You are on page 1of 77

I.

Page | 1
PENGERTIAN AKIDAH
Akidah berasal dari kata aqadayaqidu-aqdan yang berarti mengikatkan tali,
mengokohkan janji, dan menyatakan ikatan
jual beli. Secara bahasa kata aqidah juga
dapat diartikan cara bicara terpatah-patah
(gagap), terikat, hasil kesepakatan, berjanji
setia, menyerahkan urusan pada orang lain
karena ia dipercaya, persetujuan, dalil,
alasan, ikatan nikah, kalung leher, sukar,
sulit, dan teka-teki yang diambil dari kata
aqida-yaqidu-aqadan.
Dalam Al-Quran kata aqidah berarti
sumpah setia. Firma Allah:




Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta
yang ditinggalkan ibu bapak dan karib
kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya.
Dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah
bersumpah setia dengan mereka, maka
berilah
kepada
mereka
bahagiannya.
Sesungguhnya Allah menyaksikan segala
sesuatu (QS. An-Nisa, 4:33)




Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
aqad-aqad
itu
(perjanjian).
Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika
kamu
sedang
mengerjakan
haji.

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

Page | 2
Sesungguhnya Allah menetapkan hukumhukum menurut yang dikehendaki-Nya (QS.
Al-Maidah, 5:1)








Allah tidak menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud
(untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang
kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar)
sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh
orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa
kamu berikan kepada keluargamu, atau
memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. Barang siapa
tidak sanggup melakukan yang demikian,
maka kaffaratnya puasa selama tiga hari.
Yang demikian itu adalah kaffarat sumpahsumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu
langgar).
Dan
jagalah
sumpahmu.
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur
(kepada-Nya). (QS. Al-Maidah, 5:1)
Aqidah dalam Al-Quran juga dapat
berarti
ikatan
nikah
(QS.
Al-baqarah
2:235&237), kekakuan lidah (QS. Thaha,
20:27), dan ikatan tali (QS. Al-Falaq, 113:4).
Firman Allah:

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

Page | 3





Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang
wanita-wanita itu[148] dengan sindiran[149]
atau kamu menyembunyikan (keinginan
mengawini mereka) dalam hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan menyebutnyebut mereka, dalam pada itu janganlah
kamu mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan (kepada mereka) perkataan
yang ma'ruf. Dan janganlah kamu ber'azam
(bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum
habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya
Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun (QS. Al-baqarah:
235)




Jika kamu
menceraikan
isteri-isterimu
sebelum kamu bercampur dengan mereka,
padahal
sesungguhnya
kamu
sudah
menentukan maharnya, maka bayarlah
seperdua dari mahar yang telah kamu
tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu
mema'afkan atau dima'afkan oleh orang
yang memegang ikatan nikah[151], dan
pema'afan kamu itu lebih dekat kepada

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

Page | 4
takwa. Dan janganlah kamu melupakan
keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Melihat segala apa yang kamu
kerjakan (QS. Al-baqarah: 237)

Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku
(QS. Thaha, 20:27)

Biasanya
tukang-tukang
sihir
dalam
melakukan sihirnya membikin buhul-buhul
dari tali lalu membacakan jampi-jampi
dengan menghembus-hembuskan nafasnya
ke buhul tersebut(QS. Al-Falaq:04)
Kamus
besar
bahasa
Indonesia
memaknai akidah sebagai kepercayaan dasar
atau
keyakinan
pokok.
Berdasarkan
penjelasan diatas baik meurut Al-Quran atau
kamus dapat diartikan bahwa akidah
merupakan perjanjian manusia dengan Tuhan
yang berisi tentang kesediaan manusia untuk
tunduk dan patuh secara sukarela pada
kehendak Allah.
II.
RUANG LINGKUP AKIDAH
a) IMAN KEPADA ALLAH
Kita
mengimani
keberadaan
Allah
sebagai Dzat pencipta dari segala yang ada.
Tanpa adanya Allah maka seluruh dunia dan
segala isinya belum tentu adanya. Esensi dari
iman kepada Allah adalah mentauhidkan
Allah baik mengesakan-Nya dalam dzat, afal,
maupun asma wa shifat. Kata tauhid sendiri
berasal dari bahasa arab yang berasal dari
kata
yang berarti satu.
Secara istilah tauhid merupakan suatu
bentuk mengimani rububiyah Allah, artinya
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

Page | 5
bahwa Allah adalah Rabb (pencipta),
Penguasa dan Pengatur segala yang ada di
alam semesta ini. Kita mengimani uluhiyah
Allah, artinya Allah adalah Ilaah (Sembahan)
Yang Haq, sedang segala sembahan selainNya adalah batil. Kita mengimani namanama dan sifat-Nya, artinya bahwa Allah
memiliki nama-nama yang maha indah serta
sifat-sifat yang maha sempurna dan maha
luhur. Dan kita mengimani keesaan Allah
dalam hal itu semua, artinya bahwa Allah
tiada sesuatu pun yang menjadi sekutu bagiNya dalam rububiyah, uluhiyah maupun
dalam asma dan sifat-Nya. Sebagaimana
firman Allah:


(Dia adalah) Tuhan seluruh langit dan bumi
serta semua yang ada di antara keduanya.
Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah
dalam beribadat kepada-Nya. Adakah kamu
mengetahui ada sesuatu yang sama denganNya (yang patut disembah)? (QS. Maryam:
65)
Ayat diatas memerintahkan kepada kita
untuk hanya menyembah pada Allah SWT
dan tidak menyamakan Allah dengan apapun
karena sejatinya semua selain Allah adalah
makhluk. Dalam ayat lain juga dijelaskan:






AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

Page | 6
Allah, tiada sembahan (yang haq) selain Dia,
yang Maha Hidup lagi Maha Menegakkan
(segala urusan makhluk-Nya), tidak pernah
mengantuk dan tidak pernah pula tidur.
Hanya milik-Nya apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi. Tiada yang dapat
memberikan syafaat di sisi Allah tanpa izinNya. Dia mengetahui apa yang ada di
hadapan mereka dan di belakang mereka,
dan mereka tidak dapat mengetahui sesuatu
pun ilmu dari-Nya kecuali dengan kehendakNya. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidaklah merasa berat memelihara
kedua-nya, dan Dialah yang Maha Tinggi lagi
Maha Besar. (QS. Al-Baqarah: 255)
Adapaun penjelasan tentang esensi iman
kepada Allah (tauhid) akan dijelaskan
dibawah ini:
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah adalah sebuah
keyakinan yang kuat bahwasannya Allah
adalah rabb dari segala sesuatu, dan
tidak ada rabb selainNya. Mengesakan
Allah
dalam
kemaha
ciptaan-Nya,
kekuasaan-Nya atas segala sesuatu dan
pengetuyran-Nya atas segala susuatu.
Atau dengan kata lain Allah adalah
subyek mutlak di alam semesta. Allah
yang menciptakan, mengatur, mengubah,
menjalankan,
menambah
dan
mengurangi,
menghidupkan
dan
mematikan. Rububiyah iniharus di pahami
dan diyakini secara totalitas dan tidak
parsial, maka dalam tauhid ini kita harus
senantiasa menghadurkan Allah dalam
setiap musibah yang menimpa, dalam
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

Page | 7
perdagangan, pekerjaan, perjalanan, dan
seluruh aktifitas kehiduan kita.
Tauhid ini menjadi dasar tauhid
uluhiyah dan asma wa shiffa. Karenan
keyakinan Ia adalah yang menciptakan
makhluk, mengaturnya, memberi rizki,
menghidupkan dan mematikannya, harus
menjadi awal ibadah kita. Tidak ada Dzat
yang mampu melakukannya kecuali Allah
SWT. Allah berfirman:






Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru
selain daripada Allah, sesuatu yang tidak
dapat
mendatangkan
kemanfaatan
kepada
kita
dan
tidak
(pula)
mendatangkan kemudharatan kepada
kita dan (apakah) kita akan kembali ke
belakang[488], sesudah Allah memberi
petunjuk kepada kita, seperti orang yang
telah
disesatkan
oleh
syaitan
di
pesawangan yang menakutkan; dalam
keadaan bingung, dia mempunyai kawankawan yang memanggilnya kepada jalan
yang
lurus
(dengan
mengatakan):
"Marilah
ikuti
kami".
Katakanlah:
"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
(yang sebenarnya) petunjuk; dan kita
disuruh agar menyerahkan diri kepada
Tuhan semesta alam (QS. Al-Anam:
71)

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

Page | 8


Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan
langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta
alam (QS. Al-Jatsiyah: 36)








Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam
di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan
cepat,
dan
(diciptakan-Nya
pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing)
tunduk
kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha
Suci
Allah,
Tuhan
semesta
alam.
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas(QS.
Al-Arof: 54-55)
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah merupakan sebuah
keyakinan yang mendalam bahwasannya
Allah adalah Illah yang sebenar-benarnya.
Sedangkan
arti
Illah
adalah
yang
disembah (Al-Maluh/AlMabud). Tauhid
inilah yang membedakan dengan jelas

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

Page | 9
antara yang mukmin dan yang kafir.
Karena, bisa jadi seorang kafir meyakini
adanya allah SWT, tetapi dia dikendalikan
nafsunya
yang
enggan
untuk
menyembah-Nya. Tauhid ini memberi
batas yanng jekas mana yang kafir dan
mana yang muslim.btauhid ini menjdadi
dasar
bagi
paea
rasul
dalam
menyampaikan risalah yang dibawahnya.
Firman Allah:





Dan sungguhnya Kami telah mengutus
rasul
pada
tiap-tiap
umat
(untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut[826] itu", maka di
antara umat itu ada orang-orang yang
diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah
kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul) (QS. AnNahl: 36)

Sesungguhnya
aku
menghadapkan
diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung
kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan
Tuhan(QS.
AlAnam: 79)

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 10
Tauhid uluhiyah ini terdiri atas
bangunan keikhlasan ibadah kepada Allah
baik
yang
nampak
maupun
yang
tersembunyi. Ikhlas dalam cinta, takut,
harapan, doa, tawakkal, dan taat. Pilar
utama dalamibadah adalah cinta, takut,
dan harapan.
Beberapa yang menjadi perhatian
pada tauhid uluhiyah ini adalah:
a. Kewajiban cinta kepada Allah sWT
dan tidak menjadikan manusia
sebagai sndingan allah dalam cinta
kita. Mencintai makhluk melebihi
cinta kepada Allah atau bahkan lebih
mendahulukan
makhluk
dibandingkan Allah. Allah berfirman:






Dan diantara manusia ada orangorang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orangorang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya
orang-orang
yang
berbuat zalim itu[106] mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya, dan
bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal) (QS.
Al-Baqarah: 165)
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 11
Termasuk didalamnya kita tidak
boleh berlebihan mencintai anakanak, bangsa, harta, dan istri. Kita
boleh mencintai semua yang ada di
dunia setelah cinta kita kepada
Allah, karena cinta kepada Allah
harus berada di atas semua cinta.
Cinte dengan apapun dan siapapun
tidak boleh melebihi cinta kepada
Allah.
b. Wajib mengesakan Allah dalam doa,
tawakkal,
dan
harapan.
Allah
berfirman:



Mereka tidak menunggu-nunggu
kecuali (kejadian-kejadian) yang
sama
dengan
kejadian-kejadian
(yang menimpa) orang-orang yang
telah terdahulu sebelum mereka.
Katakanlah:
"Maka
tunggulah,
sesungguhnya akupun termasuk
orang-orang
yang
menunggu
bersama kamu" (QS. Yunus:102)



Berkatalah dua orang diantara


orang-orang yang takut (kepada
Allah) yang Allah telah memberi
nikmat atas keduanya: "Serbulah
mereka
dengan
melalui
pintu
gerbang (kota) itu, maka bila kamu

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 12
memasukinya niscaya kamu akan
menang. Dan hanya kepada Allah
hendaknya kamu bertawakkal, jika
kamu benar-benar orang yang
beriman" (QS. Al-Maidah: 23)


Sesungguhnya orang-orang yang


beriman,
orang-orang
yang
berhijrah dan berjihad di jalan Allah,
mereka itu mengharapkan rahmat
Allah, dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (Al-Baqarah:
218)
Intinya tidak ada permohonan,
permintaan, dan doa melainkan
hanya kepada Allah.
c. Wajib mengesakan Allah dalam takut
pada-Nya, namun perlu dibedakan
antara takut ibadah dengan takut
fitrah. Allah berfirman:



