Professional Documents
Culture Documents
Download
Download
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) merupakan
infeksi yang
menyerang saluran pernapasan manusia
dengan
jumlah
penderita infeksi
kebanyakan pada balita (Depkes 2013).
Prevalensi ISPA di Indonesia berdasarkan
data riset kesehatan dasar Riskesdas 2010
yaitu sebesar 35% tertinggi terjadi pada
balita. ISPA pada balita di sebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya adalah
kemampuan keluarga (Depkes 2001).
HASIL
Tabel 5.1 Distribusi responden, usia,
menurut tingkat pendidikan,
dan usia balita di wilayah
Puskesmas
Martapura
Desember 2013- Januari 2014
Demografi
Kategori
Usia
20 25 tahun
26 30 tahun
31 35 tahun
36 40 tahun
Total
Usia balita
1 3 tahun
4 -5 tahun
Total
Pendidikan
SMP
SMA
Total
Pekerjaan
Ibu rumah
tangga
Jumlah
18
24
16
12
70
58
12
70
36
34
70
70
Prosent
ase (%)
26
34
23
17
100
83
17
100
51
49
100
100
Berdasarkan
tabel 5.1 diatas
menunjukkan responden sebagian besar
berpendidikan SMP sebanyak 51 % ( 36
responden),
dengan usia responden
sebagian besar berada pada kategori
antara 26 sampai 30 tahun sebanyak 34%
(24
balita),
pekerjaan
responden
seluruhnya (100%) sebagai ibu rumah
tangga dan usia balita yang mengalami
ISPA pada balita sebagian besar berada
pada kategori
1 sampai 3 tahun
sebanyak 83% (58 balita).
Tabel 5.2 Distribusi tugas keluarga dalam
mengenal penyakit ISPA pada
balita di wilayah kerja
Puskesmas Martapura
Desember 2013- Januari 2014
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Total
Frekuensi
0
56
14
70
Prosentase (%)
0
80
20
100
Berdasarkan tabel
5.2 diatas
menunjukkan 80% (56 responden) dalam
Frekuensi
45
25
70
Prosentase (%)
64
36
100
Frekuensi
21
47
2
70
Prosentase (%)
30
67
3
100
Frekuensi
60
8
2
70
Prosentase (%)
86
11
3
100
Berdasarkan
tabel 5.5 di atas
menunjukkan 86% ( 60 responden) dalam
kategori baik, 11% (8 responden) dalam
kategori cukup dan 3% (2 responden)
dalam memodifikasi lingkungan yang
dapat menjamin kesehatan.
Tabel 5.6 Distribusi tugas kesehatan
keluarga
dalam
memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas
Martapura
pada
bulan
Desember 2013-Januari 2014
Kategori
Baik
Cukup
Total
Frekuensi
70
70
Frekuensi
0
14
56
70
Prosentase (%)
0
20
80
100
Berdasarkan
tabel
5.7
menunjukkan sebagian besar yaitu 80%
(56 balita) dalam
kategori jarang
mengalami ISPA dalam satu bulan dan
20% ( 14 balita ) dalam kategori sering.
Tabel
5.8
Analisa
hubungan
penatalaksanaan
tugas
kesehatan
keluarga dengan
kejadian ISPA pada balita
adanya
Frekuensi ISPA
Berdasarkan
pemahamanJarang
Sering
Selalu
Total
tabel 5.8 di atas
pemahaman
N
%
N
%
N %
N
%
dapat di lihat
baru. Selain
Tugas
Baik 31 44
3
4
0 0
34
100,00
bahwa dari 70
itu menurut
kesehat
responden dalam
Sunaryo
Cuk 25 36 10
14
0 0
35
100,00
an
up
melaksanakan
(2004)
keluarg
Kura
0
0
1
1
0 0
1
100,00
tugas kesehatan
mengatakan
a
ng
keluarga dalam
bahwa
Total
56
14
0 0
70
100,00
kategori cukup
pengetahuan
Spearmans
rho
:
p
=
0,01;
koefisien
korelasi
(r)
=
-0,387
yaitu
10
di pengaruhi
responden
oleh
menyatakan anaknya sering mengalami
pendidikan.
