Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Tradisi menyirih dilakukan oleh berbagai kalangan dan usia serta biasanya
dilakukan pria. Berdasarkan penelitian Patill et al di India, sebanyak 367 pria
(51,9%) memiliki tradisi menyirih sedangkan hanya 69 wanita (34,4%) yang
memiliki tradisi tersebut6. Tradisi menyirih lebih sering dilakukan oleh
masyarakat dengan usia 51-60 tahun5.
Menyirih dianggap sangat baik karena mengandung sejumlah besar
vitamin dan mineral. Enam lembar daun sirih yang ditambahkan dengan sedikit
kapur sebanding dengan 300 ml susu sapi terutama dalam kandungan vitamin dan
mineral7,8. Selain itu, menyirih juga dapat menghilangkan rasa lapar, menyegarkan
mulut, memiliki efek euphoria dan dapat menstimulasi air ludah. Namun, apabila
dilakukan berlebihan dapat menyebabkan atirisi pada gigi, kelainan periodontal,
gangguan pada temporomandibular joint (TMJ) serta kelainan pada rongga mulut.
Salah satu kelainan rongga mulut yang dapat terjadi yakni leukoplakia5,8.
Menurut WHO, leukoplakia merupakan suatu lesi putih pada mukosa
mulut yang tidak dapat diangkat dan tidak sesuai untuk diagnosis klinis lesi yang
lain serta tidak dapat diklasifikasikan sebagai penyakit lainnya 9. Gambaran klinis
yang terlihat pada leukoplakia menunjukkan bercak putih yang dapat terlokalisir
pada bagian mukosa mulut maupun meluas ke daerah lain 9,10. Pada beberapa orang
yang
memiliki
kebiasaan
menyirih
dengan
komposisi
tembakau
akan
menunjukkan bercak putih pada daerah mukosa yang ditempatkan campuran sirih.
Efek yang terjadi tergantung dari durasi, frekuensi, dan daerah yang ditempatkan
sirih. Biopsi diperlukan untuk menegakkan diagnosa leukoplakia karena lesi ini
merupakan prekursor terjadinya OSCC (Oral Squamous Cell Carcinoma) pada
rongga mulut10.
Variabel bebas : frekuensi menyirih dalam sehari, lama kebiasaan menyirih telah
dilakukan.
Variabel terikat : rongga mulut.
Variabel terkontrol : masyarakat desa Tanjung Beringin, umur, jenis kelamin.