Professional Documents
Culture Documents
SKENARIO 1
BLOK ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN
PERILAKU KESEHATAN
Kelompok Tutorial 4
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
(141610101021)
(141610101022)
(141610101024)
(141610101027)
(141610101028)
(141610101029)
(141610101033)
(141610101034)
(141610101035)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................... 2
SKENARIO................................................................................................. 3
STEP 1......................................................................................................... 4
STEP 2......................................................................................................... 4
STEP 3................................................................................................5
STEP 4................................................................................................7
STEP 5................................................................................................8
STEP 7.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 27
SKENARIO I
PERILAKU KESEHATAN
(drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M.Kes)
(drg. Kiswaluyo, M.Kes)
(Dr. Ristya Widi Endah Yani, drg., M.Kes)
Drg Hana bekerja di Puskesmas Makmur Jaya.Beliau sebagai penanggung jawab
program kesehatan gigi dan mulut.Keberhasilan pelaksanaan suatu program ditentukan oleh
factor perilaku masyarakat.Peningkatan program kesehatan gigi dan mulut menempatkan factor
perilaku sebagai hambatan utama dalam pencapaian target.Laporan puskesmas menunjukkan
tingkat kebersihan gigi dan mulut masyarakat masih rendah. Hasil observasi yang dilakukan drg
Hana pada siswa SD di wilayah kerjanya menunjukkan bahwa banyak siswa yang melakukan
kebiasaan sikat gigi pada saat mandi(sebelum sarapan pagi).drg Hana ingin merubah perilaku
siswa SD tersebut.Perubahan perilaku ditentukan oleh disposing factors,enabling factors,dan
reinforcing factors.
STEP 1
1. Disposing factors =factor yang dapat mempengaruhi kebiasaan masyarakat misal
perilaku,penyakit yang diderita,tradisi,kepercayaan,tingkat pendidikan yang dianut
masyarakat
2. Enabling
factors=factor
yang
memfasilitasi
dengan
adanya
sarana,
STEP 3
1. Mengumpulkan literature program kesehatan gigi dan mulut masyarakat
-Melakukan observasi ke lapangan,(kondisi perilaku masyarakat)
-Mengkaji teori atau metode yang tepat digunakan dari hasil observasi
-Menentukan tindakan apa saja yang sesuai dengan hasil observasi dari sasaran yang
dituju agar penyuluhan dapat berhasil dan efektif
2. Faktor perilaku ada 2:
-Faktor Intern = factor yang berasal dari dalam diri seseorang
-Faktor Ekstern = Faktor yang berasal dari lingkungan ssekitar
3. Ada tidaknya feedback dari masyarakat akan sangat mempengaruhi dan bisa meningkatkan
suatu kesadaran dari masyarakat.Selain itu juga pendidikan dan suatu tradisi(budaya) yang
melekat pada suatu masyarakat juga termasuk factor penghambat.
4. Disposing factors = meliputi pengetahuan dan kepercayaan
Enabling factors = meliputi keterjangkauan dan fasilitas
Reinforcing factors = meliputi ada tidaknya dukungan orang orang sekitar
5. Metode langsung =penyuluhan secara langsung,tindakan pemeriksaan misal :door to door
-Metode tidk langsung = edukasi dan penyuluhan dengan video animasi,phantom atau alat
alat yang mendukung
6. Tidak langsung (directly) : masyarakat -> yang dirasakan setelah adanya suatu
penyuluhan dan pemeriksaan-> hasilnya membuat suatu kenyamanan pada masyarakat->
timbul kesadaran untuk memeriksakan gigi ke dokter
-Pihak kesehatan yang melakukan program kesehatan menimbulkan suatu ketertarikan
masyarakat sehingga timbul tindakan masyarakat seperti evaluasi kemudian mulailah timbul
adopsi dan edukasi dari masyarakat
7.Kebiasaan buruk yang tetap berlanjut akan mengakibatkan suatu penyakit seperti karies->
tanggal premature->Maloklusi.Intinya kebiasaan yang salah meskipun itu kecil maka dampak
yang ditimbulkan akan jangka panjang.
8. -Banyaknya masyarakat yang datang untuk memeriksakan gigi dan Mulut
-Evaluasi dari masyarakat(individu)
-Sikap masyarakat saat diskusi ( pasif atau aktif)
- Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut meningkat
- Indeks DMF T menurun
STEP 4
3 Faktor Utama
Enabling
Faktor Lain
Disposing
Perilaku
Masyarakat
Reinforcing
Program Kesehatan
gigi dan Mulut
Metode metode
Domain Perilaku
Masyarakat (individu)
Proses Perubahan
Perilaku Masyarakat
Terjadi Perubahan
Perilaku
Tolak Ukur
Dampak
Evaluasi
STEP 5
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami perilaku kesehatan masyarakat
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami factor factor yang mempengaruhi
perubahan perilaku kesehatan masyarakat
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami proses perubahan perilaku kesehatan
masyarakat
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami metode metode dari program kesehatan
gigi dan mulut
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dampak perubahan perilaku kesehatan
masyarakat
STEP 7
1 Perilaku Kesehatan Masyarakat
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit
dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit
atau terkena masalah kesehatan.
