You are on page 1of 25

Modul

Ilmu Air
Permukaan dan
Air Tanah

Pelajaran

9
Geomorfologi Sungai

Tujuan Instruksional
Pada saat Penyelesaian Pelajaran ini, mahasiswa diharapkan dapat
menguasai hal-hal berikut :
1. Komponen-komponen Sistem Fluvial.
2. Mekanika dari erosi sedimen, transportasi dan proses
perpindahan material oleh sungai
3. Penyebab agradasi dan degradasi pada dasar Sungai.
4. Formasi Batang pada Sungai-sungai.
5. Penyebab dari Lekukan Sungai (Meandering), Migrasi secara
lateral dan penyesuaian lebar sungai pada sungai-sungai.
6. Hubungan antara Kecepatan, Batas keliling (perimeter),
kelandaian, kecepatan ,dll. dari Sungai-sungai dengan endapan
(alluvial).
2.9.0 Pengenalan.
Pada pelajaran sebelumnya, kita membahas mekanika dari air yang
mengalir. Dalam sistem bumi, air ini dapat di umpamakan sebagai air
yang mengalir menuruni bukit setelah turun hujan, yang besertanya
membawa sejumlah tanah yang telah terkikis karena gerakan aliran
air. Aliran air sungai yang megalir turun ke laut juga membawa
sejumlah besar bahan sedimen yang telah terakumulasi dari sungaisungai kecil lain yang tergabung ke sungai.

Pada umumnya, pergerakan air di atas permukaan tanah


merupakan agensi yang dominan dalam perubahan bentuk lahan.
Dekat permukaan proses Weathering menyediakan material angkutan
sedimen untuk sungai-sungai kecil yang mengalir. Beberapa material
angkutan sedimen mengendap sepanjang jalur sungai dan hanya
sebagian dari total material sedimen yang terbawa sampai ke laut.
Nyatanya, daratan berkembang karena pada dasarnya aliran air di
atasnya dalam anak-anak sungai dan aliran kecil, yang bergabung
membentuk sungai kecil, yang kemudian bergabung lagi membentuk
sungai-sungai.
Proses dari dari anakan sungai mengikis dan
pengangkutan oleh air adalah proses yang kontinu dan telah
berlangsung sejak terbentuknya planet ini dan elemen-elemen yang
ada di sekelilingnya. Karena itu sungai-sungai selalu berubah namun
dalam waktu hidup seorang manusia tidak begitu signifikan
tergantung dari bentuk daerah yang dilewatinya. Tujuan utama dari
fluvial (dari bahasa latin fluvial yang berarti sungai) adalah
diterapkan untuk pekerjaan yang dibuat sungai dan sistem sungai
diterapkan untuk semua area saluran sungai tertentu yang mebentang
dari pembagian saluran di area sumber air dan sedimen, melewati
ngarai dan lembah dari saluran lembah sungai, ke area endapan seperti
pantai.
Pada pelajaran ini, di maksudkan untuk memahami perilaku
aliran dan transpor sedimen pada saluran-saluran alami dan sungaisungai.
Teori-teori terapan lain dari dinamika sedimen dan
aplikasinya pada sungai-sungai alami dan saluran-saluran buatan
dibahas pada pelajaran 2.10 .

2.9.1 Sistem Fluvial.


Secara konsep sistem fluvial dari lembah sungai dapat dibagi
menjadi tiga zona utama (gambar 1), dan di deskripsikan sebagai
berikut :
1. Zona Erosi dari produksi limpasan dan sumber sedimen,
2. Zona Transpor dari air dan pengangkutan sedimen, dan
3. Zona Deposit dari kiriman limpasan dan sedimentasi.

Gambar 1. Tiga Zona dari

Pada bagian pertama atau zona atas proses erosi mendominasi


dan sungai kecil dan dasar sungai umumnya terdegradasi. Sungaisungai kecil bergabung bersama dan lereng mereka umumnya
curam. Material dasarnya khas terdiri dari batu-batu, berbatu atau
kerikil.
Zona yang kedua (tengah) ditandai dengan kondisi ekuilibrium
dekat antara Aliran masuk dan aliran keluar oleh air dan sedimen.
Elevasi dasar di zona keseimbangan ini cukup konstan dan sungai
umumnya mengalir dalam saluran tunggal, ada beberapa
Confluences atau percabangan (seperti dalam zona terakhir) bahan

sedimen umumnya tersusun atas kerikil dan pasir dari berbagai


ukuran.
Zona Bawah ditandai dengan sedimentasi bersih dan agradasi
dasar sungai. Ada percabangan sungai ke saluran-saluran dan
kemiringan saluran ini agak datar. Material dasar disusun dari pasir
halus hingga lanau dan tanah liat.

