You are on page 1of 3

GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF

Definisi
Obsesif kompulsif adalah suatu gangguan pikiran dan perilaku berulang-ulang,
yang menetap atau periodik yang disadari sebagai suatu tindakan tidak menyenangkan
dan tidak rasional dan sangat cemas dan mengganggu bila tidak melakukannya.
Pendahuluan
Menghindari suatu obsesi sangat meningkatkan kecemasan dan untuk mengurangi
atau menghilangkan kecemasan dilakukan tindakan kompulsif. Seorang gangguan
obsesif-kompulsif menyadari irasionalitas obsesinya serta merasakan bahwa kompulsi
yang dilakukan adalah suatu kesalahan dan menyiksa.
Epidemiolgi
Suatu penelitian menemukan sebanyak 10 % pasen obsesif kompulsif yang
dirawat jalan pada klinik psikiatri, menempatkan diagnosis obesesif-kompulsif pada
urutan ke empat dalam diagnosis psikiatrik tersering. Onset usia rata-rata 20 tahun,
dengan pria sedikit lebih awal, yaitu 19 tahun dibanding wanita pada usia 22 tahun.
Kepustakaan menyebutkan pasen obsesif-kompulsif termuda pada onset 2 tahun.. Kulit
hitam lebih jarang dibanding kulit putih
Etiologi
Faktor Biologis
1. Neurotransmiter
Terjadi disregulasi Serotonin pada pembentukan gejala obsesif-kompulsif,
tetapi belum dapat dipastikan penyebab adalah serotonin. Penelitian
membuktikan terjadi penurunan metabolit serotonin, yaitu asam 5Hidroxindolasetik, dalam cairan serebrospinalis.
2. Pencitraan Otak
Dengan pemerikasaan PET (Positron Emission Tomography) menemukan
peningkatan aktivitas metabolisme glukosa dan aliran darah pada lobus
frontalis, ganglia basalis (khususnya nucleus kaudatus) dan singulum.
Dengan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) menemukan
penurunan ukuran kaudata bilateral
3. Genetika
Belum pasti, masih hipotesis, kembar monozigot lebih banyak yang terkena
dibanding kembar dizigote.
4. E E G
Ditemukan penurunan gelombang laten REM pada keadaan tidur yang mirip
dengan gelombang laten REM pasen depresi.
Faktor Perilaku
1. Learning Teory,
Stimulus netral yang sering dibiasakan menyertai kecemasan, oleh suatu
Pembiasaan pada peristiwa yang secara alami berbahaya akan menimbulkan
kecemasan.

Faktor Psikodinamika
Ada tiga Mekanisme Pertahanan Psikologis ,Yaitu:
a. Isolasi, adalah pelepasan afektif dari keadaan menyakitkan dengan
membuat sekat-sekat emosional yang memisahkan sikap yang bertentanga.
b. Undoing (pelepasan=penebusan), adalah meniadakan atau membatalkan
suatu pikiran atau tindaka yang tidak disetujui oleh ego.
c. Reaction Formation (Penyusunan reaksi) adalah mencegah keinginan
berbahaya bila dilakukan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
bertentangan dengan keinginan.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis obsesif-kompulsif ada empat pola gejala utama yaitu:
1. Kontaminasi, di ikuti dengan tindakan membersihkan atau mencuci
berulang-ulang disertai dengan penghindaran pada obyek yang mungkin
terkontaminasi. Obyeknya sering hal-hal yang sukar dihindari, contohnya
feses, urin, debu, kuman. Ada yang setiap kembali dari luar rumah, harus
mandi karena merasa dirinya kotor (bisa oleh debu, kuman, asap kendaraan,
serbuk bunga dan lain-lain).
2. Keragu-raguan, obsesinya adalah ancaman berbahaya terhadap suatu tindak
kekerasan atau malapetaka. Pikiran adanya ancaman bahaya ini menyebabkan
kecemasan sehingga harus berulang-ulang memeriksa kunci pintu, jendela,
memeriksa kompor sudah dimatikan.
3. Obsesional, hanya pikiran yang berulang-ulang untuk melakukan tindakan
seksual atau agresi (memaki, menghardik, memukul) yang dicela sebagai
suatu yang salah .
4. Kebutuhan pada Ketepatan, Kesimetrisan dan Kerapian, disini pasien
menyadari bahwa ukuran suatu benda harus selalu tepat, atau seimbang atau
letak harus selalu teratur rapi tapi tidak pernah menyenangkan sehingga
berulang-ulang mengukur, menata dan menyusun.
Diagnosis
Di Indonesia diagnosis obsesi kompulsif mengikuti Pedoman Penggolongan
Diagnosis Gangguan Jiwa III sebagai berikut
1. Gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya harus ada
hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.
2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu
kegiatan penderita.
3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
(a) harus disadari sebagai suatu pikiran atau impuls diri sendiri
(b) sedikitnya harus ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil
dilawan, meskipun lainnya ada yang tidak dilawan oleh penderita)
(c) pikiran untuk melakukan tindakan tersebut distas bukan merupakan
hal memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau kecemasan, tidak dianggap sebagai kesenangan
seperti dimaksud di atas).

4.

5.

(d) gagasan, bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan


pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.
Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
depresi. Dan sebaliknya penderita gangguan depresi berlang (F33) dapat
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya
gejala depresif umumnya disertai secara parallel dengan perubahan gejala
obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan
dari gejala-gajala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada
gangguan depresi sebagai diagnosis yang primer.Pada gangguan menahun,
maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang
lain menghilang.
Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom
Tourette, atau ganguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari
kondisi tersebut

Pengobatan
1. Clomipramin 25 mg , 2 X 1 selama 3 hari lalu dosis dinaikkan sampai
terlihat gejala atau perasaan pasen lebih nyaman, maksimum 250 mg perhari.
2. Sertralin
Prognosis
Dikatakan baik apabila
1. Terlihat penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik.
2. Ada pencetus
3. Gejala bersifat episodik
___________________

You might also like