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang
bersangkutan.Jadi perilaku manuasia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri.Oleh sebab itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup
berjalan, berbicara, berpakaian dan lain sebagainya.Bahkan kegiatan internal seperti berpikir,
persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.
Bentuk Perilaku
Secara operasional perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme terhadap
rangsangan tertentu dari luar subyek. Respon ini berbentuk dua macam yaitu :
1. Bentuk pasif atau covert behaviour
respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung bisa dilihat
orang lain, misalnya berpikir, tanggapan, sikap atau pengetahuan. Misalnya seorang ibu
yang tahu bahwa membawa anak untuk diimunisasi dapat mencegah penyakit tertentu
akan tetapi dia tidak membawa anaknya ke puskesmas atau posyandu.
2. Bentuk aktif atau overt behaviour ,
apabila perilaku ini jelas bisa dilihat. Misalnya pada contoh di atas si ibu membawa
anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk diimunisasi.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Becker (1979) mengajukan KLASIFIKASI PERILAKU yang berhubungan dengan
kesehatan sebagai berikut :
Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga
tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan,
sanitasi, dan sebagainya.
Perilaku sakit (illness behavior), yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan seorang
individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau
rasa
sakit.
Termasuk
disini
kemampuan
atau
pengetahuan
individu
untuk
Perilaku mencari kesembuhan (the sick role behavior), yaitu segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
bisa
dilihat
orang
lain,misalnya
berpikir,tanggapan,sikap
atau
pengetahuan.
b. Bentuk aktifAdalah apabila perilaku ini jelas bisa dilihat.
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
2. Factor Factor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Kesehatan Masyarakat
Menurut Green bahwa mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Faktor yang mendukung adalah :
1) faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan persepsi),
Dari faktor faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang
bersangkutan.Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan juga
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya , dapat disebabkan karena dia
memang belum tahu manfaat imunisasi ( predisposing factor ),.atau karena jarak posyandu dan
puskesmas yang jauh dari rumahnya ( enabling factor ) sebab lain bisa jadi karena tokoh
masyarakat di wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya ( reinforcing factor ).
3.Proses Perubahan Perilaku Kesehatan Masyarakat
PROSES PERUBAHAN PERILAKU
diberikannya pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan mampu merubah perilaku
kesehatan gigi individu maupun masyarakat dari perilaku yang tidak sehat kearah perilaku sehat.
(Notoadmojo, 2007)
Perilaku manusia dibagi menjadi tiga nomain atau ranah yaotu ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor. Dalam perkembangannya ketiga ranah tersebut dikombinasikan
untuk mengukur hasil pendidikan yang diukur dari pengetahuan, sikap, dan praktik. (Bloom,
1908)
Seseorang memperoleh pengetahuan melalui pengindraan terhadap objek tertentu.
Pengetahuan diperoleh sebagai akibat stimulus yang ditangkap panca indera, pengetahuan dapat
diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. (Budiharto,
2008) (
2)Memahami (comprehension)
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggungjawab (responsible)
Agar sikap menjadi suatu tindakan yang nyata, diperlukan faktor pendukung atau kondisi
yang memungkinkan antara lain, adanya sarana dan prasarana atau fasilitas. Praktik ataau
tindakan mempunyai empat tingkatan yaitu :
a. Persepsi, merupakan tindakan tingkat pertama yaitu memilih dan mengenal objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respon terpimpin, adalah jika seseorang mampu melakukan sesuatu dengan urutan yang
benar, sesuai dengan contoh yang diberikan.
c. Mekanisme adalah bila seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah merupakan kebiasaan.
d. Adaptasi adalah suatu perkembangan yang sudah berkembang dengan baik, artinya
tindakannya sudah dimotivikasi sendirit tanpam mengurangi kebenaran tindakan yang
dimaksudkan.
Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang adaorang yang
langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang orang merubah perilakunya karena tekanan dari
masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan diri dengan norma
yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semena mena dapat tercapai dan harus benarbenar teruji,ada 5 tingkatan perubahan perilaku :
1. Prekontemplasi : Belum ada niat perubahan perilaku
2. Kontemplasi : Individu sadar adanya masalahnya dan secara serius inginmengubah
perilakunya menjadi lebih sehat.
