Professional Documents
Culture Documents
RABIES
Pembimbing:
dr. Diah Mustika, Sp.S KIC
Disusun oleh:
Tista Artu Indra Kusuma
2010.04.0.0172
Amanda Octabrina
2010.04.0.0173
Mardiyyah
2010.04.0.0174
2010.04.0.0175
2010.04.0.0179
Ririn Ramli
2010.04.0.0180
DEPARTEMEN NEUROLOGY
RSAL DR.RAMELAN SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomer 2 setelah katarak dengan
jumlah penderita 60.500.000 pada tahun 2010, diperkirakan meningkat menjadi
76.000.000 pada tahun 2020. Kebutaan akibat penyakit glaucoma bersifat
menetap. Di Amerika, jumlah penderita glaucoma pada ras kulit hitam 3-4 kali
lebih banyak dibandingkan dengan ras kulit putih. Selain itu ditemukan angka
prevalensi yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia , pada kelompok
penduduk yang berusia 70 tahun 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok
penduduk yang berusia 40 tahun (buku ajar ilmu kesehatan mata unair, 2013)
Glaucoma dapat dibagi menjadi glaucoma primer dan glaucoma sekunder.
Glaucoma primer biasanya mengenai kedua mata, sebaliknya glaucoma sekunder
sering unilateral atau asimetris dan berhubungan dengan kelainan di mata atau
kelainan sistemik yang menyebabkan penurunan pengeluaran humor aquous.
Dalam hubungannya dengan penatalaksanaannya, glaucoma juga dapat dibagi
menjadi glaucoma sudut terbuka dan tertutup (buku ajar SMF Mata RSU Haji
Surabaya). Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi latent,
intermitten, kronik dan absolute (Khurana)
Glaukoma sudut tertutup kronis biasanya asimptomatis. Kebanyakan
pasien di diagnosa menderita glaucoma sudut tertutup kronis ketika didapatkan
hasil gonioskopi yang akurat.
Onset dari Glaucoma sudut tertutup kronis pada umunya bertahap, tetapi
dapat juga terjadi akibat episode akut dari glaucoma sudut tertutup atau dengan
kata lain terjadi setelah satu kali atau lebih serangan glaucoma sudut tertutup akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Bola mata
Bola mata merupakan sebuah struktur kista berbentuk bulat yang
dipertahankan oleh tekanan didalamnya. Pusat kelengkungan maksimal kurvatura
anterior disebut polus anterior dan kurvatura posterior disebut polus posterior.
Keduanya dihubungkan oleh garis ekuator pada bidang tengah kedua polus
(Khurana, 2007). Diameter bola mata orang dewasa sekitar 24,2 mm (Eva, 2007)
dengan volume 6,5 ml dan berat 7 g (Khurana, 2007).
2.1.2
Kamera okuli anterior memiliki kedalaman 2,5 mm pada orang dewasa dan
mengandungGambar
sekitar 0,251.1.
ml akuos
humor.bola
Padamata
mata hipermetropia,
kamera okuli
Anatomi
(Khurana, 2007)
anterior lebih dangkal tetapi lebih dalam pada mata myopia.
2.1.3. Badan siliaris
2.1.4
Trabecular meshwork
Suatu struktur seperti saringan pada sudut kamera okuli anterior yang
Kanal Schlemm
Merupakan saluran sirkumferensial dalam sklera perilimbus dan bersepta.
2.2 Fisiologi
okuli anterior dan kemudian ke perifer menuju sudut kamera anterior (Vaughan,
2007)
Jaringan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastic
yang dibungkus oleh sel-sel trabekula yang membentuk suatu saringan dengan
ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati canalis schlemm.
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya kedalam jalinan trabekula memperbesar
ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor juga
meningkat. Aliran humor aqueous kedalam kanalis schlemm bergantung pada
pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di lapisan endotel. Saluran eferen
dari kanalis schlem (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous )
menyalurkan cairan kedalam system vena. Sejumlah kecil aqueous humor keluar
dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sclera (aliran uveosclera) .
