Professional Documents
Culture Documents
Nama Peserta
: Fitria Ratna Sari, dr.
Nama Wahana
: RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Topik
: Kasus Medis Sindrom Nefrotik
Tanggal (kasus)
: 14 Agustus 2015
Nama Pasien
: An. M
No. RM : 862129
Tanggal Presentasi :
Nama Pendamping :
Oktober 2015
Siti Maria Listiawaty, dr.
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Deskripsi :
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Lansia
Bumil
Anak laki-laki, usia 6 tahun datang ke RSUD Gunung Jati diantar orangtuanya dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh sejak 4
minggu sebelum masuk rumah sakit. Bengkak diawali pada daerah kelopak mata dan muka sejak 6 minggu yang lalu, bengkak mulai
timbul terutama pada pagi hari saat bangun tidur, dan berkurang saat siang dan sore hari, bengkak kemudian menjalar ke bagian tubuh
lain sejak 4 minggu sebelum masuk rumah sakit, bengkak makin bertambah, menyebar ke daerah perut, kedua tungkai serta ke kantung
kemaluan. Selama bengkak, ibu pasien mengatakan BAK anaknya berwarna kuning keruh,frekuensi BAK 4 kali dalam sehari. keluhan
nyeri saat BAK (-), mual muntah (-), nyeri perut (-), demam(-), kejang (-), sesak napas (-), BAB tidak ada keluhan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan oedem anasarka: oedem palpebra (+/+), asites(+), oedem tungkai (+/+), oedem scrotum
(+). Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan : protein total 3,83 mg/dl, albumin 1,73 mg/dl, kolesterol total 497, urin rutin:
protein urin +4.
Tujuan :
Mendiagnosis Sindrom Nefrotik dan mengetahui terapi yang tepat.
Mengidentifikasi masalah yang dapat terjadi.
Memberikan edukasi yang tepat.
Menilai prognosis penyakit.
Bahan bahasan :
Tinjauan Pustaka
Riset
Cara membahas :
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Kasus
Email
Data pasien :
Nama RS :
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Nama : An. M
Telp : -
Audit
Pos
2. Riwayat pengobatan:
Ibu penderita pernah membawa berobat ke dokter, diberikan obat (ibu penderita lupa nama obatnya), tetapi tidak ada perbaikan,
2
Mengangkat kepala
: 3 bulan
Duduk
: 6 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Kesan
: Tumbuh Kembang anak sesuai dengan umur.
13. Lain-lain :
KeadaanUmum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,4C
Nadi : 88x/menit (bradikardia relatif)
Pernafasan : 22 x/menit
Antopometri
BB skr
: 19 kg
BB dulu
: 17 kg
TB
: 108 cm
LP
: 57 cm
LLA
: 15 cm
BBI
: 20 kg
Status Gizi
: 19x108 = 0,75
3600
4
Kesan
Status Generalisata
Daftar Pustaka:
1. Alatas, Husein dkk. 2005. Kosensus Tatalaksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak. Unit Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta, h.1-18.
2. Wila Wirya IG, 2002. Sindrom Nefrotik. In: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO, editors. Buku Ajar Nefrologi Anak.
Edisi-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI pp. 381-426
3. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. 2007. Nelson Textbook of Pediatric 18 th ed. Saunders. Philadelpia.
4. Markum, et.al. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Gunawan, AC. 2006. Sindrom Nefrotik: Pathogenesis dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran No. 150. Jakarta, h.50-54
6. Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius : Jakarta
7. Pardede, Sudung O. 2002. Sindrom Nefrotik Infantil. Cermin Dunia Kedokteran No. 134. Jakarta, h.32-37
Hasil Pembelajaran:
1. Membuat diagnosis sindrom nefrotik
2. Mengetahui prinsip tatalaksana sindrom nefrotik
3. Mengetahui masalah apa yang dapat timbul pada sindrom nefrotik
4. Mekanisme sindrom nefrotik dan hubungannya dengan hasil pemeriksaan fisik pada kasus ini
5. Edukasi tentang perjalanan penyakit dan prognosis penyakit pada pasien.
berlanjut ke dalam kumparan kapiler perifer, menyebabkan reduplikasi membrane basalis (jejak-trem atau kontur lengkap). Kelainan ini
sering ditemukan pada nefritis setelah infeksi streptococcus yang progresif dan pada sindrom nefrotik. Ada MPGN tipe I dan tipe II.
