Professional Documents
Culture Documents
Reaksi Kimia Pada Logam Cu
Reaksi Kimia Pada Logam Cu
Tujuan Percobaan
Mempelajari perubahan kimia yang terjadi pada siklus logam Cu
timbul gas
timbul endapan
Faktor ini digunakan untuk menunjukkan apakah suatu reaksi kimia telah terjadi atau tidak.
Secara umum beberapa jenis jenis reaksi kimia antara lain :
a. Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung dengan
oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.
b. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks
terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa)
c. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih
sederhana
d. Penggantian (Perpindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur pindahan
unsur lain dalam suatu senyawa.
e. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran antara
dua reaksi.
Dalam mereaksikan suatu zat, terlebih dahulu kita harus menghitung massa, volume,
serta mol zat yang terlibat dalam reaksi tersebut dengan teliti. Seperti dalam percobaan ini
kita harus menghitung massa logam Cu, mengitung mol HNO3 dan Cu, dan volume HNO3
agar reaksi dapat berlangsung.
Sebelumnya kita harus bisa menuliskan reaksi antara logam Cu dengan HNO3.
Kemudian kita tentukan perbandingan koefisien dari reaksi tersebut. Konsep mol
digunakan untuk menyatakan jumlah zat yang bereaksi. Secara umum mol merupakan
satuan jumlah zat yang menyatakan jumlah partikel zat yang sangat besar. Dimana 1 mol
adalah banyaknya zat yang mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah atom
yang terdapat dalam 12 gram C-12, yaitu 6,02 x 10 23 . Kemolalan atau molalitas adalah
banyaknya mol zat terlarut dalam kg zat pelarut.
Massa satu mol zat sama dengan massa atom relatif/massa molekul relatif dalam
gram. Rumus mol suatu unsur/ senyawa dirumuskan sebagai berikut :
Untuk unsur
atau
Untuk senyawa :
atau
Keterangan :
n
= mol unsur/senyawa
= massa unsur/senyawa
Ar
Mr
Volume merupakan ukuran besarnya ruang yang ditempati oleh suatu zat yang
dilambangkan (V) dengan satuan liter (L). Avogadro menyatakan bahwa volume setiap
mol gas pada suhu 0C (273K) dan tekanan 1 atm (76 cmHg) mempunyai volume 22,4
liter. Sehingga kondisi tersebut dinamakan sebagai keadaan standar/STP (Standard
Temperature and Pressure) yang dituliskan dengan (0C, 1 atm). Hubungan volume gas
dengan mol dapat dituliskan sebagai berikut :
atau
Keterangan:
V
= mol unsur/senyawa
Volume gas untuk keadaan tidak STP, maka dapat dihitung dengan menggunakan
rumus.
Keterangan:
P
= temperatur (K)
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu peristiwa atau
reaksi disebut STOIKIOMETRI (bahasa Yunani : Stoichea = unsur , metrain =
mengukur), jadi Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Pada persamaan reaksi kimia berlaku
Hukum Kekelan Massa, yang dikemukakan oleh Lavoiser. Pada tahun 1774 ia
melakukan penelitian dengan memanaskan timah dengan oksigen dalam wadah tertutup.
Dengan mengamati secara teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi itu
tidak terjadi perubahan massa. Hukum Kekelan Massa itu menyatakan bahwa setiap reaksi
kimia, massa zat zat setelah bereaksi adalah sama dengan zat sebelum bereaksi.
III.
B. Bahan:
1. Kaca arloji
2. Larutan HNO3
3. Gelas ukur
3. Larutan NaOH
4. Tabung semprot
4. Larutan H2SO4
5. Pengaduk/spatula
5. Air Suling
6. Steambath/pemanas
7. Pipet tetes
8. Penjepit
IV.
CARA KERJA
a. Langkah 1 : Reaksi antara logam Cu dengan Asam Nitrat
-
Logam Cu yang digunakan ditimbang sehingga didapat berat logam Cu adalah 0,2
gram.
Logam Cu(dalam bentuk potongan kecil) dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml.
Sebanyak 2,5 ml larutan HNO3 dituangkan kedalam gelas kimia yang berisi logam Cu.
Simpan selama kurang lebih satu minggu lalu catat perubahan yang terjadi setelah 1
minggu.
b. Langkah 2 : Penambahan Larutan NaOH
Sebanyak 7 ml larutan NaOH dicampurkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan
Cu(NO3)2 dari hasil percobaan langkah I, lalu diaduk.
c. Langkah 3 : Pemanasan
Gelas kimia beserta isinya dipanaskan selama kurang lebih 30 menit dimana selama
pemanasan larutan tetap diaduk secara perlahan. Pemanasan dilanjutkan sampai
mendidih dan tidak terjadi perubahan yang dapat diamati lagi.
Setelah mendidih pemanas dimatikan lalu larutan didinginkan selama lebih kurang 5
menit.
Pengaduk dikeluarkan dari larutan lalu disemprotkan dengan aquades untuk melepaskan
partikel partikel yang melekat.
Setelah kurang lebih 5 menit, cairan bening dituangkan ke dalam gelas kimia terpisah
(dekantasi) dengan hati hati agar padatan yang ada tidak ikut tertuang.
Hasil padatan dalam gelas kimia dicuci sebanyak dua kali dengan penambahan 50 ml
air suling, dekantasi, kemudian biarkan zat padat kembali mengendap.
Pada endapan CuO ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 2 ml, kemudian diaduk
sampai tidak terlihat lagi perubahan yang dapat diamati lagi.
