Professional Documents
Culture Documents
Penting
Penting
1.
Call for help. Emergency bleep the obstetrical emergency team. This should a
senior obstetrician and anaesthetist, the theatre team, a paediatrician, midwifery sister, a
porter and the junior medical staff
2.
1.
Airway : Place patient head down, maintain airway patency. Give O2 15
l/min via facemask, attach pulse oximeter
2.
3.
Circulation : Insert two grey / brown i.v cannulae. Take full set of bloods
( FBC, coagulation , crossmatch, urea and electrolytes, and liver function tests). In all
cases of severe haemorrhage give 1 litre 0.9% Saline stat
3.
Chek Maternal observation as approrpiate, e.g pulse, blood pressure, O2
saturationmonitoring and bladder catheter for urinary output measurement. At this point
see the aprropriate management guidelines for particular emergency as well as :
4.
Considering an ECG, blood glucosa measurement, centravenous monitoring and
an arterial line
5.
Using a compression cuff and warmer to give fluids if rapid administration is
indicated
6.
Remenbering o document fully in notes all observations, procedures and actions
with date, timings, a signature and a printed name
7.
Remembering the mothers partner. Although some partners might wish to wait
outside, others may prefer to stay in the room.
OLUSIO PLASENTA
Preeklampsia
Hipertensi kronis
KPD preterm
Kehamilan kembar
Hidramnion
Merokok
Pencandu alkohol
Trombofilia
Pengguna cocain
Mioma uteri
Faktor pencetus :
1.
Versi luar atau versi dalam
2.
Kecelakaan
3.
Trauma abdomen
4.
Amniotomi ( dekompresi mendadak )
5.
Lilitan talipusat - Tali pusat pendek
PATOFISIOLOGI
Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis.
Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat pada miometrium.
Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan oleh
hematoma desidua yang terjadi.
Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat
kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma
retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas
menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta.
Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka uterus tak mampu
berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah tersebut. Darah dapat merembes ke
pinggiran membran dan keluar dari uterus maka terjadilah perdarahan yang keluar
( revealed hemorrhage)
Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage)
1.
Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih utuh
2.
Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput ketuban masih
menempel dengan baik pada dinding uterus
3.
Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput ketuban
4.
Kepala janin umumnya sangat menekan SBR sehingga darah sulit keluar
5.
Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga menyebabkan uterus
couvellair
Tetania uteri
Renjatan hipovolemik
Bila pengukuran fibrinogen tak dapat segera dilakukan, lakukan pemeriksaan clott
observation test. Sample darah vena ditempatkan dalam tabung dan dilihat proses
pembentukan bekuan (clot) dan lisis bekuan yang terjadi. Bila pembentukan clot
berlangsung > 5 10 menit atau bekuan darah segera mencair saat tabung dikocok
maka hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kadar fibrinogen dan trombosit.
Pemeriksaan laboratorium khusus :
Prothrombine time
Jumlah trombosit
Kadar fibrinogen
Gawat janin
maka hal tersebut menunjukkan keadaan gawat-darurat dan tindakan yang harus
segera diambil adalah memasang infus dan mempersiapkan tranfusi.
B. TERAPI EKSPEKTATIF
Pada umumnya bila berdasarkan gejala klinis sudah diduga adanya solusio plasenta
maka tidak pada tempatnya untuk melakukan satu tindakan ekspektatif.
C. PERSALINAN PERVAGINAM
Indikasi persalinan pervaginam adalah bila derajat separasi tidak terlampau luas dan
atau kondisi ibu dan atau anak baik dan atau persalinan akan segera berakhir.
Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan maka segera lakukanamniotomi dengan
tujuan untuk :
1.
Segera menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan perdarahan dan
mencegah komplikasi lebih lanjut (masuknya thromboplastin kedalam sirkukasi ibu yang
menyebabkan DIC)
2.
Merangsang persalinan ( pada janin imature, tindakan ini tak terbukti dapat
merangsang persalinan oleh karena amnion yang utuh lebih efektif dalam membuka
servik)
Induksi persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila amniotomi tidak segera diikuti
dengan tanda-tanda persalinan.
D. SEKSIO SESAR
Indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi ibu dan atau anak
Tindakan seksio sesar dipilih bila persalinan diperkirakan tak akan berakhir dalam waktu
singkat, misalnya kejadian solusio plasenta ditegakkan pada nulipara dengan dilatasi 3
4 cm.
Atas indikasi ibu maka janin mati bukan kontraindikasi untuk melakukan tindakan seksio
sesar pada kasus solusio plasenta.
KOMPLIKASI
1. Koagulopati konsumtif
Koagulopati konsumtif dalam bidang obstetri terutama disebabkan oleh solusio plasenta.
Hipofibrinogenemia ( < 150 mg/dL plasma) yang disertai dengan peningkatan kadar FDP
dan penurunan berbagai faktor pembekuan darah terjadi pada 30% penderita
solusioplasenta berat yang disertai dengan kematian janin.
Mekanisme utama dalam kejadian ini adalah terjadinya koagulasi intravaskular akibat
masuknya tromboplastinyang berasal dari uterus kedalam darah dan sebagian kecil
merupakan akibat dari pembekuan darah retroplasenta.
Akibat penting dari terjadinya koagulasi intravaskular adalah aktivasi plasminogen
menjadi plasmin yang diperlukan untuk melakukan lisis mikroemboli dalam mekanisme
untuk menjaga keutuhan mikrosirkulasi.
Hipofibrinogenemia berat tidak selalu bersamaan dengan trombositopenia,
trombositopenia umumnya baru terjadi setelah tranfusi darah yang berulang.
Hipofibrinogenemia jarang terjadi pada keadaan dimana solusio plasenta tidak disertai
dengan kematian janin intra uterin.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal akut sering terlihat pada solusio plasenta berat dan sering disebabkan oleh
penanganan renjatan hipovolemia yang terlambat atau kurang memadai.
Drakeley dkk (2002) menunjukkan bahwa penelitian terhadap 72 orang wanita dengan
gagal ginjal akut, 32 kasus disebabkan oleh solusio plasenta
Gangguan perfusi renal yang berat disebabkan oleh perdarahan masif.
75% kasus gagal ginjal akut akibat nekrosis tubuler akutbersifat tidak permanen
Lindheimer dkk (2000) nekrosis kortikal akut dalam kehamilan selalu disebabkan oleh
solsuio plasenta
3. Uterus couvelaire
Ekstravasasi darah kedalam miometrium menyebabkan apopleksia uterus yang disebut
sebagai uterus couvelair.