Allah berfirman: "Janganlah kamu
menyembah
dua
tuhan;
sesungguhnya Dialah Tuhan Yang
Maha Esa, maka hendaklah kepadaKu saja kamu takut" (QS. An-Nahl:
51)
Takut ibadah adalah meyakini bahwa
manusia
dapat
mendatangkan
kemudlaratan
baginya.
Sesungguhnya tidak ada satupun
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 13
manusia
yang
mendatangkan
kemudlaratan kepada kita terkecuali
atas izin Allah SWT. Biasanya criri
takut ibadah ini adalah perasaan
dalam hati setiap kali disebut
seseorang
atau
sesuatu
yang
ditakutinya. Misalnya takut pada
penguasa,
dukun,
hantu,
dan
lainnya. Takut seperti ini tidak
diperbolehkan
oleh
agama.
Sedangkan takut fitrah seperti
halnya
ketakutan
hewan
akan
pemangsa. Ini diperbolehkan dan
tidak berdampak pada tauhid karena
hal
itu
merupakakn
fitrah
manusiawi. Hal penting dalam
mengelolah ketakutan adalah jika
kita takut pada Allah bukan berarti
kita menjahui Allah seperti halnya
jika kita takut pada hewan buas
semisal
ular,
namun
dalam
ketakutan terhadapa Allah wajib
hukumnya bagi kita untuk terus
mendekati Allah.
d. Mengesakan Allah
dalam segala
bentuk
peribadatan
badaniyah
(perbuatan) seperti shalat, ruku,
sujud, shaum, kurban, dan thawaf.
Begitu
juga
dengan
seluruh
peribadatan qauliyah (perkataan)
seperti nadzar istighfar, dan lainnya.
Allah berfirman:



Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 14
dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan
Allah,
maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar (QS. An-Nisa: 48)
3. Tauhid Asma wa shiffat
Pengertiannya:
memahaminya,
menghafalnya,
mengakuinya,
menyembah
kepada
Allah
SWT
dengannya,
dan
mengamalkan
tuntutannya. Maka, mengenal sifat-sifat
keagungan, kebesaran, kemuliaan, dan
keagungan Allah SWT akan mengisi hati
semua hamba karena membesarkan dan
mengagungkan-Nya.
Mengenal
sifat
kemuliaan,
kemampuan,
kekuasaan
mengisi hati sifat hina, tunduk, dan
merendahkan diri di hadapan Rabb-nya.
Mengenal
sifat-sifat
kasih
sayang,
kebaikan, pemurah, dan pemberi mengisi
hari rasa ingin dan berharap pada
karunia, kebaikan, dan kemurahan Allah
SWT. Mengenal sifat ilmu dan meliputi,
mengharuskan
bagi
hamba
sifat
muraqabah kepada Rabb-nya dalam
segala gerak geriknya. Gabungan semua
sifat ini mengharuskan seorang hamba
untuk memiliki sifat mahabbah (cinta),
rindu,
bahagia
dekat
dengan-Nya,
tawakkal, dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT saja, tidak ada sekutu bagi-Nya
Tauhid asma wa shiffat meruapakan
keyakinan yang mendalam bahwasannya
Allah SWT disifati dengan sifat-sifat yang
sempurna, dan terhindar dari ketidak
sempurnaan.
Sifat-sifat
Allah
yang
sempurna itu tidak boleh disertai
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 15
pengubahan (tahrif) baik lafadz maupun
maknanya
(tathil),
menanyakan
bagaimana (takyiti), dan menyeripakan
dengan sifat mahluk (tasybih).
Kita menetapkan bagi Allah SWT
asma` dan sifat (Nama-nama yang indah
dan
sifat-sifat
yang
mulia)
yang
ditetapkan-Nya untuk diri-Nya atau yang
ditetapkan oleh Rasulullah SAW bagi-Nya.
Kita beriman kepada-Nya dan kepada
yang diindikasikan atasnya berupa ma'na
dan pengaruh. Maka, kita beriman bahwa
Allah SWT

( Maha Pengasih) dan



pengertiannya
adalah
bahwa
Dia
mempunyai sifat kasih sayang. Dan di
antara pengaruh dari nama ini: bahwa
Dia memberikan kasih sayang kepada
orang yang dikehendaki-Nya. Dan, seperti
inilah penjelasan pada nama-nama yang
lain. Kita menetapkan hal itu berdasarkan
atas sifat dan asma` yang pantas bagi
kebesaran Allah SWT tanpa ada tahrif
(mengubah lafazh dan membelokkan
makna sebenarnya), ta'thil (pengingkaran
seluruh atau sebagian asma` dan sifat
Allah
SWT),
takyif
(menanyakan
bagaimana Allah SWT), dan tamtsil
(menyerupakan
Allah
SWT
dengan
makhluk-Nya berdasarkan firman Allah
SWT:

Tidak ada sesuatupun yang serupa


dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat (QS. AsySyura:11)
Kita mengetahui dan meyakini bahwa
hanya Allah SWT semata yang memiliki
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 16
nama-nama yang indah dan sifat-sifat
yang tinggi dan kita berdoa kepada-Nya
dengannya:
1. Firman Allah SWT:



