You are on page 1of 6

PENGOLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE

IP2WIN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY


KONFIGURASI SCHLUMBERGER

Reza Putra Pratama


115.130.086
Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta
Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
Reza.pratama772@yahoo.com

ABSTRACT
Metode Geolistrik merupakan salah satu metode Geofisika yang menggunakan sifat
kelistrikan batuan untuk mengidentifikasi kondisi bawah permukaan. Resistivity adalah
salah satu metode yang digunakan pada pengukuran Geolistrik. Prinsip dasar dari metode
ini adalah menginjeksikan arus listrik ke bawah permukaan dengan menggunakan dua
elektroda arus, sehingga didapatkan nilai beda potensial dan nilai arus dari dua elektroda
potensial. Metode pengukuran Resistivity menggunakan konfigurasi Schlumberger untuk
mengukur beda potensial dan arus dibawah permukaan. Pengolahan data menggunakan
software IP2WIN untuk mengolah data hingga mendapatkan jumlah lapisan, dengan
masing-masing lapisan memiliki nilai resistivitas, ketebalan lapisan, dan kedalaman yang
berbeda. Informasi tersebut dibuat penampang dengan menggunakan corel dan
menginterpretasikannya. Hasil akhir dari pengukuran didapatkan lima lapisan dengan
masing-masing nilai resistivitasnya 897, 1078, 538, 285, dan 127 Ohm.m dan kedalaman
maksimum yang didapat sebesar23,8 m.
Keywords : Geolistrik, Resitivitas, and Konfigurasi Schlumberger

1.PENDAHULUAN
Metode
Geolistrik
merupakan
metode geofisika yang mengukur sifat
kelistrikan batuan berupa potensial
listrik dan resistivitas listrik. Sifat
kelistrikan tersebut dipengaruhi oleh
batuan penyusun/komposisi mineral,
homogenitas
batuan,
kandungan
mineral, kandungan air, permeabilitas,
tekstur, suhu, dan sifat fisika lainnya.
Metode geolistrik memanfaatkan
sifat kelistrikan dalam batuan untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan.
Metode geolistrik terbagi menjadi 3,
yaitu
Self
Potensial,
Induced
Polarization dan Resistivity. Pada

metode yang digunakan saat ini adalah


metode resistivitas.
Metode geolistrik resistivity mencari
perbedaan resistivitas batuan dengan
cara menentukan perbedaan nilai
resistivitas terhadap kedalaman.
Salah satu konfigurasi yang
digunakan adalah konfigurasi
Schlumberger.
Konfigurasi
Schlumberger
merupakan
konfigurasi 1D karena hanya
mampu
membaca
nilai
resistivitas suatu medium secara
vertikal kebawah saja, tidak
secara lateral. Maksud dari
dilakukannya pengolahan ini

adalah untuk mampu mengolah


data dengan menggunakan
konfigurasi Schlumberger serta
mampu menggunakan software
pengolahannya dan mampu
menginterpretasikan
hasil
olahannya.
Sedangkan
tujuannya adalah menghasilkan
grafik cross matching, tabel
informasi tiap lapisan, dan
penampang
corel
untuk
diinterpretasikan
berdasarkan
kondisi
geologi
bawah
permukaannya.
2. DASAR TEORI
Geolistrik adalah satu
metode
geofisika
yang
menganalisa bumi dari sifat
kelistrikannya,
karena
sesungguhnya azas kelistrikan
pun berlaku pada lapisan batuan
bawah tanah dalam arti bahwa
hukum fisika tentang listrik
dapat diterapkan pada listrik
dalam lapisan batuan.
Hal ini dimungkinkan
karena pada umumnya lapisan
batuan bawah permukaan terdiri
atas butiran dan pori pori yang
berisi fluida. Butiran tersebut
adalah mineral mineral yang
mempunyai komposisi kimia
khusus. Sedangkan fluida yang
mengisi pori pori tersebut
melarutkan
sebagian
dari
mineral mineral sehingga
fluida tersebut bersifat elektrolit
atau mampu menghantarkan
arus listrik. Hal ini yang
kemudian dimanfaatkan dalam
metode
geolistrik.
Metode
resistivity dengan konfigurasi
sebagai salah satu bagian dari
metode
geolistrik
dapat
disunakan
untuk
mengidentifikasi
keberadaan
serta kondisi bawah permukaan
secara lateral. Sehingga dengan
hal
itu
dapat
menginterpretasikan
kondisi