Resistensi utama dari aliran humor aqueous dari kamera anterior adalah lapisan
endotel saluran schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekula di dekatnya, bukan
dari system pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera
menentukan besar minimum tekanan intraseluler yang di capai oleh terapi medis
(Vaughan, 2007)
Sudut kamera okuli anterior memiliki peranan penting dalam drainase
aqueous humor. Sudut ini dibentuk oleh pangkal iris, bagian depan badan siliaris,
taji sclera, jaringan trabekula dan garis schwalbe (bagian ujung membrane
descement kornea yang prominen). Lebar sudut ini berbeda pada setiap orang, dan
memiliki peranan yang besar dalam menentukan patomekanisme tipe glaucoma
yang berbeda-beda. Struktur sudut ini dapat dilihat dengan pemeriksaan
gonioskopi. Hasilnya dibuat dalam bentuk grading, dan system yang paling sering
digunakan adalah system grading Shaffer (Khurana, 2007)
Lebar sudut
konfigurasi
IV
35-45
Terbuka lebar
Kesempatan
untuk
menutup
Nihil
III
II
I
0
20-35
20
10
0
terbuka
sempit
Sangat sempit
tertutup
Nihil
Mungkin
Tinggi
Tertutup
Struktur pada
gonioskopi
SL, TM, SS,
CBB
SL,TM,SS
SL,TM
SL
Tidak tampak
struktur
Keterangan :
SL : Schwalbes line, TM : trabekular meshwork, SS : Scleral spur, CBB : Ciliary
body band
System aliran drainase aqueous humour terdiri dari jalinan jala trabekula,
kanal schlemm, jembatan pengumpul, vena-vena aqueous dan vena episkleral.
Adapun jalinan trabekula terdiri dari tiga bagian yakni jalinan uveal, korneosclera
dan jukstakanalikular. Jalinan uveal merupakan jalinan yang paling dalam dan
meluas dari pangkal iris dan badan siliaris sampai garis schwalbe. Jalinan
korneosclera membentuk bagian luar, dan terdiri dari lapisan jaringan konektif.
Bagian ini merupakan bagian sempit trabekular yang menghubungkan jalinan
korneoscleral dengan kanal schlemm. Sebenarnya lapisan endotel luar jalinan
jukstakanalikular berisi dinding dalam kanal schlemm yang berfungsi
mengalirkan aqueous keluar.
Kanal schlemm merupakan suatu saluran yang dilapisi endotel, tampak
melimgkar pada sulkus sclera. Sel-sel endotel pada dinding dalam ireguler,
berbentuk spindle dan terdiri dari vakuol-vakuol besar. Pada dinding bagian luar
terdapat sel-sel otot datar dan mempunyai pembukaan saluran pengumpul.
Saluran pengumpul disebut juga pembuluh aqueous intraskleral,
jumlahmya sekitar 25-35 ml, meninggalkan kanal schlemm pada sudut oblique
dan berakhir pada vena-vena episkleral. Vena ini dibagi menjadi dua system .
sistem langsung yakni dimana pembuluh besar melalui jalur pendek intraskleral
dan langsung ke vena episkleral. Sedangkan saluran pengumpul yang kecil,
sebelum ke vena episkleral terlebih dahulu membentuk pleksus intraskleral
(Khurana, 2007).
dengan
karateristik
koagulasi
retina
yang
menyeluruh
dapat
mengakibatkan
pembengkakan dari badan siliar, sclera yang melengkung dan juga beberapa obat.
- plateau iris
Berhubungan dengan sedikit lebih dalamnya bilik mata depan yang
disertai dengan penyempitan pada sudut yang potensial untuk menutup tergantung
dari dimana akar irisnya pada struktur sudut.
2.3.3 Patofisiologi
Glaucoma sudut tertutup kronis merupakan hasil penutupan secara
bertahap dari sudut kamera okuli anterior pada keadaan sebagai berikut (Khurana,
2007) :
- Creeping synechial angle-closure. Selalu dimulai pada bagian superior dan
bertahap berkembang melingkar melibatkan sudut 360 derajat selama periode
- serangan dari glaucoma sudut tertutup subacute seringkali berakhir menjadi
glaucoma sudut tertutup kronis.
2.3.5 Diagnosa
Gejala : asimptomatis (Kanski, 2007)
Adanya riwayat serangan glaukoma sudut tertutup primer beberapa waktu
yang lalu disertai gejala hiperemi limbus dan konjungtiva, edema kornea, kamera
okuli anterior dangkal, flare (+), cells (+), TIO tinggi, papil nervus optik hiperemi,
sudut kamera okuli anterior tertutup (Nurwasis, 2006).