Hanya milik Allah SWT asma-ul husna,
maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asma-ul husna itu dan
tinggalakanlah
orang-orang
yang
menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut)
nama-nama-Nya.
Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap
apa yang telah mereka kerjakan. (QS. AlA'raaf :180)
2. Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya
Allah SWT bersabda, "Sesungguhnya
Allah SWT mempunyai 99 nama, seratus
kurang satu. Barangsiapa yang dapat
menghitungnya niscaya ia masuk surga."
Muttafqun 'alaih.
Sifat-sifat Allah termaktub dalam AlQuran dan Ash-Sunnah terbagi menjadi
dua, pertama sifat Dzatiyah yaitu sifat
yang melekat yang tidak bisa dipisahkan
pada Dza-Nya. Seperti ilmu, Maha Hidup,
Berkuasa, Maha Tinggi, Maha Kaya dan
Maha Penyayang. Sedangkan yang kedua
adalah sifat Filiah yaitu yang berkaitan
dengan kehendak dan qadrat-Nya, seperti
istiwa (bersemayam), turun, datang,
ridho, cinta, benci, murka, bahagia,
marah, dan makar.
Asma` Allah SWT mengindikasikan
atas sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Ia
(asma`) diambil dari sifat. Maka, ia adalah
asma` dan sifat, karena itulah ia menjadi
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 17
indah. Dan, mengetahui Allah SWT, asma
dan sifat-Nya merupakan ilmu yang
paling mulia, paling agung dan paling
wajib. Di antara asma` Allah SWT adalah:
1. Allah: yaitu yang disembah, dicintai,
diagungkan oleh semua makhluk,
tunduk bagi-Nya dan kembali kepadaNya dalam segala kebutuhan.
2. Ar-Rahman ar-Rahim: Dia Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang:
yang rahmat-Nya meliputi segala
sesuatu.
3. Al-Malik:Dia Yang Maha Memiliki:
yang memiliki semua makhluk.
4. Al-Maalik: Dia Raja: yang merajai
semua pemilik, raja-raja dan hamba.
5. Al-Maliik: Pemilik Kerajaan:
yang
terlaksana perintah-Nya di dalam
kerajaan-Nya.
Di
Tangan-Nya
kerajaan. Dia memberikan kerajaan
kepada orang yang dikehendaki-Nya
dan mengambil kerajaan dari orang
yang Dia kehendaki.
6. Al-Quddus (Yang Maha Suci): yang
Maha Suci dari kekurangan dan cela,
yang diberikan sifat dengan sifat
kesempurnaan.
7. As-Salaam
(Yang
Memberi
Keselamatan,
Yang
Melimpahkan
kesejahteraan, Yang Terhindar dari
segala kekurangan): yang terhindar
dari segala cela, penyakit, dan
kekurangan.
8. Al-Mukmin
(Yang
Memberi
Keamanan): yang makhluk-Nya aman
dari
perbuatan
zhalim-Nya.
Dia
menciptakan
keamanan
dan
memberikan
nikmat
dengannya
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 18
kepada hamba-Nya yang dikehendakiNya.
9. Al-Muhaimin
(Yang
Maha
Memelihara), Yang Maha Menyaksikan
apa saja dari makhluk-Nya, tiada
suatu pun yang gaib dari-Nya.
10.Al-'Aziz (Yang Maha Perkasa): Yang
milik-Nya semua keperkasaan. Dia-lah
yang maha perkasa yang tidak ada
tandingannya. Yang Maha Perkasa
yang tidak bisa dikalahkan, Yang
Maha Kuat lagi keras, yang semua
makhluk tunduk kepada-Nya.
11.Al-Jabbar
(Yang
Maha
Kuasa
memaksakan semua kehendak-Nya
kepada semua makhluk-Nya): Yang
Maha Tinggi di atas makhluk-Nya,
yang berkuasa terhadap mereka
menurut yang Dia kehendaki, yang
memiliki alam jagat raya dan
kebesaran yang memaksa hamba-Nya
dan memperbaiki kondisi mereka.
12.Al-Mutakabbir (Yang Mempunyai
segala kebesaran dan keagungan):
yang mempunyai kebesaran dari sifat,
maka tidak ada sesuatu yang
seumpama-Nya, yang mempunyai
keagungan dari setiap yang buruk
dan zalim.
13.Al-Kabir (Yang Maha Besar): Yang
segala sesuatu adalah kecil di bawahNya. Milik-Nya kebesaran di langit dan
bumi.
14.Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta): Yang
menciptakan makhluk tanpa ada
contoh sebelumnya.
15.Al-Khallaaq
:
Yang
telah
menciptakan dan terus menciptakan
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 19
segala sesuatu dengan kekuasaanNya.
16.Al-Baari` (Yang Mengadakan): Yang
mengadakan makhluk, maka Dia
mengadakan
mereka
dengan
kekuasaan,
dan
membedakan
sebagian makhluk-Nya dari yang lain
serta menjadikan mereka bebas.
17.Al-Mushawwir (Yang Membentuk
rupa): Yang memunculkan makhlukNya berdasarkan rupa yang berbedabeda, berupa panjang dan pendek,
besar dan kecil.
18.Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi):
Yang
bermurah
hati
dengan
pemberian dan nikmat secara terus
menerus.
19.Ar-Razzaq (Yang Maha Pemberi
Rizqi): yang rizqi-Nya meluasi semua
makhluk.
20.Ar-Raziiq (Yang Memberi Rizqi): Yang
menciptakan
segala
rizqi
dan
menyampaikannya kepada makhlukNya.
21.Al-Ghafur al-Ghaffar (Yang Maha
pengampun): yang dikenal dengan
pengampunan dan maaf.
22.Al-Ghaafir : Yang menutupi dosa
hamba-Nya.
23.Al-Qaahir
(Yang
mempunyai
kekuasaan tertinggi): Yang maha
tinggi, yang mempunyai kekuasaan
tertinggi di atas hamba-hamba-Nya.
Yang tunduk bagi-Nya semua jiwa dan
menghinakan diri kepada-Nya orangorang yang kuat.
24.Al-Qahhar
(Yang
Maha
Mengalahkan): Yang mengalahkan
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 20
semua makhluk menurut apa yang
dikehendaki-Nya. Dia-lah Yang Maha
Mengalahkan dan apa yang selainNya dikalahkan.
25.Al-Fattah
(Yang
Maha
Pemberi
Keputusan): Yang memutuskan di
antara hamba-Nya dengan benar dan
adil, dan Dia membuka untuk mereka
pintu-pintu rahmat dan rizqi, Yang
Maha Penolong bagi hamba-hambaNya yang beriman, Yang menyendiri
mengetahui kunci-kunci yang gaib.
26.Al-'Aliim (Yang Maha Mengetahui):
Yang tidak ada sesuatu yang samar
atasnya. Yang Maha Mengetahui
rahasia dan yang samar, segala yang
nampak dan yang tersembunyi,
ucapan dan perbuatan, yang gaib dan
nyata, Dia Maha Mengetahui yang
gaib.
27.Al-Majiid (Yang Maha Mulia/Yang
Maha Terpuji): Yang dipuji dengan
perbuatan-Nya. Makhluk-Nya memujiNya karena keagungan-Nya. Dia-lah
yang dipuji di atas kemuliaan,
keagungan, dan kebaikan-Nya.
28.Ar-Rabb: Yang Maha Memiliki lagi
Mengatur (semua makhluk), Rabb
segala yang memiliki, Yang memiliki
segala makhluk, yang mengatur
makhluk-Nya dan mengatur perkara
mereka di dunia dan akhirat. Tidak
ada ilah (yang berhak disembah)
selain-Nya. Dan tidak ada Rabb
selain-Nya.
29.Al-'Azhim (Yang Maha Agung): Yang
memiliki keagungan dan kebesaran
dalam kerajaan dan kekuasaan-Nya.
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 21
30.Al-Waasi' (Yang Maha Luas karuniaNya): Yang rahmat-Nya meluasi
segala sesuatu, rizqi-Nya meluasi
semua
makhluk,
Maha
luas
keagungan, kerajaan, dan kekuasaan,
Maha luas karunia dan kebaikan.
31.Al-Karim
(Yang
Maha
Pemurah/Mulia):
Yang
memiliki
kemampuan
yang
besar,
Yang
mempunyai kebaikan yang banyak
secara terus menerus. Maha suci dari
kekurangan dan aib.
32.Al-Akram (Yang Paling Pemurah):
Yang
meliputi
semua
dengan
pemberian dan karunia-Nya.
33.Al-Waduud (Yang Maha Pengasih):
Yang mencintai bagi orang yang taat
dan
kembali
kepada-Nya.
Yang
memuji mereka. Yang berbuat baik
kepada mereka dan selain mereka.
34.Al-Muqit (Yang berkuasa memberi
rizqi kepada setiap makhluk, Yang
menjaga dan melindungi): Yang
menjaga
segala
sesuatu,
Yang
mengurus segala sesuatu, Yang
memberikan rizqi kepada semua
makhluk.
35.As-Syakuur (Yang Maha Mensyukuri):
Yang
melipat
gandakan
segala
kebaikan dan menghapus segala
kesalahan.
36.Asy-Syaakir (Yang Mensyukuri amal
kebaikan
hamba-Nya):
Yang
mensyukuri perbuatan taat yang
sedikit, lalu Dia memberikan pahala
yang besar, memberikan nikmat yang
banyak, ridha terhadap syukur yang
sedikit.
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 22
37.Al-Lathiif (Yang Maha Halus, Yang
Maha lembut terhadap hamba-Nya):
Yang tidak ada sesuatu yang samar
atas-Nya, Yang berbuat kebaikan
kepada hamba-Nya, Yang bersikap
lembut kepada mereka dari tempat
yang tidak mereka ketahui, Maha
Halus
yang
tidak
ditemukan
penglihatan.
38.Al-Halim (Yang Maha penyantun):
Yang tidak segera menyiksa hambahamba-Nya karena perbuatan dosa
mereka, bahkan Dia memberikan
tempo agar mereka bertaubat.
39.Al-Khabiir (Yang Maha Mengenal,
Yang Maha Mengetahui): Yang tidak
ada sesuatu yang samar atas-Nya
dari urusan makhluk-Nya, dari yang
bergerak dan berdiam diri, berbicara
dan membisu, dan yang kecil dan
besar.
40.Al-Hafiizh (Yang Maha Pemelihara):
Yang memelihara apa yang telah Dia
ciptakan. Ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu.
41.Al-Haafizh: Yang memelihara amal
perbuatan hamba dan menjaga
kekasih-kekasih-Nya dari terjatuh di
dalam dosa.
42.Ar-Raqiib (Yang Maha Mengawasi):
Yang mengawasi hamba-Nya di dalam
semua kondisi mereka. Yang Maha
Memelihara, Yang tidak pernah gaib
dari apa yang dipeliharanya.
43.As-Samii' (Yang Maha Mendengar):
Yang
mendengar
semua
suara.
Pendengaran-Nya
meluasi
segala
suara. Mendengar sesuatu tidak
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 23
mengganggu-Nya dari mendengar
yang lain, kendati berbeda lisan,
bahasa, dan kebutuhan. Tidak ada
perbedaan di sisi-Nya yang rahasia
dan terang-terangan, yang dekat dan
yang jauh.
44.Al-Bashir (Yang Maha Melihat): Yang
melihat segala sesuatu. Yang Maha
Mengetahui segala kebutuhan dan
perbuatan hamba. Siapa yang berhak
mendapat petunjuk dan siapa yang
berhak mendapat kesesatan. Tidak
ada sesuatu yang terlupakan/hilang
dari-Nya. Tidak ada sesuatu yang gaib
dari-Nya.
45.Al-'Ali, al-A'la, al-Muta'aal (Yang
Maha Tinggi, Yang Paling Tinggi) :
Yang
memiliki
ketinggian
dan
terangkat.
Yang
segala
sesuatu
berada di bawah kekuasaan-Nya. Dia
Yang Maha Agung, Yang tidak ada
yang lebih agung dari-Nya. Yang Maha
Tinggi, tidak ada yang lebih tinggi
dari-Nya. Yang Maha Besar, tidak ada
yang lebih besar dari-Nya.
46.Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana):
Yang meletakkan segala sesuatu pada
tempatnya dengan
hikmah
dan
keadilan-Nya. Yang Maha Bijaksana
dalam perkataan dan perbuatan-Nya.
47.Al-Hakam
al-Hakim:
Yang
diserahkan hukum kepada-Nya, maka
Dia tidak berbuat aniaya dan tidak
berbuat zalim kepada seseorang.
48.Al-Qayyum (Yang Tegak dan terus
menerus mengurus makhluk-Nya):
Yang berdiri dengan diri-Nya sendiri,
maka
Dia
tidak
membutuhkan
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 24
seseorang.
Yang
menegakkan/mengurus
selain-Nya.
Yang
tegak
mengurus
semua
makhluk, tidak pernah mengantuk
dan tidak pula tidur.
49.Al-Wahid, al-Ahad (Yang Satu, Yang
Tunggal): Yang menyendiri dengan
segala kesempurnaan, tidak ada
sesuatupun yang menyekutui-Nya
padanya.
50.Al-Hayy (Yang Maha Hidup): Yang
Kekal, tidak akan pernah mati dan
tidak pula binasa.
51.Al-Haasib, al-Hasiib (Yang memberi
kecukupan dengan kadar yang tepat):
Yang memberi kecukupan kepada
hamba-Nya yang selalu mereka
butuhkan darinya, yang menghisab
hamba-Nya.
52.Asy-Syahid
(Yang
Maha
Menyaksikan):
Yang
menyaksikan
segala
sesuatu.
Yang
ilmu-Nya
meliputi
segala
sesuatu.
Yang
menyaksikan untuk dan atas hambaNya dengan apa yang mereka
perbuat.
53.Al-Qawiyy, al-Matiin (Yang Maha
Kuat, Yang Maha Kokoh): Yang
Memiliki kekuatan sempurna. Tidak
ada yang bisa mengalahkan-Nya.
Yang lari tidak bisa lepas dari-Nya.
Yang Maha Kuat yang tidak terputus
kekuatan-Nya.
54.Al-Waliyy (Yang Melindungi): Yang
memiliki pengaturan.
55.Al-Maula: Yang mencintai, menolong,
membantu hamba-hamba-Nya yang
beriman.
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 25
56.Al-Hamid (Yang Maha Terpuji): Yang
berhak mendapat pujian. Yang dipuji
atas asma` dan sifat-Nya, perbuatan
dan
ucapan-Nya,
kebaikan-Nya,
syari'at dan kekuasaan-Nya.
57.As-Shamad (Yang Maha Sempurna,
Yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu):
Yang
mencapai
kesempurnaan dalam kepemimpinanNya, keagungan, dan kemurahan-Nya,
yang
digantungkan
kepada-Nya
dalam segala kebutuhan.
58.Al-Qadiir, al-Qaadir, al-Muqtadir
(Yang Maha Kuasa, Yang Maha
Berkuasa):
Yang
sempurna
kekuasaan. Tidak ada sesuatu yang
melemahkan-Nya. Tidak ada sesuatu
yang luput darinya. Yang memiliki
kekuasaan yang sempurna, kekal dan
mencakup/meliputi.
59.Al-Wakiil (Pemelihara, Pelindung):
Yang melaksanakan semua urusan
hamba.
60.Al-Kafiil: Yang memelihara segala
sesuatu, Yang tegak di atas semua
jiwa, Yang menjamin rizqi semua
hamba,
dan
memelihara
kemashlahatan mereka.
61.Al-Ghaniyy (Yang Maha Kaya): Yang
Maha Kaya dari makhluk, Dia tidak
membutuhkan pada seseorang secara
absolut.
62.Al-Haqq, al-Mubiin (Yang Benar):
Yang tidak ada keraguan akan
keberadaan-Nya, Yang tidak samar
atas makhluk-Nya.
63.Al-Mubiin (Yang menjelaskan segala
sesuatu
menurut
hakikat
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 26
sebenarnya):
Yang
menjelaskan
kepada
makhluk-Nya
jalan-jalan
keselamatan di dunia dan akhirat.
64.An-Nuur
(Pemberi
Cahaya):Yang
menerangi
langit
dan
bumi.
Menerangi hati orang-orang yang
beriman
dengan
mengenal
dan
beriman kepada-Nya.
65.Dzul Jalaali wal Ikraam (Yang
memiliki kebesaran dan karunia):
Yang berhak ditakuti dan dipuji
atasnya sendirian-Nya. Yang memiliki
keagungan dan kebesaran. Yang
memiliki rahmat dan kebaikan.
66.Al-Barr
(Yang
Melimpahkan
kebaikan): Yang Maha Penyayang
terhadap hamba-Nya, Yang Mengasihi
mereka, Yang Melimpahkan kebaikan
kepada mereka.
67.At-Tawwab (Yang Maha Penerima
taubat): Yang menerima taubat orangorang yang bertaubat, mengampuni
dosa orang-orang yang kembali,
menciptakan
taubat
dan
menerimanya dari hamba-hambaNya.
68.Al-'Afuww (Yang Maha Pemaaf): Yang
maaf-Nya meluasi semua dosa yang
berasal
dari
hamba-hamba-Nya,
terutama bila disertai taubat dan
istighfar.
69.Ar-Rau`uf: Yang memiliki belas kasih.
Ar-Ra`fah:
kasih
sayang
yang
tertinggi.
70.Al-Awwaal: Yang telah ada sebelum
segala sesuatu.
71.Al-Akhir: Yang tidak ada sesuatu
sesudah-Nya.
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 27
72.Azh-Zhahir:
Yang
tidak
ada
sesuatupun di atas-Nya.
73.Al-Bathin: Yang tidak ada sesuatupun
di bawah-Nya.
74.Al-Warits: Yang tetap ada setelah
punahnya
semua
makhluk-Nya.
Kepada-Nya kembali segala sesuatu,
Yang hidup tidak pernah mati.
75.Al-Muhith (Yang meliputi terhadap
segala sesuatu): Yang kekuasaan-Nya
mencakup
semua
makhluk-Nya,
mereka
tidak
pernah
mampu
melepaskan diri atau lari dari-Nya.
Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.
Menghitung segala sesuatu.
76.Al-Qariib (Yang Maha Dekat): dari
setiap orang. Yang dekat dari yang
berdoa dan yang mendekatkan diri
kepada-Nya dengan berbagai macam
perbuatan taat dan kebaikan.
77.Al-Haadi
(Yang
Maha
Pemberi
petunjuk): Yang memberi petunjuk
kepada semua makhluk menuju
kebaikan mereka. Yang memberi
hidayah kepada hamba-hamba-Nya.
Yang menjelaskan kepada mereka
jalan yang haq dari yang batil.
78.Al-Badii' (Yang Maha Pencipta): Yang
tidak ada yang serupa dan sebanding
bagi-Nya. Yang menciptakan semua
makhluk tanpa contoh sebelumnya.
79.Al-Faathir: Yang menciptakan semua
makhluk. Menciptakan langit dan
bumi yang sebelumnya tidak ada.
80.Al-Kaafi (Yang Melindungi hambahamba-Nya):
Yang
memberi
kecukupan kepada semua hamba-Nya

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 28
apa yang mereka perlukan dan
butuhkan.
81.Al-Ghalib:
Yang
mengalahkan
selamanya. Yang mengalahkan semua
yang meminta. Tidak ada seseorang
yang bisa menolak keputusan-Nya,
atau menghalangi apa yang telah
berlalu. Tidak ada yang menolak
qadha-Nya.
Tidak
ada
yang
mengkritik hukum-Nya.
82.An-Naashir,
an-Nashir:
Yang
menolong para rasul dan para
pengikut mereka atas musuh-musuh
mereka. Di Tangan-Nya pertolongan,
tidak ada sekutu bagi-Nya.
83.Al-Musta'aan
(Yang
diminta
pertolongan): Yang tidak meminta
pertolongan,
bahkan
dimohon
pertolongan dari-Nya. Kekasih-kekasih
dan
musuh-musuh-Nya
meminta
pertolongan kepada-Nya. Dia SWT
memberi pertolongan kepada mereka
dan mereka?.
84.Dzul Ma'arij: Yang naik kepada-Nya
para malaikat dan ar-Ruh (Jibril a.s),
dan naik kepada-Nya segala amal
perbuatan dan ucapan yang Shaleh
dan baik.
85.Dzuth-Thaul:
Yang
menguraikan
karunia, nikmat, dan pemberian
kepada hamba-Nya.
86.Dzul Fadhl: Yang memiliki segala
sesuatu, memberi karunia kepada
hamba-hamba-Nya dengan berbagai
macam ni'mat.
87.Ar-Rafiiq (Yang Maha Lembut, Maha
Halus): Yang menyukai kelembutan
dan pelakunya. Maha belas kasih
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 29
kepada hamba-hamba-Nya lagi Maha
Penyayang kepada mereka.
88.Al-Jamiil (Yang Maha Indah): pada
dzat, asma`, sifat, dan perbuatanNya.
89.Ath-Thayyib: Yang Maha Suci dari
kekurangan dan cacat.
90.Asy-Syafi (Yang Menyembuhkan):
bagi setiap penyakit sendirian-Nya,
tidak ada sekutu bagi-Nya.
91.As-Subbuh: Yang Maha Suci dari
cacat dan kekurangan, Yang bertasbih
bagi-Nya tujuh lapis langit dan bumi
serta yang ada di atasnya, bertasbih
dengan pujian-Nya segala sesuatu.
92.Al-Witr (Yang Maha Esa, Tunggal,
Ganjil): Yang tidak ada sekutu
baginya, tidak ada yang serupa dan
sebanding. Ganjil yang menyukai
ganjil dari amal dan taat.
93.Ad-Dayyan (Yang Maha Kuasa): Yang
menghisab hamba dan membalas
mereka, dan memutuskan di antara
mereka pada hari pembalasan.
94.Al-Muqaddim, al-Mu`akhkhir (Yang
Mendahulukan, Yang Mengakhirkan):
mendahulukan dan mengakhirkan
siapa dikehendakinya, mengangkat
dan merendahkan siapa dikehendakiNya.
95.Al-Hannan: Yang Maha Penyayang
terhadap hamba-Nya, memuliakan
orang-orang yang berbuat baik dan
mengampuni yang bersalah.
96.Al-Mannan (Yang Maha Pemberi,
Yang Maha Pemurah): Yang memulai
pemberian sebelum diminta, banyak
memberi, memberi nikmat kepada
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 30
hamba-hamba-Nya dengan berbagai
macam kebaikan, nikmat, rizqi dan
pemberian.
97.Al-Qaabidh (Yang Menyempitkan
rizqi): Yang menyempitkan kebaktian
dan ma'rufnya dari siapa yang
dikehendaki-Nya.
98.Al-Baasith (Yang Melapangkan rizqi):
Yang menyebarkan karunia-Nya dan
meluaskan riqzi-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki dari hambahamba-Nya.
99.Al-Hayii, as-Sittiir: Yang menyukai
orang yang pemalu dan menutupi
(aib, cela) dari hamba-hamba-Nya.
Menutupi
atas
hamba-Nya
kebanyakan dari dosa dan cela.
100. As-Sayyid: Yang sempurna dalam
kepemimpinan, keagungan, kekuatan,
dan semua sifat-Nya.
101. Al-Muhsin: Yang meliputi semua
makhluk
dengan
kebaikan
dan
karunia-Nya.
Namun dalam berinteraksi dengan
Tauhid Asma wa shiffat ini, kita tidak
boleh sedikitpun mempersamakan Allah
dengan makhluk-Nya. Meskipun ada
beberapa aktivitas manusia yang sama
dalam bahasa dengan faal Allah. Cinta,
benci, sertamurka manusia berbeda
dengan Cinta, Benci, serta Murka Allah.
Menyamakan Allah dengan makhluk
adalah perbuatan dosa yang tidak akan
diampuni sampai kapanpun (kufur).
Seperti
umat
Nasrani
yang
mempersamakan Allah dengan Al-masih
ibnu
Maryam,orang
yahudi
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 31
mempersamakan uzair dengan allah, dan
kaum-kaum musyrik yang lain yang
menyamakan Allah dengan berhala atau
benda-benda alam lainnya.
b) IMAN KEPADA PARA MALAIKAT ALLAH
Kita mengimani kebenaran adanya para
malaikat Allah.Dan para malaikat itu,
sebagaimana firman-Nya:



Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah
hamba-hamba yang dimuliakan, tidak pernah
mereka
itu
mendahului-Nya
dengan
perkataan
dan
mereka
mengerjakan
perintah-perintah-Nya. (QS. Al-Anbiya: 2627)
Mereka diciptakan Allah, maka mereka
beribadah kepada-Nya dan mematuhi segala
perintah-Nya. Firman
Allah:




Dan malaikat-malaikat yang disisi-Nya
mereka tiada bersikap angkuh untuk
beribadah kepada-Nya
dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu
bertasbih malam dan siang tiada hentihentinya. (QS. Al-Anbiya: 19-20)
Mereka tidak ditampakkan Allah kepada
kita, sehingga kita tidak dapat melihat
mereka.
Tetapi
kadangkala
Allah
memperlihatkan mereka kepada sebagian
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 32
hamba-hamba- Nya. Seperti halnya Nabi,
pernah melihat Jibril menurut wujudnya yang
sebenarnya memiliki enam ratus sayap dan
menutupi ufuk.1) Jibril telah datang kepada
Maryam
dan
berbicara
dengannya.2)
Demikian juga, Jibril telah datang kepada
Nabi Muhammad SAW. ketika para sahabat
berada di sisi beliau, dengan menyerupai
seorang laki-laki yang berpakaian serba putih
dan sangat hitam rambutnya, tak tampak
pada dirinyatanda-tanda bekas bepergian
jauh, namun tak seorang sahabat pun
mengenalinya. Lalu duduklah ia di hadapan
Nabi dengan menyandarkan kedua lututnya
kepada kedua lutut beliau dan meletakkan
kedua telapak tangannya ke atas kedua paha
beliau, kemudian menanyakan beberapa hal
kepada Nabi dan beliau pun menjawabnya.
Setelah ia pergi dan menghilang, Nabi
memberitahu para sahabat bahwa orang lakilaki tersebut adalah Jibril.
Kita mengimani bahwa para malaikat
mempunyai tugast-ugas yang dilimpahkan
kepada mereka. Di antara beribu-ribu
malaikat Allah, ada sepuluh malaikat yang
wajib diketahui oleh semua umat islam. Yakni:
1.
Jibril, bertugas menyampaikan wahyu
yang datang dari Allah kepada para
nabi dan rasul yang dikehendaki-Nya.
2.
Mikail, dilimpahkan tugas tentang
hujan dan tanaman atau membagi
rizeki.
3.
Israfil, dilimpahkan tugas meniup
sangkakala pada saat seluruh makhluk
hendak dimatikan dan pada hari
mereka dibangkitkan.
4.
Izrail, bertugas mencabut nyawa
makhluk yang akan mati.
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

5.
6.

P a g e | 33
Munkar,
bertugas
memberi
pertanyakan sekaligus penanya pada
manusia yang telah mati di alam kubur.
Nakir, bertugas memberi pertanyakan
sekaligus penanya pada manusia yang
telah mati di alam kubur.





(Yaitu) ketika dua orang malaikat
mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk (mengintai) di sebelah kanan dan
yang lain duduk (mengintai) di sebelah kiri.
Tiada suatu perkataan yang diucapkan
melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaf: 1718)
Malaikat yang dilimpahi tugas untuk
menanyai orang yang meninggal. Setelah
orang itu dikuburkan, maka akan didatangi
dua malaikat yang akan menanyakan
kepadanya: siapa Tuhannya, apa agamanya
dan siapa nabinya. Adapun orang yang
beriman dia akan diteguhkan Allah dengan
ucapan yang teguh (kalimat tauhid);
sedangkan orang yang zhalim dia akan
disesatkan-Nya. Firman-Nya:



Allah meneguhkan
beriman

oerang-orang

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

yang

P a g e | 34
dengan ucapan yang teguh di dalam
kehidupan dunia dan di akhirat, dan Allah
menyesatkan orang-orang yang zhalim, dan
Allah
memperbuat
apa
yang
Dia
kehendaki. (QS. Ibrahim: 27)
7.
8.
9.
10.

Raqib, bertugas mencatat semua amal


perbuatan
manusia
yang
baik
(khasanah) selama hidup di dunia
Atid, bertugas mencatat semua amal
perbuatan
manusia
yang
buruk
(sayyiah) selama hidup di dunia
Malik,
malaikat
yang
bertugas
menjaga neraka
Ridlwan, bertugas menjaga syurga
Allah

dan para malaikat masuk (mengunjungi)


mereka dari semua pintu (Surga) seraya
mengucapkan:
Keselamatan
atasmu,
berkat kesabaranmu. Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu. (QS. ArRad: 23-24)
Selain sepuluh malaikat yang wajib
diketahui, masih banyak malaikat-malaikat
yang lain yang mempunyai tugas dan
peranan yang berbeda sesuai tugas yang
diterima dari Allah. Selain itu, Nabi telah
memberitakan bahwa Al-Bait Al-Mamur yang
ada di atas langit dimasuki (dalam riwayat
lain, bershalat di dalamnya) setiap harinya
tujuh puluh ribu malaikat, setelah mereka
keluar darinya tidak kembali lagi.
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 35
c) IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Kita mengimani bahwa Allah SWT telah
menurunkan kepada rasul-Nya kitab-kitab
sebagai hujjah buat umat manusia pada
masa dan rasul tertentu yang sesuai. Sebagai
pedoman hidup bagi orang-orang yang
mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah
para rasul mengajarkan kepada umatnya
kebenaran dan membersihkan jiwa mereka
dari kemusyrikan. Kita mengimani bahwa
Allah SWT telah menurunkan kitab kepada
para rasul, karena Allah SWT telah berfirman:





Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul
kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan kepada
mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar
manusia melaksanakan keadilan. (QS. AlHadid: 25)
Kitab-kitab Allah yang wajib diyakini oleh
umat islam yang diturunkan kepada para
rasulnya berjumlah empat. Dari kitab-kitab
yang kita kenal adalah:
1. Taurat, yang diturunkan Allah kepada
Nabi
Musa
AS
merupakan
kitab
terpenting bagi Bani Israil. Firman Allah:




AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 36
Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kitab Taurat yang berisi tentang
petunjuk dan nur, dengan kitab itu
diputuskan perkara orang-orang Yahudi
oleh nabi-nabi yang berserah diri
(kepada Allah), oleh orang-orang alim
dan
pendeta-pendeta
meraka,
disebabkan mereka telah diperintahkan
untuk memelihara kitab Allah dan
mereka menjadi saksi atasnya (QS.
Al-Maidah: 44)
2. Injil, diturunkan Allah kepada Nabi Isa
AS sebagai pembenar dan pelengkap
Taurat. firman Allah:





Dan
Kami
telah
memberikan
kepadanya (Isa) Injil yang berisi
petunjuk
dan
nur,
dan
sebagai
pembenar kitab yang sebelumnya yaitu
Taurat, serta sebagai petunjuk dan
pengajaran bagi orang-orang yang
bertaqwa. (QS. Al-Maidah: 46)


Dan
(aku
datang
kepadamu)
membenarkan Taurat yang datang
sebelumku, dan untuk menghalalkan
bagimu
sebagian
yang
telah
diharamkan bagimu (QS. Al-Imran:
50)
3. Zabur, kitab yang diberikan Allah SWT
kepada Nabi Daud AS
4. Al-Quran
Al-Azhim,
kitab
yang
diturunkan
Allah
kepada
Nabi
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 37
Muhammad, penutup para nabi. firman
Allah:



Bulan Ramadhan yang diturunkan
padanya (permulaan) Al-Quran sebagai
petunjuk bagi umat manusia dan
penjelasan-penjelasan
mengenai
petunjuk itu dan pembeda antara yang
haq dan yang batil (QS. Al Baqarah:
185)



Dan Kami telah turunkan kepadamu
kitab (Al-Quran) ini dengan membawa
kebenaran, membenarkan kitab-kitab
yang
sebelumnya
dan
menjadi
saksiatasnya.. (QS. Al-Maidah: 48)
Maka dengan diturunkannya Al-Quran,
Allah mencabut keberlakuan hukum kitabkitab yang sebelumnya dan menjamin untuk
memeliharanya dari tindakan jahat orangorang yang mau merusaknya serta orangorang yang ingin merubahnya, karena AlQuran akan tetap lestari menjadi bukti yang
nyata bagi seluruh makhluk sampai datang
hari Kiamat nanti. Firman Allah:


Sesungguhnya Kami telah menurunkan AdzDzikir (Al-Quran) dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr:
9)

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 38
Adapun kitab-kitab yang terdahulu
sifatnya adalah sementara, berakhir dengan
turunnya kitab lain yang menghapuskan
masa
keberlakuan
hukumnya
serta
menerangkan penyelewengan dan perubahan
yang telah terjadi padanya. Untuk itu maka
kitab-kitab tersebut tidak mendapatkan
jaminan perlindungan dari Allah sehingga
mengalami perubahan, penambahan dan
pengurangan,
sebagaimana
dinyatakan
dalam firman Allah:

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka


mengubah kalimat-kalimat (Allah dalam
Taurat)
dari
tempat-tempat
yang
sebenarnya (QS. An-Nisa: 46)




Maka amat celakalah bagi orang-orang
yang menulis Al-Kitab (Taurat) dengan
tangan
mereka
sendiri,
kemudian
mereka berkata: Ini berasal dari Allah
(dengan maksud) untuk mendapatkan
keuntungan yang sedikit dari perbuatan
itu. Maka amat celakalah bagi mereka,
karena apa yang ditulis oleh tangan
mereka, dan amat celaka pula bagi
mereka, akibat apa yang mereka
kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 79)
5. Shuhuf
(lembaran-lembaran)
yang
diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan
Nabi Musa.
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 39
d) IMAN KEPADA RASUL-RASUL
Seorang Muslim beriman dan percaya
bahwa Allah SWT telah memilih di antara
umat manusia sejumlah nabi dan rasul
sebagai utusan-Nya kepada ummat manusia.
Allah SWT mengutus para nabi dan rasul
untuk membawa kabar gembira kepada
ummat manusia tentang kenikmatan abadi
yang disediakan bagi mereka yang beriman,
dan memperingatkan mereka tentang akibat
kekufuran (syirik). Merekapun memberi
teladan tingkah laku yang baik dan mulia
bagi manusia, antara lain dalam bentuk
ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji dan
istiqomah. Sebagaiman firman Allah:

