You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu
sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti
agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam
masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada
keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awwam, seperti ucapan : Wah
udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua. Atau ucapan : Dia sih
agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian., dan lain-lain.
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini
menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam
bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak.
Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang
seharusnya

kita

utamakan,

namun

tidak

berarti

mengabaikan

perkara

penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid


merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan
pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya
berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka
semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak
yang buruk berarti lemah tauhidnya.

B. Tujuan
Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk memberi informasi atau
pengetahuan kepada mahasiswa mengenai apa saja yang ada dalam
makalah ini dan sekaligus sebagai tugas dari mata kuliah yang
bersangkutan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Akhlak


Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi,
perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya
"Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan
"khalkun"

yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang


yang berarti yang diciptakan.1

berarti Pencipta dan "Makhluk"

Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam


al Qur'an, sebagai berikut:
Yang Artinya :
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
Agung. (Q.S. Al-Qalam, 68:4).2
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar
mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih
Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan

perbuatan-perbuatan

tanpa

melalui

pertimbangan

pikiran lebih dahulu.3


2. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir
berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada
1
2

Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1
Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra
Semarang, 1989), h. 960
Zahruddin AR, h. 4

pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan
yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut
akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap
tersebut disebut akhlak yang buruk.4
3. Prof. Dr. Ahmad Amin
Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan
sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan
manusia setelah

imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang

diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing

dari

kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari


kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar
inilah yang bernama akhlak.5
Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi
akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan,
melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa
yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
Jika dikaitkan dengan kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islami, secara
sederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam
atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata
akhlak dalam menempati posisi sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah
perbuatan

yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan

sebernya berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang
universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal.6
4

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 29

Zahruddin AR, h. 4-5


6
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet ke-5, h. 147

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menjabarkan


akhlak universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan
social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Menghormati kedua
orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal.
Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati oarng tua itu dapat
dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia.
Jadi,

akhlak islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong,

membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa
dan mental,

serta

tujuan

berakhlak

yang

baik

untuk mendapatkan

kebahagiaan di dunia dan akhirat.


Dengan demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan
akhlak lainnya. Jika aklhak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan
manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan
dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan
cara demikian, masing masing makhluk merasakan fungsi dan eksistensinya di
dunia ini.
Ciri akhlak Islam antara lain bersifat universal. Universalitas akhlak Islam
antara lain tercermin dalam daya cakupnya pada setiap aspek kehidupan.
Memperhatikan amat banyaknya aspek kehidupann manusia, maka disini dicoba
untuk disederhanakan menjadi aspek akhlak pribadi, akhlak keluarga, akhlak
bertetangga, akhlak sosial, akhlak ekonomi, akhlak politik, akhlak profesi, akhlak
terhadap alam dan akhlak terhadap Allah.

B. Ruang Lingkup Akhlak Islam


1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai
dengan larangan merusak, membinasakan dan menganiyaya diri baik secara

jasmani (memotong dan merusak badan), maupun secara rohani (membirkan


larut dalam kesedihan).
2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga,
contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak berkatakata yang menyakitkan mereka.
3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan
soaial, menolong sesama, menciptakan masyarakat yang adil yang
berlandaskan Al-Qur'an dan hadist
4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama tidak
bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun Negara dalam bentuk
lisan maupun fikiran.
5. Akhlak terhadap agama meliputi berimn kepada Allah, tidak menyekutukanNya, beribadah kepada Allah. Taat kepada Rosul serta meniru segala tingkah
lakunya.

C. Pembagian Akhlak
1. Sumber Akhlak
Persoalan "akhlak" didalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat
dalam

al-Hadits

sumber tersebut

merupakan

batasan-batasan

dalam

tindakan sehari-hari bagi manusia ada yang menjelaskan artibaik dan buruk.
Memberi informasi kepada umat, apa yang mestinya harus diperbuat dan
bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah
perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem
moral atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertititk tolak dari
aqidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya yang
kemudian agar disampaikan kepada umatnya.

Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan


kepada kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar
dari pada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok
daripada akhlak adalah al-Qur'an dan al-Hadits yang merupakan sumber
utama dari agama itu sendiri.
Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk
dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabatsahabat Beliau yang selalu berpedoman kepada al-Qur'an dan as-Sunah
dalam kesehariannya.
Beliau bersabda:

Artinya :
Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Nabi saw bersabda,"telah ku
tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu
berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah
dan sunnah Rasulnya.
Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau
tindakan manusia apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud
mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut
sistem moral atau akhlak yang agamis (Islam) dapat dicapai dengan jalan
menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangannya dan
mengerjakan segala perintahnya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman
dasar hidup bagi setiap muslim yakni al-Qur'an dan al-Hadits.