Ekstravasasi dapat terlihat pada pangkal tuba, ligamentum latum atau ovarium.
Jarang menyebabkan gangguan kontraksi uterus, jadi bukan merupakan indikasi untuk
melakukan histerektomi
PROGNOSIS
Mortalitas maternal 0.5 5% dan sebagian besar disebabkan gagal ginjal atau gagal
kardiovaskular.
Pada solusio plasenta berat, mortalitas janin mencapai 50 80%
Janin yang dilahirkan memiliki morbiditas tinggi yang disebabkan oleh hipoksia intra
uterin, trauma persalinan dan akibat prematuritas.
Rujukan :
1.
Chang YL, Chang SD, Cheng PJ: Perinatal outcome in patiets with abruption plcenta with
and without antepartum hemorrhage. Int J Gynaecol Obstet75;193,2001
2.
Clark SL. Placentae previa and abruptio placentae. In: Creasy RK, Resnik R, eds.Maternal
Fetal Medicine. 5th ed. Philadelphia, Pa: WB Saunders; 2004:715.
3.
4.
DeCherney AH. Nathan L : Third Trimester Bleeding in Current Obstetrics and Gynecologic
Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies, 2003
5.
6.
7.
Shad H Deering, MD, Abruptio Placentae .http://emedicine.medscape.com/article/252810overview Dec 22, 2008, retrieved September 24, 2009
8.
Usui R, Matsubara S, Ohkuchi A, et al. (2007). "Fetal heart rate pattern reflecting the
severity of placental abruption". Archives of Gynecology and Obstetrics 277: 249.doi:10.1007/s00404007-0471-9. PMID 17896112.
HDK - Hipertensi dalam Kehamilan adalah penyebab kematian utama ketiga pada ibu
hamil setelahperdarahan dan infeksi.
Bagaimana suatu peristiwa kehamilan dapat memicu atau memperberat hipertensi
merupakan pertanyaan yang masih belum memperoleh jawaban yang memuaskan.
Angka kejadian Hipertensi dalam Kehamilan kira-kira 3.7 % seluruh
kehamilan.
TERMINOLOGI dan KLASIFIKASI
HG-Hipertensi Gestasional adalah terminologi untuk menggambarkan
adanya hipertensi berkaitan dengan kehamilan yang sifatnya newonset.
Klasifikasi berdasarkan National High Blood Pressure Education
Program (NHBPEP) tahun 2000.
1.
HG-Hipertensi Gestasional ( istilah sebelumnya
adalahpregnancy induced hypertension yang mencakup pula hipertensi transien)
2.
PE-Pre Eklampsia
3.
E-Eklampsia
4.
Pre Eklampsia super imposed pada Hipertensi Kronis
5.
HK-Hipertensi Kronis
Dari : Cunningham FG et al : Hypertensive Disorder In Pregnancy in Williams Obstetrics , 22 nd ed,
McGraw-Hill, 2005
DIAGNOSIS
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah istirahat 140/90 mmHg.
Kriteria edema pada PE sudah tidak digunakan lagi oleh karena selain subjektif dan juga
tidak mempengaruhi out-come perinatal.
Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan
1. HG-Hipertensi Gestasional
3.
Serum Creatinine > 1.2 mg/dL (kecuali bila sebelumnya sudah abnormal )
4.
Trombosit < 100.0000 / mm3
5.
Microangiopathic hemolysis ( increase LDH )
6.
Peningkatan ALT atau AST
7.
Nyeri kepala atau gangguan visual persisten
8.
Nyeri epigastrium
3. Eklampsia
Kejang yang tidak diakibatkan oleh sebab lain pada penderita pre eklampsia
4. Superimposed Preeklampsia ( pada hipertensi kronik )
Proteinuria new onset 300 mg / 24 jam pada penderita hipertensi yang tidak
menunjukkan adanya proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
atau
Peningkatan TD atau kadar proteinuria secara tiba tiba atau trombositopenia <
100.000/mm3 pada penderita hipertensi dan proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
5. Hipertensi Kronis
1. HIPERTENSI GESTASIONAL
Derajat proteinuria bervariasi selama 24 jam, sehingga hasil kadar protein sesaat
tidak merefleksikan keadaan sebenarnya.
Nyeri epigastrium diakibatkan oleh nekrosis hepatoseluler, iskemia dan edema
hepar yang meneybabkan regangan kapsule Glisson. Nyeri epigastrium sering disertai
dengan kenaikan kadar serum hepatik transaminase (indikasi untuk melakukan
terminasi kehamilan)
Trombositopenia adalah tanda memburuknya PE dan disebabkan oleh aktivasi
dan agregasi platelet akibat vasospasme yang merangsang hemolisis mikroangiopatik.
Gross hemolisis yang dengan adanya hemoglobinuria atau hiperbilirubinemia
menunjukkan beratnya penyakit.
Faktor lain yang menunjukkan beratnya penyakit adalahdisfungsi
jantung dan edema paru serta PJT
Derajat preeklampsia
Derajat beratnya PE dinilai dari frekuensi dan intensitas masing-masing abnormalitas
seperti yang terlihat pada tabel dibawah.
Penyimpangan dari nilai normal yang semakin banyak merupakan indikasi untuk
melakukan terminasi kehamilan semakin kuat.
Pemisahan PE ringan dan PE Berat secara tegas dapat menimbulkan kesulitan
oleh karena penyakit ringan dapat dengan cepat berubah menjadi penyakit yang
berat.
Perlu diperhatikan bahwa tingginya tekanan darah bukan merupakan penentu utama
klasifikasi berat atau ringannya PE.
3. EKLAMPSIA
Pre-eklampsia yang disertai dengan kejang dan kejang tersebut tidak disebabkan oleh
faktor-faktor lainnya.
Kejang bersifat menyeluruh dan dapat terjadi sebelum, selama atau sesudah
persalinan.
Pada nulipara, kejang kadang-kadang dapat terjadi sampai 48 jam Pasca Persalinan.
Chames dkk (2002) : dengan memperbaiki kualitas perawatan prenatal, sejumlah kasus
eklampsia intrapartum atau antepartum dapat dicegah.
4. HIPERTENSI KRONIS SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA
Persalinan preterm
1.
Usia
2.
3.
4.
5.
6.