bawah
permukaan
daerah
penelitianya.
bergantung ukuran atau geometri-nya.
Untuk itu digunakan besaran resistivitas
yg merupakan resistansi yg telah
dinormalisasi terhadap geometri.
Metode Geolistrik memiliki
beberapa
konfigurasi
diantaranya konfigurasi Wenner,
Schlumberger,
Dipole-dipole,
Pole-dipole, Dipole-pole, Polepole, dan Mise ala mase. Namun
Metode Geolistrik secara garis
besar dibagi menjadi dua
macam, yaitu : Geolistrik yang
bersifat pasif, dan Geolistrik
yang bersifat aktif. Dan
geolistrik juga terbagi atas
beberapa
bagian
yaitu
Resiitivity,
Self
potensial,
Induksi polarisasi (IP).
Pada
konfigurasi
Schlumberger idealnya jarak
MN dibuat sekecil-kecilnya,
sehingga jarak MN secara
teoritis tidak berubah. Tetapi
karena keterbatasan kepekaan
alat ukur, maka ketika jarak AB
sudah relatif besar maka jarak
MN
hendaknya
dirubah.
Perubahan jarak MN hendaknya
tidak lebih besar dari 1/5 jarak
AB.

Gambar 1. Konfigurasi schlumberger

Kelemahan dari konfigurasi


Schlumberger
ini
adalah
pembacaan
tegangan
pada
elektroda MN adalah lebih kecil
terutama ketika jarak AB yang
relatif jauh, sehingga diperlukan
alat ukur multimeter yang
mempunyai karakteristik high
impedance dengan akurasi
tinggi
yaitu
yang
bisa
mendisplay tegangan minimal 4

digit atau 2 digit di belakang


koma. Atau dengan cara lain
diperlukan peralatan pengirim
arus yang mempunyai tegangan
listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan
keunggulan
konfigurasi Schlumberger ini
adalah
kemampuan
untuk
mendeteksi
adanya
nonhomogenitas lapisan batuan
pada permukaan, yaitu dengan
membandingkan
nilai
resistivitas semu ketika terjadi
perubahan
jarak
elektroda
MN/2.
Agar pembacaan tegangan
pada elektroda MN bisa
dipercaya, maka ketika jarak AB
relatif besar hendaknya jarak
elektroda MN juga diperbesar.
Pertimbangan perubahan jarak
elektroda MN terhadap jarak
elektroda AB yaitu ketika
pembacaan tegangan listrik pada
multimeter sudah demikian
kecil, misalnya 1.0 milliVolt.

2. Arus (I)
3. Beda Potensial ( V)
Parameter yang dihitung :
1. Tahanan jenis (R)
2. Faktor geometrik (K)
3. Tahanan jenis semu ( )
Untuk mempermudah
penentuan lithologi batuannya,
dibawah ini terdapat tabel
resistivitas :

Gambar 2. Tabel Resistivitas

3. METODOLOGI PENELITIAN

(1)
(2)
Umumnya
perubahan jarak
MN bisa dilakukan
(3)
bila telah tercapai perbandingan
antara jarak MN berbanding
(4)
jarak AB = 1 : 20. Perbandingan
yang lebih kecil misalnya 1 : 50
bisa dilakukan bila mempunyai
alat utama pengirim arus yang
mempunyai keluaran tegangan
listrik
DC
sangat
besar,
katakanlah 1000 Volt atau lebih,
sehingga beda tegangan yang
terukur pada elektroda MN tidak
lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
Parameter yang diukur :
1. Jarak antara stasiun dengan
elektroda-elektroda (AB/2 dan
MN/2)

Pengolahan data manual konfigurasi


Schlumberger dilakukan pada hari rabu
tanggal 7 Oktober 2015 pukul 11.00 13.00 WIB di Ruang NASD III.7
Jurusan Teknik Geofisika, FTM, UPN
Veteran Yogyakarta.
MULAI
Data Sintetik
Pengolahan Data
(Microsoft
Pemodelan
IP2WIN

Profil Bawah
Permukaan
Pembahasan

Kesimpulan

SELESAI

Gambar 3. Diagram Alir

Langkah pengolahan data sintetik


metode
resistivitas
konfigurasi
Schlumberger berdasarkan diagram alir
adalah sebagai berikut:
1. Dari data table sintetik, berisi data
berupa AB/2; MN/2; nilai V dan I
serta nilai factor geometri. Kemudian
dihitung nilai resistivitas R dengan
rumus : R = V/I
2. Tahapan berikutnya yaitu mencari
nilai resistivitas semu dengan rumus,
=R.K
3. Plot grafik pada tabel bilog dengan
sumbu x : AB/2 dan sumbu y :
apparent
4. Lakukan smoothing agar data dapat
dibaca dengan kurva matching
5. Mencari nilai P1 dengan cara
mencocokan grafik pada tabel bilog
dengan kurva standar, lalu mencari
pola yang sesuai dengan grafik.
Catat nilai P1 dan tandai pada grafik
titik perpotongan antara grafik
dengan kurva standar sehingga
memperoleh nilai P1.
6. Selanjutnya adalah mencari nilai
faktor koreksi dengan kurva bantu
dengan meletakkan titik P1 yang
telah ditandai di tabel bilog pada nilai
yang sesuai di kurva bantu dan
mencari garis perpotongan antara
grafik pada tabel bilog dengan kurva
bantu. Sesuaikan kurva bantu dengan
pola pada tabel bilog. Pada
pengolahan ini menggunakan kurva
bantu K .
7. Menghitung nilai dengan menarik
garis lurus terhadap sumbu Y dan
catat. Sedangkan nilai pada P2
dicari dengan cara: 2 = P2 . 1
8. Menghitung ketebalan D1 dengan
menarik garis lurus terhadap sumbu
X pada tabel bilog sedangkan D2