10
apabila yang keluar terdiri dari molekul kecil misalnya albumin. Sedangkan non-selektif apabila protein yang keluar terdiri dari
molekul besar seperti immunoglobulin. Selektivitas proteinuria ditentukan oleh keutuhan struktur MBG.
Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemi disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan peningkatan katabolisme albumin di ginjal. Sintesis protein
di hati biasanya meningkat (namun tidak memadai untuk mengganti kehilangan albumin dalam urin), tetapi mungkin normal atau
menurun.
Edema
Edema pada SN dapat diterangkan dengan teori underfill dan overfill. Teori underfill menjelaskan bahwa hipoalbuminemia
merupakan faktor kunci terjadinya edema pada SN. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma sehingg
cairan bergeser dari intravaskular ke jaringan intestitium dan terjadi edema. Akibat penurunan tekanan onkotik plasma dan
bergesernya cairan plasma terjadi hipovolemia dan ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan retensi natrium dan air.
Mekanisme kompensasi ini akan memperbaiki volume intravaskular tetapi juga akan mengeksaserbasi terjadinya hipoalbuminemia
sehingga edema semakin berlanjut.
Teori overfill menjelaskan bahwa retensi natrium adalah defek renal utama. Retensi natrium oleh ginjal menyebabkan cairan
ekstraseluler meningkat sehingga terjadi edema. Penurunan laju filtrasi glomerulus akibat kerusakan ginjal akan menambah retensi
natrium dan edema akibat teraktivasinya sistem Renin-angiotensin-aldosteron terutama kenaikan konsentrasi hormone aldosteron
yang akan mempengaruhi sel-sel tubulus ginjal untuk mengabsorbsi ion natrium sehingga ekskresi ion natrium (natriuresis)
menurun. Selain itu juga terjadi kenaikan aktivasi saraf simpatetik dan konsentrasi katekolamin yang menyebabkan tahanan atau
resistensi vaskuler glomerulus meningkat, hal ini mengakibatkan penurunan LFG dan kenaikan desakan Starling kapiler peritubuler
sehingga terjadi penurunan ekskresi natrium.
Hiperlipidemia
Kolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), trigliserida meningkat sedangkan high
density lipoprotein (HDL) dapat meningkat, normal, atau menurun. Hal ini disebabkan peningkatan sintesis lipid di hepar dan
penurunan katabolisme di perifer (penurunan pengeluaran lipoprotein, VLDL, kilomikron dan intermediate density lipoprotein dari
darah). Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan albumin serum dan penurunan tekanan onkotik.
11
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adalah edema yang menyeluruh dan terdistribusi mengikuti gaya gravitasi bumi.
Edema sering ditemukan dimulai dari daerah wajah dan kelopak mata pada pagi hari, yang kemudian menghilang, digantikan oleh edema
di daerah pretibial pada sore hari.
Anak biasanya datang dengan keluhan edema ringan, dimana awalnya terjadi di sekitar mata dan ekstremitas bawah. Sindrom
nefrotik pada mulanya diduga sebagai gangguan alergi karena pembengkakan periorbital yang menurun dari hari ke hari. Seiring waktu,
edema semakin meluas, dengan pembentukan asites, efusi pleura, dan edema genital. Anoreksia, iritabilitas, nyeri perut, dan diare sering
terjadi. Hipertensi dan hematuria jarang ditemukan. Differensial diagnosis untuk anak dengan edema adalah penyakit hati, penyakit jantung
kongenital, glomerulonefritis akut atau kronis, dan malnutrisi protein.
Asites sering ditemukan tanpa odem anasarka, terutama pada anak kecil dan bayi yang jaringannya lebih resisten terhadap
pembentukan edema interstisial dibandingkan anak yang lebih besar. Efusi transudat lain sering ditemukan, seperti efusi pleura. Bila tidak
diobati edema dapat menjadi anasarka, sampai ke skrotum atau daerah vulva.
