Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG.
Seiring dengan perkembangan zaman, sentuhan tekhnologi modern
telah mempengaruhi dan menyentuh masyarakat Bugis, namun kebiasaan-kebiasaan
yang merupakan tradisi turun temurun bahkan yang telah menjadi Adat masih sukar
untuk dihilangkan. Kebiasan-kebiasaan tersebut masih sering dilakukan meskipun
dalam pelaksanaannya telah mengalami perubahan, namun nilai-nilai dan makna
masih tetap terpelihara dalam setiap upacara tersebut.
Kata Bugis berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Penamaan ugi merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana,
Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi
menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki
dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi.
Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku DeuteroMelayu, atau Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama
dari daratan Asia tepatnya Yunan. Penyebaran Suku Bugis di seluruh Tanah Air
disebabkan mata pencaharian orang-orang bugis umumnya adalah nelayan dan
pedagang. Sebagian dari mereka yang lebih suka merantau adalah berdagang dan
berusaha (massompe) di negeri orang lain. Hal lain juga disebabkan adanya faktor
historis orang-orang Bugis itu sendiri di masa lalu.
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang kebudayaan
suku Bugis, yang meliputi Sejarah perkambangan suku bugis, adat istiadat, adat
pernikahan, system kepercayaan, mata pencaharian, bahasa suku Bugis, Kesenian,
seni tari, makanan, permainan.
BAB 2.
1
Pada acara ini pihak keluarga perempuan mengundang pihak keluarga terdekatnya
serta orang-orang yang dianggap bisa mempertimbangkan hal lamaran pada waktu
pelamaran. Setelah rombongan To Madduta (utusan) datang, kemudian dijemput dan
dipersilahkan duduk pada tempat yang telah disediakan. Dimulailah pembicaraan
antara To Madduta dengan To Riaddutai, kemudian pihak perempuan pertama
mengangkat bicara, lalu pihak pria mengutarakan maksud kedatangannya.
Apabila pihak perempuan menerima maka akan mengatakan Komakkoitu adatta,
srokni tangngaka, nakkutananga tokki yang artinya bila demikian tekad tuan,
kembalilah tuan, pelajarilah saya dan saya pelajari tuan, atau dengan kata lain pihak
perempuan menerima, maka dilanjutkan dengan pembicaraan selanjutnya yaitu
Mappasiarekkeng.
5. Mappasiarekkeng
Mappasiarekkeng artinya mengikat dengan kuat. Biasa jua disebut
dengan Mappettuada maksudnya kedua belah pihak bersama-sama
mengikat janji yang kuat atas kesepakatan pembicaraan yang dirintis
sebelumnya. Dalam acara ini akan dirundingkan dan diputuskan segala
sesuatu yang bertalian dengan upacara perkawinan, antara lain :
a. Tanra esso (penentuan hari).
b. Balanca (Uang belanja)/ doi menre (uang naik).
c. Sompa (emas kawin) dan lain-lain.
Setelah acara peneguhan Pappettuada selesai, maka para hadirin disuguhi hidangan
yang terdiri dari kue-kue adat Bugis yang pada umumnya manis-manis agar hidup
calon pengantin selalu manis (senang) dikemudian hari.
Dalam system perkawinan adat Bugis juga terdapat pernikahan Ideal
yaitu sebagai berikut :
1. Assialang Maola, ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat
kesatu, baik dari pihak Ayah maupun Ibu.
Tahap tahap dalam perkawinan suku Bugis secara adat yaitu sebaga berkut :
1. Lettu ( lamaran)
Ialah kunjungan keluarga si laki-laki ke calon mempelai perempuan
untuk menyampaikan keinginannya untu melamar calon mempelai
perempuan.
2.
3.
Maddupa ( mengundang ).
Ialah kegiatan yang dilakukan setelah tercapainya kesepakatan antar
kedua belah pihak untuk memberitahu kepada semua kaum kerabat
mengenai perkawinan yang akan dilaksanakan.
4.
Mappaccing (Pembersihan)
6
A.
Pada acara resepsi tersebut dikenal juga yang namanya Ana Botting,
hal ini dinilai mempunyai andil sehingga merupakan sesuatu yang tidak terpisakhkan
pada masyarakat Bugis bone. Sebenarnya pada masyarakat Bugis Bone, ana botting
tidak dikenal dalam sejarah, dalam setiap perkawinan kedua mempelai diapit oleh
Balibotting dan Passepik, mereka bertugas untuk mendampingi pengantin di
pelaminan.
Ana Botting dalam perkawinan merupakan perilaku sosial yang
mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan merupakan ciri khas kebudayaan orang
Bugis pada umumnya dan orang Bugis pada khususnya, karena kebudayaan
menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan yang meliputi cara-cara berlaku,
kepercayaan dan sikap-sikap serta hasil kegiatan manusia yang khas untuk suatu
masyarakat aatu kelompok penduduk tertentu. Oleh karena itu, Ana Botting
merupakan kegiatan (perilaku) manusia yang dilaksanakan oleh masyarakat Bugis
Bone pada saat dilangsungkan perkawinan.