HG sering terjadi pada pasien nullipara dan usia tua (> 35 tahun)
Kehamilan kembar
Paritas
Ras : sering terjadi pada afro-america
Predisposisi genetik
Faktor lingkungan : kebiasaan hidup
ETIOLOGI
Teori yang dianggap dapat menjelaskan etiologi dan patofisiologi PE harus dapat
menjelaskan kenyataan bahwa HDK seringkali terjadi pada :
1.
Mereka yang terpapar pada villi chorialis untuk pertama kalinya ( pada nulipara )
2.
Mereka yang terpapar dengan villi chorialis yang berlimpah ( pada kehamilan
kembar atau mola )
3.
Mereka yang sudah menderita penyakit vaskular sebelum kehamilan.
4.
Penderita dengan predisposisi genetik Hipertensi .
Menurut Sibai (2003), faktor-faktor yang berpotensi sebagai etiologi :
1.
Invasi trofoblastik abnormal kedalam vasa uterina.
2.
Intoleransi imonologi antara maternal dengan jaringan feto-maternal .
3.
Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamasi selama
kehamilan.
4.
Defisiensi bahan makanan tertentu ( nutrisi ).
5.
Pengaruh genetik.
1. INVASI TROFOBLAST ABNORMAL
Kerusakan endothelium.
2. FAKTOR IMUNOLOGI
Terdapat sejumlah bukti yang menyatakan bahwa PE adalah penyakit dengan mediasi
imunologi.
Resiko PE meningkat pada keadaan dimana pembentukan blocking
antibody terhadap placental site terganggu.
Dekker dan Sibai (1998) meneliti peranan maladaptasi imunologis dalam patofisiologi
PE. Dimulai sejak trimester kedua, pasien yang akan menderita PE mempunyai helper T
cell (Th1) yang rendah dibandingkan mereka yang tidak akan menderita PE.
Ketidak seimbangan Th1/Th2 ( Th2 yang lebih dominan) tersebut dipengaruhi oleh
adenosin.
Yoneyama dkk (2002) kadar adenosin pada penderita PE lebih besar dibandingkan yang
normotensif.
Helper cell T lympocyte menghasilkan cytokine spesifik yang memudahkan implantasi
dan disfungsi dari helper cell lymphocyte dan keadaan ini akan menyebabkan terjadinya
PE.
Pada penderita dengan antibodi anticardiolipin, lebih sering terjadi kelainan plasenta
dan PE.
3. VASKULOPATI dan INFLAMASI
Melalui berbagai macam cara, perubahan inflamasi merupakan kelanjutan dari
perubahan yang terjadi plasenta. Sebagai respon terhadap faktor plasenta yang
dilepaskan akibat adanya reaksi iskemik terjadi sebuah rangkaian proses seperti yang
terlihat pada gambar skematik dibawah.
Pada desidua terdapat banyak sel yang bila diaktivasi akan mengeluarkan bahan
bahan tertentu yang dapat merusak sel endotel. Disfungsi sel endotel berhubungan
dengan PE melalui proses adaptasi inflamasi intravaskular.
PE dianggap sebagai keadaan ekstrem dari aktivasi leukosit dalam sirkulasi maternal.
Manten dkk (2005) : Cytokine ( tumor necrosis factor ) dan interleukin berperan
sebagai stressor oksidatif yang berkaitan dengan PE.
Stresor oksidatif memiliki karakter bagi spesies tertentu dan adanya radikal bebas
penting bagi pembentukan peroksidase lipid yang dapat berlipat ganda dengan
sendirinya (self propagation ).
Bahan yang bersifat radikal bebas tersebut mempunyai sifat :
Zhang dkk (2002) : kejadian PE pada pasien dengan asupan vitamin C harian kurang
dari 85 mg dapat meningkat menjadi 2 kali lipat.
Obesitas adalah faktor resiko yang berpotensi untuk menyebabkan terjadinya PE.
Obesitas pada ibu tidak hamil dapat menyebabkan aktivasi endotel dan respon inflamasi
sistemik yang berhubungan dengan arterosklerosis.
Kadar C-reactive protein (inlamatory marker) meningkat pada obesitas yang seringkali
berkaitan dengan PE.
5. FAKTOR GENETIK
Ness Dkk (2003) : predisposisi hipertensi secara herediter sangat berkait dengan
kejadian PE dan E.
Chesley dan Cooper (1986) : menyimpulkan bahwa PE dan E menurun diantara
saudara sekandung perempuan, anak perempuan, cucu perempuan.
PATOGENESIS
Perubahan utama yang terjadi pada HDK adalah VASOSPASME danAKTIVASI SEL
ENDOTHELIUM
1. VASOSPASME
Konsep vasospame didasarkan pada pengamatan langsung terhadap pembuluh darah
kecil pada kuku, fundus oculi dan konjuntiva.
Konstriksi vaskular menyebabkan peningkatan tahanan perifer dan TD. Pada saat yang
sama, kerusakan sel endotel menyebabkan kebocoran interstitisial yang meliputi bahan
dalam darah a.l trombosit, fibrinogen dan deposit subendotelial lain.
Berdasarkan pemeriksaan USG, terlihat adanya perubahan tahanan arterial pada
penderita PE. Penurunan aliran darah akibat gangguan distribusi, iskemia dan
perdarahan jaringan menyebabkan terjadinya serangkaian gejala PE
Fischer dkk (2000) : vasospasme pada penderita PE jauh lebih berat dibandingkan
dengan yang terjadi pada pasien dengan sindroma HELLP.
2. AKTIVASI SEL ENDOTEL
Pada gambar diagram faktor plasenta yang tak dapat di identifikasi dengan jelas masuk
kedalam sirkulasi ibu dan merangsang aktivasi dan disfungsi sel endotel. Sindroma
klinis PE adalah manifestasi umum dari terjadinya perubahan sel endotel tersebut.
Endotel yang utuh memiliki sifat antikogulan dan dapat menurunkan respon otot polos
terhadap agonis melalui pengeluaran nitric oxide. Sedangkan kerusakan atau aktivasi
sel endotel akan menyebabkan keluarnya bahan-bahan yang merangsang koagulasi
dan meningkatkan sensitivitas terhadap vasopresor.
Perubahan-perubahan lain sebagai akibat proses aktivasi endotel adalah:
1.
Perubahanan khas pada morfologi endotel kapiler glomerulus.
2.
Peningkatan permeabilitas kapiler.
3.
Peningkatan kadar bahan-bahan yang terkait dengan aktivasi tersebut.