Dilihat
dari
tingkat
ISPA, 25 responden dalam kategori
pendidikan
keluarga
rata-rata
cukup menyatakan anaknya jarang
berpendidikan SMP dan SMA, keluarga
mengalami ISPA, 31 responden dalam
yang berpendidikan SMP sebagian besar
kategori baik menyatakan anaknya
dalam kategori cukup dan sebagian dalam
jarang mengalami ISPA, 3 responden
kategori kurang (no responden 5, 9, 10,
dalam kategori baik menyatakan anaknya
22, 38), keluarga yang berpendidikan
sering mengalami ISPA dan 1 responden
SMA sebagian besar dalam kategori
dalam
kategori kurang menyatakan
cukup namun ada juga yang berada
anaknya sering megalami ISPA.
dalam kategori kurang (1, 2, 21, 33, 34,
38, 49, 53, 61, 66). Berdasarkan paparan
PEMBAHASAN
diatas peneliti berpendapat bahwa
pengetahuan keluarga dalam mengenal
Pada penelitian ini menunjukkan
penyakit ISPA tidak tergantung oleh
bahwa kemampuan keluarga dalam
tingkat pendidikan, hal tersebut juga
mengenal masalah ISPA di dapatkan
didukung oleh teori yang dikemukakan
sebagian besar dalam kategori cukup
oleh Erfandi (2009) bahwa pengetahuan
karena keluarga masih banyak yang tidak
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan
mengetahui penyebab dari ISPA (no
formal akan tetapi dapat diperoleh dari
responden 1, 5, 9, 38, 43, 49, 55, 61, 70),
pendidikan nonformal.
Selain itu
tanda dan gejala dimana hampir seluruh
menurut teori HBM yang di kemukakan
keluarga menjawab salah, dan akibat
oleh Rosenstock (1974) bahwa faktor
yang dapat ditimbulkan oleh ISPA (no
pemodifikasi
yang
mempengaruhi
responden 2, 4, 6, 8, 9, 13, 21, 23, 33, 34,
seseorang dalam bertindak selain
36). Kemampuan keluarga dalam
pengetahuan yaitu usia, pekerjaan, dan
mengenal
masalah
ISPA
dapat
pengalaman. Dilihat dari faktor pekerjaan
dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga.
peneliti berpendapat bahwa pekerjaan
Pengetahuan
(knowledge)
mungkin
mempengaruhi tingkat
merupakan hasil tahu seseorang setelah
pengetahuan keluaraga karena secara
orang tersebut melakukan penginderaan
keseluruhan keluarga bekerja sebagai ibu
terhadap
suatu
objek
tertentu.
rumah tangga yang
pekerjaannya
Pengetahuan atau kognitif merupakan
mengurus rumah tangga dan sebagian
domain yang sangat penting untuk
besar waktunya di habiskan di rumah,
terbentuknya
tindakan
seseorang.
sehingga informasi yang di dapatkan
Menurut Erfandi (2009) pengetahuan
kurang luas dari keluarga atau ibu yang
adalah sebagai suatu pembentukan yang
bekerja di luar rumah. Bekerja dapat
terus menerus oleh seseorang yang setiap
memperoleh banyak pengalaman dan dari
saat mengalami reorganisasi karena
pengalaman tersebut akan memperoleh
dikalangan
keluarga.
Menurut
Notoatmodjo (2003) ada beberapa tahap
kejadian dalam pembuatan keputusan
yaitu: tahap pengalaman atau pengenalan
gejala, tahap asumsi peranan sakit, tahap
kontak dengan pelayanan kesehatan
,tahap ketergantungan pasien, tahap
penyembuhan
atau
rehabilitasi.