Pada pemeriksaan fisik harus disertai pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar perut, dan tekanan darah. Tekanan darah
umunya normal atau rendah, namun 21% pasien mempunyai tekanan darah tinggi yang sifatnya sementara, terutama pada pasien yang
pernah mengalami deplesi volume intravaskuler berat. Keadaan ini disebabkan oleh sekresi rennin berlebihan, sekresi aldosteron, dan
vasokonstriktor lainnnya, sebagai respon tubuh terhadap hipovolemia. Pada sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM) dan
glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS) jarang ditemukan hipertensi yang menetap. Dalam laporan ISKDC (Internasional Study of
Kidney Disease in Children), pada SNKM ditemukan 22% disertai hematuria mikroskopik, 15-20% disertai hipertensi, dan 32% dengan
peningkatan kadar kreatinin dan ureum darah yang bersifat bersementara. Pasien sindrom nefrotik perlu diwaspadai sebagai gejala syok
dikarenakan kekurangan perfusi ke daerah splanchnik atau akibat peritonitis.
Diagnosis banding antara lain Diabetic Nephropathy, Light Chain-Associated Renal Disorders, Focal Segmental
Glomerulosclerosis, Glomerulonephritis akut/kronis, HIV Nephropathy, IgA Nephropathy.
Diagnosis Banding edema antara lain:
Renal (Sindrom Nefrotik, Glomerulonefritis Akut,Gagal Ginjal Akut), Jantung, Hepar, Malnutrisi
12
13
Tirah baring dan istirahat yang cukup. Hal ini dilakukan karena pada pasien ini terdapat oedem anasarka yang dapat memperburuk
kondisi pasien. Dengan tirah baring diharapkan aktivitas dibatasi agar pasien dapat banyak istirahat, penyerapan obat lebih baik,
mobilisasi dilakukan secara bertahap, penderita diperbolehkan duduk,
selama di rawat di rumah sakit dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa:
Pemeriksaan darah rutin dan urin lengkap/ 24 jam
Tampung Urin output/ 24 jam
Asupan cairan input/ 24 jam
Observasi tanda vital/ 8 jam
Timbang Berat Badan setiap hari
Ukur lingkar perut setiap hari
Pantau intake cairan pasien
Diitetik
Diit rendah garam haya diperlukan selama anak menderita edema, diit rendah garam 1-2gr/hari
Tujuan dari diit rendah garam adalah untuk mengurangi retensi natrium yang dapat memperberat fungsi ginjal.
Pemberian diit tinggi protein untuk mengganti protein yang hilang bersama urin merupakan kontraindikasi pada sindrom
nefrotik karena akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein yang akhirnya
menyebabkan sklerosis glomerulus. Cukup berikan diit protein normal, yaitu 1,5- 2gr/ kgBB/hari, pada pasien ini beri diit
protein 30-40gr/hari
14
Diit rendah kolesterol diperlukan karena pada pasien ini terdapat hiperkolesterolemia akibat peningkatan sintesis lipid. Diit
rendah kolesterol <600mg/hari
Diuretik
Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat, berikan loop diuretik seperti furosemid 1-3mg/kkgBB/hari.
Pada pasien ini dikarenakan adanya edema berat maka diberikan furosemid 20mg iv pelan
Sebelum pemberian diuretik, perlu disingkirkan kemungkinan hipovolemia. Pada pemakaian diuretik lebih dari 1-2 minggu,
perlu dilakukan pemantauan elektrolit kalium dan natrium darah.
Bila pemberian diuretic tidak berhasil, (edema refrakter) biasanya terjadi karena hipovolemia/ hipoalbuminemia berat
(<1gr/dl) berikan infuse albumin 20-25% dengan dosis 1gr/kgBB selama 2-4jam untuk menarik cairan dari jaringan
interstisial . setelahnya kembali berikan furosemid 1-2mg.kgbb. pada pasien ini diberikan transfusi albumin 25%
suspensi albumin dapat diberikan selang-sehari untuk memberi kesempatan pergeseran cairan dan mencegah overload
cairan. Bila asites sedemikian berat sehingga mengganggu pernapasan dapat dilakukan pungsi asites berulang.