Peningkatan repon terhadap bahan pressor
Dalam keadaan normal, wanita hamil refrakter terhadap pemberian vasopressor.
Pada awal kejadian PE, terdapat peningkatan reaktivitas vaskular terhadap pemberian
nor-epinephrine dan angisotensin II.
Prostaglandin
Beberapa prostanoid berperan penting dalam patofisiologi sindroma PE. Secara
spesifik, respon terhadap pressor yang menurun pada kehamilan normal adalah berupa
penurunan respon vaskular yang terjadi melalui sintesa prostaglandin endotelial
vaskular.
Pada penderita PE, produksi prostacyclin endotelial [PGI2] lebih rendah dibandingkan
Nitric oxide
Vasodilator sangat kuat ini dibentuk dari L-arginine oleh sel endotel. Bila nitric oxide ini
diambil maka timbul gejala-gejala yang menyerupai PE .
Pencegahan sintesa nitric oxide akan menyebabkan :
Peningkatan nilai MAP-mean arterial pressure.
Penurunan frekuensi denyut jantung.
Kepekaan terhadap vasopresor meningkat.
Pada PE, terjadi penurunan synthase nitric oxide endotel sehingga permeabilitas sel
meningkat.
Kenaikan kadar Nitric Oxide dalam serum pada penderita PE tersebut adalah sebuah
akibat bukan sebuah sebab.
Endothelin
Endothelin adalah 21amino acid peptide yang merupakan vasokonstriktor kuat, dan
endothelin-1 (ET-1) adalah isoform primer yang dihasilkan oleh endotel manusia.
Kadar endothelin dalam plasma wanita hamil normal memang meningkat, tetapi pada
penderita PE kadar endothelin jauh lebih meningkat.
Pemberian MgSO4 pada penderita PE terbukti menurunkan kadar ET-1.
PATOFISIOLOGI
1. SISTEM KARDIOVASKULAR
Gangguan fungsi kardiovaskular yang normal pada PE dan E Peningkatan afterload jantung akibat HT.
1.
Gangguan pre-load jantung akibat akibat terganggunya proses hipervolemia
dalam kehamilan.
2.
Aktivasi endotelial dengan akibat ekstravasasi kedalam ruang ekstraseluler
terutama kedalam paru.
Perubahan hemodinamika
Perubahan kardiovaskular pada HDK tergantung sejumlah faktor :
Derajat HT
Volume Darah
Pada Eklampsia terjadi peristiwa hemokonsentrasi ; hipervolemia yang lazim dalam
kehamilan normal tidak terjadi atau sangat minimal sehingga penderita eklampsia
disebut sebagai pasien yang berada dalam keadaan normotensive shock.
Hemokonsentrasi pada PE dan E terjadi akibat adanya :
Vaskonstriksi generalisata.
Disfungsi endotel dengan meningkatnya permeabilitas vaskular.
Pada PE tergantung pada beratnya penyakit tidak selalu terjadi hemokonsentrasi.
Pada penderita HG umumnya memiliki volume darah yang normal.
Penurunan kadar hematokrit pada penderita dengan hemokosentrasi hebat merupakan
pertanda perbaikan keadaan.
Bila tidak terjadi perdarahan, ruang intravaskular penderita PE dan E biasanya tidak
terlalu kosong. Terjadinya vasospasme dan kebocoran plasma endothel menyebabkan
ruang vaskular tetap terisi. Perubahan ini menetap sampai beberapa saat pasca
persalinan bersamaan dengan perbaikan endotel. Vasodilatasi dan peningkatan volume
darah menyebabkan penurunan hematokrit.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penderita PE dan E sangat peka
terhadap:
1.
Pemberian cairan dalam upaya untuk mengembalikan volume darah ke
tingkatan sebelum kehamilan.
2.
Perdarahan selama persalinan.
2. DARAH dan PEMBEKUAN DARAH
Agregasi platelet
Konsumsi meningkat
3. VOLUME HOMEOSTASIS
Perubahan endokrin
Kadar renin , angiostensin II dan aldosteron dalam kehamilan normal meningkat.
Pada PE kadar bahan tersebut sama dengan kadar wanita yang tidak hamil.
Alibat retensi natrium dan atau HT, sekresi renin oleh ginjal menurun. Renin berperan
sebagai katalisator dalam proses konversi angiostensin menjadi angiostensin I dan
perubahan angiostensin I menjadi angiostensi II dengan katalisator ACE angiostensin
converting enzyme.
Perubahan cairan dan elektrolit
Manifestasi peningkatan volume cairan ekstraseluler adalah edema. Pada penderita
PEBerat biasanya lebih menonjol dibandingkan kehamilan normal.
Retensi cairan terjadi akibat adanya cedera pada endotel.
Selain edema generalisata dan proteinuria, penderita juga mengalami penurunan
tekanan onkotik yang menyebabkan gangguan keseimbangan proses filtrasi.
4. GINJAL
Selama kehamilan normal, terjadi peningkatan GFR glomerular filtration rate dan RBF
renal blood flow.
Pada PE terjadi perubahan anatomi dan patofisiologi, sehingga terjadipenurunan
perfusi renal dan filtrasi glomerulos..
PE berkaitan dengan penurunan produksi urine dan eksresi kalsium akibat peningkatan
resorbsi tubuler.
Pemberian Dopamine i.v pada penderita PE dapat meningkatkan produksi urine.
Pemberian cairan i.v pada penderita PE dengan oliguria tidak perlu dikerjakan.
Proteinuria
Terjadinya proteinuria bersifat lambat.
Pemeriksaan kuantitatif dengan dipstick tidak akurat dan memerlukan pemeriksaan
selama 24 jam.
Albuminuria adalah istilah untuk menggambarkan proteinuria pada PE yang salah oleh
karena sebagaimana pada keadaan glomerulopati lain terjadi peningkatan permeabilitas
terhadap sebagian besar protein ber-BM tinggi sehingga albuminuria sering disertai
dengan keluarnya hemoglobin, globulin dan transferin.
Perubahan anatomi pada ginjal
Ukuran glomerulos membesar 20%.
Terjadi glomerular capillary endotheliosis.
Gagal ginjal akibat nekrosis tubuler akut sering terjadi dengan gejala oliguria sampai
anuria ( peningkatan kadar serum creatinine 1 mg/dL ).
Haddad dkk (2000) melaporkan bahwa 5% dari 183 penderita sindroma HELLP
mengalami ARF dan setengah diantaranya adalah penderita solusio plasenta dan
perdarahan pasca persalinan.