(Kami telah mengutus mereka) sebagai


rasul-rasul pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan, supaya tiada alasan
bagi manusia membantah Allah sesudah
(diutusnya) rasul-rasul itu. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. AnNisa:165)
Walaupun tugas Nabi dan Rasul adalah
sama dari segi tugas penyampaian wahyu,
tetapi kedua istilah ini maknanya berbeda.
Sebagian kaum Muslimin berpendapat bahwa
nabi atau rasul adalah orang yang menerima
wahyu Allah untuk dilaksanakan terutama
untuk
dirinya
sendiri;
lalu
jika
ia
diperintahkan Allah untuk menyampaikan
wahyu itu kepada manusia, maka ia disebut
Rasul. Tetapi jika tidak demikian, maka ia
disebut Nabi. Pendapat ini terasa ganjil
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 40
terdengar. Sebab, mungkinkah seorang Nabi
tidak diberikan tugas untuk menyampaikan
wahyu kepada umat manusia? Apakah Nabi
hanya diutus Allah untuk melaksanakan
agama Allah untuk dirinya sendiri?
Sesungguhnya, arti Nabi adalah orang
yang
dipilih
Allah
yang
diwahyukan
kepadanya syari'at Rasul sebelumnya dan
diperintahkan untuk menyampaikan syari'at
itu kepada suatu kaum tertentu. Contohnya
adalah Nabi-nabi Bani Israil seperti nabi Musa
dan Isa. Sedangkan Rasul adalah orang yang
diwahyukan kepadanya suatu syaria't baru
untuk disampaikan kepada kaumnya sendiri
atau suatu kaum. Singkatnya rasul adalah
orang
yang
diperintahkan
untuk
menyampaikan
syari'atnya
sendiri,
sedangkan
nabi
diperintahkan
untuk
menyampaikan syari'at rasul yang lain (rasul
sebelumnya). Firman Allah:

"(Dan) Kami tidak mengutus sebelum kamu
seorang rasulpun dan tidak pula seorang
nabi.." (QS Al Hajj 52)
Imam Baidlawi menafsirkan ayat itu
sebagai berikut: "Rasul adalah orang yang
diutus Allah dengan syari'at yang baru untuk
menyeru manusia kepada-Nya. Sedangkan
Nabi adalah orang yang diutus Allah untuk
menetapkan (menjalankan) syari'at rasulrasul sebelumnya". Dengan batasan yang
jelas ini, dapat dikatakan bahwa Nabi Musa
adalah Nabi sekaligus Rasul. Tetapi Nabi
Harun hanyalah Nabi. Sebab ia tidak
diberikan syari'at yang baru. Sayyidina
Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul.
Namun yang paling istimewa pada diri beliau
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 41
adalah kenabian dan kerasulannya diutus
untuk seluruh umat manusia, bukan hanya
untuk satu kaum tertentu.
Seorang muslim wajib meyakini semua nabi
dan rasul sebagaimana firman Allah SWT:





Katakanlah
(kepada
orang-orang
mukmin): 'Kami beriman kepada Allah dan
apa yang diturunkan kepada kami, dan apa
yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishak, Ya'kub dan anak cucunya, dan apa
yang diturunkan kepada Musa dan Isa, serta
apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari
Rabbnya. Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun diantara mereka dan kami
hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS.AlBaqarah 136).
Seorang Muslim wajib beriman bahwa
Allah telah mengutus sejumlah nabi dan rasul
sebelum Nabi Muhammad SAW. meski tidak
perlu mengetahui berapa jumlah mereka
seluruhnya, siapa nama-nama mereka dan di
mana mereka bertugas. Memang dalam
suatu hadits riwayat Imam Ahmad bin
Hambal dalam kitab musnadnya, dikatakan
bahwa jumlah nabi ada lebih kurang 124.000
orang dan jumlah rasul ada 315 orang.Tetapi
riwayat tersebut bukan hadits mutawatir,
karenanya tidak bisa dijadikan pegangan
dalam bidang aqidah. Sebab aqidah tidak
boleh berlandaskan dalil-dalil yang dzonni
(yang belum pasti kebenarannya, seperti
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 42
hadits ahad). Tetapi ia harus berdasarkan
dalil-dalil yang qothi.
Allah berfirman:


(Dan) sesungguhnya telah Kami utus
beberapa rasul sebelum kamu. Diantara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu
dan di antara mereka ada (pula) yang tidak
Kami ceritakan kepadamu" (QS. Al Mukmin
78).
Ayat ini menyatakan dengan jelas
bahwa
Allah
hanya
memperkenalkan
sebagian dari para nabi dan rasul-Nya. AlQur'an hanya menerangkan (menceritakan)
sebanyak 25 nabi dan rasul saja, yang wajib
dipercayai
kenabian
dan
kerasulannya.
Semua nabi dan rasul sebelum Nabi
Muhammad SAW diutus Allah untuk suatu
bangsa tertentu (baik satu atau beberapa generasi dari suatu bangsa) dan untuk suatu
periode tertentu. Masa berlaku syariat dan
daerah dakwah para nabi terbatas di daerah
dan waktu tertentu sampai datang rasul
penggantinya. Kecuali risalah dakwah Nabi
Muhammad SAW yang bersifat universal,
sebagaimana firman Allah SWT:


"Dan Kami tidak mengutus engkau melainkan
bagi ummat manusia seluruhnya, sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan. Tetapi kebanyakan manusia tidak
(mau) mengetahui." (QS. Saba' 28)

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 43
Dan yang paling mulia di antara para
Rasul itu ialah Nabi Muhammad, kemudian
Nabi Ibrahim, kemudian Nabi Musa, kemudian
Nabi Nuh, kemudian Nabi Isa putera Maryam.
Mereka itulah yang telah disebutkan secara
khusus dalam firman Allah:



Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil
perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu
sendiri (Muhammad), dan dari Nuh, Ibrahim,
Musa dan Isa putera Maryam.Dan Kami telah
mengambil dari mereka perjanjian yang
teguh. (QS. Al-Ahzab: 7)
Berbeda dengan para nabi dan rasul
lainnya, kenabian Muhammad SAW, dapat
dibuktikan secara aqli dengan mukjizatnya
yang abadi, yaitu Al Qur'an. Al-Quran adalah
wahyu Allah sekaligus mukjizat abadi bagi
kenabian Muhammad SAW. Al-Qur'an telah
membungkam orang-orang kafir, terdiam tak
mampu menandingi atau mendatangkan satu
surat saja semisal dalam Al Qur'an. Inilah dalil
yang meyakinkan bahwa
Muhammad SAW adalah seorang nabi
dan rasul.
Sebab, suatu mukjizat hanya
diberikan Allah kepada para nabi dan rasul.
Allah SWT berfirman :
"(Dan) jika kalian (tetap) meragukan AlQur'an yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad SAW), maka buatlah satu
surat (saja) yang semisal Al Qur'an dan
ajaklah para penolong selain Allah, jika kalian
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 44
orang-orang yang benar' (QS Al Baqarah
23).
Kita berkeyakinan bahwa syariat yang
dibawa Nabi dan Rasul adalah benar apalagi
syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW yang mencakup semua keutamaan
syariat-syariat yang dibawa para rasul yang
dimuliakan secara khusus itu, berdasarkan
firman-Nya:




Dia telah mensyariatkan kepada kamu dari
agama ini apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad) serta apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah-pecah di
dalamnya (QS. Asy-Syura: 13)
Selain beriman kepada kenabian dan
kerasulan Muhammad SAW, seorang muslim
wajib pula meyakini bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah khatamun-nabiyyin (penutup
para nabi). Tidak ada lagi nabi dan rasul
sesudahnya sampai hari kiamat. Hal ini
berdasarkan :
1) Firman Allah SWT :



"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak
dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi.
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 45
Dan Allah Mahatahu segala sesuatu" (QS.Al
Ahzab 40)
(2). Hadits Mutawatir :
(a). Hadits mutawatir yang diriwayatkan
Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik:
"Sesunggguhnya risalah kenabian itu telah
habis. Maka tidak ada Nabi dan Rasul
sesudahku".
(b). Hadits shohih riwayat Imam Bukhari,
Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah:
"Sesungguhnya
perumpamaan
diriku
dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama
dengan seseorang yang membuat sebuah
rumah; diperindah dan diperbagusnya
(serta diselesaikan segala sesuatunya)
kecuali tempat (yang disiapkan) untuk
sebuah batu bata di sudut rumah itu.
Orang-orang yang mengelilingi rumah itu
mengaguminya,
tetapi
bertanya
:
"mengapa engkau belum memasang batu
bata itu?' Nabipun berkata ; ' Sayalah batu
bata (terakhir) sebagai penyempurna--itu,
dan sayalah penutup para nabi"
Dengan nash-nash tersebut faham
Ahmadiyah
Qadiyani
yakni
sesudah
Rasulullah SAW masih ada nabi; adalah keliru
(sesat) dan tidak berdasarkan pengertian
bahasa Arab dan syara'. Pemahaman
Qadiyani
tentang
kalimat
"Khatamunnabiyyin" adalah cap (stempel) untuk nabinabi sebelumnya, jelas sangat keliru. Sebab,
pengertian kalimat ini menurut bahasa Arab
adalah "Nabi peghabisan (terakhir)".
Selanjutnya, Kita mengimani bahwa
semua rasul adalah manusia biasa yang
diciptakan Allah, mereka tidak memiliki apa

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 46
pun yang merupakan hak-hak khusus Allah.
Firman Allah:


Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa
ada padaku perbendaharaan Allah dan tidak
(pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak
(pula) aku mengatakan bahwa aku seorang
malaikat (QS. Hud: 31)




aku
tidak
berkuasa
mendatangkan
kemanfaatan bagi diriku sendiri dan tidak
pula (berkuasa) menolak kemadharatan,
melainkan apa yang dikehendaki Allah
(QS. Al-Araf: 188)



Katakanlah (Muhammad): Sesungguhnya
aku tidak berkuasa menolakkan suatu
kemudharatan bagimu dan tidak pula
(berkuasa)
mendatangkan
suatu
kemanfaatan. Katakanlah:
Sesungguhnya
aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat
melindungiku dari Allah dan sekali-kali tiada
akan memperoleh tempat berlindung selain
dari-Nya. (QS. Al-Jinn: 21-22)
Kita mengimani bahwa para rasul adalah
hamba-hamba Allah, dimuliakan Allah dengan
diutus sebagai rasul dan disifati Allah sebagai
hamba yang paling tinggi kedudukannya,

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 47
sebagaimana dalam sanjungan dan pujian
yang disampaikan Allah untuk mereka,
seperti:


(Hai) anak-cucu dari orang-orang yang telah
Kami bawa bersama Nuh, sesungguhnya dia
adalah
seorang
hamba
yang
banyak
bersyukur. (QS. Al-Isra:3)
Kita mengimani bahwa syariat yang
dibawa Rasulullah SAW. adalah agama Islam,
yang telah diridhai Allah sebagai agama
untuk para hamba-Nya, dan mengimani
bahwa Allah tidak akan menerima dari siapa
pun suatu agama selain Islam. Firman Allah:

Sesungguhnya agama (yang haq) menurut
Allah, hanyalah Islam (QS. Al Imran: 19)


Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu
nimat-Ku serta telah Kuridhai Islam itu jadi
agama bagimu (QS. Al-Maidah: 3)
e) IMAN KEPADA HARI AKHIR
Kita mengimani kebenaran adanya hari
Akhirat, yaitu hari Kiamat, yang tiada
kehidupan lain sesudah hari tersebut, ialah
ketika umat manusia dibangkitkan kembali
untuk kehidupan yang kekal dengan masuk
Surga, tempat kebahagiaan yang hakiki; atau
masuk Neraka, tempat siksaan yang pedih.
Untuk itu, kita mengimani kebangkitan,
yaitu dihidupkannya semua makhluk yang
sudah mati oleh Allah di saat malaikat Israfil
meniup sangkakala untuk kedua kalinya.
Allah befirman:
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 48



Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah
siapa yang ada di langit dan siapa yang ada
di bumi kecuali yang dikehendaki Allah,
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi,
maka tiba-tiba mereka bangkit menung-gu
(putusan masing-masing). (QS. Az-Zumar:
68)
Maka bangkitlah umat manusia dari kuburnya
untuk, menghadap kepada Allah, Tuhan alam
semesta, dalam keadaan tidak beralas kaki,
tak berpakaian, dan tidak berkhitan. Firman
Allah:



Sebagaimana Kami memulai penciptaan
pertama,
begitulah
Kami
akan
mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami
tepati,
sesungguhnya
Kami
pasti
melaksanakannya. (QS. Al-Anbiya: 104)
Kita mengimani adanya catatan-catatan
amal yang akan diberikan kepada setiap
manusia. Ada yang mengambilnya dengan
tangan kanan dan ada yang mengambilnya
dari belakang punggungnya dengan tangan
kiri. Firman Allah:

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 49

Adapun orang yang diberikan kitabnya


dengan tangan kanannya, maka dia akan
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah
dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang
sama-sama
beriman)
dengan
gembira.
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari
belakang punggungnya, maka dia akan
berteriak Celakalah aku, dan dia akan
masuk Neraka yang menyalanyala. (QS. AlInsyiqaq: 7-12)