- Belum siap berkomitmen untuk berubah.
3. Persiapan : - Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan.
- Sudah pernah melakukan tapi masih gagal.
4. Tindakan : Individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari sejak
mulai usaha memberlakukan perilaku hidup sehat
5. Pemeliharaan : Individu berusaha mempertahankan perilaku sehat yang telahdilakukan
( 6 bulan dilhat kembali).
- Mungkin berlangsung lama.
- 6 bulan dilihat kembali
4.Metode Metode dari Program Kesehatan Gigi dan Mulut
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, biasanya dilakukan
pendekatan dengan menggunakan metodologi pemecahan masalah. Metode ini biasanya
dilakukan sebelum diadakan penyuluhan
Langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah:
a. Melaksanakan sensus masalah
Kegiatan ini dilakukan melalui survey. Data yang diperoleh kemudian diolah dan
disajikan. Penyajian data ini biasanya dilakukan saat ada pertemuan desa, sehingga
masyarakat mendapat gambaran tentang masalah yang terjadi di daerahnya
b. Menentukan prioritas masalah
Dari beberapa masalah yang ditemukan, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas
dari masalah yang sudah ada. Untuk menentukan prioritas biasanya dilakukan analisis
dengan metode pembobotan
c. Memecahkan masalah
Setelah ditetapkan masalah yang diprioritaskan, selanjutnya adalah menentukan jalan
keluar dari masalah tersebut. Sebelum menentukan jalan keluar, terlebih dahulu
menentukan apa penyebab dari masalah tersebut.
d. Mengambil keputusan pelaksanaan
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan pada tahap pemecahan masalah, dibuat
keputusan pelaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan. Di dalam keputusan pelaksaan
tercakup proses seperti penentuan tujuan, penentuan sasaran, jenis kegiatan, tenaga
pelaksana, pemilihan metode penyuluhan, penentuan materi penyuluhan, penentuan
rencana penilaian
Beberapa metode untuk meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat :
Metode didaktik
Pada metode ini, intensitas pendidik dalam menyampaikan bahan yang diajarkan lebih
didominasi. Karena pada cara ini hanya ada satu pembicaraan saja, maka disebut metode
satu arah (one way method) Beberapa contoh metode didaktik adalah :
1. Ceramah
Ceramah ialah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan
sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini dapat dipakai dalam
beberapa keadaan yaitu jika waktu untuk menyampaikan informasi terbatas, jika
pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata dan jika kelompok itu terlalu
besar untuk memakai metode lain
Kelebihan dari metode ini adalah :
Dapat dipakai pada kelompok yang besar
Tidak melibatkan terlalu banyak alat bantu
Murah dan mudah menggunakan
Waktu dapat dikendalikan oleh penyuluh
Sifatnya luwes
yang tepat digunakan pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak sekolah
dasar adalah demonstrasi. Pada metode demonstrasi materi pendidikan disajikan dengan
memperlihatkan cara melakukan suatu tindakan atau prosedur.Diberikan peneranganpenerangan secara lisan, gambar-gambar, dan ilustrasi.
Tujuan metode demonstrasi yaitu untuk mengajar seseorang atau siswa bagaimana
melakukan suatu tindakan atau memakai suatu produksi baru. Keuntungan dapat
menjelaskan suatu prosedur secara visual, sehingga mudah dimengerti dan siswa dapat
mencoba pengetahuan yang diterimanya. Kerugian pada metode ini diperlukan alat-alat
dan biaya yang besar serta perencanaannya memakan waktu yang lama
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhitercapainya suatu
hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila digunakan secara tepat yaitu
sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007). Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode
dalam penyuluhan, yaitu :
1. Metode One Way Methode
Menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi
kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah : metode ceramah, siaran
melalui radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.
2. Metode Two Way Methode
Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran.Yang
termasuk dalam metode ini adalah : wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi,
curah pendapat, permainan peran (role playing) dan tanya jawab.
Salah satu program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah kegiatanpromotif
dengan memberikan penyuluhan.Adapun metode penyuluhan yang digunakan adalah metode
ceramah, demonstrasi dan praktik.
1. Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide,
pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran disertai tanya jawab
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
2. Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menujukkan pengertian, ide, dan prosedur
tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan
bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat
peraga. Metode ini dipergunakan pada kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
3. Praktik
Praktik adalah cara untuk melihat tindakan yang dilakukan seseorang apaka sudah
sesuai dengan yang diinstruksikan. Untuk mengetahui ketrampilan murid dalam
menyikat gigi yang baik dan benar dilakukan praktik menyikat gigi secara bersamasama.
5. Dampak Perubahan Perilaku Kesehatan Masyarakat
Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku.Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya.Perubahan yang dimaksud
bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.
