You are on page 1of 26

TUGAS REVIEW KOMPONEN PADA

POWER SUPPLY

Oleh :
Nama :
NRP :

Fajar Sunariyadi
2414031036

PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN


INSTRUMENTASI
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER
SURABAYA
2015

Pengertian Power Supply


Pengertian Power Supply adalah sebagai alat atau perangkat keras yang
mampu menyuplai tenaga atau tegangan listrik secara langsung dari sumber
tegangan listrik ke tegangan listrik yang lainnya. Power supply memiliki input
dari tegangan yang berarus alternating current (AC) dan mengubahnya menjadi
arus direct current (DC) lalu menyalurkannya. Contoh kecil prinsip kerja power
supply adalah menurunkan tegangan ac 220 volt menjadi dc 5 volt kemudian
melakukan pengubahan sinyal bolak balik menjadi sinyal listrik searah (DC).
Sebuah DC Power Supply atau Adaptor pada dasarnya memiliki 4 bagian utama
agar dapat menghasilkan arus DC yang stabil. Keempat bagian utama tersebut
diantaranya adalah Transformer, Rectifier, Filter dan Voltage Regulator. Dalam
pembuatan rangkaian catu daya, selain menggunakan komponen utama juga
diperlukan komponen pendukung agar rangkaian tersebut dapat berfungsi dengan
baik. Komponen Pendukung tersebut antara lain : sakelar, sekering (fuse), lampu
indicator, voltmeter dan amperemeter, jack dan plug, Printed Circuit Board (PCB),
kabel dan steker, serta Chasis. Baik komponen utama maupun komponen
pendukung sama sama berperan penting dalam rangkaian catu daya.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Prinsip Kerja DC Power
Supply, sebaiknya kita mengetahui Blok-blok dasar yang membentuk sebuah DC
Power Supply atau Pencatu daya ini. Dibawah ini adalah Diagram Blok DC
Power Supply (Adaptor) pada umumnya.
INPUT
Transformator
Arus AC

Rectifier

Filter

Voltage
Regultor

Output
DC

Pada bahasan kali ini, komponen yang digunakan pada pembuatan power supply 5
VDC yaitu sebagai berikut :
1. Transformator CT step down
2. Dioda bridge
3. Kapasitor 1000 f
4. Resistor 330 ohm
5. Dioda LED
6. IC Regulator 7805
7. IC Regulator 7905

Transformator CT StepDown
a. Pengertian Transformator
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah
suatu alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf
yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti
menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan
Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja
berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada
tegangan yang berarus bolak balik (AC).Transformator (Trafo) memegang
peranan yang sangat penting dalam pendistribusian tenaga listrik.
Transformator menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN
hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian
Transformator lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan
yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada
umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.

Hampir setiap rumah di Kota maupun Desa dialiri listrik yang


berarus 220V di Indonesia. Dengan adanya arus 220V ini, kita dapat
menikmati serunya drama Televisi, terangnya Cahaya Lampu Pijar
maupun Lampu Neon, mengisi ulang handphone dan juga menggunakan
peralatan dapur lainnya seperti Kulkas, Rice Cooker, Mesin Cuci dan
Microwave Oven. Arus listrik 220V ini merupakan jenis arus bolak-balik
(AC atau Alternating Current) yang berasal dari Perusahaan Listrik yaitu
PLN. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh PLN pada umumnya dapat
mencapai puluhan hingga ratusan kilo Volt dan kemudian diturunkan
menjadi 220V seperti yang kita gunakan sekarang dengan menggunakan
sebuah alat yang dinamakan Transformator. Transformator disebut juga
dengan Transformer
b. Prinsip Kerja Transformator
Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2
lilitan atau kumparan kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder. Pada kebanyakan Transformator, kumparan kawat
terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan dengan Inti Besi
(Core). Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan
menimbulkan medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan
Medan magnet (densitas Fluks Magnet) tersebut dipengaruhi oleh

besarnya arus listrik yang dialirinya. Semakin besar arus listriknya


semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi medan magnet yang
terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL
(Gaya Gerak Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi
pelimpahan daya dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Dengan
demikian, terjadilah pengubahan taraf tegangan listrik baik dari tegangan
rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi
menjadi tegangan yang rendah.
Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya
adalah kumpulan lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan
ditempel berlapis-lapis dengan kegunaanya untuk mempermudah jalannya
Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta untuk
mengurangi suhu panas yang ditimbulkan.
Beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti
Transformator tersebut diantaranya seperti :
E I Lamination
E E Lamination
L L Lamination
U I Lamination

Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer


menentukan rasio tegangan pada kedua kumparan tersebut. Sebagai
contoh, 1 lilitan pada kumparan primer dan 10 lilitan pada kumparan
sekunder akan menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan input
pada kumparan primer. Jenis Transformator ini biasanya disebut dengan
Transformator Step Up. Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan
primer dan 1 lilitan pada kumparan sekunder, maka tegangan yang
dihasilkan oleh Kumparan Sekunder adalah 1/10 dari tegangan input pada
Kumparan Primer. Transformator jenis ini disebut dengan Transformator
Step Down.
c. Macam Transformator
1. Trafo Adaptor
Trafo ini berguna untuk mengubah arus AC menjadi DC melalui lilitan
gulungan primer dan sekunder. Biasanya digunakan untuk rangkaian
catu daya. trafo jenis ini memiliki gulungan yang dapat mengubah

tegangan listrik 110 volt sampai 220 volt. Gulungan tersebut ( lilitan )
dinamakan lilitan primer. Sebelum di ubah menjadi arus DC, tegangan
listrik dialirkan melalui ribuan penghantar ( lilitan ) yang berakhir pada
lilitan sekunder.
2. Trafo IF
Trafo ini digunakan untuk penguat frekunsi menengah, biasanya
terdapat pada radio penerima jaman dulu. saat ini sudah jarang alat
elektronika memakai trafo jenis ini. cara keja trafo ini adalah
menangkap gelombang suara yang dipancarkan oleh radio pemancar
kemudian di olah melalui komponen lainnya. selanjutnya dikeluarkan
dalam bentuk suara ( bunyi ). Trafo IF ini memiliki bentuk fisik bujur
sangkar, pada permukaanya tepat ditengah terdapat celah untuk
memutar ketika membetulkan pancaran bunyi dari radio pemancar.
3. Trafo Step UP/Down
Sesuai namanya, trafo ini mampu menaikkan dan menurunkan
tegangan sesuai dengan alat elektronika yang digunakan. Artinya
benda yang memiliki voltase 110 volt perlu trafo ini karena pada
umunya PLN bertegangan 220 volt.
4. Trafo Output (OP)
Komponen ini juga bisa di sebut trafo OT. Komponen ini banyak
digunakan pada rangkaian amplifier, radio penerima, tape recorder dan
seperangkat elektronika yang menghasilkan bunyi lainnya. Bentuk
fisiknya hampir sama dengan trafo lainnya dhanya ukuran yang
berbeda. Di dalamnya berisi lilitan coil dari nikelin. Besar kecilnya
arus masuk tergantung dari lilitan tersebut.
d. Trafo CT (Center Tap)
Yang membedakan trafo CT ini dengan trafo biasa adalah adanya
titik center tap yang bersifat sebagai ground pada lilitan sekunder trafo CT.
Untuk lebih mudahnya, jika pada trafo biasa yang mempunyai spesifikasi
tegangan primer 220VAC dan rasio lilitan 10:1 maka akan menghasilkan
tegangan sekunder sebesar 22VAC pada kedua ujung lilitan sekundernya.

Bagaimana jika spesifikasi tersebut dipakai pada trafo CT?


Sebetulnya apakah center tap itu? Titik center tap adalah titik
tengah lilitan sekunder pada trafo CT yang dihubungkan keluar lilitan dan
bersifat sebagai sebagai ground. Jadi, semisal terdapat 10 lilitan kawat

pada bagian sekundernya maka diantara lilitan ke-5 dan ke-6 dihubungkan
pada sebuah kawat yang terhubung keluar lilitan.
Tegangan sekunder yang dihasilkan oleh trafo CT ini ada 2 macam,
mempunyai amplitudo yang sama namun saling berlawanan fasa, masing2
sebesar 11VAC atau setengah dari tegangan sekunder pada trafo biasa
seperti contoh diatas. Tegangan sekunder trafo CT ini diukur dari salah
satu ujung lilitan terhadap titik center tap-nya.

Dalam perancangan sebuah power supply, jenis transformator step


down yang dipakai biasanya berhubungan dengan penentuan jenis
penyearah yang akan digunakan. Untuk jenis trafo biasa dibutuhkan
penyearah jembatan dioda (dioda bridge) yang dapat dibuat dari 4 dioda.
Sedangkan untuk jenis trafo CT hanya dibutuhkan penyearah dengan
menggunakan 2 dioda saja.

Dioda Bridge/Rectifier
a. Pengertian Dioda Bridge/Rectifier (Penyearah Gelombang)
Rectifier atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Penyearah
Gelombang adalah suatu bagian dari Rangkaian Catu Daya atau Power
Supply yang berfungsi sebagai pengubah sinyal AC (Alternating Current)
menjadi sinyal DC (Direct Current). Rangkaian Rectifier atau Penyearah
Gelombang ini pada umumnya menggunakan Dioda sebagai Komponen
Utamanya. Hal ini dikarenakan Dioda memiliki karakteristik yang hanya
melewatkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah
sebaliknya. Jika sebuah Dioda dialiri arus Bolak-balik (AC), maka Dioda
tersebut hanya akan melewatkan setengah gelombang, sedangkan setengah
gelombangnya lagi diblokir.

Komponen utama dalam penyearah gelombang adalah diode yang


dikonfiguarsikan secara forward bias. Dalam sebuah power supply
tegangan rendah, sebelum tegangan AC tersebut di ubah menjadi tegangan
DC maka tegangan AC tersebut perlu di turunkan menggunakan
transformator stepdown.
-

Sebelumnya, apa itu dioda ?


Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari
bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan
arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah
sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai
penyearah dalam Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya
mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda (-) dan
memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n
semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda)
menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke
arah sebaliknya.

Macam Dioda
o Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang
berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus DC.
o Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan
juga sebagai penstabil tegangan.
o Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun
lampu penerangan
o Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya

o Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali


b. Jenis Jenis Dioda Bridge
Pada dasarnya, Rectifier atau Penyearah Gelombang dibagi menjadi dua
jenis yaitu Half Wave Rectifier (Penyearah Setengah Gelombang) dan Full
Wave Rectifier (Penyearah Gelombang Penuh).
1. Half Wave Rectifier (Penyearah Setengah Gelombang)
Half Wave Rectifier atau Penyearah Setengah Gelombang merupakan
Penyearah yang paling sederhana karena hanya menggunakan 1 buah
Dioda untuk menghambat sisi sinyal negatif dari gelombang AC dari
Power supply dan melewatkan sisi sinyal Positif-nya.

Pada prinsipnya, arus AC terdiri dari 2 sisi gelombang yakni sisi positif
dan sisi negatif yang bolak-balik. Sisi Positif gelombang dari arus AC
yang masuk ke Dioda akan menyebabkan Dioda menjadi bias maju
(Forward Bias) sehingga melewatkannya, sedangkan sisi Negatif
gelombang arus AC yang masuk akan menjadikan Dioda dalam posisi
Reverse Bias (Bias Terbalik) sehingga menghambat sinyal negatif
tersebut.
2. Full Wave Rectifier (Penyearah Gelombang Penuh)
Terdapat 2 cara untuk membentuk Full Wave Rectifier atau Penyearah
Gelombang Penuh. Kedua cara tersebut tetap menggunakan Dioda
sebagai Penyearahnya namun dengan jumlah Dioda yang berbeda yaitu
dengan menggunakan 2 Dioda dan 4 Dioda. Penyearah Gelombang
Penuh dengan 2 Dioda harus menggunakan Transformer CT sedangkan
Penyearah 4 Dioda tidak perlu menggunakan Transformer CT,
Penyearah 4 Dioda sering disebut juga dengan Full Wave Bridge
Rectifier
2.1 Penyearah Gelombang Penuh 2 Dioda
Seperti yang dikatakan diatas, Penyearah Gelombong Penuh 2
Dioda memerlukan Transformer khusus yang dinamakan dengan
Transformer CT (Centre Tapped). Transformer CT memberikan Output