Dan setiap manusia itu telah Kami tetapkan
amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya
kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan
baginya pada hari Kiamat sebuah kitab yang
dijumpainya terbuka. Bacalah kitabmu!
cukuplah dirimu sendiri (pada saat ini)
sebagai penghisab terhadapmu. (QS. AlIsra: 13-14)
Kita mengimani bahwa pada hari Kiamat
akan dipasang timbangan-timbangan, maka
ditimbanglah ketika itu amal perbuatan
manusia. Dan tiada seorang pun yang
diperlakukan zhalim terhadap dirinya. Firman
Allah:
Maka
barangsiapa
yang
mengerjakan
kebaikan sekecil- kecilnya niscaya dia akan
melihat (balasan)nya, dan barangsiapa yang
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 50
mengerjakan kejahatan yang sekecil-kecilnya
niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula.
(Surah Az-Zalzalah: 7-8)
Barangsiapa
yang
berat
timbangan
(kebaikan)nya,
maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung. Dan barangsiapa yang ringan
timbangannya, maka mereka itulah orangorang yang merugikan dirinya
sendiri,
mereka kekal di dalam Neraka Jahanam;
muka mereka dibakar api neraka dan mereka
di dalam neraka itu dalam keadaan yang
mengerikan. (QS. Al-Muminin: 102-104)
Barangsiapa membawa satu kebaikan maka
baginya
balasan
sepuluh
kali
lipat
kebaikannya; dan barang-siapa membawa
satu kejahatan maka dia tidak diberi balasan
kecuali yang seimbang dengan kejahatannya,
sedang mereka sedikitpun tidak dirugikan.
(QS. Al-Anam: 160)
Kita mengimani adanya Syafaat Uzhma
(syafaat agung) yang khusus bagi Rasulullah
SAW. Di saat manusia tertimpa kesusahan
dan penderitaan yang tidak ertanggungkan
oleh Adam, kemudian kepada Nabi Nuh,
kemudian Nabi Ibrahim, kemudian Nabi Musa,
kemudian
Nabi
Isa,
terakhirkepada
Rasulullah _. Maka Rasulullah, dengan seizin
Allah, memberikan syafaat kepada umat
manusia yang sedang dalam keadaan
demikian itu agar mereka diberi keputusanNya.
Kita
mengimani
adanya
syafaat
terhadap kaum muminin yang masuk neraka
bahwa mereka akan dikeluarkan dari neraka
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 51
itu. Syafaat ini adalah bagi Nabi Muhammad
SAW. para nabi lainnya, para malaikat dan
orang-orang mumin.4) Dan kita mengimani
bahwa Allah SWT akan mengeluarkan dari
neraka orang-orang dari kalangan kaum
muminin tanpa melalui syafaat, tetapi
berkat karunia dan rahmat-Nya.
Kita mengimani adanya haudh (telaga)
bagi Rasulullah SAW. Airnya lebih putih
daripada susu, lebih manis daripada madu
dan lebih harum daripada aroma kesturi.
Panjangnya sejauh perjalanan sebulan dan
lebarnya pun sejauh perjalanan sebulan.
Bejana-bejananya seindah dan sebanyak
bintang-bintang di langit. Kaum muminin dari
umat beliau akan meminum dari haudh
tersebut. Siapa yang meminum seteguk air
dari haudh ini tidak akan merasa haus lagi
sesudah
itu.
Kita
mengimani
adanya
jembatan yang direntangkan di atas Neraka
Jahanam, yang akan dilewati umat manusia
sesuai dengan amal perbuatan mereka. Yang
pertama kali melewatinya seperti kilat,
kemudian seperti angin, kemudian seperti
burung terbang dan seperti orang yang lari.
Mereka dibawa oleh amal perbuatan mereka.
Ketika itu, Nabi berdiri di atas jembatan
dengan berdoa: Ya Allah! Selamatkanlah,
selamatkanlah! Sampai datanglah manusia
yang lemah amal perbuatannya, sehingga
mereka tidak dapat berjalan kecuali dengan
merangkak. Pada kedua sisi jembatan
tersebut ada kait-kait yang digantungkan,
diperintahkan untuk mengait siapa yang
telah diperintahkan kepadanya, maka ada
yang terkoyak tetapi selamat dan ada pula
yang tercampakkan ke dalam api neraka.7)

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 52
Kita mengimani setiap berita yang
disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah yang
berkenaan dengan hari Akhirat ini beserta
segala
peristiwanya
yang
mengerikan.
Semoga Allah memberikan pertolongan-Nya
kepada kita untuk menghadapinya.
Kita mengimani adanya syafaat Nabi
bagi para ahli surga untuk memasukinya. Dan
syafaat ini khusus buat Nabi.
Kita mengimani adanya surga dan
neraka. Surga adalah tempat kebahagiaan
yang hakiki, disediakan oleh Allah
untuk
kaum muminin yang muttaqin. Di dalamnya
terdapat segala kenimatan yang belum
pernah terlihat oleh mata, belum pernah
terdengar oleh telinga dan belum pernah
terbesit oleh hati manusia. Firman Allah:


Maka tiada seorang pun mengetahui
apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu
bermacam-macam
nikmat
yang
menyedapkan pandangan mata, sebagai
balasan
terhadap
apa
yang
mereka
kerjakan. (QS. As-Sajdah: 17)
Sedang neraka adalah tempat segala
siksaan, disediakan Allah SWT untuk orangorang kafir dan zhalim. Di dalamnya terdapat
segala macam adzab dan siksaan yang tak
terbayangkan. Firman Allah:




Sesungguhnya Kami telah menyediakan
bagi orang-orang zhalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 53
meminta minum, diberilah mereka minum
dengan air seperti besi yang mendidih, yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat tinggal yang paling
jelek. (QS. Al-Kahfi: 29)
Surga dan neraka ini telah ada
sekarang, dan keduanya kekal, tidak akan
binasa selama-lamanya. Firman Allah:




Dan barangsiapa beriman kepada


Allah dan beramal shalih, niscaya Allah akan
memasukkannya ke dalam surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka
kekal
di
dalamnya
selama-lamanya.
Sungguh, Allah telah memberikan rizki yang
baik kepadanya. (QS. At-Thalaq: 11)



Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang
kafir dan menyediakan bagi mereka api
neraka yang menyala-nyala. Mereka kekal di
dalamnya selamalamanya; mereka tidak
memperoleh seorang pelindung dan tidak
(pula) seorang penolong. Pada hari ketika
muka mereka dibolak-balikkan di dalam
neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya,
andaikata kami taat kepada Allah dan taat
(pula) kepada Rasul. (QS. Al-Ahzab: 6466)

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 54
Kita mengakui bahwa akan masuk surga
orang-orang yang telah dinyatakan demikian
dalam Al-Quran dan Sunnah, dengan
ditentukan
pribadinya
atau
disebutkan
sifatnya.
Adapun yang ditentukan pribadinya,
seperti: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan
selain mereka yang sudah ditentukan Nabi
Muhammad Sedang yang disebutkan sifatnya
adalah orang yang beriman atau orang yang
taqwa. Kita pun mengakui bahwa akan masuk
neraka orang-orang yang telah dinyatakan
demikian dalam Al-Quran dan Sunnah,
dengan
ditentukan
pribadinya
atau
disebutkan sifatnya.
Adapun yang ditentukan pribadinya,
seperti: Abu Lahab, Amr bin Luhay Al-Khuzai
dan selain mereka. Sedang yang disebutkan
sifatnya adalah setiap orang yang kafir, atau
musyrik yang melakukan syirik akbar, atau
munafik. Pada orang yang telah mati di
dalam kuburnya tentang siapa Tuhannya, apa
agamanya, dan siapa nabinya? Allah akan
meneguhkan orang-orang yang beriman di
dalam ucapan yang teguh di dalam
kehidupan dunia dan akhirat, maka orang
yang beriman akan menjawab: Tuhanku
Allah, agamaku Islam, Nabiku Muhammad.
Adapun orang kafir dan orang munafik
dia akan menjawab: Aku tidak tahu, aku
telah mendengar orang-orang mengatakan
sesuatu maka aku pun mengatakannya
Kita mengimani pula adanya kenimatan
bagi kaum muminin di alam kubur. Firman
Allah:



AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 55
(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam
keadaan baik oleh para malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka): Selamat
sejahtera bagimu, masuklah kamu ke dalam
surga itu karena apa yang telah kamu
kerjakan. (QS. An-Nahl: 32)
Dan kita mengimani adanya siksa kubur
untuk orang-orang zhalim dan kafir. Firman
Allah:





Alangkah dahsyatnya, seandainya kamu
melihat ketika orang-orang yang zhalim
berada dalam tekanan-tekanan sakratul
maut, sedang malaikat memukul dengan
tangannya (sambil berkata): Keluarlah
nyawamu! Pada hari ini, kamu akan diberi
balasan siksa kehinaan karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang
tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (QS. Al-Anam: 93)
Hadits-hadits yang berkenaan dengan
hal ini pun banyak dan sudah dikenal. Maka
wajib bagi orang mumin untuk mengimani
semua perkara-perkara ghaib ini yang telah
disebutkan oleh Al-Quran dan Sunnah;
janganlah menolaknya berdasarkan apa yang
disaksikannya
di
dunia,
sebab
masalahmasalah
akhirat
tidak
dapat
dikiaskan dengan masalah-masalah dunia,
dikarenakan adanya perbedaan besar yang

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 56
amat menyolok di antara keduanya. Hanya
kepada Allah jua kita memohon pertolongan.
f) IMAN KEPADA QADLA DAN QADAR ALLAH
(Baik dan Buruk)
Qadar: yaitu ilmu Allah SWT terhadap
segala sesuatu, dan tentang apa saja yang
dikehendakiNya ada atau dikehendaki terjadi
dari setiap makhluk, alam semesta, segala
sesuatu, dan Allah mentakdirkan hal itu,
serta menulisnya di Lauhul Mahfudz. Al-Qadar
adalah rahasia Allah terpadap makhluk-Nya,
yang tidak diketahui oleh malaikat yang
dekat dan tidak pula nabi yang diutus.
Iman kepada qadar:
Yaitu meyakini dengan keyakinan yang
pasti bahwa segala kebaikan, keburukan
segala sesuatu yang terjadi, adalah dengan
qadha dan qadar Allah, sebagaimana firmanNya:

Sesungguhnya kami menciptakan segala
sesuatu menurut ukuran (QS. Al-Qamar:
49)
Beriman kepada qadar mencakup Empat
perkara:
1.
Percaya bahwa Allah SWT mengetahui
segala sesuatu secara umum dan terperinci.
Baik yang berhubungan dengan perbuatanNya, seperti menciptakan, mengatur,
menghidupkan, mematikan, dan semisal
dengan yang demikian itu. Atau mengetahui
perkara yang berhubungan dengan
perbuatan makhluk, seperti semua ucapan,
perbuatan dan keadaan manusia dan
keadaan seluruh hewan, tumbuhan dan
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 57
benda-benda padat serta segala sesuatu.
Allah SWT mengetahuinya, seperti firman
Allah:




Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan
seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku
padanya,
agar
kamu
mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu" (QS.
Ath-Thalaq: 12)
2. Percaya bahwa Allah SWT telah menulis
takdir (ketentuan) segala sesuatu di Lauhul
Mahfuzh, yaitu ketentuan segala makhluk,
keadaan, rizqi. Allah SWT menulis jumlahnya,
tata caranya, waktunya dan tempatnya. Maka
ketentuan itu tidak berubah dan tidak
berganti. Tidak bertambah dan tidak
berkurang, kecuali dengan perintah-Nya.
a.
Firman Allah:



"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa
Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja
yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya
yang demikian itu terdapat dalam sebuah
Kitab (Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang
demikian itu amat mudah bagi Allah". (QS.
Al-Hajj: 70)
b.
Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Amr
berkata: aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda:
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 58

: .

.








"Allah SWT telah menetapkan ketentuanketentuan makhluk limapuluh ribu tahun
sebelum menciptakan langit dan bumi"
Rasulullah bersabda: Dan arsy-Nya berada di
atas air."
2.
Ketiga: Percaya bahwa semua makhluk
tidak ada kecuali dengan kehendak dan
keinginan Allah SWT. Maka semua itu terjadi
dengan kehendak Allah, apapun yang
dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, dan yang
tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah
terjadi., baik yang berhubungan dengan
perbuatan-Nya, seperti menciptakan,
mengatur, menghidupkan, mematikan dan
semisal yang demikian itu, atau yang
berhubungan dengan perbuatan-perbuatan
makhluk berupa tingakh lakunnya, ucapan,
dan keadaannya.
a.
Firman Allah:

Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia
kehendaki dan memilihnya (QS. AlQashash: 68)
b. Firman Allah:

"..dan memperbuat apa yang dia kehendaki"
(QS. Ibrahim: 27)
c. Firman Allah:




"Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya
mereka
tidak
mengerjakannya,
Maka
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 59
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka
ada-adakan" (QS. Al-An'aam: 112)
d. Firman Allah:


"(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau
menempuh jalan yang lurus. 29. Dan kamu
tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu)
kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan
semesta alam" (QS. At-Takwiir: 28-29)
3. Percaya bahwa Allah menciptakan segala
sesuatu, menciptakan semua alam dengan zat,
sifat, dan geraknya. Tidak ada pencipta dan
Rabb selain-Nya.
a. Firman Allah:

"Allah menciptakan segala sesuatu dan dia
memelihara segala sesuatu" (QS. Az-Zumar:
62)
b. Firman Allah:

"Sesungguhnya
kami
menciptakan
segala
sesuatu menurut ukuran". (QS. Al-Qamar: 49)
c. Firman Allah :

"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan
apa yang kamu perbuat itu" (QS. AshShaaffat: 96)

Berhujjah (beralasan) dengan qadar


Apa yang telah ditentukan oleh Allah bagi
manusia terbagi menjdi dua:
Pertama: Sesuatu yang ditakdirkan dan
ditentukan oleh Allah berupa perbuatan dan
keadaan yang keluar dari kehendak manusia:

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 60
baik seperti tinggi dan pendeknya seseorang,
baik dan buruknya (dalam penampilan
lahiriyahnya), hidup dan matinya, atau apa saja
yang terjadi atas dirinya di luar kehendaknya,
seperti terjadinya musibah, penyakit,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, dan
musibah-musibah lainnya yang terkadang
sebagai hukuman terhadap hamba, dan
terkadang sebagai cobaan baginya, dan
terkadang pula untuk mengangkat derajatnya.
Perbuatan-perbuatan ini atau yang terjadi atas
dirinya tanpa kehendaknya, maka seseorang
tidak akan ditanya dan dihisab atasnya. Ia harus
beriman kepadanya bahwa semua itu terjadi
dengan ketentuan dan takdir Allah. Ia harus
sabar, ridha, dan berserah diri. Tidak ada satu
peristiwa apapun yang terjadi di alam semesta
melainkan ada hikmah yang telah ditentukan
oleh Yang Maha Mengetahui padanya.
a. Firman Allah:



Tiada suatu bencanapun yang menimpa di
bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah (QS. Al-Hadid: 22)
b. Dari Ibnu Abbas , ia berkata, 'Aku berada di
belakang Rasulullah pada suatu hari, maka
beliau bersabda:









.