Meskipun jarang, dapat terjadi nekrosis cortex ginjal yang ireversibel.
5. HEPAR
Ruptura hepar
Perdarahan subkapsular
6. OTAK
PENATALAKSANAAN
Prinsip tujuan penatalaksanaan kehamilan dengan PE :
1.
Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu dan anak seminimal mungkin.
2.
Melahirkan anak yang sehat.
3.
Pemulihan kesehatan ibu secara sempurna.
Pada penderita preeklampsia, khsususnya saat atau menjelang aterm, 3 prinsip tujuan
diatas dapat tercapai dengan melakukan induksi persalinan. Informasi terpenting bagi
obstetrician untuk melakukan penatalakasanaan PE adalah dengan mengetahui secara
tepat usia kehamilan.
Deteksi Prenatal Dini
Pada trimester IIII pasien dengan HT harus diperiksa setiap 2 3 hari.
Penderita dengan penyakit yang berat dan persisten harus dirawat di RS dan bila perlu
dilakukan terminasi kehamilan.
Pasien dengan TD diastolik 81 89 mmHg dan disertai dengan kenaikan berat badan
secara mendadak perlu diperiksa ulang 3 hari kemudian, dan bila keadaan masih
menetap maka harus dirawat di RS untuk pengamatan selanjutnya.
Perawatan antepartum di rumah sakit
1.
Pemeriksaan teliti : nyeri kepala - gangguan visus - nyeri epigastrium dan
kenaikan BB cepat
2.
Pemeriksaan BB awal dan pada hari-hari berikutnya
3.
Analisa proteinuria saat MRS dan 2 hari kemudian
4.
Pemeriksaaan TD dalam posisi duduk
5.
Pemeriksaan plasma atau serum creatinine dan hematokrit, trombosit, enzym
hepar
6.
Pengukuran besar janin dan volume cairan amnion
Bila hasil observasi mengarah pada diagnosa PE Berat ( lihat tabel ) maka
penatalaksanaan sama dengan terhadap kasus eklampsia.
Istirahat merupakan bagian terapi yang sangat penting tanpa harus disertai dengan
pemberian tranquilizer atau sedatif.
Diet harus mengandung kalori dan protein secukupnya.
Pemberian cairan dan natrium dalam batas wajar.
Penatalaksanaan selanjutnya tergantung pada :
1.
Derajat penyakit PE,
2.
Usia kehamilan dan
3.
Keadaan servik.
Terminasi kehamilan
Terapi definitif pada PE dan E adalah mengakhiri kehamilan.
Kehamilan 40 minggu yang disertai dengan PE Ringan harus diterminasi. Bila servik
sudah matang, dapat dilakukan induksi dengan oksitosin drip.
Nyeri kepala, gangguan visual dan nyeri epigastrium adalah pertanda akan terjadinya
kejang ( gejala impending eclampsia). Oliguria adalah merupakan tanda memburuknya
PE BERAT.
Pada PE Berat dan Ringan, bila terapi konservatif tak memberikan hasil maka
kehamilan harus segera diakhiri demi untuk kesehatan ibu dan anak.
Terminasi kehamilan yang dipilih sebaiknya adalah pervaginam. Sectio caesar dilakukan
hanya atas indikasi obstetri secara umum dan atau bila induksi persalinan diperkirakan
tidak akan berhasil.
Gangguan visus
4.
LFT- liver function test abnormal
5.
Trombositopenia
6.
Sindroma HELLP
7.
Eklampsia
8.
Edema paru
9.
Hasil pemantauan janin yang abnormal - cardiotocography
10.
SGA small for gestational age dengan IUGR intra uterine growth retardation
pada pemeriksaan serial USG.
PREEKLAMPSIA BERAT
EKLAMPSIA
Eklampsia terjadi pada 0.2 0.5% persalinan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian sama dengan yang ada pada PE.
Kadang-kadang eklampsia terjadi pada usia kehamilan <>
75% kejang terjadi sebelum persalinan.
50% dari eklampsia pasca persalinan terjadi dalam waktu 48 jam pasca persalinan.
Patofisiologi
Patogenesis eklampsia tidak diketahui dengan jelas.
Diperkirakan disebabkan oleh karena :
Terapi
A. Terapi PRENATAL
1.
Pengendalian Kejang
1.
MgSO4 i.v dilanjutkan dengan Mg SO4 infuse atau i.m (sebagai loading
dose ) dan diteruskan dengan pemberian berkala secara i.m
2.
Pemberian antihipertensi secara berkala i.v atau per-oral bila TD
diastolik> 110 mmHg
3.
Hindari pemberian diuretik dan batasi pemberian cairan intravena kecuali
bila perdarahan hebat. Jangan berikan cairan hiperosmotik
4.
Akhiri kehamilan atau persalinan.
Magnesium sulfat
MgSO4.7H2O ;
1.
Pengendalian Hipertensi
Hidralazine
Pemberian hidralazine i.v bila TD Diastolik > 110 mmHg atau TS Sistolik> 160 mmHg.
Dosis: 5 mg i.v selang 20 menit sampai TD Diastolik 90 100 mmHg
Efek puncak 30 60 menit
Bila 24 jam pasca persalinan TD Diastolik masih diatas 110 mmHg dapat
diberikan obat anti HT lainnya a.l diuretik, calcium channel blocker, ACE inhibitor , betta
blocker dsbnya.
Cerebral hemorrhage.
Pneumonia aspirasi.
Hipoksik ensepalopati.
Tromboemboli.
Ruptura hepar.
Gagal ginjal.
HIPERTENSI KRONIS
Obesitas.
Multipara.
Proteinuria.
X-ray : umumnya normal, kadang-kadang memperlihatkan kardiomegali.
Pasien dengan LVH-left ventricle hypertrophy : kenaikan serum creatinine beresiko
tinggi menderita superimposed PE.
Pasien dengan kardiomegali akibat penyakit hipertensif kardiovaskular atau
kardiomiopathia kongestif memiliki resiko menderita superimposed PE, edema paru dan
aritmia jantung.
KOMPLIKASI
A. Komplikasi Maternal
Prematuritas ( 25 30%).
TERAPI
a. Pengendalian Hipertensi
Methyldopa
Hydralazine
Beta blockers
b. Efek pemberian antihipertensi terhadap pemberian ASI
Kecuali propanolol, jenis beta blocker lain terdapat dalam ASI dengan
kadar tinggi.