(Keluaran) Tegangan yang berbeda fasa 180 melalui kedua Terminal


Output Sekundernya. Perbedaan Fase 180 tersebut dapat dilihat
seperti pada gambar dibawah ini :

Di saat Output Transformer CT pada Terminal Pertama memberikan


sinyal Positif pada D1, maka Terminal kedua pada Transformer CT
akan memberikan sinyal Negatif (-) yang berbeda fasa 180 dengan
Terminal Pertama. D1 yang mendapatkan sinyal Positif (+) akan
berada dalam kondisi Forward Bias (Bias Maju) dan melewatkan sisi
sinyal Positif (+) tersebut sedangkan D2 yang mendapatkan sinyal
Negatif (-) akan berada dalam kondisi Reverse Bias (Bias Terbalik)
sehingga menghambat sisi sinyal Negatifnya.

Sebaliknya, pada saat gelombang AC pada Terminal Pertama berubah


menjadi sinyal Negatif maka D1 akan berada dalam kondisi Reverse
Bias dan menghambatnya. Terminal Kedua yang berbeda fasa 180
akan berubah menjadi sinyal Positif sehingga D2 berubah menjadi
kondisi Forward Bias yang melewatkan sisi sinyal Positif tersebut.

2.2 Penyearah Gelombang Penuh 4 Dioda (Bridge Rectifier)


Penyearah Gelombang Penuh dengan menggunakan 4 Dioda
adalah jenis Rectifier yang paling sering digunakan dalam rangkaian
Power Supply karena memberikan kinerja yang lebih baik dari jenis
Penyearah lainnya. Penyearah Gelombang Penuh 4 Dioda ini juga
sering disebut dengan Bridge Rectifier atau Penyearah Jembatan.

Berdasarkan gambar diatas, jika Transformer mengeluarkan output


sisi sinyal Positif (+) maka Output maka D1 dan D2 akan berada
dalam kondisi Forward Bias sehingga melewatkan sinyal Positif
tersebut sedangakan D3 dan D4 akan menghambat sinyal sisi
Negatifnya. Kemudian pada saat Output Transformer berubah menjadi
sisi sinyal Negatif (-) maka D3 dan D4 akan berada dalam kondisi
Forward Bias sehingga melewatkan sinyal sisi Positif (+) tersebut
sedangkan D1 dan D2 akan menghambat sinyal Negatifnya.

Kapasitor
a. Pengertian Kapasitor
Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator
(Condensator) adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan
muatan listrik dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya
adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya
yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Namun
Farad adalah satuan yang sangat besar, oleh karena itu pada umumnya
Kapasitor yang digunakan dalam peralatan Elektronika adalah satuan
Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.
Konversi Satuan Farad adalah sebagai berikut :
1 Farad = 1.000.000F (mikro Farad)
1F = 1.000nF (nano Farad)
1F = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)
Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2
pelat konduktor yang pada umumnya adalah terbuat dari logam dan sebuah
Isolator diantaranya sebagai pemisah. Dalam Rangkaian Elektronika,
Kapasitor disingkat dengan huruf C.

b. Jenis jenis Kapasitor


Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor dapat dibagi menjadi 2
Jenis yaitu Kapasitor Nilai Tetap dan Kapasitor Variabel. Berikut ini
adalah penjelasan singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :
1. Kapasitor Nilai Tetap (Fixed Capasitor)
Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor adalah Kapasitor yang
nilainya konstan atau tidak berubah-ubah. Berikut ini adalah Jenisjenis Kapasitor yang nilainya Tetap :

1.1 Kapasitor Keramik


Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari
Keramik dan berbentuk bulat tipis ataupun persegi empat. Kapasitor
Keramik tidak memiliki arah atau polaritas, jadi dapat dipasang bolakbalik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai Kapasitor
Keramik berkisar antara 1pf sampai 0.01F.
Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari
bahan Keramik yang dikemas sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan
peralatan Elektronik yang dirancang makin kecil dan dapat dipasang
oleh Mesin Produksi SMT (Surface Mount Technology) yang
berkecepatan tinggi.
1.2 Kapasitor Polyester
Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari
Polyester dengan bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester dapat
dipasang terbalik dalam rangkaian Elektronika (tidak memiliki
polaritas arah)
1.3 Kapasitor Kertas
Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas
dan pada umumnya nilai kapasitor kertas berkisar diantara 300pf