2.3.5.1 Pengukuran tekanan intraokuler
Tonometri digunakan untuk mengukur tekanan intraokuler. Ketebalan
kornea mempengaruhi ketepatan pengukuran. Tekanan intraokuler normal yaitu
10-21 mmHg. Pada orang tua, tekanan intraokuler lebih tinggi, yaitu mencapai
24 mmHg. Alat yang digunakan antara lain tonometer aplanasi Goldmann,
tonometri
Pascal
Dynamic
Contour,
tonometri
Perkins,
Tono-Pen,
Gambar 2.3. Glaukoma awal menunjukkan focal notching batas neuroretina di bagian inferior (Ev
Gambar 2.4. Glaucomatous cupping dengan pergeseran pembuluh darah ke arah nasal dan hollo
4. Skotoma arkuata
Bentuk ini berkembang sebagai hasil perpaduan scotoma
parasentral, yang muncul antara 10 dan 20 derajat fiksasi pada
area yang menyusun bagian bawah atau bagian atas dari titik
buta sekitar fiksasi (area Bjerrum), yang kemudian berkembang
sepanjang distribusi saraf arkuata menjadi skotoma Seidel. Pada
akhirnya bergabung dengan titik buta (skotoma arkuata)
mencapai 5 derajat fiksasi nasal.
5. Pembesaran skotoma
Hal ini disebabkan karena kerusakan pada saraf yang
berdekatan.
6. Skotoma mendalam disertai perkembangan defek yang baru.
7. Skotoma cincin
Terbentuk ketika defek arkuata pada separuh atas dan separuh
bawah lapang pandang bergabung.
8. Tahap akhir
Dikarakteristikkan dengan sebuah pulau kecil pada penglihatan
sentral dan sebuah pulau di sisi temporal. Pulau temporal
biasanya menghilang sebelum pulau sentral (Kanski, 2007).
Pemeriksaan lapang pandang pada glaukoma antara lain perimeter
automatis (Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter Goldmann,
penganalisa lapang Friedman, dan layar tangen. Yang paling sering
digunakan adalah perimeter Humphrey, yang bekerja dengan cara
memberikan stimulus putih pada layar putih. Defek lapang pandang terdeteksi
ketika terdapat kehilangan ganglion retina sebesar 40%.
2.3.5.4 Pemeriksaan sudut kamera okuli anterior
Angulus kamera okuli anterior dapat ditentukan dengan iluminasi oblik
menggunakan penlight, atau dengan observasi kedalaman kamera okuli
anterior menggunakan slit-lamp, namun paling baik dengan gonioskopi untuk
melihat struktur dalam sudut secara langsung.
o Jika terlihat struktur trabecular meshwork, scleral spur, dan
prosesus iris = sudut terbuka
o Jika linea Schwalbe atau sebagian kecil trabecular meshwork yang
terlihat = sudut sempit
o Jika linea Schwalbe tidak terlihat = sudut tertutup (Eva, 2007).
Gambar 2.3. Penentuan kedalaman kamera okuli anterior dengan iluminasi oblik (Eva, 2007).
Gambar 2.4. Ilustrasi anatomis (kiri) dan gonioskopi (kanan) pada angulus kamera okuli anterior
Gambar 2.5 Kamera okuli anterior dangkal dan diafragma iris-lensa berbentuk cembung (Kanski,
Gambar 2.6. Jarak yang dekat antara iris dengan kornea (Kanski, 2007)
3. Oftalmoskopi
Perubahan diskus optikus yang mirip dengan glaukoma sudut terbuka,
yaitu diskus asimetris (Kanski, 2007).
4. Gonioskopi
Angulus kamera okuli anterior sempit dengan besar PAS (Peripheral
Anterior Synechiae) yang bervariasi (Eva, 2007). Selain itu, adanya
sudut 2.7.
sempit
dimana
trabecular
meshwork
tidak terlihat, tanpa
Gambar
Diskus
optikus
asimetris
(www.eyecalcs.com)
indentasi atau manipulasi pada sedikitnya tiga kuadran. PAS permanen
biasanya tidak berkembang hingga tahap akhir (Kanski, 2007).
4.3.6 Manajemen
Gambar 2.8 Angulus kamera okuli anterior yang sangat
4.3.6.1 Prinsip
sempit (Kanski, 2007)
1. Menghilangkan sudut tertutup dengan modifikasi dan koreksi
mekanisme sudut tertutup.
2. Mengontrol tekanan intraokuler dan faktor resiko lainnya yang
berkaitan
3. Memantau dan menjaga integritas struktural dan fungsional
diskus optikus dan lapisan retina (Rojanapongpun, 2007).
4.3.6.2 Terapi medikamentosa
4.3.6.2.1 Obat penekan produksi akuos
a) - adrenergic blocking agents
menghambat
produksi
akuos
dan
menjadi
gelap,
spasme
2007).
Obat yang mengurangi volume vitreus
Agen hiperosmotik membuat darah menjadi hipertonik, dengan
demikian menarik air keluar dari vitreus dan menyebabkannya
menjadi mengerut, dan juga mengurangi produksi akuos.
