You are on page 1of 8

PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN

PEROKOK AKTIF

Tugas Individu
Diajukan guna Memenuhi Syarat Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Psikologi Kesehatan

Dosen Pengampu
Lely Safrina, M. Sc., Psikolog

Oleh:
Hijir Yoesryna Meutia
1207101130059

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015

A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang timbul akibat
adanya penyempitan pada arteri koronaria, sehingga mengganggu aliran darah ke otot
jantung, Penyebab terbanyak dari penyempitan tersebut adalah arterosklerosis (Lubis,
2007). Awalnya PJK hanya ditemukan pada individu berumur 45 tahun keatas, tetapi
menurut data di beberapa rumah sakit saat ini kasus penyakit tersebut sudah ditemukan
pada orang-orang muda yang berumur antara 27 tahun hingga 32 tahun. Hal ini terjadi
karena peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup yang bergerak seiring
berjalannya waktu dan peradaban (Hanafiah, 2006). Berdasarkan data WHO (2011)
bahwa penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan 60 %
dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik dan
sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian diseluruh dunia disebabkan oleh
penyakit jantung. Diperkirakan tahun 2030 bahwa 23,6 juta orang didunia akan
meninggal karena penyakit kardiovaskular (Sri Sumarti, 2010).
Tingginya prevalensi penyakit jantung (khususnya penyakit jantung koroner)
diakibatkan oleh sejumlah faktor yang berhubungan dengan pola hidup dan perilaku
masyarakat yang cenderung mengalami pergeseran misalnya merokok, minum alkohol,
makan makanan berlemak, stres dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor-faktor tersebut
dapat berisiko terhadap penyakit jantung koroner.
Saat ini, di masyarakat Indonesia bukan hanya orang tua saja yang
mengkomsumsi rokok, tetapi dilingkungan remaja, bahkan anak-anak. Pada orang
yang

merokok sistem kekebalan tubuhnya akan menurun, sebanyak 25-30% kasus

penyakit kardiovaskuler, 70% penyakit jantung koroner meningkat lebih tinggi pada

perokok dari pada non perokok, Dua kali resiko serangan jantung dan lima kali
serangan stroke (Pajeriaty, 2008).
B. PEMBAHASAN
Penulis melakukan wawancara dengan seorang pasien penderita penyakit jantung
koroner dirumah sakit Meuraxa Banda Aceh. Pasien ini adalah seorang pengusaha dan
kontraktor terkenal dibanda aceh. Dari hasil wawancara dengan pasien, pasien ini
merupakan tipe orang yang tidak peduli tentang kesehatannya karena beliau memiliki
aktivitas pekerjaan yang sangat padat sehingga beliau tidak sempat memikirkan
kesehatan dirinya. Pasien ini mengetahui menderita penyakit jantung koroner pada saat
usia 48tahun, sekarang ini beliau sudah berumur 53 tahun. Pasien menceritakan
kronologis penyebab penyakit yang ia derita selama ini, dimana pasien sangat
menyesalkan akan ketidakpeduliaanya akan pentingnya kesehatan bagi dirinya. Pertama
di diagnosa Dokter spesialis jantung dr.T Heriansyah Sp. JP pada saat beliau berumur 48
46 tahun beliau masih mengalami serangan jantung. Pasien tidak memperdulikan tentang
penyakit yang ia alami, ia masih saja mengkonsumsi rokok setiap harinya, ketika ia
kambuh lagi sesak nafasnya dan sulit untuk tidur ia memeriksa kembali kesehatannya
dokter mengatakan bahwa beliau sudah terkena jantung koroner. Dari saat itu juga pasien
ini mengkonsumsi obat rutin yang diberikan oleh dokter tetapi ia tetap saja
mengkonsumsi rokok, karena bagi dirinya rokok adanya segalanya.
Pasien memiliki berat badan yang berlebihan, yang mana dikarenakan pasien
sering mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak. Dimana salah satu penyebab
penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan makanan berlemak tinggi terutama
lemak jenuh, karena lemak mudah masuk dalam peredaran darah dan diserap oleh tubuh
sehingga lemak diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Nah sisa lemak akan disimpan