sampai 4F. Kapasitor Kertas tidak memiliki polaritas arah atau dapat
dipasang bolak balik dalam Rangkaian Elektronika.
1.4 Kapasitor Mika
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari
bahan Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara
50pF sampai 0.02F. Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik
karena tidak memiliki polaritas arah.
1.5 Kapasitor Elektrolit
Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat
dari Elektrolit (Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor
Elektrolit atau disingkat dengan ELCO ini sering dipakai pada
Rangkaian Elektronika yang memerlukan Kapasintasi (Capacitance)
yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang memiliki Polaritas arah Positif
(-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium sebagai
pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya. Pada
umumnya nilai Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47F hingga ribuan
microfarad (F). Biasanya di badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan
tertera Nilai Kapasitansi, Tegangan (Voltage), dan Terminal Negatifnya. Hal yang perlu diperhatikan, Kapasitor Elektrolit dapat meledak
jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui batas
kamampuan tegangannya.
1.6 Kapasitor Tantalum
Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan
Negatif (-) seperti halnya Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya
juga berasal dari Elektrolit. Disebut dengan Kapasitor Tantalum karena
Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam Tantalum sebagai Terminal
Anodanya (+). Kapasitor Tantalum dapat beroperasi pada suhu yang
lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan
juga memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat dikemas dalam
ukuran yang lebih kecil dan mungil. Oleh karena itu, Kapasitor
Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang berharga mahal. Pada
umumnya dipakai pada peralatan Elektronika yang berukuran kecil
seperti di Handphone dan Laptop.
2. Kapasitor Variable
Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya dapat
diatur atau berubah-ubah. Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri
dari 2 jenis yaitu :

2.1 VARCO (Variable Condensator)


VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan
ukuran yang lebih besar dan pada umumnya digunakan untuk memilih
Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio (digabungkan dengan
Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO berkisar
antara 100pF sampai 500pF.
2.2 Trimmer
Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih
kecil sehingga memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar
Poros pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan
oleh selembar Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur
jarak kedua pelat logam tersebut sehingga nilai kapasitansinya menjadi
berubah. Trimmer dalam Rangkaian Elektronika berfungsi untuk
menepatkan pemilihan gelombang Frekuensi (Fine Tune). Nilai
Kapasitansi Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.
c. Fungsi kapasitor Pada Rangkaian Elektronika
Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis
Komponen Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan
Kapasitor memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian
Elektronika memerlukannya.
Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian
Elektronika :
- Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik
- Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating
Current)
- Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
- Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
- Sebagai Kopling
- Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
- Sebagai Penggeser Fasa
- Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang
digabungkan dengan Spul Antena dan Osilator)

Resistor
a. Pengertian Resistor
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan
dalam Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika
menggunakannya. Pada dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika
Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi
untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian
Elektronika. Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf R. Satuan
Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (). Sebutan OHM ini
diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga
merupakan seorang Fisikawan Jerman.

b. Jenis Jenis Resistor


Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah Fixed Resistor, Variable Resistor, Thermistor dan LDR.
1. Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya
tetap. Nilai Resistansi atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai
dengan kode warna ataupun kode Angka.

Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)


Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon
halus yang dicampur dengan bahan isolasi bubuk sebagai pengikatnya
(binder) agar mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. Semakin
banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansi atau nilai
hambatannya.
Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis
Carbon Composistion Resistor ini biasanya berkisar dari 1 sampai
200M dengan daya 1/10W sampai 2W.

Carbon Film Resistor


Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang
diendapkan Subtrat isolator yang dipotong berbentuk spiral. Nilai
resistansinya tergantung pada proporsi karbon dan isolator. Semakin
banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansinya.
Keuntungan Carbon Film Resistor ini adalah dapat menghasilkan
resistor dengan toleransi yang lebih rendah dan juga rendahnya
kepekaan terhadap suhu jika dibandingkan dnegan Carbon
Composition Resistor.
Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran
biasanya berkisar diantara 1 sampai 10M dengan daya 1/6W
hingga 5W. Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon Film
Resistor dapat bekerja di suhu yang berkisar dari -55C hingga 155C.