Regimen: Gliserin oral (Glycerol) dosis 1 ml/kgBB, isosorbid
oral, dan urea atau manitol intravena.
Pemberian gliserin hati-hati pada pasien dengan diabetes (Eva,
4.3.6.2.4
2007).
Agen miosis, midriasis, dan sikloplegik
Konstriksi pupil adalah dasar tata-laksana glaukoma sudut
tertutup primer dan angle crowding plateau iris. Dilatasi pupil
penting untuk pengobatan sudut tertutup dalam mengatasi iris
bombans karena sinekia posterior.
Ketika sudut tertutup disebabkan oleh perpindahan lensa
anterior, sikloplegik (cyclopentolate dan atropin) digunakan
4.3.6.3.3
Bedah filtrasi
Bedah filtrasi dapat menurunkan tekanan intraokuler secara
nyata meskipun pengobatan secara medis dan penggunaan laser
meningkat keefektifannya.
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan
Gambar 2.9. Trabekulektomi menunjukkan bleb pada sisi nasal superior dan iridektomi perifer (E
untuk membuat jalan pintas saluran drainase normal, dengan
masuk dari kamera okuli anterior ke jaringan subkonjungtiva
dan orbita. Komplikasinya adalah fibrosis jaringan episklera,
yang menyebabkan penutupan pada saluran drainase yang baru,
ketidaknyamanan mata secara persisten, infeksi bleb, atau
makulopati dari hipotoni okuler persisten, serta mempercepat
4.3.6.3.4
4.3.6.3.6
laser
iridotomi
dahulu
untuk
2. Tipe 2
Dilakukan iridotomi dengan terapi medikamentosa bila
perlu.
3. Tipe 3
Dilakukan laser iridotomi (Kanski, 2007).
4.3.6.4 Profilaksis
Dilakukan LPI (Laser Peripheral Iridotomy) pada mata jiran (Khurana,
2007) bila salah satu mata pernah mengalami penutupan sudut akut atau subakut.
Hal ini disebabkan karena resiko munculnya tekanan akut pada lima tahun
kedepan sekitar 50%. Meskipun LPI profilaksis berguna untuk mencegah
serangan akut, pada 15% kasus tetap mengalami peningkatan intraokuler
(Kanski, 2007).
2.3.7 Komplikasi
Apabila glaukoma tidak terobati, dengan atau tanpa munculnya serangan
subakut intermiten menjadi fase akhir glaukoma absolut (Khurana, 2007).
2.3.8 Prognosis
Berkurangnya visus secara progresif bisa dicegah bila kontrol tekanan
intraokuler tercapai. Dengan atau tanpa iridotomi perifer dapat mengontrol
tekanan intraokuler, bergantung mekanisme yang mendasari dan tahap
penyakit ketika terdiagnosa (Rumelt, 2011).
Jika PAS (Peripheral Anterior Synechiae) lebih banyak, tekanan
intraokuler lebih tinggi, dan rasio CDR lebih besar, ada kecenderungan
tekanan intraokuler lebih sulit dikontrol setelah iridotomi. Bila optik neuropati
akibat glaukoma telah muncul, pasien membutuhkan lebih banyak pengobatan
untuk mengontrol tekanan intraokuler (Rumelt, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Eva, Paul Riordan and John P. Whitcher ed., 2007, Vaughan & Asburys General
Ophthalmology, 17th edition, McGraw Hill Lange, London.
Juncqueira, Carneiro Jose, Luiz Carlos, Carneiro Jose, 2007, Basic Histology: text
& atlas, 11th edition, The McGraw-Hill Companies Inc., the United
States of America.
Kanski, Jack J, 2007, Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach, 6th edition,
Butterworth Heinemann Elsevier Limited, China.
Khurana, A.K., 2007, Comprehensive Ophthalmology, 4th edition, New Age
International (P) Limited Publishers, New Delhi.
Nurwasis, Evelyn Komaratih, 2006, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF
Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke 3, Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo,
Surabaya.
Rojanapongpun, Prin, 2007, Fundamental Concepts of Chronic Angle-closure
Glaucoma, Journal of Current Glaucoma Practice, Vol. 1, No. 1, pp.
42-46, May-August 2007.
Rumelt, Michael B, 2011, Glaucoma Basic and Clinical Concepts: Primary Angle
Closure
Glaucoma,
Washington
University
Department
of
2014, <http://www.intechopen.com/books/glaucoma-basic-and-clinicalconcepts/primary-angle-closure-glaucoma.pdf>