dihati dan metabolisme menjadi kolestrol yang membentuk asam empedu yang berfungsi
sebagai pencerna lemak, berarti semankin meningkat kadar kolestrol didalam darah.
Penumpukan lemak dapat menyebabkan (antherosklerosis) penebelan pada pembuluh
nadi koroner (arterikoronoria). Dengan begoitu kerja pembuluh nadi menjadi berkurang,
serangan jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika pembulu nadi mengalami
pengyumbatan dan darah yang membawa okseigen kejaringan dinding jantungpun
terhenti (Sulistyani, 1998).
Selain itu pasien adalah perokok aktif, dimana dalam sehari pasien menghabiskan
2 bungkus rokok Dji Samsu. Pasien merokok pada usia 15 tahun sampai dengan sekarang
sudah lebih 33tahun. Dari hasil penelitian Mamat Supriyono (2008) menyatakan bahwa
ada hubungan antara merokok dengan penyakit jantung koroner pada usia >45 tahun
sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok.
Pravelensi penderita penyalit jantung bertambah seiring bertambahnya usia karena
semankin tua usia seseoarang maka kemungkinan besar perubahan-perubahan didalam
pembuluh darah (Pierce, 2007). Lamanya perilaku merokok seseorang, yaitu lebih dari
10 tahun merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Semakin
lama seseorang merokok, semakin besar kemungkinan untuk menderita penyakit jantung
koroner, dan semakin lama pula orang terpapar oleh asap rokok yang akan mempengaruhi
organ-organ tubuh yang terpapar.
Pasien mengatakan bahwa di tempat kerjanya, ia memiliki banyak pekerjaan
sehingga menjadi beban pikiran dan terkadang pasien merasa stres dalam menghadapi
situasi ditempat kerjanya. Secara teori terjadinya penyakit jantung koroner yang
dipengaruhi oleh lingkungan kerja merupakan akibat dari stres, dimana stres muncul

karena lingkungan kerja yang buruk sehingga dapat menimbulkan gangguan suasana
kerja yang kemudian berpengaruh pada kesehatan pekerja baik fisik maupun jiwa para
pekerja. Stres yang berat dapat mempengaruhi tekanan darah yang selanjutnya
mempengaruhi kerja jantung. beliau ini mengatakan bahwa pada saat bekerja ia sering
lupa dalam melakukan pekerjaannya. Nah, ternyata merokok ini dapat menyebabkan
seseorang itu menjadi pelupa (dimensia). Rokok ini dapat menurunkan fungsi kognitif
seseorang, perokok pada lansia memiliki resiko tinggi mengalami demensia (tipe
Alzheimer, demensia vaskular dan penurunan kognitif ).
Selama kurang lebih 5 tahun menderita penyakit jantung koroner ini pasien
merasa sudah putus asa dan terkadang tidak mau menjalani pengobatan medis. Tetapi
karena dengan adanya dukungan dari istri dan anak-anaknya pasien merasa kuat dan
harus tetap menjalani pengobatan secara medis untuk sembuh. Taylor (2003)
mengemukakan bahwa soscial suport ini dapat menurunkan kemungkinan penyakit
jantung koroner, kecepatan untuk segara pulih dari penyakit yang diderita dan
mengurangi resiko kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Lalu hingga
saat ini pasien sudah mulai berhenti merokok sekitar kurang lebih dalam setahun ini
karena bagi pasien semankin ia mengkonsumsi rokok merasakan akibat untuk dirinya
sendiri seperti merasa sesak untuk bernafas, jantung berdebar-debar (tidak nyaman),
nyeri dibagian dada, dan susah untuk beristirahat. Sekarang ini pasien sudah mematuhi
pantangan-pantangan yang dikatakan oleh dokter baik itu untuk tidak mengkonsumsi
rokok, menjaga pola makan, dan meningkatkan aktivitas olahraga.
Aktivitas fisik berupa olahraga dan kegiatan harian yang dilakukan secara rutin
dapat meningkatkan konsentrasi HDL kolesterol dan bermanfaat untuk mencegah