Hari pernikahan dimulai dengan mappaendre balanja , ialah prosesi
dari mempelai laki-laki disertai rombongan dari kaum kerabat, pria-wanita, tua-muda,
dengan membawa macam-macam makanan, pakaian wanita, dan mas-kawin ke
rumah mempelai wanita. Sampai di rumah mempelai wanita langsung diadakan
upacara pernikahan,dilanjutkan dengan akad nikah. Pada pesta itu biasa para tamu
memberikan kado tau paksolo. setelah akad nikah dan pesta pernikahan di rumah
mempelai wanita selesai dillanjutkan dengan acara mapparola yaitu mengantar
mempelai wanita ke rumah mempelai laki-laki.
mappaenre botting.
Beberapa hari setelah pernikahan para pengantin baru mendatangi
keluarga mempelai laki-laki dan keluarga mempelai wanita untuk bersilaturahmi
dengan memberikan sesuatu yang biasanya sarung sebagai simbol perkenalan
terhadap keluarga baru. Setelah itu, baru kedua mempelai menempati rumah mereka
sendiri yang disebut nalaoanni alena.
Kabupaten
Soppeng,Kabupaten
Wajo,
Kabupaten
Bone,
11
Aksara Bugis
Alat musik:
1.
Kacapi (kecapi).
Salah satu alat music petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya
suku bugis, bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya
kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga
bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil
karena penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada
acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan
pada hari ulang tahun.
2.
Sinrili.
Alat music yang menyerupai biola, tetapi biola dimainkan dengan
membaringkan dipundak sedangkan sinrili dimainkan dalam keadaan
pemain duduk dan alat diletakkan tegak didepan pemainnya.
3.
Gendang.
Music perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang
dan bundar seperti rebana.
4.
Suling.
12
B.
Seni Tari:
1.
Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta
hujan.
2.
3.
yang
sedang
menenun
benang
menjadi
kain.
Tari Pajoge dan tari Anak Masari ; tarian ini dilakukan oleh calabai
(waria), namun tarian jenis ini sulit sekali ditemukan bahkan
dikategorikan telah punah.
5.
Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa, tari
Pagalung, dan tari Pabbatte (biasanya digelar pada saat pesta panen).
13
PERMAINAN.
Beberapa permainan khas yang sering dijumpai di masyarakat Bugis
(Pinrang) yaitu seperti : Mallogo, Mappadendang, Magasing, Mattoajang (ayunan),
getong-getong, Marraga, Mappasajang (layang-layang), Malonggak.
BAB 3.
PENUTUP
TANGGAPAN
14
ikhlas
untuk
memasuki
alam
rumah
tangga
dengan
membersihkan segalanya.
3. Selain mapaccing, dalam adat pernikahan suku Bugis juga terdapat
acara mapparola atau mappaenre botting acara ini dilakukan oleh
keluarga mempelai laki-laki dan mempelai perempuan untuk
bersilaturahmi satu sama lain (religious).
4. Masyarakat suku Bugis pada masa yang lalu memiliki nilai religious
yang kurang, hal ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari mereka
yang sering menyembah berhala di dalam gua atau gunung atau pohon
keramat. Tetapi mereka mengaku menunaikan shalat, berpuasa, serta
berzakat.
5. Dalam acara adat panen suku Bugis terdapat ritual pesta panen
mappadendang yang didalamnya terdapat nilai kearifan atau bentuk
suka cita dan kesyukuran pada sang Khalik untuk hasil panen yang
melimpah. Selain itu dalam acara panen tersebut juga terdapat nilai
budaya, ritual mappadendang ini dimaksudkan untuk mempertahankan
warisan budaya leluhur yang dikhawatirkan akan ditinggalkan oleh
generasi muda.
15
6. Suku Bugis juga memiliki nilai-nilai seni yaitu baik dari seni music
maupun seni tari. Alat music khas yang digunakan masyarakat suku
Bugis seperti kecapi, sinrili, gendang, dan suling. Selain alat music
suku Bugis juga memiliki tari-tarian yang indah seperti tari pelangi,
tari paddupa bosara, tari pattenung, tari pajoge dan tari anak
masari,dll.
DAFTAR
PUSTAKA
http://pyandsaputra.blog.com/?p=33
http://ajhierikhapunya.wordpress.com/2011/04/22/makalahtentang-upacara-perkawinan-adat-masyarakat-bugis-bone/
16
http://melayuonline.com/ind/article/read/231/adat-dankebudayaan-suku-bugis
http://id.scribd.com/doc/56623233/SUKU-BUGIS
17