You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Jumlah kendaraan bermotor di Surakarta, Jawa Tengah, yang terdaftar sudah nyaris
sama dengan jumlah penduduk di kota tersebut. Menurut Kepala Dinas Perhubungan,
Informasi dan Komunikasi Kota Surakarta Yosca Herman Soedrajad, pertumbuhan
jumlah kendaraan bermotor tidak bisa dikendalikan. Pada tahun 2013, pertumbuhan
kendaraan di kota Surakarta mencapai angka 30 persen. Dinas Perhubungan Informasi
dan Komunikasi Kota Surakarta juga mencatat jumlah kendaraan bermotor yang
terdaftar di Surakarta mencapai 490 ribu unit pada tahun 2014, yang terbagi atas mpbil
dan sepeda motor. Padahal, jumlah penduduk di kota tersebut hanya sekitar 600 ribu
jiwa.
Besarnya jumlah kendaraan yang dimiliki masyarakat berdampak pada kemacetan lalu
lintas, terutama pada jam sibuk. Apalagi, banyak masyarakat dari luar Kota Surakarta
yang masuk ke kota pada pagi hingga sore hari. Pada tahun 2010, pengguna kendaraan
masih bisa melintas dengan kecepatan 60 kilometer per jam di Jalan Slamet Riyadi,
yang merupakan jalan protocol yang terdiri atas 4 lajur untuk satu arah. Namun saat ini
kendaraan hanya bisa melintas di jalan itu dengan kecepatan rata-rata 40 kilometer per
jam.
Selain pertumbuhan jumlah kendaraan yang sangat pesat, frekuensi perjalanan Moeda
transportasi umum kereta api di Surakarta juga tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan
jalur rel di Surakarta merupakan penghubung antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah,
serta kereta api lokal ke yogyakarta.

Sehingga di kota Surakarta banyak terdapat

perlintasan sebidang. Perlintasan sebidang merupakan pertemuan yang melibatkan arus


kendaraan bermotor pada satu sisi sedangkan pada sisi lain terdapat arus kereta api.
Berdasarkan waktu penggunaan perlintasan, kereta api menggunakan perlintasan
dengan jadwal tertentu atau dapat dikatakan tertentu walaupun sering sekali tidak tepat
waktu sedangkan kendaraan yang melewati persimpangan tidak terjadwal sehingga arus
1

kendaraan dapat melintasi perlintasan kapan saja. Dari segi akselerasi dan sistem
pengereman diperoleh kendaraan bermotor lebih unggul dibandingkan kereta api
dimana kendaraan dalam melakukan akselerasi (percepatan atau perlambatan)
cenderung lebih singkat dari pada kereta api begitu juga sebaliknya waktu dan jarak
pengereman, kendaraan bermotor mempunyai waktu pengereman dan jarak pengereman
yang lebih pendek dari kereta api.
Dengan demikian terpolalah perlintasan kereta api dengan jalan raya menganut sistem
prioritas untuk kereta api dimana arus kendaraan harus berhenti dahulu ketika kereta api
melewati perlintasan. Kondisi tersebut menyebabkan kemacetan lalu lintas semakin
parah, terutama pada jam-jam padat. Titik-titk perlintasan kereta api tersebut yakni Jl Dr
Moewardi Jl RM Said Jl Slamet Riyadi Rel KA Purwosari dan Viaduct Jl A Yani
Gilingan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk mengurai kemacetan di kawasan
perlintasan kereta api.
Daerah yang terdapat perlintasan kereta api dan jalan raya yang sebidang dapat
menyebabkan

lintasan

tersebut

membahayakan

bagi

pengguna

jalan

dan

mengakibatakan jalan tersebut rawan kecelakaan. Dikarenakan tidak boleh adanya


perlintasan kereta api dan jalan raya yang sebidang maka salah satu alternatifnya adalah
dengan pembangunan flyover. Pembangunan flyover tersebut juga bertujuan untuk
mengatasi kemacetan lalu lintas yang disebabkan tidak mampunya jalan menampung
jumlah kendaraan yang melintas.
Oleh karena itu, dalam laporan studi kelayakan ini akan dilaksanakan analisa
pembangunan flyover pada perlintasan kereta api Jl. Slamet Riyadi Rel KA Purwosari.
Hasil dari analisa ini nanti akan menampilkan apakah pembangunan flyover di daerah
tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak. Dengan begitu maka hasil studi kelayakan
ini dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan secara riil sebagai saran dan evaluasi bagi
Dinas terkait dalam pelaksanaan tuganya.
1.2.

Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah yang timbul
diantaranya adalah :

1. Bagaimana kondisi eksisting perlintasan kereta api Jl Slamet Riyadi Rel KA


Purwosari?
2. Apakah pembangunan Flyover pada perlintasan kereta api Jl Slamet Riyadi Rel KA
Purwosari memenuhi syarat kelayakan?
1.3.

Batasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan batasan batasan
masalah sebagai berikut :
a. Perlintasan sebidang yang diambil dalam studi kelayakan ini adalah pada
perlintasan kereta api Jl. Slamet Riyadi Rel KA Purwosari.
b. Kelayakan flyover hanya ditinjau dari segi kondisi lalu lintas, kondisi jalan,
kelayakan ekonomi dan sosial masyarakat.
c. Data lalu lintas yang diambil berdasarkan data pada tahun 2007 dan penggunaannya
akan disesuaikan dengan pertumbuhan kendaraan tiap tahunnya.
d. Studi kelayakan ini tidak mempertimbangkan umur rencana pembangunan.
1.4.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari studi kali ini
adalah untuk:
1. Menganalisa kondisi dan karakteristik lalu lintas pada perlintasan kereta api Jl.
Slamet Riyadi Rel KA Purwosari.
2. Menganalisa kelayakan pembangunan flyover pada perlintasan kereta api Jl Slamet
Riyadi Rel KA Purwosari.
1.5.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :


a. Dapat memberikan ilmu dan wawasan yang baru terkait kondisi dan karakteristik
perlintasan kereta api Jl Slamet Riyadi Rel KA Purwosari.
b. Dapat menentukan apakah pembangunan flyover perlintasan kereta api Jl Slamet
Riyadi Rel KA Purwosari layak atau tidak.

You might also like