Faal ginjal
Faal hepar
Serum elektrolit
EKG
X-ray thorax
PROGNOSA
Pada penderita HT ringan atau sedang, outcome kehamilan baik dengan perinatal
survival sekitar 95 97%.
Komplikasi utama :
Superimposed PE,
Solusio plasenta ,
Prematuritas dan
PJT.
Prognosa buruk bila :
Kardiomiopathia kongestif.
PLASENTA PRAEVIA
PLASENTA PREVIA
Plasenta previa adalah plasenta yang ber implantasi pada SBR - segmen bawah rahim
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Terdapat 4 jenis plasenta previa
1.
Plasenta previa totalis : ostium uteri internum tertutup oleh plasenta
2.
Plasenta previa partialis : sebagian ostium uteri internum tertutup oleh plasenta
3.
Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada ditepi ostium uteri internum
4.
Plasenta letak rendah : implantasi plasenta pada SBR sehingga tepi plasenta
sebenarnya tidak mencapai ostium uteri interum
ETIOLOGI
Angka kejadian PP meningkat dengan semakin bertambahnya usia pasien, multiparitas
dan riwayat seksio sesar sebelumnya ; sehingga etiologi plasenta previa diperkirakan
adalah :
1.
Vaskularisasi daerah endometrium yang buruk atau adanya jaringan parut.
2.
Ukuran plasenta besar
3.
Plasentasi abnormal (lobus succenteriata atau plasenta difusa)
4.
Jaringan parut
Faktor Resiko
Riwayat plasenta previa (4-8%)
Kehamilan kembar
Merokok
Perdarahan pada plasenta previa terjadi oleh karena :
1.
Separasi mekanis plasenta dari tempat implantasinya saat pembentukan SBR
atau saat terjadi dilatasi dan pendataran servik
2.
Plasentitis
3.
DIAGNOSIS
Semua kasus yang diduga plasenta previa harus dirawat di rumah sakit rujukan.
Hindarkan pemeriksaan vaginal atau rektal untuk menghindari perdarahan masif lebih
lanjut
A. Gejala dan Tanda
1.
Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa rasa nyeri.
2.
Episode perdarahan pertama terjadi pada sekitar minggu 28 30 dan ditandai
dengan:
1.
Perdarahan mendadak saat istirahat
2.
Perdarahan dengan warna merah segar
3.
Perdarahan tidak terlalu banyak dan jarang bersifat fatal
4.
Perdarahan berhenti sendiri
3.
Perdarahan berikutnya sering terjadi dengan jumlah semakin banyak.
4.
Bagian terendah janin masih tinggi dan sering disertai dengan kelainan letak
(oblique atau lintang).
B. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pada pertengahan trimester II, plasenta menutup ostium internum pada 30% kasus.
Dengan perkembangan segmen bawah rahim, sebagian besar implantasi yang rendah
tersebut terbawa ke lokasi yang lebih atas.
Penggunaan color Doppler dapat menyingkirkan kesalahan pemeriksaan.
USG transvaginal secara akurat dapat menentukan adanya plasenta letak rendah pada
segmen bawah uterus.
P = Plasenta ; F : Fetus
Bila hasil vaginal toucher teraba adanya plasenta : maka diputuskan untuk melakukan
seksio sesar.
Bila hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya plasenta pada ostium uteri : lakukan
amniotomi dan observasi kemajuan persalinan selanjutnya.
Oksitosin drip pada kasus implantasi plasenta di segmen bawah rahim adalah tindakan
berbahaya oleh karena bagian tersebut merupakan bagian dengan jumlah miometrium
minimal dan pada plasenta previa sangat rapuh sehingga mudah berdarah.
Pemilihan tehnik operasi pada seksio sesar sangat penting.
Seksio sesar dengan menembus plasenta pada SBR depan akan menyebabkan janin
banyak kehilangan darah.
Bila plasenta berada SBR belakang, SC jenis transperitoneal profunda dapat dilakukan
dengan tanpa kesulitan.
Bila perlu dapat dilakukan insisi uterus secara vertikal [seksio sesar klasik].
Tempat implantasi plasenta kadang perlu dijahit untuk menghentikan perdarahan.
Histerektomi perlu dilakukan bila terdapat plasenta inkreta
Infeksi nifas dan anemia sering merupakan komplikasi obstetri
KOMPLIKASI
A. MATERNAL
Perdarahan
Syok
Kematian
B. FETAL.
Prematuritas akibat plasenta previa adalah penyebab dari 60% kematian pada masa
perinatal
Kematian terjadi akibat:
Asfiksia intrauterin
7.
Ekspulsi
Persalinan kala I dan II beakhir , maka KALA III akan mulai terjadi.
Pada kasus yang sudah diyakini bahwa ini merupakan persalinan pada kehamilan
tunggal, maka antisipasi terhadap jalannya persalinan kala III sudah dipersiapkan
menjelang akhir kala II.
Dalam keadaan normal , pada saat crowning atau setelah bahu depan lahir,
disuntikkan oksitosin intramuskular sebanyak 5 unit. Oksitosin bekerja dalam waktu 2
3 menit sehingga penyuntikan ini dapat menurunkan rsiko terjadinya perdarahan
pasca persalinan.
Bila injeksi dilakukan saat crowning maka sisa proses persalinan selanjutnya akan
berlangsung tidak secara tergesa-gesa, oksitosin akan menunjuuakn efeknya saat
persalinan kala II berakhir sempurna.
Plasenta selanjutnya akan turun dari segmen bawah uterus seperti bentuknya. Tinggi
fundus uteri naik diatas pusat, mengeras .
Setelah plasenta lahir segmen bawah uterus kembali kosong, fundus uteri turun dan
mengeras oleh karena mengalami kontraksi.
Melahirkan plasenta dilakukan pada posisi dorsal.
1.
masase fundus ut
eri hanya akan menyebabkan kontraksi uterus
yang iregular sehinga plasenta hanya terlepas sebagian dan menyebabkan perdarahan.
2.
Pindahkan klem talipusat mendekati vulva
3.
Persiapkan wadah plasenta
4.
Tanda lepasnya plasenta :
3
4
5
2.
3.
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kehamilan muda yang disertai dengan
emesis gravidarum;
2.
Anjurkan ibu hamil tidak segera bangun dari tempat tidur agar
terjadi adaptasi aliran darahmenuju susunan saraf pusat;
3.
Nasehatkan tentang diit ibu hamil: makan porsi sedikit tapi sering,
menghindari makananyang merangsang muntah;
4.