Di dalam program program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai
dengan norma norma kesehatan diperlukan usaha usaha yang konkrit dan positip. Beberapa
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau
melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan peraturan / undang
undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang
cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan
berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk
menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi
begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan ,
cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
b.
2)
3)
2)
3)
Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, maka penilaian dilakukan
sebagai berikut :
a.
Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar
Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan
Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
d.
Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
f.
Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa tidak ada, maka penilaian
debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung apabila ada dua gigi indeks yang dapat
dinilai (Nio, 1990).
Kriteria Penilaian OHI-SMenurut Depkes R.I., (1995), kriteria penilaian kebersihan gigi
dan mulut (OHI-S) seseorang dapat dilihat dari adanya debris dan kalkulus pada permukaan gigi.
Untuk menentukan kriteria penilaian debris atau penilaian OHI-S, maka dipakai tabel debris
score dan calculus score
Penilaian debris score dan calculus score adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
b.
c.
OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil penjumlahan Debris Index (DI)
dan Calculus Index (CI).
Rumus OHI-S =
2. Plaque Index
adalah metode pengukuran luasnya keberadaan plak yang dikeluarkan oleh Loe dan Silness
pada tahun 1964. Indeks ini bertujuan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan
kuantitas plak yang berada dekat margin gingiva. Penilaian dilakukan pada permukaan
distofasial, fasial, mesiofasial dan lingual.Penilaian plaque index dilakukan dengan
menggunakan kaca mulut dan sonde setelah gigi dikeringkan. Plaque Index tidak meniadakan
gigi atau mengganti gigi dengan restorasi gigi atau mahkota. Salah satu dari semua gigi atau
hanya gigi yang diseleksi dapat digunakan dalam Plaque Index. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan 6 gigi = 6 2 4 4 2 6. Penilaian Plaque Index setiap area diperoleh dengan cara
menjumlahkan nilai dari keempat permukaan setiap gigi. Jumlah nilai Plaque Index setiap area
dibagi empat, maka diperoleh Plaqu Index untuk gigi. Sedangkan nilai Plaque Index setiap orang
diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai Plaque Index setiap gigi kemudian dibagi dengan
banyaknya gigi yang diperiksa.
Tahapan yang dilakukan untuk mengetahui plaque index, sebagai berikut:
1. Mewarnai seluruh permukaan gigi yang tampak dengan Disclosing Solution.
2. Setelah
pasien
berkumur,
dilakukan
pemeriksaan
akumulasi
plak
pada
daerah dento gingival junction permukaan mesial, distal, fasial, dan lingual.
3. Jika ada akumulasi plak, maka dicatat pada Plaque Control Record dengan tanda (.) pada
permukaan yang ada plaknya. Akumulasi plak yang tidak pada daerah dento gingival
junction, tidak dicatat.
4.Sesudah semua gigi diperiksa dan diskor, maka indeks plak dapat dihitung dengan
menjumlahkan permukaan yang ada akumulasi plak dibagi jumlah seluruh permukaan gigi
yang diskor (mesial, distal, fasial, dan lingual) dikalikan 100%.
Cara pemberian skor untuk indeks plak :
0
= dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva di daerah yang berbatasan
= dijumpai tumpukan sedang plak pada saku gingiva dan pada margin gingiva dan atau
= terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gingiva dan atau pada margin dan
Decay : Jumlah gigi karies yang tidak ditambal / yang masih dapat ditambal.
Missing : Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut / gigi yang telah hilang karena karies.
Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih baik.
Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang. DMF-T
maksudnya karies dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki karies lebih dari 1 (misal karies
pada gigi molar 1 permanen terdapat karies di oklusal dan di bukal maka karies tetap dihitung
satu). Beda dengan indeks karies DMF-S (Surface) maka karies dihitung perpermukaan, jadi
pada kasus diatas karies/dcay dihitung dua). Pada indeks DMF-T juga tidak membedakan
kedalam karies, misalnya karies superficial, media atau profunda.Rumus yang digunakan untuk
menghitung DMF-T :
DMF-T = D + M + F
Kategori DMF-T menurut WHO :
5.
Indeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks def-t digunakan untuk gigi sulung. e disini
maksudnya eksfoliasi = jumlah gigi sulung yang hilang karena karies atau harus dicabut karena
karies. Namun beberapa penelitian eksofoliasi tidak digunakan df-t karena mencegah
kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah karies tersebut benar-benar hilang karena
karies atau bukan. Pada gigi sulung sering kali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis atau
trauma.
Rumus untuk def-t sama dengan yang digunakan pada DMF-T.
Jadi bila indeks semakin menurun, bisa disimpulkan bahwa perilaku kesehatan
masyarakat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Purnamaningrum, Ayu. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mata. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.