Logam Zn dalam bentuk serbuk dengan masa kurang lebih 0,2 gram ditambahkan ke
dalam larutan CuSO4 di atas. Lalu gelas kimia ditutup dengan menggunakan kaca arloji.
Sesekali gelas kimia digoyangkan.
Hasil dicuci dengan 50 ml air suling, padatannya dibiarkan mengendap, lalu didekantasi
kembali. Pencucian dan proses dekantasi diulangi sebanyak dua kali.
padatan dalam gelas kimia dituangkan ke dalam cawan penguap kemudian dikeringkan
hasilnya dengan cara cawan penguap dipanaskan di atas steambath. Kemudian cawan
penguap beserta isinya ditimbang dan dicatat massanya.
V.
mol Cu =
mol HNO3 =
volume HNO3 = =
Pada reaksi tahap 1 semua logam Cu habis bereaksi dengan HNO3 sebanyak 2
ml (min 2 ml).
Identifikasi
No. Identifikasi
Logam Cu
Larutan HNO3
1.
Wujud
Padatan
Cair
2.
Warna
Coklat kemerahan
Bening
3.
Bentuk
Lempengan tipis/plat
Larutan
yang kemudian
dipotong kecil-kecil
4.
Massa
0,2gr
5.
Volume
2,5 ml
mol Cu(NO3)2
= 1 x n Cu = 1x
mol NaOH
mol
= 0,00629 mol
V=
Jadi, pada langkah ke II larutan Cu(NO3)2 ditambahkan dengan NaOH sebesar
7 ml(min 6,29 ml, penambahan untuk mempercepat reaksi). Dari penambahan
NaOH pada Larutan Cu(NO3)2 terbentuklah larutan Cu(OH)2.
Identifikasi
No.
Identifikasi
Larutan NaOH
1.
Wujud
Cair
2.
Warna
Bening
3.
Bentuk
Larutan
4.
Volume
7 ml
c. Langkah 3 : Pemanasan
Cu(OH)2(s)
CuO(s) + H2O(l)
dipanaskan
Identifikasi
No. Identifikasi Cu(OH)2(s) saat diaduk dan
ditambahkan dengan air suling
1.
Wujud
Cair
2.
Warna
biru susu
3.
Bentuk
Larutan + endapan
d.
maka
mol CuO
= 1 x mol Cu(OH)2
=1x
mol H2SO4
volume H2SO4
mol
mol
= 1 x mol CuO
=1x
Jadi, pada langkah ke IV larutan CuO ditambahkan dengan H2SO4 sebesar 3,1
ml(namun dalam percobaan ini digunakan 2 ml H2SO4 ).
Identifikasi
No. Identifikasi Larutan H2SO4
1.
Volume
2 ml
2.
Kemolaran
1M
3.
Wujud
Cair
4.
Warna
Bening
5.
Bentuk
Larutan
Larutan asam sulfat adalah larutan yang berwarna bening. Asam sulfat
merupakan bahan baku untuk membuat senyawa senyawa sulfat. Kegunaannya :
elektrolit pada aki kendaraan bermotor, proses pembuatan minyak bumi, pembuatan
berbagai produk industri.
Pada langkah IV perubahan yang terjadi adalah
-
Adanya perubahan warna larutan yang semula hitam pekat kembali menjadi
biru bening.
Hasil akhir dari tahap ini adalah CuSO4 yang berwarna biru bening.
e. Langkah V : Penambahan Logam Zn
Logam Zn yang digunakan berbentuk lempengan yang kemudian dipotong
kecil-kecil untuk mempercepat reaksi antara logam Zn dengan CuSO4, berwarna
abu-abu dengan massa kurang lebih 0,2 gram. Senyawa CuSO4 di reaksikan dengan
Zn menurut persamaan reaksi :
mol CuSO4 =
mol Zn =
massa Zn = mol Zn x Ar Zn =
x mol CuSO4 =
Identifikasi
No. Identifikasi Logam Zn
1.
Massa
0,2gram
2.
Wujud
Padatan
3.
Warna
Abu-abu
4.
Bentuk
Padat yang
dipotong
kecil-kecil
Hasil reaksi dari pencampuran CuSO4 dengan logam Zn adalah ZnSO4 yang
berwarna bening dalam bentuk larutan, dan endapan Cu yang berwarna merah bata.
Dalam reaksi ini logam Cu kembali menjadi logam Cu seperti di awal.
Dalam percobaan ini massa Cu awal adalah 0,2 gram dan massa Cu akhir
adalah
0,1278 gram. Selisih massa Cu adalah 0,0722 gram. Hal ini disebabkan
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan tentang reaksi kimia pada siklus logam tembaga, maka
Setiap zat dapat mengalami perubahan kimia yang ditandai dengan terjadinya
reaksi kimia. Adapun hal-hal yang menandai terjadinya perubahan kimia antara
lain:
2. Pada perubahan atau reaksi kimia berlaku hukum kekebalan massa yang
dikemukakan oleh LAVOISIER yakni massa zat sebelum reaksi sama atau tetap
dengan massa sesudah reaksi.
3. Perhitungan zat zat yang terlibat dalam reaksi menggunakan konsep
STOIKIOMETRI.
4. Ketelitian dan ketepatan sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam
praktikum ini.
5. Jumlah larutan atau padatan yang digunakan mempengaruhi cepat lambatnya suatu
reaksi yang terjadi. Penambahan akan mempercepat kerja reaksi dan pengurangan
akan memperlambat kerja reaksi tersebut.
6. Yang terpenting adalah melaksanakan praktikum dengan hati-hati dan sesuai
petunjuk agar tidak terjadi kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan.