Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
bertambah.
komposit dibadingkan baja. Kekuatan tarik bambu pun cukup tinggi hingga
mencapai 370 MPa (Ghalvani, 1995). Bambu juga merupakan material ramah
lingkungan sebab untuk mendapatkannya tidak memerlukan industri tertentu yang
memerlukan energi dalam jumlah yang besar. Mengingat sifatnya yang ringan,
ekonomis dan ramah lingkungan, serat bambu merupakan salah satu alternative
yang baik sebagai material komposit untuk mengingkatkan daktilitas dan kuat
tarik beton.
1.2 Rumusan Masalah
(1) Bagaimana pengaruh serat bambu ori terhadap kuat tekan beton?
(2) Bagaimana pengaruh serat bambu ori terhadap kuat tarik beton?
1.3 Tujuan
(1) Mengetahui pengaruh serat bambu ori terhadap kuat tekan beton
(2) Mengetahui pengaruh serat bambu ori terhadap kuat tarik beton
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pengetahuan beton serat
(1) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang teknologi
beton dengan bahan tambahan serat alami bambu ori (Bambusa
arundinacea).
(1) Diharapkan dengan informasi mengenai susunan serat bambu terhadap
beton dapat digunakan pada pembuatan bangunan dengan mutu yang
lebih tinggi.
1.4.2 Bagi penelitian material
Penelitian ini diharapkan dapan memberi wawasan dan menambah
pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perencanaan
beton
sering
dikenal
dengan
istilah
beton
dari beton. Sehingga untuk menambah kuat tarik beton dapat dilakukan dengan
diberi tulangan yang mampu menahan gaya tarik.
2.2 Beton Berserat
ACI ( American Concrete Institute ) memberikan definisi pada beton serat,
yaitu suatu konstruksi yang tersusun dari bahan semen, agregat halus dan kasar
serta sejumlah kecil serat (fibre).
Menurut Kardiyono (1994), beton serat ialah bahan komposit yang terdiri
dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton itu berguna
untuk mencegah adanya retak-retak sehingga menjadikan beton serat lebih daktail
daripada beton biasa.
Banyak sifat-sifat beton yang dapat diperbaiki dengan penambahan serat,
diantaranya adalah meningkatnya : daktilitas, ketahanan impact, kuat tarik dan
lentur, ketahanan terhadap kelelahan, ketahanan terhadap pengaruh susutan,
ketahanan abrasi, ketahanan terhadap pecahan atau fragmentasi, ketahanan
terhadap pengelupasan.
Serat merupakan bahan tambah yang dapat digunakan untuk memperbaiki
sifat beton. Berbagai macam serat yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat
sifat mekanik beton antara lain adalah fiber baja (steel fibre), fiber
polypropylene (sejenis plastik mutu tinggi), fiber kaca (glass fibre), fiber karbon
(carbon fibre), serta fiber dari bahan alami (natural fibre), seperti ijuk, rambut,
sabut kelapa, serat goni dan serat tumbuh-tumbuhan lainnya. Briggs (1974)
meneliti bahwa batas maksimal yang masih memungkinkan untuk dilakukan
pengadukan dengan mudah pada adukan beton serat adalah penggunaan serat
dengan aspek rasio ( l/d ) < 100. Pembatasan nilai l/d tersebut didukung dengan
adanya usaha usaha untuk meningkatkan kuat lekat serat dengan membuat serat
dari berbagai macam konfigurasi, seperti bentuk spiral, berkait, bertakik takik
atau bentuk bentuk yang lain untuk meningkatkan kuat lekat serat. Penambahan
serat pada adukan beton dapat menimbulkan masalah pada fibre dispersion dan
kelecakan (workability) adukan. Fibre dispersion dapat
diatasi dengan
memberikan
bahan
tambah
berupa
superplasticizer
ataupun
dengan
fc
Ec
Dan untuk beton dengan berat normal beton yang berkisar 2320 kg/m3
Ec=4700 f c '
2.2.3. Kuat tarik beton
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya.
Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton
dipenuhi oleh retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton
menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga
memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi bila balok
menerima beban tarik. Meskipun biasanya diabaikan dalam perhitungan desain,
kuat tarik tetap merupakan sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton dan
seberapa besar retak yang terjadi. Selain itu, kuat tarik dari batang beton diketahui
selalu akan mengurangi jumlah lendutan. Karena kuat tarik beton tidak besar,
hanya sedikit usaha yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik
dari beton.
2.2.4. Poissons ration
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah
lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal ini disebut
sebagai Perbandingan Poisson (Poissons ratio). Nilainya bervariasi mulai dari
0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton mutu rendah, dengan nilai ratarata 0,16. Sepertinya tidak ada hubungan langsung antara nilai perbandingan ini
dengan nilai-nilai, seperti perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran
agregat, dan sebagainya.
2.2.5. Shrinkage pada beton
Susut adalah perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban
atau berkurangnya volume elemen beton jika terjadi kehilangan uap air karena
penguapan. Proses susut pada beton akan menimbulkan deformasi yang umumnya
akan bersifat menambah deformasi rangkak.