2.9.2 Sediment erosion, transport and deposition by

river

Aliran

Tegangan
Geser

Tegangan Geser dari dasar


sungai
dengan
aliran
bawah
menyebabkan
kecepatan nol di dasar.

Gambar 2. Interaksi dari gaya-gaya antara aliran dan dasar sungai.


a. Gambaran Umum.
b. Diagram Free Body menunjukan tegangan geser pada aliran
dasar sungai.

Gambar 2. Interaksi dari gaya-gaya diantara aliran dan dasar sungai


a. Gambaran umum

b. Diagram tubuh bebas menunjukan tekanan geser pada dasar


aliran dasar sungai antarmuka
Secara matematis, tegangan geser dapat diungkapkan pada istilah dari
variabel-variabel aliran sungai. Jika S0 adalah kemiringan saluran. V
adalah kecepatan aliran dan h adalah kedalaman air pada titik,
kemudian tegangan geser (r0) diantara antarmuka air dan dasar sungai,
maka ditunjukkan sebagai
0= . g. h. Sf

(1)

Dimana Sf adalah kemiringan dari garis batas energi (GBE)


ditunjukan pada gambar 3. GBE menunjukkan energi total pada
berbagai titik seperti berikut:
E= Z+ h + V2/2g (2)
Untuk penjelasan istilah, dapat ditunjukkan pada Pelajaran 2.8, dan
buku-buku hidrolik seperti buku Ven Te Chow Hidrolik Saluran
Terbuka (1959: McGraw Hill).
Jika momentum dari perpindahan air, tekanan hidrostatiknya,
komponen berat hilir airnya dan gesekan dasar disamakan,
persamaannya menjadi:
Sf =S 0

h v V 1 V

x g x g t

(3)

Dari persamaan (3) dapat ditemuka Sf dan tekanan geser () dapat


dievaluasi menggunakan persamaan (1).
Berasal dari persamaan (3) dapat diperkirakan bahwa variabelvariabel aliran tidak seragam dan goyah jika mereka tidak demikian
maka derivatif sehubungan dimensi spasial x dan waktu t menghilang,
hal ini menyederhanakan persamaan menjadi:
Sf=S0

(4)

Ini adalah kasus dari aliran yang seragam dan sesuai persamaan
tekanan geser seperti diberikan

0= . g. h. S0

(5)

Demikian, dengan mengetahui tekanan geser, memungkinkan untuk


mencari apakah cukup untuk mengeluarkan sebuah partikel dengan
diameter ds dari dasar sungai dengan sebuah metode yang dianjurkan
Shields (Julien, 1995)
Pertama, partikel tidak berdimensi d, ditemukan dengan formula
berikut

Gambar 3. Diagram pergerakan partikel


dS0

: diameter partikel rata-rata (seukuran padi)

: kerapatan relatif partikel

:percepatan gravitasi

: berat unit sedimen

: berat unit air

: kekentalan kinematis air

: parameter Shields atau fungsi entrainment

Parameter 0 yang diberikan pada gambar 3 adalah nilai kritis dari


parameter Shields sesuai pergerakan awal (0=e). Nilai tekanan geser
ini 0 pada ukuran-ukuran partikel tertentu sesuai tabel berikut
Tipe partikel

Diameter ds (mm)

Cobble (batu bulat)

130

d 1=d 2

( G1 ) g
2
V

Tekanan geser kritis 0


(N/mm2)
111

(6)

Dimana G adalah gravitasi spesifik dari partikel sedimen; v adalah


kekentalan kinematis dari cairan dan g adalah percepatan sesuai
gravitasi. Dalam beberapa buku, G adalah ungkapan dari Sg.
Rasio gaya gesek terhadap partikel dasar menjelaskan parameter
Shields 0 sebagai
2

0=

r0
u.
=
( 0 ) ds (G1 ) g . ds

(7)

Dimana r0 adalah batas tekanan geser dan u. adalah kecepatan geser


didefinisikan sebagai:
u .=

r0

(8)

Pada persamaan (7), 0 dan adalah berat spesifik memiliki partikel


sedimen dan masing-masing air. Perlu diingat . bergantung pada 0,
dan yang lagi fungsi dari S0 (atau Sf). Apakah r. cukup kompeten
untuk mengeluarkan sebuah partikel berdasarkan nilai kritias dari
tekanan geser yang diberikan untuk partikel oleh diameter yang
diberikan dan kerapatan seperti yang diberikan pada gambar 3.