Kortikosteroid
Terapi inisial pada anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa kontraindikasi steroid adalah pemberian prednisone
dosis penuh (full dose) 60 mg/m2 LPB/hari (maksimal 80mg/hari), dibagi dalam 3 dosis, untuk menginduksi remisi.
Dosis prednisone dihitung berdasarkan berat badan ideal (berat badan terhadap tinggi badan).
Pada pasien ini BBI: 20kg, LPT: 0,75
dosis prednisone : 60x 0,75 = 45 dibagi dalam 3 dosis 3-3-3 tab
Prednisone dalam dosis penuh inisial diberikan selama 4 minggu. Setelah pemberian steroid dalam 2 minggu pertama,
remisi telah terjadi pada 80% kasus, dan remisi mencapai 94% setelah pengobatan steroid 4 minggu.
Bila terjadi remisi pada 4 minggu pertama, maka pemberian steroid dilanjutkan dengan 4 minggu kedua dengan dosis
40mg/m2 LPB/hari (2/3 dosis awal) secara alternating (selang sehari), 1 kali sehari setelah makan pagi. Bila setelah 4
minggu pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi remisi, pasien dinyatakan sebagai resisten steroid.
15
Antibiotik
Antibiotik diberikan karena pada sindrom nefrotik mudah terjadi infeksi dan paling sering adalah selulitis dan peritonitis.
Bila terjadi penyulit infeksi bakterial (pneumonia pneumokokal atau peritonitis, selulitis, sepsis, ISK) diberikan antibiotik
yang sesuai dan dapat disertai pemberian immunoglobulin G intravena. Untuk mencegah infeksi digunakan vaksin
pneumokokus
Pada pasien ini diberikan inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr iv
Pendidikan:
16
Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita (menjelaskan mengenai sindrom nefrotik, penyebab edema, hipertensi,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia)
2 Edukasi mengenai komplikasi sindrom nefrotik (dapat terjadi infeksi, selulitis,sepsis, ISK, pneumonia, peritonitis)
3 Edukasi tentang pentingnya kontrol rutin untuk mengurangi faktor komplikasi
4 Edukasi mengenai pola makan yang sehat dan seimbang, mempertahankan berat badan normal untuk pasien SN- kolaborasi dengan
gizi klinik (membatasi asupan garam (diit rendah garam),diet rendah kolesterol<600mg/hari, diet cukup protein 1,5-2 gr/kgbb/hari.
5 Pasien sindrom nefrotik yang sedang mendapat pengobatan kortikosteroid >2 mg/kgbb/ hari atau total >20 mg/hari, selama lebih
dari 14 hari merupakan pasien imunokompromais. Pasien SN dalam keadaan ini dan dalam 6 minggu setelah obat dihentikan
hanya boleh diberikan vaksin virus mati, seperti IPV (inactivated polio vaccine).
6 Setelah penghentian prednison selama 6 minggu dapat diberikan vaksin virus hidup, seperti polio oral, campak, MMR, varisela.
7 Semua anak dengan sindrom nefrotik sangat dianjurkan untuk mendapat imunisasi terhadap infeksi pneumokokus dan varisela
8 Menjelaskan bahwa sebagian besar anak dengan sindrom nefrotik yang berespons terhadap steroid akan mengalami kekambuhan
berkali-kali sampai penyakitnya menyembuh sendiri secara spontan menjelang usia akhir sekade kedua.
9 Yang penting adalah, menunjukkan pada keluarganya bahwa anak tersebut tidak akan menderita disfungsi ginjal, bahwa
penyakitnya biasanya tidak herediter, dan bahwa anak akan tetap fertil (bila tidak ada terapi siklofosfamid atau klorambusil). Untuk
memperkecil efek psikologis sindrom nefrotik, ditekankan bahwa selama masa remisi anak tersebut normal serta tidak perlu
pembatasan diet dan aktivitas.
Konsultasi: Pasien dikonsultasikan kepada dokter anak dan gizi klinik
17
Disusun oleh:
Fitria Ratna Sari, dr.
Dokter Internship RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Pendamping:
Siti Maria Listiawaty, dr.
18