Professional Documents
Culture Documents
Laminitis
Laminitis
KABUPATEN SLEMAN
PREVALENCE
AND RISK FACTORSON DAIRY CATTLEFOOTROT
IN THE DISTRICTOF SLEMAN
Setyo Budhi', Bambang Sumiarto', Setyawan Budiharta'
'Bagian
Bedah dan Radiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
'Bagian
Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRACT
Epidemiologic study on footrot was performedinT69 dairy cattle from 193 small holder dairy farms,
coveringsix subdistrictsand 36 out 86 villagesin Slemandistrict,YogyakartaProvince.A combinationof threestagesamplingprocedureandclusterwasusedto selectsub-districts,villages,and small holders.An animalwas
consideredsufferingfrom clinical footrot if it showedskin damageand swelling on interdigiti and alongwith
lame.The objectivesof this curent study were to investigate1) the prevalenceof the diseaseamong dairy cattle
population in the district, and2) factors associatedwith the prevalenceof the diseaseand the occuffenceof this
diseasein dairy cattle.The resultshowedthat the prevalenceof diseaseis found tobe I2.9%o(251193)for farm
level. In farm level, the prevalenceof dairy cattle clinical footrot is significantly associatedwith drainage
of dairy cattleraising(p<0.01),paddock(p<0.01),claw trimming(p<0.05),cleanliness
of
Cr<0.01),experience
thebarn(p<0.05),andanimaldensity(p<0.01).Otherfactors,i.e. farmer'sformal education,footrotknowledge,
surfaceof thepen,andpenfloor arenot significantlyassociated
with the disease.
Keywords: prevalence,footrot, dairy cattle,Sleman
ABSTRAK
penyakit/ootrot telahdilaksanakan
Kajianepidemiologis
terhadap769 ekorsapiperahdari 193peternakdi
kabupatenSleman,Yogyakarta.Prosedurpengambilansampeldilakukandengankombinasiantarasampling
tiga tahapandanklaster,yaitu Kecamatan,
Desa,danpeternak.Hewandikatakanpositiffootrol klinis, apabila
menunjukkan
adanyakerusakanjaringan
di antarabelahankuku,
adaatautidaknyabengkakdanpincang.
Kajian
ini berfujuanuntuk mendeteksil) prevalensipenyakitfootrotpadasapiperahdi kabupatenSleman,dan2)
mendeteksi
faktor-faktoryangberhubungan
penyakitpadaternaksapiperah.Hasilpenelitian
denganprevalensi
menunjukkan
prevalensifootrot
pada
klinis
bahwa
tingkatpeternak
adalahsebesar
12,gyo(251193).
Padatingkat
petemakfaktor-faktoryang berhubungan
denganpenyakitadalahdrainase(p<0,01),pengalamanbeternak
kandang(p<0,05),danjumlah kepemilikan
ft)<0,01),umbaran(p<0,01),potongkuku (p<0,05),kebersihan
(p<0,01).Faktor-faktorlain seperti pendidikan,pengetahuanfootrot,
permukaankandangdanlantaikandang
ti dakberasosi asi terhadap terj adinyafootrot klinis.
Kata kunci: prevalensi,
footrot,sapiperah,Sleman
57
J. SainVet.Vol.25No.2Th-zu"7
PENDAHULUAN
Sapi perah sebagaihewan produksi, sering
mengalamigangguanpenyakityang menyebabkan
produksi susunyamenjadi turun, dan salah satu
penyakit tersebut adalahfootrot. Footrot yang
interdigitalis,infectious
disebutjuganecrobacillosis
pododermatitis,
foul in thefoot, clit ill, hoof roty,
interdigital phlegmon, dan busuk jari, adalah
penyakitinfeksi yang bersifatakut atau sub akut
yang mengenaikulit danjaringan lunak di sekitar
belahankttlot(interdiglli)(Greenoughet al.,1972)'
Pada sapi perah, 5I,syo kejadian pincang,
olehpenyakit/ootrot(Gitaueta|.,1994)'
disebabkan
Kej adianfo otrot di kabupatenSleman sebesar 20olo
padatingkatpeternak(Anonimus,1996).Kejadian
1994
footrot di KoperasiSusuSemenBlitar tahun
rata-rata1,5%setiapbulan,di PujonMalangtahun
lgg4 0,8%dantahun19950,4oAsetiapbulan,dandi
KoperasiSusuBandungSelatanfootrot termasuk
sepuluhbesardari kejadianpenyakityang tercatat
setiap bulannya dalam kurun waktu satu tahun
(Anonimus, l9S2). Morbiditas penyakit footrot
rendah,tetapi kejadiannyatinggi pada kawanan
ternak di daerahdengantanah permukaankasar,
berbatu,lumpur dan kotoran yang tergenangair'
kasus,potrot dapatsembuhsendiri,
Padabeberapa
tetapikebanyakantidak dapatsembuhsendiridan
seringterulangkembali(Gibbonsel o/',
kejadiannya
I 970).Padaumumnyalesi terjadikira-kiralimahari
setelahinfeksi,tetapikejadiannyadipengaruhioleh
integritasjaringan.Di EropaTimur dan Australia,
indikasi kepincanganpada kaki disebabkanoleh
necrobacilosis interdigitalis, luka pada sole,
laminitis,dan penyakit pada zonaalba(Gitauel
a\.,1994).