2.9.3 Degradasi Dasar Sungai


Degradasi saluran umumnya mengacu pada
penurunan
ketinggian dasar yang dikarenakan erosi. Dalam beberapa kasus,
material dasar tidak terpengaruhi dan degradasi itu akan menghasilkan
irisan saluran seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.

Sebelu
m
Sesud
ah

Gambar 4. Penampang sungai yang mengalami


penurunan dasar. Lebar sungai w0 dan kedalaman
sungai h0 sebelum penurunan ; Setelah penurunan
lebar berubah menjadi w1 dan kedalaman menjadi
h1.

Gambar 4. Penampang sungai untuk degradasi dasar. Lebar


awal sungai (w0) dan kedalaman sungai sebelum terjadi degradasi
(h0). Setelah itu lebar degradasi berubah (w1) dan untuk kedalaman
sugai (h1).
Fenomena degradasi terjadi ketika beban sedimen yang
diangkut oleh sungai kurang dari kapasitas pengangkutan sedimen dari
sungai dan sedimen berlebih yang dibutuhkan untuk memenuhi
kapasitas sungai akan diambil dari dasar sungai yang mudah tererosi.
Hasil degradasi dalam potongan saluran dan lereng landai, sering
fenomena ini diamati di hilir bendungan yang dibangun di sungai
(Gambar 5)
Dasar sungai
semula

Penurunan
dasar sungai
Gambar 5. Profil longitudinal sungai menampilkan
penurunan dasar sungai sepanjang sungai di
bawah sebuah bendungan.

Air bersih yang dikeluarkan dari bendungan juga menyebabkan


degradasi di dasar bendungan yang membentuk kemiringan di bawah
bendungan.
Ukuran dan besar dari degradasi yang terjadi di bawah
bendungan tersebut didasarkan pada besar waduk dan operas serta
besar dan ketersediaan alluvium di bawah dam
Fenomena yang berhubungan dengan degradasi dasar aliran
adalah ARMOURING (Perlindungan?) dimana pengasaran ukuran
material dasar yang ada terjadi selama degradasi dan partikel-partikel
yang kecil terbawa arus. ketika tekanan daya geser yang ada di dasar

di aplikasikan cukup besar untuk menggerakan partikel dasar yang


besar, degradasi berlanjut ketika tekanan daya geser pada dasar tidak
bisa menggerakkan partikel dasar yang kasar. Sebuah lapisan
pelindung terbetuk di permukaan dasar.
Lapisan pelindung tersebut menjadi semakin kasar dan tebal
ketika dasar mengalami degradasi sampai lapisan tersebut menjadi
cukup tebal untuk mencegah degradasi yang lebih lanjut.

2.9.4 Peningkatan Dasar Saluran


Ketika aliranmembawa sedimen yang mengakibatkan kapasitas
sungai berkurang hingga mencapai pada suatu titik. Akibatnya terjadi
pengurangan kecepatan dan peningkatan penampang atau
pengurangan kemiringan sungai, kelebihan sedimen tersimpan di
dasar sungai. Sebagai hasil dasar sungai naik, fenomena yang disebut
sebagai aggradation
(pengendapan atau peningkatan dasar
saluran). Seringkali fenomena ini terlihat pada hulu suatu bendungan
(Gambar 6), di mana kecepatan air di waduk berkurang akibat dari
peningkatan dasarsungai.

Gambar 6. Profil sungai memanjang menunjukkan deposisi sedimen di


dasar sungai di waduk belakang bendungan.