Pemberian obat-obatan ringan seperti: sedatif, vitamin, anti emetik, anti histamin;
5.
6.
7.
Pemeriksaan laboratorium berupa: analisis urun, kultur urin; darah rutin; fungsi hati (SGOT,
SGPT, alkaline fostase); pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH); Na, Cl, K, glukosa, kreatinin, asam
urat; serta USG untuk menghindari kehamilan mola.
DEPO PROVERA
Pemberian secara i.m dengan dosis 150 mg setiap 3 bulan
CYCLOFEM
Pemberian secara i.m setiap bulan
Mekanisme kerja :
Anovulasi berkepanjangan
Alopesia
Penurunan LIBIDO
Depresi
KONTRASEPSI ORAL
KONTRASEPSI HORMONAL
Jenis kontrasepsi ini sangat banyak, terdapat dalam berbagai bentuk antara lain tablet,
obat suntik, sediaan transdermal (patch) dan sediaan transvaginal (cincin).
Kontrasepsi oral (OC) : kombinasi estrogen sintetik (ethynil estradiol) dan progestin
(pill) atau yang hanya mengandung progestin saja (mini-pill)
7.
Diminum tiap hari , pada waktu yang kurang lebih sama, sebaiknya malam
hari untuk mengatasi efek mual.
Bila terlewatkan 1 pil, keesokan hari diminum 2 pil sekaligus.
Bila terlewatkan 2 pil maka gunakan pencegahan cara lain (kondom).
Letakkan kemasan OC ditempat yang selalu terlihat (digantungkan di
samping cermin pada meja hias).
8.
Rifampicin satu-satunya jenis obat antibiotika yang dapat menurunkan efektivitas
pil OC
9.
Obat lain yang diperkirakan dapat menurunkan efektivitas OC:
Grisseofulvin
Antikonvulsan dan sedatif : Phenytoin, Mephenytoin, Phenobarbital,
Primidone, carbamazepine, ethosoxumide
10.
Keuntungan OC :
Haid menjadi teratur dengan penurunan angka kejadian dismenorea
Mengatasi acne
Mencegah artehrogenesis
11.
Metabolisme karbohidrat:
Pada usia tua, OC menyebabkan gangguan toleransi glukosa
terutama akibat komponen progestin
Speroff dan Darney 2001 : pada fomulasi OC jenis baru, tidak
terdapat gangguan toleransi glukosa.
OC tidak meningkatkan resiko DM
Metabolisme protein
Estrogen:
Meningkatkan angiostensinogen
Cholestasis
Cholestatic jaundice
Perokok
Obesitas
Cervical mucorrhoea
KONTRASEPSI PROGESTIN
PROGESTIN ORAL
Disebut juga sebagai mini-pills
Tidak bersifat menghambat ovulasi ; hanya merubah lendir servik dan kondisi
endometrium.
Harus diminum setiap hari.
Tidak begitu disukai oleh karena menyebabkan perdarahan iregular dan angka
kehamilan yang tinggi dibandingkan jenis OC lain.
KEUNTUNGAN
LAKTASI
Selama kehamilan terjadi perkembangan pada payudara. Estrogen menyebabkan
bertambahnya ukuran dan jumlah duktus. Progesteron menyebabkan peningkatan
jumlah alveolus.
hPL merangsang perkembangan alveolar dan diperkirakan terlibat dalam sintesa
casein, lactalbumin dan lactoglobulin dalam sel alveolus.
Meskipun hPr selama kehamilan meningkat tapi tidak terjadi laktasi oleh karena kadar
estrogen yang tinggi menyebabkan adanya penguasaan terhadap binding site pada
alveolus sehingga aktivitas laktogenik dari hPr terhalang.
Pada akhir kehamilan, terjadi sekresi cairan jernih kekuningan yang disebut kolustrum
yang mengandung imunoglobulin, produksi kolustrum terus meningkat pasca persalinan
dan digantikan dengan produksi ASI.
Reflek Prolaktin
REFLEK EJEKSI ASI
5.
Staf perawatan wajib membantu ibu untuk mendapatkan keberhasilan dalam
proses laktasi.
TEHNIK MENYUSUI
Ibu perlu memperoleh petunjuk bagaimana mempertemukan mulut bayi dengan puting
susu agar bayi membuka mulut dan mencari lokasi puting susu.
Jenis Obat
Efek samping
Acebutolol
Acidosis Metabolic
Atenolol
Sianosis, bradikardia
Bromocripitine
Supresi laktasi.
Clemastine
Ergotamine
Lithium
Phenindione
Phenobarbital
Primidone
Sulfasalazine
Diarea berdarah
Dari : American Academy of Pediatrics and The American College of Obstetrics and
Gynecologists, 2002
MENCEGAH dan MENEKAN LAKTASI
Cara sederhana untuk menghentikan laktasi adalah dengan menghentikan laktasi dan
menghindari rangsangan pada puting susu.
Meskipun terasa sakit, penumpukan air susu dalam sistem saluran akan dapat menekan
produksi ASI dan terjadi reabsorbsi pada ASI.
Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan analgesik.
Penekanan produksi ASI secara medis dengan estrogen atau bromokriptin tidak
dianjurkan.
KEHAMILAN EKTOPIK
KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan ektopik adalah peristiwa dimana implantasi blastosis terjadi diluar
endometrium cavum uteri dan umumnya terjadi di tuba falopii.
Implantasi juga dapat terjadi di ovarium atau cavum abdomen.
Peristiwa ini merupakan keadaan kegawat daruratan medik.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1.
Gangguan transportasi dalam tuba falopii:
1.
Infeksi klamidia dan gonorrhoea.
2.
Riwayat kehamilan ektopik.
3.
Riwayat pembedahan tuba.
4.
Riwayat laparotomi (adhesi ).
5.
Abnormalitas kongenital (sering akibat pemberian DES
diethylstilbesterol ).
6.
Kehamilan dengan AKDR.
2.
Tehnik Reproduksi Berbantu
Obat pemicu ovulasi: clomiphen citrate.
Fertilisasi In Vitro.
1.
2.
3.
4.
5.
GAMBARAN KLINIK
1.
Hematosalping
2.
Hematokel
3.
Hemoperitoneum
TRIAS KEHAMILAN EKTOPIK :
1.
Amenorea
2.
Perdarahan pervaginam
3.
Nyeri abdomen
~ KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU.