Pada kasus footrot, bakteri yang selalu
diketemukanadalahFusobacteriumnecro-phorum
atauFusiformisnecrophorus ataluSphaerophorus
necrophorus(Sieg-mund, 1979). Bakteri masuk
melalui luka dan dapat menjadi penyebabawal
terjadinya footrot. Kelukaan pada umumnya
disebabkanoleh benda tajam, maserasiataupun
adanya keretakan integumen kuku (Siegmund,
1979)sertaabrasi kulit bagianbawahyang terjadi
58
Tabel l.Variabel peternak yang digunakan untuk mendeteksiprevalensi dan faktor resiko penyakit footrot
padasapiperahdi kabupatenSleman.
No.
Variabel
Keteransan
Hasil
1.
2.
PREVERT
PDDKP
prevalensiJbotrot
pendidikan formal
3.
PBSP
pengalamanbeternak
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PENGFRT
LANTKD
PERMUKD
DRAINKD
SIHKAN
POTKU
pengetahuanfootrot
lantai kandang
permukaan kandang
drainase kandang
kebersihan kandang
potong kuku
10.
11.
UMBARSP
ruMEP
umbaran sapi
jumlah kepemilikan
prevalensi :12,9o/o
tidak sekolah: 2I,8%o;SD : 50,3%; SMP :
16%;SMU: lO,4%o;PT: I,4Yo
l - 5 t h : 6 0 % o ; > 5 - 1 0t h : 2 0 , 8 Y o i > 1 0 - 1 5t h :
>15 th :4,7Yo
14,5.3o/o;
:
ya
l8,7Yo;tidak:8l,3Yo
tanah: II,9o/o;plester: 88,1o2
halus: 35,8Yo;kasar: 64,2Yo
ada: 7l,5o/o;tidak ada: 28,5o/o
baik : 29%o;tidakbaik:7l%o
tidak pernah: 85Yo; lx /th :7,3Yo;2 x /th:
7,1yo
ada:86,5%o; tidak ada: l3,5Yo
l-5 ekor:86,6Yo; >5-10 ekor: 9,8Yo;>10 ekor
:3.6%.
kandang,permukaan
kandang,kebersihan
kandang,
potong kuku, umbaran sapi, dan jumlah
kepemilikan.Selanjutnya
datadimasukkan
ke dalam
program SX Statistik 4.0 (Siegel, 1992), dan
dianalisis dengan
ForwardStepwiseRegressi on.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian prevalensidan faktorresiko
penyakitfootrot pada sapi perah di kabupaten
Sleman
l.
dapatdilihatpadaTabel
Hasil penelitian yang diperoleh dari 193
peternak, menunjukkan bahwa rata-rata setiap
peternakmemiliki 4 ekor sapi perah. Prevalensi
footrot pada tingkat peternak sebesarl2,9Yo.
Petemak yang tidak mengenyam pendidikan
formal 42 (21,8%),SekolahDasar 97 (50,3oh),
59
1982.Buku PetunjukPembinaandan
Pengembangan
Persusuan
ProyekPancaUsaha
TbrnakPusat. Direktorat Bina Usaha Petani
Ternak dan PengelolaanHasil Peternakan
Jakarta.
Blood, D.C., Radostits,O.M.. 1989. Veterina-ry
Medicine7'ned. London,BailliereTi ndall.734745.
Clackson,D.A., Ward, W.R. 1991.Farm tracks,
herdingandlameness
in dairycattle.
, stockman's
Vet.Rec.129:5Il-5I2.
Gibbons,W.J.,Cat0off,R., Smithcors,J.F. 1970.
BovineMedicineand SurgeryandHerd Health
Management.l"' ed. American Veterinary
Publications,
Inc.146-148.
Greenough,P.R.,Mac Callum, F.J.,Weaver,A.D.
l91Z.Lameness
in Cattle.T. A. Constabel
Ltd.,
Edinburg.142 147.
Gitau, T., McDermott,J.J., Mbiuki, S.M. 1994.
Incidenceandrisk factorsof bovinelameness
in
small-scaledairy farms.Proceedings
of the 76.
lnternasional Symposium on Veterinary
Epidemiologand economics.
Nairobi, 15"-19*
-109.
August1,994.107
Raven, T.E. 1992. Cattle Footcare and Claw
Trimming.Publishedby FarmingpressBooks
WharfedaleRoad, Ipswich IPI 4LG, United
Kingdom.3-125.
Siegel, J. (Editor). 1992. Statistic Analytical
SoftwareVersion4.0,User'sManual.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1996. Statistik dan Informasi
Peternakan di Propinsi Daerah Istimewa
Yogtakarta.LaporanTahunanDinasPeternakan
PropinsiDIYTahun1996.
6l