Metal Film Resistor


Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film
logam yang tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral.
Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan
spiral logam.
Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang
terbaik diantara jenis-jenis Resistor yang ada (Carbon Composition
Resistor dan Carbon Film Resistor).

2. Variable Resistor
Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat
berubah dan diatur sesuai dengan keinginan. Pada umumnya Variable
Resistor terbagi menjadi Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.

Potensiometer
Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai
resistansinya dapat berubah-ubah dengan cara memutar porosnya
melalui sebuah Tuas yang terdapat pada Potensiometer. Nilai
Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer
dalam bentuk kode angka.

Rheostat
Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi
pada Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan
kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan
penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.

Trimpot
Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer
Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti
Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak
memiliki Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat
bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya.

3. Thermistor
Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat
dipengaruhi oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan
Singkatan dari Thermal Resistor. Terdapat dua jenis Thermistor
yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan
Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).

4. LDR
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai
Resistansinya dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya.

c. Fungsi Resistor
Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah
sebagai berikut :
-

Sebagai Pembatas Arus listrik


Sebagai Pengatur Arus listrik
Sebagai Pembagi Tegangan listrik
Sebagai Penurun Tegangan listrik

LED (Light Emitting Diode)


a. Pengertian LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah
komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik
ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang
terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan
oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang
tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote
Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil
dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat
elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan
pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam
menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting
Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu
penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.

Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa LED memiliki kaki 2 buah
seperti dengan dioda yaitu kaki anoda dan kaki katoda. Pada gambar diatas
kaki anoda memiliki ciri fisik lebih panjang dari kaki katoda pada saat
masih baru, kemudian kaki katoda pada LED (Light Emitting Dioda)
ditandai dengan bagian body LED yang di papas rata. Kaki anoda dan kaki
katoda pada LED (Light Emitting Dioda) disimbolkan seperti pada gambar
diatas. Pemasangan LED (Light Emitting Dioda) agar dapat menyala
adalah dengan memberikan tegangan bias maju yaitu dengan memberikan
tegangan positif ke kaki anoda dan tegangan negatif ke kaki katoda.
b. Cara Kerja LED
Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari
Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama
dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub
Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri
tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping


sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses
doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan
ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga
menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri
tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda
(K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah
yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (PType material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan
photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).

LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri
tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat
mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.
c. Cara Mengetahui Polaritas LED

Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED.
Kita dapat melihatnya secara fisik berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri
Terminal Anoda pada LED adalah kaki yang lebih panjang dan juga Lead
Frame yang lebih kecil. Sedangkan ciri-ciri Terminal Katoda adalah Kaki
yang lebih pendek dengan Lead Frame yang besar serta terletak di sisi
yang Flat.

d. Warna-warna LED
Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti
warna merah, kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah.
Keanekaragaman Warna pada LED tersebut tergantung pada wavelength
(panjang gelombang) dan senyawa semikonduktor yang dipergunakannya.
Berikut ini adalah Tabel Senyawa Semikonduktor yang digunakan untuk
menghasilkan variasi warna pada LED :
Bahan Semikonduktor
Gallium Arsenide (GaAs)
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP)
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP)
Gallium Arsenide Phosphide Nitride
Aluminium Gallium Phosphide (AlGaP)
Silicon Carbide (SiC)
Gallium Indium Nitride (GaInN)

Wavelength
850-940nm
630-660nm
605-620nm
585-595nm
550-570nm
430-505nm
450nm

Warna
Infra Merah
Merah
Jingga
Kuning
Hijau
Biru
Putih

e. Tegangan Maju (Forward bias)


Masing-masing Warna LED (Light Emitting Diode) memerlukan tegangan
maju (Forward Bias) untuk dapat menyalakannya. Tegangan Maju untuk
LED tersebut tergolong rendah sehingga memerlukan sebuah Resistor
untuk membatasi Arus dan Tegangannya agar tidak merusak LED yang
bersangkutan. Tegangan Maju biasanya dilambangkan dengan tanda VF.
Warna
Tegangan Maju @20mA
Infra Merah
1,2V
Merah
1,8V
Jingga
2,0V
Kuning
2,2V
Hijau
3,5V
Biru
3,6V
Putih
4,0V
f. Rangkaian Dasar Menyalakan LED

Besarnya arus maksimum pada LED (Light Emitting Dioda) adalah 20


mA, sehingga nilai resistor harus ditentukan. Dimana besarnya nilai
resistor berbanding lurus dengan besarnya tegangan sumber yang
digunakan. Secara matematis besarnya nilai resistor pembatas arus LED
(Light Emitting Dioda) dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.