2. Macam-macam Akhlak
i. Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-karimah

atau

akhlak

yang mulia

sangat

amat

jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan


dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung
sifat

itu, yang

jangankan manusia, malaikatpun tidak akan

menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak terhadap Diri Sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan
menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri
dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan
dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaikbaiknya.
Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga
kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan
yang tercela.
3. Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk social yang kelanjutan eksistensinya
secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain,
untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan
orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara,
Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita, dan merupakan
orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan
dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan
menghargainya.
Jadi,

manusia

menyaksikan

dan

menyadari

bahwa Allah

telah

mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia

kenikmatan yang

tidak bisa

dihitung

banyaknya,

semua

itu

perlu

disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya. Sebaiknya dalm


kehidupannya

senantiasa

berlaku

hidup

sopan

dan santun

menjaga

jiwanya agar selalu bersih, dapt tyerhindar dari perbuatan dosa, maksiat,
sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dan
dipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena
manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang
baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik.
ii. Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan
atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam
ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar
dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak
yang tercela, di antaranya:
1. Berbohong Ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak
sesuai dengan yang sebenarnya.
2. Takabur (sombong) Ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi,
mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.
3. Dengki Ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh
orang lain.
4. Bakhil atau kikir Ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa
yang dimilikinya itu untuk orang lain.
Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya
di bedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika
sesuai

dengan perintah Allah dan rasulnya yang kemudian melahirkan

perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji,
sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasulnya

dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan


akhlak yang tercela.
D. Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu kebahagiaan hidup umat manusia
baik di dunia dan di akhirat. Dikarekan itulah kita sebagai manusia untuk hidup
saling membantu baik dari pekerjaan, kebutuhan atau lainnya.
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan
antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan
agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, Agama
adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masingmasing. Atau ungkapan, Agama adalah urusan masjid, di luar itu terserah
semau gue. Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian di
lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita pun sering
menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak shalat. Ini
juga keliru.
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlaq
itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah
sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur
cahaya Tuhan.7
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak
bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik
ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk
menghindarinya.
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang
berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.
7

http://abiturohmansyah.blogspot.com

Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan


mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran
Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat
universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini
diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social yang
terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui
adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai
bersifat local dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu.
Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak
dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu
diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak
Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun
antara sesame manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.
Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti
akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.
Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam
itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah
(agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah,
hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan
benda-benda yang tak bernyawa).

BAB III
PENUTUP

10

A. Kesimpulan
Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongan kepada
untuk

maju.

Kemajuan

materi (madiyah)

akan

terpacu

sikap-sikap
oleh

akhlak

manusia yang menggenggam materi tersebut. Akhlak adalah perangai yang


berakar didalam hati sebagai anugerah dari Khalik Maha Pencipta. Adalah
satu kenyataan belaka bahwa makhluk manusia mesti terikat erat dengan
Khalik sang Pencipta. Akhlak adalah jembatan yang mendekatkan makhluk
dengan Khaliknya. Menjadi

parameter menilai sempurna atau tidaknya ihsan

Muslim itu. Melaksanakan agama sama artinya dengan ber akhlak sesuai
dengan tuntunan agama Islam.

Karena itu, agama bukanlah sebuah beban,

melainkan adalah sebuah identitas (cirri, shibgah).


B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005)

11

Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997)


Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004
Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha
Putra Semarang, 1989)
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975
Rachmat Djatnika, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1996
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Raja Grafindo

KATA PENGANTAR
iii

12

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Karakter Akhlak Yang
Islami tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu,

Penulis

DAFTAR ISI
i
13
i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFATR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum akhlak.............................................2
B. Ruang Lingkup Akhlak Islami........................................................4
C. Pembagian akhlak...........................................................................5
D. Tujuan akhlak dalam Islam.............................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................10
B. Kritik dan Saran ............................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................iii

MAKALAH
MATERI AKIDAH
AKHLAK
ii

ii

14
iii

Keilmuan Akhak

Di Susun Oleh :
Ayu Indah Lestar
Intan Fernando

Dosen
Mahlian, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU (IAIN)

2014

15

You might also like