.
.

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 61





.

"Wahai gulam, sesungguhnya aku
mengajarkanmu beberapa kalimah: jagalah
Allah niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah
niscaya engkau mendapatkan-Nya di
hadapanmu. Apabila engkau meminta maka
memintalah kepada Allah, dan apabila engkau
memohon pertolongan maka mintalah
pertolongan kepada Allah. Ketahuilah,
sesungguhnya jika seluruh umat berkumpul
untuk memberikan manfaat kepadamu dengan
sesuatu, niscaya mereka tidak bisa memberi
manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu
yang telah ditentukan Allah untukmu. Dan jika
mereka berkumpul untuk membahayakanmu
dengan sesuatu, niscaya mereka tidak bisa
membahayakanmu kecuali dengan sesuatu
yang telah ditentukan oleh Allah bagimu. Pena
telah diangkat dan lembaran telah kering HR.
Ahmad dan at-Tirmidzi.1
c. Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah
bersabda:

,




:


,
.
"Allah berfirman: Manusia menyakiti-Ku, ia
mencela masa, padahal Akulah masa itu.
Ditangan-Ku semua perkara, Aku membalikkan
malam dan siang" Muttafaqun 'alaih.2
2. Kedua: Sesuatu yang ditentukan dan
takdirkan oleh Allah berupa segala perbuatan
yang mampu dan bisa dilakukan oleh manusia,
dengan bekal yang telah diberikan oleh Allah
berupa akal, kemampuan dan kebebasan
memilih, seperti memilih antara iman dan kafir,
1

Shahih/ HR. Ahmad no 2669, dan at-Tirmidzi no. 2516, ini adalah
lafazhnya, Shahih Sunan at-Tirmidzi no 2043.
2
HR. al-Bukhari no. 4826, dan Muslim no. 2246.
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 62
antara taat dan maksiat, juaga memilih antara
perbuatan baik dan perbuatan buruk.
Maka hal ini dan semisalnya manusia dihisab
atasnya, dan dengan hisab itulah diadakannya
pahala dan hukuman, karena Allah telah
mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab
untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan,
mendorong kepada iman dan ketaatan dan
memperingatkan dari perbuatan kafir dan
maksiat. Allah telah membekali manusia
dengan akal dan memberikannya kemampuan
untuk memilih dengannya. Maka ia sebenarnya
menempuh jalan yang dikehendaki menurut
pilihannya. Namun, pilihan apapun yang
diambilnya, ia termasuk dalam kehendak dan
takdir Allah, karena tidak ada sesuatu yang
terjadi di dalam kerajaan Allah tanpa
pengetahuan dan kehendak Allah.
a. Firman Allah:





Dan Katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin
(beriman)
hendaklah
ia
beriman,
dan
barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir
(QS. Al-Kahfi: 29)
b. Firman Allah:






AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 63
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang
saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri
dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat,
Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan
sekali-kali
tidaklah
Rabb-mu
menganiaya
hamba-hambaNya" (QS. Fushshilat: 46)
c. Firman Allah:


Barangsiapa yang kafir Maka dia sendirilah
yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan
barangsiapa yang beramal saleh Maka untuk diri
mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat
yang menyenangkan) (QS. Ar-Ruum: 44)
d. Firman Allah:




Al Qur'aan itu tiada lain hanyalah peringatan
bagi semesta Alam, 28. (yaitu) bagi siapa di
antara kamu yang mau menempuh jalan yang
lurus. 29. Dan kamu tidak dapat menghendaki
(menempuh
jalan
itu)
kecuali
apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (QS.
At-Takwiir: 27-29)
Kapan boleh berhujjah dengan qadar:
1. Manusia boleh berhujjah dengan qadar pada
musibah (yang menimpanya), seperti yang
dijelaskan pada bagian pertama. Apabila
seseorang sakit, atau meninggal dunia, atau
mendapat musibah di luar kehendaknya, maka
ia boleh berhujjah dengan takdir Allah,
Hendaklah dia mengucapkan:




"Allah telah menentukannya dan apa yang
dikehendaki-Nya pasti terjadi" Maka dia harus
bersabar dan ridha jika ia mampu, demi untuk
mendapatkan pahala. Seperti firman Allah:
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 64





"... Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orangorang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun"[101]. 157.
Mereka Itulah yang
mendapat keberkatan yang Sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. AlBaqarah: 155-157)
2.
Manusia tidak boleh beralasan dengan
takdir atas kemaksiatan yang dilakukannya,
sebab mengakibatkan seseorang
meninggalkan kewajiban, atau melakukan
apa yang diharamkan, karena Allah
menyuruh berbuat taat dan meninggalkan
maksiat, menyuruh bekerja dan melarang
berpegang kepada takdir. Jika takdir boleh
menjadi hujjah bagi seseorang, tentu Allah
tidak menyiksa orang-orang yang
mendustakan para rasul, seperti kaum nabi
Nuh, kaum 'Aad, kaum Tsamud, dan semisal
mereka, dan tentu Allah tidak
memerintahkan untuk menegakkan hukum
kepada orang-orang yang melakukan
pelanggaran.
Dan barangsiapa yang menganggap takdir
sebagai hujjah bagi pelaku maksiat, maka hal
itu berarti akan menghapuskan kebolehan
mencela dan menghukum manusia (yang
berbuat buruk). Sehingga seseorang tidak
boleh mencela dan menghukum orang yang
melakukan aniaya terhadap dirinya, dan tidak
pula boleh membedakan di antara orang
yang melakukan perbuatan baik atau
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 65
perbuatan jahat. Dan ini jelas merupakan
pendapat yang batil.
Sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah
bagi para hamba, berupa kebaikan atau
keburukan, tergantung pada sebab-sebabnya.
Suatu kebaikan memiliki sebab-sebabnya
yaitu keimanan dan ketaatan, dan bagi
keburukan ada sebab-sebabnya, yaitu kufur
dan maksiat. Dan manusia beramal menurut
kehendak yang telah ditentukan Allah
baginya, dan berhak memilih apa yang telah
diberikan Allah untuknya. Dan seorang
hamba tidak bisa mencapai ketentuan Allah
yang telah ditakdirkan baginya, baik berupa
keberuntungan atau kecelakaan, kecuali
setelah menjalani sebab-sebab yang telah
dilakukannya dengan ikhtiar yang telah
diberikan Allah kepadanya. Oleh karenanya,
untuk memasuki surga ada sebab-sebabnya
dan untuk memasuki neraka ada sebabsebabnya.
1. Firman Allah :




"Orang-orang yang mempersekutukan


Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah
menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak
kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak
(pula) kami mengharamkan barang sesuatu
apapun." demikian pulalah orang-orang
sebelum mereka Telah mendustakan (para
rasul) sampai mereka merasakan siksaan
kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 66
sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu
mengemukakannya kepada kami?" kamu
tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka,
dan kamu tidak lain hanyalah berdusta". QS.
Al-An'aam:148
2. Firman Allah:

"Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu
diberi rahmat" (QS. Ali 'Imraan: 132)
3. Dari Ali bin Abi Thalib, sesungguhnya
Rasulullah bersabda:
"Tidak ada satu jiwapun darimu kecuali telah
diketahui tempatnya, surga atau neraka.'
Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, kenapa
kita mesti beramal?". Tidakkah kita berserah diri
tanpa beramal?. Beliau menjawab: 'Tidak,
beramallah, sebab setiap orang dimudahkan
untuk sesuatu yang ia diciptakan untuknya
Kemudian Rasulullah membaca:





"Adapun orang yang memberikan (hartanya di
jalan Allah) dan bertakwa, 6. Dan membenarkan
adanya pahala yang terbaik (syurga), 7. Maka
kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah. 8. Dan adapun orang-orang yang bakhil
dan merasa dirinya cukup, 9.
Serta
mendustakan pahala terbaik, 10. Maka kelak
kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang
sukar" (QS. Al-Lail: 5-10)

Disyari'atkan menolak takdir dengan


takdir:
1. Menolak takdir yang sungguh tersimpul
sebab-sebabnya dan belum terjadi dengan
sebab-sebab lain dari takdir yang berlawanan,
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 67
seperti menolak musuh dengan memeranginya,
menolak panas dan dingin serta semisal yang
demikian itu.
2. Menolak takdir yang telah terjadi dengan
sesuatu yang ditakdirkan bisa mengangkat dan
menghilangkannya, seperti menolak takdir sakit
dengan takdir berobat, menolak takdir dosa
dengan takdir bertaubat, menolak takdir berbuat
jahat dengan takdir berbuat baik dan
seterusnya.
3. Perbuatan baik dan buruk yang muncul dari
hamba tidak menafikan penyandarannya kepada
Allah dalam menciptakan dan mengadakan.
Allah menciptakan segala sesuatu, yaitu
menciptakan manusia dan perbuatannya.
Namun, adanya kehendak Allah (pada sesuatu)
bukan sebagai bukti atas keridhaan-Nya.
Kekafiran, perbuatan maksiat, dan kerusakan
terjadi dengan kehendak Allah, akan tetapi Allah
tidak menyukainya, tidak meridhainya, dan tidak
pula memerintahkannya. Bahkan, Dia membenci
dan melarangnya. Keadaan bahwa sesuatu hal
dibenci dan tidak diredhai tidak
mengeluarkannya dari kehendak Allah yang
meliputi penciptaan semua makhluk. Segala
sesuatu yang diciptakan oleh Allah mengadung
hikmah sesuai dengan apa yang diatur-Nya pada
kerajaan dan ciptaan-Nya.
Manusia yang paling sempurna dan paling
utama adalah manusia yang mencintai apaapa yang dicintai oleh Allah dan RasulNya , membenci apa saja yang dibenci
Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak
mempunyai rasa cinta dan benci kepada
selainnya.
Mereka menyuruh kepada apa
yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan
tidak memerintahkan kepada selain itu,
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 68
begitulah seterusnya. Setiap saat, hamba selalu
membutuhkan perintah Allah yang mesti
dijunjungnya dan larangan yang dijauhinya,
serta takdir yang diridhainya.

Ridha terhadap takdir terbagi menjadi tiga:


1. Ridha dalam melaksanakan ketaatan. Hal ini
diperintahkan.
2. Ridha dengan musibah yang menimpa.
Perkara dianjurkan.
3. Kekafiran, kefasikan dan maksiat. Hal ini
tidak diperintahkan untuk meridhainya. Bahkan
diperintahkan membencinya, karena
sesungguhnya Allah tidak menyukai dan tidak
meridhainya. Sekalipun Allah telah
menciptakannya dan tidak menyukainya, namun
sesungguhnya hal itu membawa kepada sesuatu
yang Dia cintai, sebagaimana Dia telah
menciptakan syetan. Maka kita redha dengan
apa yang telah diciptakan oleh Allah. Adapun
terhadap perbuatan yang tercela dan orang
yang melakukannya, maka kita tidak ridha dan
tidak menyukainya.
Oleh karenanya, suatu perkara, disukai dari
satu sisi dan dibenci dari sisi yang lain, seperti
obat yang tidak disukai, dia zat yang dibenci,
akan tetapi membawa kepada hal yang disukai.
Dan jalan kepada Allah adalah dengan
membuat Allah redha (kepada kita), dengan
melaksanakan apa yang disukai dan diridhai,
bukan ridha dengan segala yang terjadi dan
terwujud. Kita tidak diperintahkan untuk
meridhai setiap apa yang ditentukan dan
ditakdirkanNya. Akan tetapi kita diperintahkan
untuk meridhai apa-apa yang diperintahkan oleh
Allah dan rasul-Nya untuk meridhainya.

