Professional Documents
Culture Documents
2285 Orchidea Chem Eng Pretreatment Bahan Lignosellulose Full Paper
2285 Orchidea Chem Eng Pretreatment Bahan Lignosellulose Full Paper
Bioethanol Production
Orchidea Rachmaniah, Andi Krishnanta W., and Dedy Ricardo
Department of Chemical Engineering, FTI ITS Surabaya, Telp. 031-5946240, Fax. 031-5999282
Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia. Email: orchideaceae@yahoo.com
Abstract
The use of lignocellulosic biomass residues as a feedstock offers good prespectives for large scale production of fuel
ethanol at competitive costs. Many physio-chemical structural and compositional factors hinder the digestibility of
cellulose present in lignocellulosic biomass. The goal of any pretreatment technology is to alter or remove structural
and compositional impediments to hydrolysis in order to improve the rate of hydrolysis and increase yields of
fermentable sugars from cellulose or hemicellulose. Furthermore, pretreatment processing conditions must be
tailored to the specific chemical and structural composition of the various, and variable, sources of lignocellulosic
biomass. This paper objectives are to study the effect of acid concentrations (H2SO4) and acid-hydrolysis time on the
yield of glucose. Decreasing of inhibitor coumpounds (formic acid and phenol monomer coumpound) were also
investigated by two different types of detoxification methode. It was found that with the use of higher acid
concentration, higher glucose yield could be reached. 59,1378% by weight of glucose yield was obtained by 0,75
w/w sulfuric acid concentration within 45 minutes of hydrolysis time. Detoxification methodes were decreased
glucose yield in the range 15-25%, formic acid in the range 25-30%, and phenol monomer in the range 20-25%.
Both of those methodes did not give any significant result on glucose, formic acid and phenol monomer decreasing
yield.
Keywords: bagasse, ethanol, detoxification, acid-hydrolysis
Pendahuluan
Produksi minyak bumi dunia diperkirakan akan
turun hingga 20 billion barrels pada tahun 2050.
Ketersediaan sumber energi minyak yang cenderung
turun dari tahun ke tahun memicu adanya usaha-usaha
untuk mencari sumber energi alternatif yang dapat
diperbarui dan ramah lingkungan. Etanol adalah salah
satu bentuk energi alternatif yang ditawarkan.
Meningkatnya permintaan akan etanol sebagai sumber
energi mengancam keseimbangan ketersediaan bahan
baku untuk pangan, pakan, dan untuk sumber energi.
Sehingga perlu dipikirkan bahan baku yang tepat
untuk produksi etanol tanpa mengancam ketersediaan
pangan. Bagasse adalah bahan yang tepat yang dapat
digunakan untuk memproduksi etanol. Selain berharga
murah, belum banyak dimanfaatkan, bagasse
mengandung serat/lignosellulosa yang dapat pecah
menjadi gula sederhana yang akhirnya diubah menjadi
etanol melalui proses fermentasi. Untuk memecah
lignosellulosa menjadi gula sederhana yang siap
difermentasi diperlukan metode pretreatment yaitu
hidrolisa. Metode hidrolisa asam encer lebih unggul
dibandingkan metode lain dan hidrolisa secara
enzimatik. Mengingat metode ini tidak memerlukan
Pretratment
Pengeringan (105oC, 16 jam)
Pengecilan ukuran (120 mesh)
Hidrolisa asam
5 g, solid /liquid ratio = 0,05 w/w, 155oC, 10 bar
- konsentrasi H2SO4 (0,25, 0,5 dan 0,75 w/w)
- Waktu hidrolisa (5, 15, 30 dan 45 min)
filtrasi
Hidrolisat
analisa glukosa, as. Formiat, dan
phenol monomer
detoksifikasi
+ Ca(OH)2 hingga pH = 10
+ H2SO4 hingga pH = 5,5
Hidrolisat
analisa glukosa, as. Formiat,
phenol monomer
Hidrolisat
analisa glukosa, as. Formiat,
phenol monomer
Tabel 1. Perolehan yield glukosa (%) pada kondisi hirolisa 121 126 oC dan 1-1,5 bar.
Waktu Konsentrasi H2SO4 (w/w)
No
(menit)
0,25
0,75
1
70
5,4078
13,5463
90
5,8407
13,7195
110
5,4944
10,0831
130
5,2346
18,7411
Tabel 2. Perolehan yield glukosa (%) pada kondisi hidroliasa 125 oC dan 1 atm
Waktu Konsentrasi H2SO4 (w/w)
No
(menit)
0,25
0,75
1
180
6,2736
16,1437
200
6,1870
15,2779
220
6,3602
19,6069
240
6,4468
21,3385
Gambar 2. Yield glukosa (%) hasil hidrolisa asam pada kondisi 155oC, 10 bar dengan berbagai konsentrasi asam
(H2SO4) dan waktu reaksi.
Gambar 3. Yield glukosa (%) sebelum dan setelah proses detoksifikasi (kondisi hidrolisa:155oC, 10 bar, 45 menit
waktu hidrolisa dan berbagai konsentrasi asam (H2SO4)).