didapat dengan rumus : D2 =


D1*FK1
9. Membuat
profil
kedalaman
berdasarkan hasil pengolahan dan
menginterpretasikannya.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengolahan yang dilakukan
dengan menggunakan software IP2WIN
didapat grafik kurva matching dan profil
bawah permukaan.

Gambar 4. Pemodelan IP2WIN

Tabel 1. Tabel resistivitas dan kedalaman

Lapisan
pertama
memiliki
nilai
resistivitas
897
Ohm.m
dengan
ketebalan lapisan 0.798 m dan
berlitologi endapan fluvial vulkanik
yang diberi warna merah muda. Lapisan
kedua memiliki nilai resistivitas 1078
Ohm.m dengan ketebalan lapisan 4.32 m
dan berlitologi soil yang diberi warna
coklat tua. Lapisan ketiga memiliki nilai
resistivitas
538
Ohm.m
dengan
ketebalan lapisan 3.41 m dan berlitologi
batugamping yang diberi warna crem.
Lapisan keempat memiliki
nilai
resistivitas
285
Ohm.m
dengan
ketebalan lapisan 5.1 m dan berlitologi
batupasir yang diberi warna kuning
pucat. Lapisan kelima memiliki nilai
resistivitas
127
Ohm.m
dengan
ketebalan lapisan 10.3 m dan berlitologi
batupasir tersaturasi yang diberi warna
yang hampir sama yaitu kuning pucat
namun sedikit lebih cerah.

Gambar 5. Profil Bawah Permukaan

Pada gambar 4. Tabel 1 merupakan hasil


olahan software IP2WIN dengan
menggunakan data dari software Ms.
Excel. Kurva berwarna hitam merupakan
kurva
yang
menunjukkan
nilai
resistivitas batuan terhadap kedalaman.
Sedangkan garis merah merupakan hasil
pemodelan dengan menggunakan garis
hitam untuk dicocokkan. Garis merah
tersebut membentuk beberapa lapisan
dengan nilai resistivitas yang berbeda
yang ditunjukkan oleh tabel 1. Pada
tabel 1. menunjukkan nilai resistivitas,
nilai ketebalan lapisan dan nilai
kedalaman. Nilai resistivitas dan nilai
ketebalan lapisan tiap lapisan berbedabeda. Dari pemodelan tersebut didapat 5
lapisan yang digambarkan oleh profil
kedalaman pada gambar 5.
Gambar 5 merupakan profil bawah
permukaan
yang
digambarkan
berdasarkan hasil pemodelan IP2WIN.
Terdapat 5 lapisan dengan nilai
resistivitas yang berbeda tiap lapisannya.

5. KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software Ms.Excel dan
software
IP2WIN
dapat
ditarik
kesimpulan sebagai berikut
:
Hasil
pengolahan
dengan
software diperoleh lima lapisan
dengan
nilai
resistivitas,
kedalaman dan ketebalan yang
berbeda.
Lapisan pertama memiliki nilai
resistivitas 897 Ohm.m dengan
ketebalan lapisan 0.798 m dan
berlitologi
endapan
fluvial
vulkanik yang diberi warna
merah muda.
Lapisan kedua memiliki nilai
resistivitas 1078 Ohm.m dengan
ketebalan lapisan 4.32 m dan
berlitologi soil yang diberi
warna coklat tua.
Lapisan ketiga memiliki nilai
resistivitas 538 Ohm.m dengan
ketebalan lapisan 3.41 m dan
berlitologi batugamping yang
diberi warna crem.
Lapisan keempat memiliki nilai
resistivitas 285 Ohm.m dengan
ketebalan lapisan 5.1 m dan

berlitologi batupasir yang diberi


warna kuning pucat.
Lapisan kelima memiliki nilai
resistivitas 127 Ohm.m dengan
ketebalan lapisan 10.3 m dan
berlitologi batupasir tersaturasi
yang diberi warna yang hampir
sama yaitu kuning pucat namun
sedikit lebih cerah.

DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Geofisika Eksplorasi.
2012. Panduan Praktikum Geolistrik.
Yogyakarta.
Universitas
Pembangunan Nasional Veteran
Santoso. 2000. Pegantar
Geofisika. Bandung. ITB.

Teknik

You might also like