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 69
Ketentuan Allah yang baik dan buruk
mempunyai dua sisi:
1. Salah satunya: Hubungan dan
penisbatannya kepada Allah. Dari sisi ini seorang
hamba mesti ridha dengannya, sebab semua
qadha Allah adalah baik, adil, dan bijaksana.
2. Kedua: Hubungan dan penisbatannya
kepada hamba. Dalam hal ini, ada yang diridhai,
seperti keimanan dan ketaatan, dan di
antaranya ada yang tidak diridhai seperti
kekafiran dan kemaksiatan. Demikian pula Allah
tidak meridhai, tidak menyukai, dan tidak pula
memerintahkannya.
a. Firman Allah :


Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia
kehendaki dan memilihnya. sekali-kali tidak
ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan
Maha Tinggi dari apa yang mereka
persekutukan (dengan Dia). (QS. AlQashash: 68)
b. Firman Allah:





Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah
tidak memerlukan (iman)mu dan dia tidak
meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika
kamu bersyukur, niscaya dia meridhai
bagimu kesyukuranmu itu. (QS. Az-Zumar:
7)
c. Firman Allah :

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 70
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu
dan apa yang kamu perbuat itu". QS. AshShaaffat: 96

III.

KEDUDUKAN
AKIDAH
(Fungsi
dan
Peranan)
Akidah dalam kehidupan mempunyai
peran
yang
sangat
penting
dalam
menentukan arah hidup manusia. Makna
kehidupan manusia ditentukan olehnya
terhadap
bagaimana
caranya
untuk
mengimplementasikan
keyakinan
akidah
yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Di
antara fungsi dan peranan akidah dalam
kehidupan sehari-hari dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a. Menuntun
dan
mengemban
dasar
ketuhanan yang dimiliki manusia sejak
lahir.
Manusia merupakan satu diantara
berjuta-juta makhluk dibumi ini yang
tercipta dengan dikaruniahi akal. Oleh
karenanya, dalam kehidupan manusia
tidak bisa lepas dari berfikir tentang
segala sesuatu yang
dihadapainya,
termasuk masalah dari mana manusia
berasal? Untuk apa manusia diciptakan?
Kemana nantinya manusia berakhir?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut
manusia
dituntut
untuk
melakukan
pendekatan-pendekatan secara khusus
dalam hal akidah. Sejak lahir manusia
diciptakan dengan keberagaman (fitrah),
sehingga sepanjang hidupnya diperlukan
agama dalam rangka mencari keyakinan
terhadap tuhan. Akidah islam berperan

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 71
memenuhi kebutuhan fitrah manusia
pada keyakinan yang benar tentang
tuhan tidak menduga-duga atau mengirangira, melainkan menunjukkan Tuhan
yang sebenarnya.
b. Memberikan
ketenangan
dan
ketentraman jiwa.
Fitrah manusia diciptakan sebagai
makhluk berketuhanan dan beragama.
Dengan akidah manuisa akan senantiasa
menuntutdam mendorong manusia untuk
terus mencarinya. Akidah menjawab
semua pertanyaan tentang dari mana
manusia berasal? Mengapa manusia
diciptakan? dan kemana manusia akan
tinggal? serta semua pertanyaan yang
berhubungan dengan kerohanian akan
dijawab dengan jelas.
c. Memberikan pedoman hidup yang pasti.
Arah kehidupan manusia dtentukan
oleh
keyakinan
yang
dimiliknya.
Keyakinan akan takdir Tuhan akan
memberikan arahan dan pedoman yang
pasti,
sebab
akidah
memberikan
pengetahuan asal dan tujuan hidup
manusia. Sehingga, kehidupan manusia
akan lebih jelas dan bermakna.akidah
Islamsebagai
keyakinan
akan
membentukperilaku,
bahkan
mempengaruhi
kehidupan
seorang
muslim.
Abu
Ala
al-Maududi
menyebutkan pengaruh akidah tauhid
sebagai berikut:
1. Menjauhkan manusia dari pandangan
yang sempit dan picik.
2. Menanamkan kepercayaan terhadap
diri sendiri dan tahuharga diri.

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 72
3. Membentuk manusia menjadi jujur
dan adil
4. Menghilangkan sifat murung dan
putus asa dalam menghadapi setiap
persoalan dan situasi.
5. Membentuk pendirian yang teguh,
kesabaran,
ketabahan,
dan
optimisme.
6. Menanamkan sifat ksatria, semangat
dan
berani,
tidak
gentar
menghadapai resiko, bahkan tidak
takut kepada mati.
7. Menciptakan sikap hidup damai dan
ridlo
8. Membentuk manusia menjdai patuh,
taat
dan
disiplin
menjalankanperaturan Ilahi.
IV.

TINGKATAN AKIDAH
Manusia fitrahnya diciptakan dengan
berbagai
keberagaman
kemampuan.
Diantara semua manusia yang pernah hidup
didunia tidak akan pernah ditemukan
manusia yang mempunyai kemampuan yang
sama dalam segi apapun. Itulah salah satu
keagungan Allah yang tiada tandingannya.
Manusia yang diciptakan oleh Allah dengan
bentuk yang paling sempurna diantara
makhluk yang ada. Oleh karenanya banyak
manusia yang merasa bahwa dirinya sudah
perfect
dalam segi apapun. Hal
ini
mengakibatkan arah hidup manusia yang
arogan
dan
lupa
akan
tujuan
asal
diciptakannya manusia. Bila seseorang ragu
akan keagungan Allah, namun lebih yakin
pada
kemampuan
dirinya
dengan
pertolongan makhluk, maka jangan salahkan

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 73
siapapun kalau dalam hidupnya ia akan
menemukan banyak kekecewaan.
Barang siapa yang ingin hidupnya selalu
dilindungi, dibela, dimudahkan urusannya
oleh Allah, dikabulkan doa-doanya, tetapi
tidak pernah bersungguh-sungguh untuk
meningkatkan mutu akidah (keyakinannya)
kepada Allah, maka keinginannya hanya akan
menjadi sebuah angan-angan. Apalagi bila
tanpa usaha nyata untuk mewujudkannya.
Ketahuilah hanya Allah-lah yang seharusnya
cukup menjadi penolong baginya, yang
menjamin segala urusannya. Tidak ada
satupun penghalang jaminan Allah, kecuali
buruk sangka dari makhluk itu sendiri.
Akidah atau keimanan yang dimiliki
seseorang itu tidak selalu sama dengan
orang lain iua memiliki tingkatan-tingkatan
tertentu tergantuyng pada upaya orang itu.
Iman yang tidak terpelihara niscaya akan
berkurang, mengecilatau hilangsama sekali.
Untuk itu perlu diketahui sekaligus difahami
akan
tingkatan-tingkatan
akidah
yang
selanjutnya akan dikemukakan dibawah ini:
a. Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang
didasarkan atas pendapat orang lain
yang
diikutinya
tanpa
dipikirkan.
Sebagai contoh manusia yang berada
ditingkatan ini adalah masyarakat awam
yang belum begitu tahu tentang agama
sehingga mengikuti pendapat orang lain
yang telah diyakininya benar namun
tanpa
mengetahi
dasar-dasarnya.
Contoh lain adalah orang non islam yang
baru masuk islam beberapa waktu dan
belum begitu tahu mengenahi islam.
Anak-anakyang
masih
mengikuti
keislaman orang tua juga dapat
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 74
dikategorikan pada tingkatan taklid ini,
namun jika masih belum balig maka
tidak ada kewajiban baginya untuk
mengikuti atau tidak pada oarng tuanya.
b. Yaqin, yaitu tingkatan keyakinan yang
didasarkan atas bukti dan dalil yang
jelas, tetapi belum menemukan dalil
yang kuat antara obyek keyakinan
dengan dalil yang diperolehnya. Dalam
hal ini, misalnya ada orang yang
meyakini segala sesuatu berdasarkan
ilmu, bahwa dimakkah itu ada Kabah.
Kita percaya, karena menurut teorinya
begitu, ilmunya begitu. Apapun yang
terjadi pada Kabah kita percaya, karena
belum tahu yang sebenarnya.
c. Ainul Yaqin, yaitu tingkat keyakinan
yang didasarkan atas dalil rasional,
ilmiah dan mendalam. Sehingga mampu
membuktikan hubungan antara obyek
keyakinan
dengan
dalil-dalil
serta
mampu memberikan argumentasi yang
rasioanl terhadap sanggahan-sanggahan
yang
datang.
Hal
demikian
ditunjukkanorang uakin karena telah
melihat dengan mata kepala sendiri.
Orang yang telah pergi haji ke Makkah
bisa melihat Kabah. Keyakinanya akan
berbeda dengan orang yang yakin
bedasarkan teori atau ilmu. Orang yang
mengatakan Kabah itu ujungnya bulat,
kalau hanya dengan ilmu bisa jadi kita
percaya. Tapi bagi orang yang telah
melihatnya akan berkata sesuai dengan
apa yang dilihat.
d. Haqqul Yaqin, yaitu tingkat keyakinan
yang di samping didasarkan atas dalidalil rasional, ilmiah, mendalam, jga
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 75
mampumembuktikan hubungan antara
obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta
mampu menemukan dan merasakan
keyakinan tersebut melalui pengalaman
agamanya.
Orang
yang
merasakanlezatnya thawaf, berdoa di
Multazam, merasakan diijabahnya doa,
dan mengatakan Kabah itu luar biasa
sekali, berbeda keyakinannya dengan
orang yang hanya yakin berdasarkan
ilmu saja tanpa merasakan bukti
kebenarannya.
V.

PEDEKATAN AKIDAH
Akidah merupakan suatu yang harus
dimiliki oleh setiap manusia. Kebenaran
akidah yang dianut menentukan bagaimana
perilaku beraganya. Benar atau salah
ditentukan dengan apa yang diyakini
dandilakukannya.
Untuk
itu
mutlak
diperlukan suatu studi atau pendekatan
khusus
yang
digunakan
untuk
dasar
menentukana akidah setiapa manusia. Dalam
berakidah dikenan dua macam pendekatan
yang dapat dilakukan. Yakni melalui dalil-dalil
yang diambil dari Al-Quran dan Hadist
mutawatir dan melalui dalil-dali aqli yang
ditertapkan berdasarkan rasio (mengqiyaskan
suatu perkara).
Akidah berkaitsn erat dengan keyakinan
terhadap Allah dan pokok-pokok keimanan
yang harus disepakati oleh semua orang.
Maka dalil-dalil naqli yang diterapkan untuk
menetapkan
masalah-masalah
akidah
haruslah dalil- dalil yang bersifat qathi
(pasti) dan tidak mengandung kemungkinan
munculnya penafsiran dan takwil yang
berbeda. Karena itu, para ulama sepakat

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 76
bahwa dalil-dalil naqli untuk masalah akidah
harus bersumber dari Al-Quran dan hadis
yang mutawatir. Sedangkan penggunaan dalil
aqli harus dilakukan dengan cara mengamati
kejadian alam dan bisa dilakukan juga
dengan menggunakan metodologi ilmu
pengetahuan modern yang ditetapkan atas
dasar pengalaman (empiri) dan eksperimen
Dalam perkembangan awal sejarah
Islam, kehidupan beragama dikalangan para
sahabat Rasulullah SAW. terlihat sangat
sederhana dan tidak rumit. Apa yang
diajarkan oleh nabi kepada mereka, langsung
mereka laksanaka, dan apa yang beliau
perintahkan
untuk
ditinggalkan,
tanpa
banyak tanya meninggalakn pula. Setia p
datang ayat yang mengandung perintah atau
larangan, selalu mereka laksanakan, dan
mereka belum akan beranjak dari satu ayat
ke ayat lain sepanjang ayat pertama belum
bisa mereka amalkan dengan baik. Bila
menghadapi
suatu
kesulitan,
mereka
langsung menanyakan kepada Nabi, lalu
petunjuk yag diberikan nabi tersebut mereka
ingat baik-baik untuk kelak mereka terapkan
pada kasus yang sama yang muncul di lain
waktu. Sementara itu, dalam masalah
perubadatan, mereka selalu mengamati apa
yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW.
serta berusaha keras untu selamanya
beribadah sesuai dengan yang beliau
laksanakan.
Dengan demikan urgensi tuhid dalam
ajran Islam dapat dijelaskan antara lain
sebagai berikut:
a. Sejarah perjuangan Rasulullah SAW.,
dimana hampir selama periode Mekah
rasulullah SAW., mengerahkan usahanya
AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

P a g e | 77
untuk membina tauhid umat Islam. Rasul
selalu menekankan tauhid dalam setiap
ajarannya, sebelum seseorang diberi
pelajaran lain, maka tauhid ditanamkan
terlebih dahulu kepada mereka.
b. Setiap ajaran yang menyangkut ibadah
mahdlah
umpamanya
senantiasa
mencerminkan
jiwa
tauhid,
yakni
dilaksanakan secara langsung tanpa
perantara.
c. Setiap perbuatan yang bertentangan
dengan jiwa dan sikap tauhid yaitu
perbuatan syirirk dinilai oelh Alquran
sebagai
dosa
yang
paling
besar,
kesesatan yang paling fatal, sebab
diharmkannya masuk surga, dan dosa
yang tidak akan diampuni selamanya.
Demikianlah uraian singkat mengenai
pendekatan
dalam
berakidah
untuk
memperjelas
pembahsan
berikutnya.
Selanjutnya akan di bahas garis besar ajaran
islam.
VI.
VII.

GARIS BESAR AJARAN ISLAM


MANIFESTASI AKIDAH TAUHID

AQIDAH_ISLAM_TUGAS_AKHIR_KEL.I_PAI_UNY_2012

You might also like