DIAGNOSIS
HEMATOSALPING
HEMATOKEL
Hematoma dalam CD-Cavum Douglassi akibat abortus tuba atau ruptura tuba
dan darah terkumpul dalam CD.
Amenorea perdarahan pervaginam nyeri panggul gangguan miksi (sering
buang air kecil dan disuria ) , takipneu dan demam.
Vaginal Toucher : masa panggul dengan batas jelas dalam CD.
Darah berada dalam cavum peritoneum akibat kehamilan tuba yang ruptur.
PENATALAKSANAAN
Terdapat 2 pilihan terapi:
1.
Operatif:
Laparotomi
2.
Methrotexate i.m.
Keberhasilan : 60 100%.
KEHAMILAN KEMBAR
PENDAHULUAN
Kehamilan kembar terjadi bila 2 atau lebih ovum mengalami pembuahan
(dizygotic)atau bila satu ovum yang sudah dibuahi mengalami pembelahan terlalu dini
sehingga membentuk 2 embrio yang identik (monozygotic).
Kembar monozygotikterjadi pada 2.3 4 per 1000 kehamilan pada semua jenis suku
bangsa, 30% dari semua jenis kehamilan kembar.
Kembar dizygotic (fraternal) adalah dua buah ovum yang mengalami pembuahan
secara terpisah, 70% dari semua jenis kehamilan kembar.
15 tahun terakhir ini angka kejadian kehamilan kembar meningkat oleh karena :
Persalinan preterm
Perdarahan
Kehamilan kembar dizyogitic dapat memiliki jenis sex berbeda atau sama.
Cenderung berulang.
Preeklampsia eklampsia
Inersia uteri
1.
Pembelahan sebelum stadium morula dan diferensiasi trofoblas (pada hari ke III)
menghasilkan 1 atau 2 plasenta, 2 chorion dan 2 amnion (sangat menyerupai kembar
dizygotic dan meliputi hampir 1/3 kasus kembar monozygotic)
2.
Pembelahan setelah diferensiasi trofoblas tapi sebelum pembentukan amnion
(hari ke IV VIII) menghasilkan 1 plasenta dan 2 amnion (meliputi 2/3 kasus kembar
monozygotic)
3.
Pembelahan setelah diferensiasi amnion ( hari ke VIII XIII) menghasilkan 1
plasenta, 1 chorion dan 1 amnion
4.
Pembelahan setelah hari ke 15 menyebabkan kembar tak sempurna,
pembelahan pada hari ke XIII XV menyebabkankembar siam.
Masalah paling serius pada plasenta monochorionic adalah jalur pintas pembuluh darah
yang disebut sebagai sindroma twin to twin tranfusion yang terjadi akibat anastomosis
masing-masing individu sejak kehamilan awal mereka.
Komunikasi yang terjadi dapat ateri-arteri, vena-vena atau arteri vena. Yang paling
berbahaya adalah kombinasi arteri-vena yang dapat menyebabkan sindroma twin to
twin tranfusion
Janin resipien akan mengalami : edematous, hipertensi, asites, kern icterus,
pembesaran ginjal dan jantung, hidramnion akibat poliuria, hipervolemia dan meninggal
akibat gagal jantung dalam usia 24 jam pertama.
Janin donor : kecil, pucat, dehidrasi akibat PJT-Pertumbuhan janin terhambat, malnutrisi
dan hipovolemia, oligohidramnion, anemia berat, hidrops fetalis dan gagal jantung.
Kejadian prolapsus talipusat sering terjadi pada kedua janin.
Janin kedua sering mengalami ancaman terjadinya solusio plasenta, hipoksia,
serta constriction ring dystocia.
Kejadian insersio vilamentosa pada kehamilan kembar 7% (pada kehamilan tunggal
1%)
Kejadian sindroma arteri umbilikalis tunggal sering terjadi pada kehamilan
monozygotik.
Kembar monochorionic-monoamniotic (angka kejadian 1 : 100 kehamilan kembar)
memiliki kemungkinan lahir hidup 50% akibat komplikasi talipusat. Pada kasus ini
sebaiknya direncanakan SC pada kehamilan 32 34 minggu untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada talipusat.
B. Janin:
Melalui pemeriksaan ultrasonografi secara dini, diketahui bahwa angka kejadian
kehamilan kembar sebelum kehamilan 12 minggu kira-kira 3.29 5.39%.
Namun 20% diantaranya satu atau lebih janin akan menghilang secara spontan
dan kadang-kadang disertai dengan perdarahan pervaginam yang merupakan kejadian
abortus (vanishing twin).
Kelainan kongenital pada kehamilan kembar 2% ( pada kehamilan tunggal
1%)
Kelainan kongenital pada kembar monozygotic lebih sering.
GEJALA KLINIK
1.
1.
2.
Polihidramnion.
DIAGNOSA BANDING
Kehamilan tunggal
Kesalahan dalam penentuan tanggal HPHT-hari pertama haid terakhir dan Estimated
Date of Confinement-EDC sering menyebabkan kesalahan diagnosa kehamilan
kembar.
Polihidramnion
Mola Hidatidosa
Tumor abdomen dalam kehamilan:
Mioma uteri
Tumor ovarium
PENATALAKSANAAN
PERSALINAN
Pasien harus segera ke rumah sakit bila muncul tanda awal persalinan, KPD atau
mengalami perdarahan pervaginam.
Penilaian klinis dilakukan seperti pada umumnya proses persalinan normal.
Persiapan-persiapan yang perlu untuk tindakan bedah sesar yang mungkin dikerjakan.
Klasifikasi presentasi intrapartum:
1.
Vertex - Vertex(40%)
2.
Vertex non Vertex, bokong atau lintang (20%)
PENATALAKSANAAN PERSALINAN
Posisi janin pertama harus ditentukan saat masuk kamar bersalin.
Bila janin pertama letak lintang atau letak sungsang maka persalinan diakhiri
dengan seksio sesar.
Bila janin pertama letak kepala, dapat dipertimbangkan persalinan pervaginam.
Bila janin pertama letak sungsang dan janin letak kepala, dikhawatirkan terjadi
interlocking sehingga persalinan anak pertama mengalami after coming head
Setelah janin pertama lahir, biasanya kontraksi uterus menghilang atau
berkurang sehingga tidak jarang bahwa kontraksi uterus perlu diperkuat dengan
pemberian oksitosin infuse setelah dipastikan anak ke II dapat lahir pervaginam.
Anemia
Polihidramnion
Persalinan preterm
PROGNOSIS