Saluran aggradation (saluran yang mengalami pendangkalan


ataupun peningkatan dasar saluran sungai) juga dapat terjadi dalam
DAS dikarenakan alasan geologi (misalnya, peningkatan erosi daerah
tangkapan) beban sedimen yang disalurkan melalui aliran sungai dari

itu dapat dibawa oleh sungai.Akibatnya dasar sungai naik (Gambar


7a) dan memaksa saluran untuk membuka aliran baru (Gambar 7b)

Gambar 7. Pengaruh kenaikan beban sediment di


sungai. (a) Pertambahan saluran. (b) Berliku/Bercabang

Untuk (braided river) sungai berbentuk seperti berliku, ada


kecenderungan aliran sungai memperluas dan menjadi sangat dangkal
dengan tekanan air yang mengalami perubahan yang cepat dalam
morfologi. Pada arus tinggi aliran dikepang memiliki liku yang rendah
dan sering tampak lurus di aliran rendah.
Aggradasi(saluran yang mengalami pendangkalan ataupun
peningkatan dasar saluran sungai) juga terjadi pada saluran ketika ada
penurunan kemiringan dari dasar saluran misalnya sebagai sungai

muncul bukit-bukit dan memasuki tanah relatif datar. Ini telah terjadi
di sungai Kosi, yang telah memaksa sungai untuk mengubah arah
dengan lebih dari seratus kilometer kearah barat dalam 200 tahun
terakhir.

2.9.5 Pembentukan Bar di Sungai Aluvial


Bars merupakan bentuk dasar yang besar pada dasar sungai
yang sering muncul ketika aliran rendah (Gambar 8), Tumpukan tanah
yang tersimpan ini tidak statis dan sering berpindah ketika arus tinggi
Bars dapat muncul kembali ketika aliran menurun tetapi tidak selalu
pada posisi yang sama dengan sebelumnya

Gambar (8) Pergerakan Bar di Sungai (a) Bar Alternative (b)


Bar Point dan (c) Bar di tengah Saluran (Mid Channel Point
Bars)

Bar Alternatif terbentuk di saluran yang cenderung lurus dengan


gundukan yang beragam dari kanan ke kiri lereng saluran.
Tipe Bar ini terbentuk ketika bilangan Froude dari aliran sungai
tersebut tinggi dan parameter Shields dekat dengan gerakan yang baru
terjadi.

Point bars terbentuk ketika adanya aliran kedua pada belokan sungai
(Gambar9)
Tepi luar

Tepi
dalam

Seperti yang dapat dilihat pada gambar belokan sungai yang ada
diatas, dapat dilihat terdapat aliran yang nampak pada kemiringan
yang tegak lurus dengan arah aliran sungai.
Pada bagian luar pada lereng saluran, aliran kedua mengakibatkan
erosi dan pada bagian dalam lereng saluran mengakibatkan
Gambar (9) Aliran kedua pada dasar sungai
(a)Garis aliran pada ketinggian
tertentu
Aliran
garis di permukaan
(b) Pergerakan rotasi oleh airsungai
pada pertemuan antara 2 sungai; dan
(c) Efek dari aliran kedua: Penumpukan pada bagian dalam lereng
Aliran
dekat8 sungai
saluran (Bandingkan Point Bar
padagaris
Gambar
B)
Bagian
Tepi Tepi
Endapa
Alira
Tepi TepiBagian

penumpukan, sehingga mengakibatkan kenaikkan pada formasi Point


Bar.
Tempat paling dalam pada sungai pada jarak tertentu disebut Thalweg.
Kebanyakan Thalwegs melewati beberapa Pools(Kolam) pada dasar
saluran yang dipisahkan oleh Riffles yang bisa berupa pembentukan
sedimentasi dari dasar atau tubir dari dasar. Pools dan Riffles dari
dasar aliran ini menyebabkan Thalweg mempunyai kemiringan yang
tidak sama, naik turun dengan arah aliran.
2.9.6 Sungai Berkelok-kelok
Sebuah sungai yang mengalir tidak dalam garis lurus, tetapi dalam
pola sinusoidal (Gambar 10) disebut sungai yang berkelok-kelok.

