(1987), yakni ikan mas yang disuntik dengan pimozide dosis 10 mg/kg + lhrh
dosis 10 lg/kg bobot badan menghasilkan semen 4,29 3,10 ml/kg bobot badan,
sedangkan tanpa disuntik hanya menghasilkan semen 0,490,34 ml/kg bobot
badan.
Pemberian hormon juga akan mempengaruhi viabilitas spermatozoa,
seperti yang dikemukakan kruger et al. (1984), bahwa ikan mas yang disuntik
degan hcg akan meningkatkan viabilitas spermatozoa. Selanjutnya dijelaskan
bahwa komposisi kimia semen ikan mas yang mengandung kadar fruktosa dan
total plasma protein lebih tinggi serta kadar potassium lebih rendah mempunyai
viabilitas yang lebih tinggi (94,12%), jika dibandingkan dengan semen yang kadar
fruktosa dan total plasma protein lebih rendah serta kadar potassium lebih tinggi,
sehingga viabilitasnya lebih rendah (88,00%).
Umur sperma dapat diperpanjang dengan berbagai cara misalnya saja
disimpan pada suhu antara 0,5c. Jika pada suhu tersebut sperma ikan mas dapat
bertahan selama 45 jam, herring 7 jam dan catfish beberapa minggu.
20
Jika disimpan pada sushu -4c sperma salmon dapat bertahan beberapa
minggu. Cara lain untuk menyimpan sperma adalah secara intratesticular yaitu
disimpan dalam genital tract betina, yang dapat bertahan beberapa bulan.
2.4.3
Oogenesis
A. Oogenesis
Oogonia
Oocyte
B. Primary Oocyte Growth
Previtellogenic oocyte
Folicle
Germinal vesicle
C. Yolk Vesicle Formation
Yolk vesicle
D. Vitellogenesis
Vitellogenic oocytes
Yolk globules
E. Steroid Switch & FOM
Mature oocytes
Environment
GtH
Liver
E2
Vg
17-OHP
MIS
PG
F. Ovulation
Egg
Neural Control
G. Spawning
Oogonia yang berasal dari sel kelamin yang mula-mula ada di dalam atau
didekat epitelium germinal hanya dikelilingi oleh selapis sel epitel hingga
membetuk folikel ovari. Pada golongan ikan siklostomadan teleostei folikel ini
berlapis tunggal sedang pada elasmobranchia dan amniota dilapis sel sel epitel
beberapa lapis. Jaringan pendukung di dekat sel sel ini membentuk sebuah
kantong yang khas dan pada beberapa jenis diperkirakan berperan sangat aktif
selama perkembangan folikel selanjtunya. Folikel ini akan berkembang menjadi
folikel yang masak, dimana sel sel epitelnya ukuran dan jumlahnya akan
meningkat dan membentuk suatu bulatan kelenjar yang disebut granulosa.
Kelenjar ini kemudian akan terbagi menjadi dua bagian dalam (interna) dan
21
bagian luar (eksterna). Ovum yang telah masuk dipisahkan dari granulusa oleh
sebuah membran yaitu zona pellucida
Oogonia ditemukan tersebar dalam ovari dan mengalami pembelahan
meiosis secara berturut-turut. Selanjutnya akan mengalami pembelahan meiosis
yang bertahan pada peringkat diploten (diploten stage) pada profase pertama
maiosis. Dari peringkat ini gamet dikenal dengan oosit primer. Selanjutnya oosit
primer ini akan mengalami periode panjang pertumbuhan yang terdiri dari
beberapa fase. Fase utama adalah fase vitelogenesis. Menjelang fase ini,
bagaimana oosit primer bertambah ukurannya tanpa akumulasi meterial yolk dan
fase ini disebut previtelogenesis. Selama fase ini terjadi, pertumbuhan yang sama
pada sitoplasma atau nukleus. Oosit primer ditandai oleh nukleus besar ditemui
pada bagian perifer dan didalamnya tersebar beberapa nukleus.
Melalui proses previtelogenesis, dua lapisan sel yang berbeda muncul
mengelilingi oosit dan membentuk folikel. Lapisan paling dalam adalah berupa
sel-sel berbentuk kubus dan sel tersebut adalah bagian granulose dan teka
Selama proses oogenesis ada dua hal yang penting yaitu : pertumbuhan
dan pematangan. Selama terjadi proses ini, berlangsung stimulasi gonadotropin
hormone (gth). Pada ikan pertumbuhan dan pematangan dirangsang / distimulasi
oleh gthii, sedangkan pada tetrapoda disebut sebagai folikel stimulant hormon
(fsh) dan luteanizin hormon (lh).
Gthi akan merangsang sekresi testosterone yang diikuti dengan sekresi
estradiol-17 yang berperan dalam pertumbuhan oosit sedangkan gthii
merangsang sekresi 17, 20-dihidroksi-progesteron yang berperan dalam proses
pematangan akhir (final oocyte maturation).
sushu -4c sperma salmon dapat bertahan beberapa minggu. Cara lain untuk
menyimpan sperma adalah secara intratesticular yaitu disimpan dalam genital tract
betina, yang dapat bertahan beberapa bulan.
22
satu nukleus besar pada profase meiotik. Nukelus besar (gelembung germinal)
pada tahap ini umumnya terletak di tengah atau diantara pusat dan tepian oosit.
Pada fase akhir vitelogenesis, oost ikan mas kehilangan bentuk bulatnya
menjadi gepeng. Kutup animal, pada salah satu permukaan yang gepeng terletak
disekitar cekungan kecil pada folikel dan zona radiata, yakni mikrofil
Fenomena yang pertama kali terlihat berkenaan dengan pematangan oosit
akhir adalah perpindahan gelembung germinal menjadi mudah terlihat dibawah
mikroskop. Membran gelembung germinal kemudian dipecah dan isinya
bercampur dengan sitoplasma sekelilingnya. Selain perubahan perubahan dalam
nukleus ini, juga terjadi beberapa proses sitoplasmik selama pematangan oosit.
Perubahan ini meliputi penggabungan butiran penggabunag butiran kecil lipida
dan globula kuning telur, pembesaran oosit yang berlangsung cepat akibat hidrasi
serta pengingkatan kejernihan oosit.
Akibat aksi hirmin gonadotropin maupun steroid, inti (gv = germinal
vesicle) yang mulanya berada di tengah kemudian menuju ke tepi dekat mikrofil
dan sesaat sebelum ovulasi terjadi, inti tadi melebur yang disebut germinal vesicle
breakdown (gvbd) (epiler, 1981; waynorvich dan vorvath, 1980;1982)
Degani dan boker (1992) juga menggambarkan mekanisme hormon
gonadotripun dan steroid dalam proses pematangan oosit sampai ovulasi. Dengan
adanya sekresi gonadotropin (gth) dari hifpofise akan menginduksi ovarium untuk
mengsekresikan 17-hidroksi progesteron (17 -p) yng merupakan prekursor 17,
20-dehidroprogesteron (17-20-p) yang berperan dalam proses pematangan
oosit sampai ovulasi.
2.5 Telur
2.5.1
Morfologi Telur
23
24
Mutu / Kualitas telur, potensi telur untuk menghasilkan larva yang berdaya
hidup sebelum mendapatkan makanan dari luar. Selama ini penentuan kualitas
telur berdasarkan :
Jumlah telur yang dibuahi atau derajat pembuahan
Derajat penetasan
SR larva
Faktor penentu yang lain :
Ukuran telur
Kandungan / komposisi gizi telur
Warna telur
Daya apung telur
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Yushinta Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet
jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk
zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.
25
26