Dimana :
R = resistor pembatas arus (Ohm)
Vs = tegangan sumber yang digunakan untuk mensupply tegangan ke LED
(volt)
2 volt = tegangan LED (volt)
0,02 A = arus maksimal LED (20 mA)
g. Kegunaan LED
Teknologi LED memiliki berbagai kelebihan seperti tidak menimbulkan
panas, tahan lama, tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri,
dan hemat listrik serta bentuknya yang kecil ini semakin popular dalam
bidang teknologi pencahayaan. Berbagai produk yang memerlukan cahaya
pun mengadopsi teknologi Light Emitting Diode (LED) ini. Berikut ini
beberapa pengaplikasiannya LED dalam kehidupan sehari-hari.
1. Lampu Penerangan Rumah
2. Lampu Penerangan Jalan
3. Papan Iklan (Advertising)
4. Backlight LCD (TV, Display Handphone, Monitor)
5. Lampu Dekorasi Interior maupun Exterior
6. Lampu Indikator
7. Pemancar Infra Merah pada Remote Control (TV, AC, AV Player)

IC Regulator
a. Pengertian IC Regulator
IC Regulator atau Pengatur Tegangan adalah salah satu rangkaian yang
sering dipakai dalam peralatan Elektronika. Fungsi Voltage Regulator
adalah untuk mempertahankan atau memastikan Tegangan pada level
tertentu secara otomatis. Artinya, Tegangan Output (Keluaran) DC pada IC
Regulator tidak dipengaruhi oleh perubahan Tegangan Input (Masukan),
Beban pada Output dan juga Suhu. Tegangan Stabil yang bebas dari segala
gangguan seperti noise ataupun fluktuasi (naik turun) sangat dibutuhkan
untuk mengoperasikan peralatan Elektronika terutama pada peralatan
elektronika yang sifatnya digital seperti Mikro Controller ataupun Mikro
Prosesor

.
Rangkaian Voltage Regulator ini banyak ditemukan pada Adaptor yang
bertugas untuk memberikan Tegangan DC untuk Laptop, Handphone,
Konsol Game dan lain sebagainya. Pada Peralatan Elektronika yang Power
Supply atau Catu Dayanya diintegrasi ke dalam unitnya seperti TV, DVD
Player dan Komputer Desktop, Rangkaian Voltage Regulator (Pengatur
Tegangan) juga merupakan suatu keharusan agar Tegangan yang diberikan
kepada Rangkaian lainnya Stabil dan bebas dari fluktuasi.
Terdapat berbagai jenis Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan, salah
satunya adalah Voltage Regulator dengan Menggunakan IC Voltage
Regulator. Salah satu tipe IC Voltage Regulator yang paling sering
ditemukan adalah tipe 7805 yaitu IC Voltage Regulator yang mengatur
Tegangan Output stabil pada Tegangan 5 Volt DC.
b. Jenis Jenis IC Regulator
Terdapat beberapa cara pengelompokan Pengatur Tegangan yang
berbentuk IC (Integrated Circuit), diantaranya adalah berdasarkan Jumlah
Terminal (3 Terminal dan 5 Terminal), berdasarkan Linear Voltage
Regular dan Switching Voltage Regulator. Sedangkan cara pengelompokan
yang ketiga adalah dengan menggolongkannya menjadi 3 jenis yakni
Fixed Voltage Regulator, Adjustable Voltage Regulator dan Switching
Voltage Regulator.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai 3 Jenis IC Pengatur
Tegangan DC (DC Voltage Regulator) :