Aliran
ini
aliran sekunder yang
tikungan sungai yang
erosi lebih lanjut di tepi
sedimentasi di tepi
Sungai yang berkelok
panjang aliran dan
mengurangi
lereng.

terhubung dari
terbentuk
di
menyebabkan
luar dan deposit
bagian dalam.
meningkatkan
cenderung
kemiringan
Gambar 10. Sungai
berkelok-kelok

Banyak ilmuwan telah mengemukakan alasan yang berbeda mengapa


sungai tersebut menjadi berkelok-kelok. Prinsip-prinsip hipotesis
eksternal telah digunakan untuk menjelaskan fenomena varians
minimum yang diusulkan oleh Langbein dan Leopold pada tahun
1962. dalam teori ini melibatkan geometri planimetris dan faktor
kedalaman hidrolik, kecepatan dan kemiringan lokal. Penjelasan
matematis juga telah dibuat oleh Yang pada tahun 1976 yang
menjelaskan tentang pembentukan aliran yang berkelok-kelok. Lain
seperti Maddock (1970) dan Chang (1984) menggunakan prinsip
kekuatan aliran minimum, Julien (1985) menganggap sungai yang

berkelok-kelok sebagai masalah variasi dimana integrasi energi sesuai


dengan masalah fungsi variasional yang disolusikan dari kurva sinus
yang dihasilkan .
secara Kuantitatif, ilmuwan seperti Chitale (1970) berpendapat
bahwa penyebab utama dari sungai yang berkelok-kelok adalah
kelebihan beban total sedimen selama pengaliran. Sebuah sungai
cenderung membuat lereng yang curam dengan mengendapkan
sedimen di dasar sungai ketika beban sedimen melebihi dari yang
diperlukan untuk mencapai keseimbangan. Peningkatan lereng
mengurangi kedalaman dan meningkatkan lebar saluran sungai jika
tepi tidak menahan erosi. Hanya sedikit penyimpangan dari aliran
aksial seragam yang diperlukan untuk mengalirkan lebih aliran ke satu
tepi dari pada yang lain. Aliran tambahan ini langsung tertarik ke tepi
sebelumnya, kemudian mengarah ke kumpulan aliran sepanjang
naiknya kelengkungan aliran dan akhirnya menyebabkan kelok-kelok
di akhir aliran.

2.9.7. Gerakan Menyamping Sungai-sungai dan Ketidakstabilan


Tepi Sungai
Saluran yang berkelok-kelok adalah hasil dari sebuah
kelangsungan perubahan dasar dan tepi sungai oleh aliran dengan
sendirinya membentuk saluran endapan dengan demikian kondisi
sungai yang berkelok-kelok tersebut bertambah seiring berjalannya
waktu.

(Figure 1.1. Kekelokan untuk sungai lurus dan sungai berliku-liku. (a)
Lurus: Kekelokannya = 0 ; (b) Kekelokannya = 1.1 ; (c) Kekelokannya =
1.5)

Dari gambar di atas, sudah jelas bahwa peningkatan dari nilai


kekelokan dari sungai yang berliku-liku adalah berhubungan dengan
mundurnya tepi sungai. Dalam beberapa sungai, seperti Sungai Kosi
telah berubah atau berpindah posisi secara menyamping sampai jarak
yang jauh (lebih dominan pada arah barat). Dari sini juga pengaruh
karena mundurnya tepi sungai, walaupun sungai tersebut tidak
menunjukkan kekelokan dengan jelas oleh karena itu erosi pada tepi
sungai berhubungan erat dengan perubahan posisi lateral sungai.
Erosi tepi sungai terdiri dari pemisahan butiran atau kumpulankumpulan butiran dari tepi sungai, diikuti oleh penggabungan materi
fluvial. Walaupun dasar sungai kemungkinan terbentuk dari material
endapan non-kohesif di tepi-tepi sungai, di samping itu, kemungkinan
terbentuk dari tanah non-kohesif atau kohesif. Kohesif, butiran halus
material dari tepi mudah terkikis oleh penyapuan dari agregat-agregat
atau remah-remah dari tanah daripada partikel-partikel individu, yang
terikat dengan kuat bersama-sama oleh kekuatan-kekuatan kohesif
elector-mekanis. Material tepi non-kohesif biasanya terpisah butir
demi butir dan kemungkinan meninggalkan torehan pernyataan
menandakan tahap puncak tercapai.
Ketika bagian dari garis tepi runtuh dan jatuh banyak dari material di
tepi longsor atau jatuh menuju bagian bawah dari tepi. Materialmaterial tersebut kemungkinan tertinggal di sana sampai hancur di
tempat tersebut atau tersapu oleh arus. Massa keruntuhan bias
dianalisa dalam istilah geoteknik kestabilan lereng atau sebagai hasil
dari gaya gravitasi dan fluvial, yang mengatasi menahan gaya

gesekan, kohesi dan penggabungan, beberapa model dari keruntuhan


tepi ditunjukkan dalam Gambar 12.

Gambar 12. Model dari Keruntuhan


Tepi

2.9.8 Penyesuaian lebar sungai


Dengan kenaikan atau penurunan aliran dominan dan beban
sedimen dari sungai , ada perubahan di permukaan lapisan sungai ,
seperti yang dibahas dalam 2.9.2 dengan 2.9.4 . Meskipun perubahan
saluran secara mendalam yang disebabkan oleh aggradasi atau
degradasi dasar sungai dapat disimulasikan , perubahan lebar tidak
bisa. Ketika mencoba untuk model sistem murni seperti morfologi
fluvial ini adalah keterbatasan penting karena saluran penampang
biasanya berubah pada waktu , dan penyesuaian dari kedua lebar dan
kedalaman ( selain perubahan planform , kekasaran dan atribut lainnya
) cukup umum .
Penyelarasan sungai dapat terjadi karena berbagai perubahan
morfologi dan tanggapan saluran . Ini mungkin pelebaran ( Gambar 13
) atau penyempitan ( Gambar 14 ) .

Potongan Bagian AA
Lebar T1

Lebar T1

Lebar T2
Gambar Tampak

Lebar T1

Lebar T2

Lebar T1

Lebar T2
Lebar T2

Lebar T1

Lebar T2

Erosi

Endapan

Gambar 13. Cara-Cara dari


Adaptasi dari ASCE Task Committe, dokumen 1998

Potongan Bagian AA
Lebar

Lebar

Lebar

Lebar

Lebar

Lebar

Lebar

Lebar

Erosi
Endapan

Gambar 14. Cara-Cara dari


Adaptasi dari ASCE Task Committe, dokumen 1998

Pelebaran dapat terjadi oleh erosi dari satu atau kedua pinggriran
sungai tanpa pengikisan besar (Gambar 13a). Pelebaran di saluran
berliku-liku dapat terjadi ketika luar retret pinggiran sungai, seperti
pada saluran berkelok-kelok l Gambar 13b. Di jalinan sungai, erosi
pinggiran sungai dengan arus dibelokkan di sekitar tumbuh jalinan
penghalang adalah penyebab utama dari pelebaran (Gambar 13c). Di
sungai mengurangi pelebaran sering mengalir pengikisan saluran
ketika tinggi meningkat dan kecuraman pinggiran sungai kemudian
menyebabkan menjadi tidak stabil (Gambar 13d). Pelebaran berserat
kasar, saluran aggrading dapat terjadi ketika percepatan aliran karena
luas penampang menurun, ditambah dengan defleksi saat sekitar
penghalang berkembang, pemicu erosi pinggiran sungai (Gambar
13e).
Penyempitan sungai dapat terjadi melalui pembentukan disaluran tanggul, atau Branches pada margin (Gambar 14a). Berms atau
benches sering tumbuh ketika tingkat lapisan dasar stabil setelah
periode degradasi dan akhirnya dapat menyebabkan penciptaan baru,
ketinggian rendah banjir dan pembentukan saluran keseimbangan
kuasi sempit. Penyempitan di saluran berliku-liku terjadi ketika
tingkat alternatif atau titik pertumbuhan penghalang melebihi laju
dibandingkan potongan pinggiran sungai (Gambar 14b). Dalam
jalinan saluran, penyempitan dapat mengakibatkan anabranch marjinal
(pada saluran cabang) dalam jalinan sistem diabaikan (Gambar 14c).
Sedimen diendapkan dalam saluran diabaikan sampai menyatu ke
dataran banjir. Juga, jalinan penghalang atau pulau-pulau dapat
menumpuk di dataran banjir, terutama menyusul penurunan debit
formatif (Gambar 14d). Island tops bertentangan dengan elevasi
dataran banjir dan pinggiran sungai dibangun hingga elevasi dataran
banjir karena deposisi sedimen di permukaan tanggul, sering
berkaitan dengan pembentukan vegetasi.

You might also like