Berdasarkan paparan diatas peneliti
berpendapat bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keluarga dalam
mengambil keputusan, antara lain
pengalaman keluarga terhadap gejala
sebelumnya dalam hal ini gejala penyakit
ISPA dan kontak sebelumnya dengan
pelayanan kesehatan, dimana keluarga
yang bersikap positif memiliki balita
yang pernah mengalami ISPA lebih dari
satu kali dalam satu bulan dan keluarga
kecenderungan membawa balitanya ke
fasilitas pelayanan kesehatan ( no
responden 6, 13, 21, 34, 40, 42, 48, 60)
sehingga dari pengalaman tersebut
keluarga
sudah
mengetahui
atau
memahami tindakan apa yang harus
diambil. Selain itu berdasarkan teori
HBM bahwa individu dalam bertindak di
pengaruhi oleh faktor pemodifikasi salah
satunya usia, namun dalam penelitian ini
hal tersebut
tidak sejalan dengan
kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan karena dari keluarga yang
bersikap positif secara keseluruhan
tersebar pada rentang
usia dari 20
sampai 40 tahun sehingga peneliti
berpendapat bahwa usia tidak ada
pengaruhnya
dengan
kemampuan
keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam mengatasi ISPA pada
balita. Sikap positif dari keluarga dalam
mengambil keputusan yang tepat tentang
tindakan yang akan dilakukan kepada
anggota keluarga yang sakit akan sangat
berpengaruh
terhadap
proses
penyembuhan dan kualitas pengobatan
balita yang mengalami ISPA. Apabila
keputusan yang di ambil oleh keluarga
tepat dan cepat maka akan sangat
membantu dalam proses penyembuhan
sekaligus mencegah terjadi kembali
memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan hal ini dapat dilihat dari
pernyataan keluarga yang menjawab
bahwa mereka selalu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan dalam
mengatasi masalah ISPA yang di alami
balita,
keluarga
merasa
masalah
kesehatannya teratasi setelah di bawa ke
fasilitas pelayanan kesehatan dan
keluarga selalu melakukan anjuran yang
diberikan oleh petugas kesehatan.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk
mengatasi
gangguan
perkembangan yang di alami balita
merupakan kemampuan keluarga dalam
mengetahui
keberadaaan
fasilitas
kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
kesehatan tersebut terjangkau oleh
keluarga dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan, dimana biasa mengunjungi
pelayanan
kesehatan
yang
biasa
dikunjungi dan cenderung yang paling
dekat misalnya Posyandu, Puskemas,
maupun Rumah Sakit. Persepsi keluarga
terhadap sehat sakit erat hubungannya
dengan perilaku mencari pengobatan.
Respon keluarga yang sakit adalah sangat
bervariasi mulai tidak melakukan apa-apa
dengan alasan tidak mengganggu,
melakukan tindakan tertentu seperti
mengobati sendiri, mencari fasilitas
kesehatan
tradisional,
mencari
pengobatan di warung obat, mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan modern
yang diselenggarakan oleh pemerintah
atau lembaga-lembaga swasta seperti
balai pengobatan, Puskesmas dengan
mencari
pengobatan
yang
diselanggarakan oleh dokter. Apabila
persepsi sehat-sakit masyarakat belum
sama dengan konsep sehat sakit, maka
jelas masyarakat belum tentu atau tidak
mau menggunakan fasilitas yang
diberikan dan apabila persepsi sehatsakit masyarakat sudah sama pengertian
kita, maka kemungkinan besar fasilitas
yang diberikan akan mereka pergunakan
(Notoatmodjo 2003). Awalnya keluarga
menyatakan sebelum memanfaatkan
2.
3.
4.
5.
Oktober
2013,
.
http://repository.unri.ac.id.
Karim, L, 2012 Upaya Keluarga Dalam
Keluarga Dalam Pencegahan
Dan Perawatan ISPA, Public
Health Journal, diakses tanggal 25
Oktober
2013,
http://pustaka.unpad.ac.id.
Dinkes
2013,
Profil
Kesehatann
Kabupaten Banjar Tahun 2013,
Dinkes
Kabupaten
Banjar,
Martapura.
Mubarak, W 2012, Ilmu Keperawatan
Komunitas,
Salemba Medika,
Jakarta.
Maulana, H,D,J 2009,
Promosi
Kesehatan, EGC, Jakarta.
Muras, F,G 2012, Perbedaan Tingkat
Pengetahuan Tentang Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (Ispa)
Antara Ibu Yang Memiliki Balita
Pernah ISPA Dan Belum Di
Posyandu Melati III Kampung
Binong, diakses tanggal
8
November
2013,
http://dspace.library.uph.edu.
Nursalam 2013, Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan, Salemba
Medika,Jakarta.
Notoatmodjo,
Soekidjo,
2003,
Pendidikan
Dan
Perilaku
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo 2003,
Ilmu
Kesehatan Masyarakat: PrinsipPrinsip Dasar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo 2010, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka
Cipta, Jakarta.
Nurhidayah,
I,
Fatimah,
S,
&
Rakhmawati W 2010, Upaya
Keluarga Dalam Pencegahan
Dan Perawatan ISPA Di Rumah
Pada Balita, diakses tanggal 10
oktober
2013,
http://pustaka.unpad.ac.id.
Redaksi, T 2010,
Pelaksanaan
Gambaran
Tugas