1. Fixed Voltage Regulator (Pengatur Tegangan Tetap)


IC jenis Pengatur Tegangan Tetap (Fixed Voltage Regulator) ini
memiliki nilai tetap yang tidak dapat disetel (di-adjust) sesuai dengan
keinginan Rangkaiannya. Tegangannya telah ditetapkan oleh produsen
IC sehingga Tegangan DC yang diatur juga Tetap sesuai dengan
spesifikasi IC-nya. Misalnya IC Voltage Regulator 7805, maka Output
Tegangan DC-nya juga hanya 5 Volt DC. Terdapat 2 jenis Pengatur
Tegangan Tetap yaitu Positive Voltage Regulator dan Negative Voltage
Regulator.
Jenis IC Voltage Regulator yang paling sering ditemukan di
Pasaran adalah tipe 78XX. Tanda XX dibelakangnya adalah Kode
Angka yang menunjukan Tegangan Output DC pada IC Voltage
Regulator tersebut. Contohnya 7805, 7809, 7812 dan lain sebagainya.
IC 78XX merupakan IC jenis Positive Voltage Regulator.
IC yang berjenis Negative Voltage Regulator memiliki desain,
konstruksi dan cara kerja yang sama dengan jenis Positive Voltage
Regulator, yang membedakannya hanya polaritas pada Tegangan
Outputnya. Contoh IC jenis Negative Voltage Regulator diantaranya
adalah 7905, 7912 atau IC Voltage Regulator berawalan kode 79XX.
IC Fixed Voltage Regulator juga dikategorikan sebagai IC Linear
Voltage Regulator.
IC Regulator jenis ini merupakan regulator yang tegangan
keluaran-nya telah ditentukan sehingga tidak banyak komponen
tambahan untuk merangkai regulator menggunakan IC ini. Contoh IC
regulator ini yang paling populer adalah keluarga 78xx (positif) dan
79xx (negatif). Tanda xx merupakan besar tegangan keluaran yang
diatur oleh IC tersebut, contoh:
7805 / 7905 menghasilkan tegangan keluaran sebesar +5VDC / -5VDC.
7809 / 7909 menghasilkan tegangan keluaran sebesar +9VDC / -9VDC.
7812 / 7912 menghasilkan tegangan keluaran sebesar +12VDC / -12VDC.
7824 / 7924 menghasilkan tegangan keluaran sebesar +24VDC / -24VDC.

Dibawah ini adalah Rangkaian Dasar untuk IC LM78XX beserta


bentuk Komponennya (Fixed Voltage Regulator)

2. Adjustable Voltage Regulator (Pengatur Tegangan Yang Dapat Disetel)


IC jenis Adjustable Voltage Regulator adalah jenis IC Pengatur
Tegangan DC yang memiliki range Tegangan Output tertentu sehingga
dapat disesuaikan kebutuhan Rangkaiannya. IC Adjustable Voltage
Regulator ini juga memiliki 2 jenis yaitu Positive Adjustable Voltage
Regulator dan Negative Adjustable Voltage Regulator. Contoh IC jenis
Positive Adjustable Voltage Regulator diantaranya adalah LM317 yang
memiliki range atau rentang tegangan dari 1.2 Volt DC sampai pada 37
Volt DC. Sedangkan contoh IC jenis Negative Adjustable Voltage
Regulator adalah LM337 yang memiliki Range atau Jangkauan
Tegangan yang sama dengan LM317. Pada dasarnya desain, konstruksi
dan cara kerja pada kedua jenis IC Adjustable Voltage Regulator
adalah sama. Yang membedakannya adalah Polaritas pada Output
Tegangan DC-nya.
IC Fixed Voltage Regulator juga dikategorikan sebagai IC Linear
Voltage Regulator.
Dibawah ini adalah Rangkaian Dasar IC LM317 beserta bentuk
komponennya (Adjustable Voltage Regulator).

3. Switching Voltage Regulator

Switching Voltage Regulator ini memiliki Desain, Konstruksi dan cara


kerja yang berbeda dengan IC Linear Regulator (Fixed dan Adjustable
Voltage Regulator). Switching Voltage Regulator memiliki efisiensi
pemakaian energi yang lebih baik jika dibandingkan dengan IC Linear
Regulator. Hal ini dikarenakan kemampuannya yang dapat
mengalihkan penyediaan energi listrik ke medan magnet yang memang
difungsikan sebagai penyimpan energi listrik. Oleh karena itu, untuk
merangkai Pengatur Tegangan dengan sistem Switching Voltage
Regulator harus ditambahkan komponen Induktor yang berfungsi
sebagai elemen penyimpan energi listrik.

You might also like