timbunan lemak di dinding pembuluh darah (arterosklerosis).Pada orang-orang yang


terbiasa melakukan aktivitas fisik secara rutin umumnya meningkatkan daya kontraksi
jantung, memperlebar pembuluh darah jantung yang mempengaruhi pada peningkatan
suplai darah dan oksigen. Keadaan ini akan meningkatkan stabilitas kerja sistem jantung
(Soeharto, 2004).
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
penyebab penyakit jantung koroner kebiasaan makan makanan berlemak yang terlalu
tinggi terutama lemak jenuh, karena lemak mudah masuk dalam peredaran darah dan
diserap oleh tubuh sehingga lemak diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Selain
makan makanan yang berlemak penyakit jantung koroner ini dapat dipicu oleh rokok.
Dimana lamanya perilaku merokok seseorang, yang lebih dari 10 tahun merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Semakin lama seseorang merokok,
akan semakin besar kemungkinan untuk menderita penyakit jantung koroner. Adapun hal
lain yang menyebabkan kambuhnya penyakit jantung koroner ini yaitu stres yang sangat
berlebihan. Tetapi dengan adanya soscial suport dari keluarga mampu meringankan
sedikit beban bagi penderita penyakit jantung koroner. Selain itu pola hidup sehat dan
olahraga sangat penting dibutuhkan untuk semua individu, bukan hanya untuk penderita
penyakit jantung koroner tetapi agar terhindar dari penyakit-penyakit yang kronis yang
menyebabkan angka kematian tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Antara, I. M. P. S., Yuniadi, Y, & Siswanto, B. B. (2009) . Intervensi Penyakit Jantung
Koroner dengan Sindroma Gagal Jantung. Jurnal Kardiologi Indonesia, 30(1). 3237.
Chotidjah, S. (2012) . Pengetahuan Tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan Eksternal
Dan Perilaku Merokok. Jurnal Makara Sosial Humaniora, 16(1). 49-56.
Fernanda, F., Husin, A. N, & Bakhriansyah, M. (2014) . Hubungan Merokok Dengan
Kecenderungan Demensia Pada Laki-Laki Lanjut Usia Di Kecamatan Banjarmasin
Barat Periode Juni-September 2013. Jurnal Berkala Kedokteran, 10(02). 9-19.
Hermansyah., kesumasari, C, & Aminuddin. (2012) . Aktifitas Fisik Dan Kesehatan
Mental Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Rawat Jalan Di
Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo Dan Rsud Labuang Baji Makassar. Jurnal Media
Gizi Masyarakat Indonesia, 1(02). 79-83.
Rahmawati, A. C., Zuleakah, S. & Rahmawaty, S. (2009) . Aktivitas Fisik Dan Rasio
Kolesterol (Hdl) Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung
Rsud Dr Moewardi Surakarta. Jurnal kesehatan, 2(1). 11-18.
Savia, F. F., Suarniati, & Mato, R. (2013) . Pengaruh Merokok Terhadap Terjadinya
Penyakit Jantung Koroner (Pjk) Di Rsup Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Jurnal Stikes Nani Hasanuddin Makassar, 1(6). 1-6.

Tsani, F. R. (2013) . Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner (Studi Kasus di Rumah Sakit X Kota Semarang). Unnes
Journal of Public Health, 2(3). 1-9.
Umar, F., Citrakeumalasari, & Jafar, N. (2011) . Smoking Behavior And Residence
Environment Of Coronary Heart Disease Out-Patient In Makassar. Jurnal Media
Gizi Masyarakat Indonesia, 1 (1). 21-29
Yuliani, F., Oenzil. F, & Iryani, D. (2014) . Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
Jurnal Kesehatan Andala, 3(1). 37-40.
Zahrawardani, D., Herlambang, K. S, & Anggraheny, H. D. (2013) . Analisis Faktor
Risiko Kejadian

Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang.

Jurnal Kedokteran Muhamadiyah, 1(2), 13-20.

You might also like