Detoksifikasi bertujuan agar hidrolisat yang dihasilkan
mempunyai kandungan inhibitor yang lebih kecil,
selain itu juga mengatur pH agar tidak mengganggu
pertumbuhan bakteri pada proses
fermentasi
pembentukan etanol. Gambar 3 menunjukkan bahwa
yield glukosa setelah detoksifikasi mengalami
penurunan sebesar 1525%. Hal ini tampak pada
konsentrasi 0,75 w/w sebelum detoksifikasi yield
Gambar 4. Kadar asam formiat (%) sebelum dan setelah proses detoksifikasi (kondisi hidrolisa:155oC, 10 bar, 45
menit waktu hidrolisa dan berbagai konsentrasi asam (H2SO4)).
Asam formiat dan senyawa phenol monomer yang
terdapat dalam hidrolisat memiliki pengaruh yang
sangat besar
terhadap proses
fermentasi
pembentukan etanol, karena sifatnya sebagai inhibitor.
Oleh karena itu, dalam hidrolisat diinginkan produk
inhibitor seminimal mungkin. Gambar 4 diatas
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
H2SO4 maka kadar asam formiat juga semakin besar.
Kadar asam formiat terbesar yaitu 17,637% dengan
yield glukosa maksimum 59,1378% tercapai pada
konsentrasi H2SO4 0,75 w/w. Hal ini mengindikasikan
bahwa dengan konsentrasi yang tinggi, glukosa dan
senyawa gula lainnya akan lebih banyak terdegradasi
membentuk hydroxymethylfurfural dan furfural yang
Gambar 5. Kadar Phenol monomer (luas area) sebelum dan setelah proses detoksifikasi (kondisi hidrolisa:155oC,
10 bar, 45 menit waktu hidrolisa dan berbagai konsentrasi asam (H2SO4)).
Kecenderungan hasil yang sama juga terdapat pada
kandungan phenol monomer, yang dalam hal ini
dideteksi sebagai vanilin (www.valcobond.com).
Terlihat pada Gambar 5, sebelum detoksifikasi kadar
asam fomiat pada konsentrasi asam 0,25 w/w sebesar
2,57x106 (luas area pada kromatogram), sedangkan
pada metode detoksifikasi 1 kadar asam formiat
sebesar 1,99x106 (luas area pada kromatogram) dan
dengan metode detoksifikasi 2 diperoleh kadar
2,03x106 (luas area pada kromatogram). Data tersebut
menunjukkan bahwa proses detoksifikasi memberikan
penurunan kadar phenol monomer 2025%, namun
kedua metode detoksifikasi tersebut tidak memberikan
perbedaan yang cukup signifikan terhadap penurunan
kadar phenol monomer. Hasil penurunan kandungan
asam formiat dan senyawa phenol monomer dengan
kedua metode detoksifikasi yang dilakukan tidaklah
signifikan dimungkinkan karena pH hidrolisat akhir
yang diinginkan sama (pH = 5,5).
Kesimpulan
Hasil penelitian memberikan kesimpulan sebagai
berikut: semakin tinggi konsentrasi asam (H2SO4) dan
waktu hidrolisa maka yield glukosa yang diperoleh
akan semakin besar, yield glukosa maksimal sebesar
59,1378% diperoleh pada kondisi 155oC, 10 bar
dengan konsentrasi H2SO4 0,75 (w/w) selama 45
menit; tahap detoksifikasi mengakibatkan penurunan
kandungan glukosa 1525 %, asam formiat 2530%
dan senyawa phenol monomer sebesar 2025 %; dan
kedua metode detoksifikasi yang digunakan tidak
memberikan hasil yang signifikan (perbedaan yang
terjadi berkisar 25%) terhadap penurunan kandungan
senyawa inhibitor
monomer).
(asam
formiat
dan
phenol
Daftar Pustaka
Anonim, 2008. The potential impacts of biofuels on
biodiversity. Convention on Biological Diversity.
UNEP, UNESCO, Bonn, Germany.
Anonim, 2007. New and emerging issues relating to
the conservation and sustainable use of
biodiversity. Biodiversity and liquid biofuel
production. Convention on Biological Diversity.
UNEP, UNESCO, Paris, France.
Balat, M., balat H., Oz C., 2008. Progress in
bioethanol processing. Progress in Energy and
Combustion Science.
Del Campo, I., Alegria, I., Zazpe, m., Echeverria, M.,
Echeverria, I., 2006. Diluted acid hydrolysis
pretreatment of agri-food wastes for bioethanol
production. Industrial Crops and Products, 24:
214 221.
Iranmahboob, J., Nadim, F., Monemi, S., 2002.
Optimizing acid-hydrlysis: a critical step for
production of ethanol from mixed wood chips.
Biomass and Bioenergy, 22: 401 404.
Kim, Jun Seok., Hong, Suk In., Lee, Yoon. Y., 2002.
Bed-Shrinking Flow-Through Reactor in Dilute
Acid Hydrolysis of Cane Bagasse Cellulose. Ind.
Eng. Chem., 8:432 436.
Larsson, S., Palmqvist, E., Hahn-Hgerdal, B.,
Tengborg, B., Stenberg, K., Zacchi, G.,
Nilvebrant, N.O., 1999. The generation of
fermentation inhibitors during dilute acid
hydrolysis of softwood. Enzyme Microb. Technol.,
24, 151-159.