2.2.6. Creep pada beton
Rangkak (creep) adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat
adanya beban yang bekerja. Rangkak timbul dengan intensitas yang semakin
berkurang setelah selang waktu tertentu dan kemudian berakhir setelah beberapa
tahun.
2.3 Material Serat Alam
Serat alam merupakan sumber selulosa yaitu polimer alam penyusun serat
tanaman, selain hemiselulosa dan lignin. Selulosa merupakan bahan organik yang
terbesar ketersediaannya di muka bumi. Berikut ini beberapa jenis serat alam dan
sifat-sifatnya tersaji dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Jenis
Serat
Kapok
Kapas
Kenaf
Rami
Sisal
Abaka
Bambu
Kerapatan
Selulosa
Hemise-
Lignin
(g/cm3)
(%)
lulosa (%)
(%)
0,03
43
32
13-15
1,50-1,60
88-96
3-6
1-2
1,47
31-57
22-23
15-19
1,51
68-91
5-17
0,6-0,7
1,33-1,50
47-78
10-24
7-11
1,35-1,50
56-68
15-20
5-9
0,60-0,90
45-50
16-21
20-30
Sumber : Buku Bioresources Biokomposit
Kuat tarik
(MPa)
285-595
479-1600
220-938
400-700
980
480
Serat kayu, bambu, kenaf, sisal, rami dan lain-lain yang kita lihat
merupakan kumpulan dari serat-serat yang berdiameter lebih kecil (10~40 mikro
meter) atau disebut serat tunggal. Serat tunggal ini kalau diuraikan lebih lanjut
akan berupa mikrofibril selulosa dengan diameter 4~10 nano meter. Penelitian
mikrofibril selulosa pertama kali dilakukan oleh Turbak pada tahun 1983.
Kekuatan mikrofibril selulosa yang berukuran nano sangat tinggi yaitu modulus
elastisitasnya 138 GPa. Penemuan serat nano ini membuka peluang diciptakannya
nanokomposit fungsional yang ramah lingkungan, ringan dan sangat kuat.
ini menunjukkan bahwa regangan bending dari balok dengan serat bambu adalah
lebih baik dibanding dengan balok beton normal.
(2) Penelitian Rusyanto, Titik Penta Artiningsih dan Ike Pontiawaty
Penelitian bertujuan untuk mengkaji peningkatan kuat tarik beton akibat
penambahan serat bambu. Penelitian berupa studi eksperimental dengan membuat
benda uji silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Kadar serat yang
digunakan adalah 1,5% dari berat semen dengan variasi panjang 15 mm (BS1), 20
mm (BS2), dan 25 mm (BS3). Beton tanpa serat (BN) juga dibuat sebagai
pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan BN adalah 25,44 MPa, BS1
26,50 MPa (naik 4,1%), BS2 27,81 MPa (naik 9,3%), dan BS3 27,95 MPa (naik
9,9%). Kuat tarik BN adalah 1,88 MPa, BS1 2,27 MPa (naik 20,7%), BS2 2,46
MPa (naik 30,5%), dan BS3 2,43 MPa (naik 28,9%). Terlihat bahwa penambahan
serat hanya sedikit menaikkan kuat tekan beton, yaitu kenaikan terbesar pada BS3
sebesar 9,9%. Tetapi penambahan serat menaikkan kuat tarik cukup signifikan,
yaitu sebesar 30,5% pada BS2. Kesimpulannya bahwa ukuran serat terbaik adalah
20 mm.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
(2) Percobaan Berat Jenis, Absorpsi dan Kadar Air Batu Pecah (ASTM
C128-88R.38)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis, absorpsi (air
resapan) dan kadar air batu pecah.
(3) Percobaan Kebersihan Batu Pecah Terhadap Lumpur (ASTM C117-76)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kebersihan batu pecah
terhadap bahan lumpur dengan cara pencucian.
(4) Percobaan Kekerasan Batu Pecah dengan Alat Impact (BS 1881)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukkan prosentase kekerasan batu
pecah terhadap pengaruh mekanis dengan alat impact.
3.2.4 Analisa Saringan Pasir dan Batu Pecah
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ukuran atau gradasi serta
modulus kehalusan pasir dan batu pecah (ASTM C136-95a).
4.3 Metode Perencanaan Mix Desain
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam perencanaan mix
desain beton adalah metode mix desain berdasarkan SNI-03-2834-1992 tentang
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
4.4 Detail Benda Uji
Dalam penelitian ini, peneliti akan membuat lima benda uji beton silinder
dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang terdiri dari empat beton
serat bambu dan satu beton normal. Kuat tekan rencana (fc) yang dipakai sebesar
25 MPa. Beton serat menggunakan serat bambu ori dengan variabel bebas panjang
dan perbandingan volume terhadap semen berturut-turut, yaitu 2 cm dan 1,5%.
Penelitian dilakukan dengan melakukan perbandingan antara hasil kuat tekan
beton dan tarik beton normal dan beton serat bambu ori.