You are on page 1of 16

MAKALAH

TB Paru

Oleh:
Ririn Octarini
Rini Marniati
Redo Desra

Dosen Pembimbing :
Ns. Ramaita, S.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Sedangkan dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO)
tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonomi.
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya
hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 1999).
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan maka salah satu
upaya kesehatan adalah peningkatan kesehatan lingkungan. Kesehatan
lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari risiko yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu
untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan
kemampuan

pemerintah

dan

masyarakat

dalam

merencanakan

dan

melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan. Pengendalian penyebab,


pembawa serta sumber penyakit perlu dilakukan untuk terciptanya
lingkungan yang sehat bagi segenap penduduk . (Depkes RI, 1999).
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.
Lingkungan fisik dapat merugikan kesehatan meliputi udara yang berdebu,
tanah yang tandus, iklim yang buruk, air rumah tangga yang buruk,

perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan serta pembuangan sampah


dan kotoran yang tidak teratur (Entjang Indan, 2000).
Salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan individu dan
masyarakat akibat sanitasi lingkungan yang buruk pada saat ini adalah TB.
Insiden TB yang terus meningkat, menjadi masalah kesehatan masyarakat.
B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui ; defenisi ,etiologi, patofisiologi Tb


Untuk mengetahui penularan Tb
Untuk mengetahui jenis dan pengobatan Tb
Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita Tb

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi
yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
Tuberculosis

adalah

penyakit

infeksi

yang

disebabkan

oleh

Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer,


1999).
B. Etiologi
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang
berbentuk batang dan Tahan asam ( Price , 1997 ). Penyebab Tuberculosis
adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 4 /m. Dengan tebal 0,3
0,5 m. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M.
Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare.
C. Patofisiologi
Kuman
inidinborne)

dibatukkan

bersin

(droplet

Terisap organ sehat


Menempel di jalan nafas / paru-paru
Menetap / berkembang biak
Sitoplasma makroflag
Membentuk sarang TB Pneumonia kecil
(sarang primer / efek primer)
Radang saluran pernafasan
(limfangitis regional)
Komplek primer
Sembuh

Sembuh dengan bekas


3

Komplikasi

nudei

D. Klasifikasi
Klasifikasi Kesehatan Masyarakat (American Thoracic Society, 1974)
-

Kategori

- Tidak pernah terpapar / terinfeksi

Riwayat kontak negatif


-

Kategori

Tes tuberkulin
Terpapar TB tapi tidak terbukti

ada infeksi
-

Riwayat / kontak negatif

Tes tuberkulin negatif


-

Kategori

II

- Terinfeksi TB tapi tidak sakit

Tes tuberkulin positif

Radiologis

dan

sputum

negatif
-

Kategori

III

- Terinfeksi dan sputum positif

Di Indonesia Klasifikasi yang dipakai berdasarkan DEPKES 2000


adalah Kategori 1 :
-

Paduan obat 2HRZE/4H3R3


atau 2HRZE/4HR atau 2HRZE/6HE
Obat tersebut diberikan pada penderita baru TB Paru BTA
Positif, penderita TB Paru BTA Negatif Roentgen Positif yang
sakit berat dan Penderita TB ekstra Paru Berat.

Kategori II :
-

paduan obat

2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Obat ini diberikan untuk : penderita kambuh (relaps), pendrita
gagal (failure) dan penderita dengan pengobatan setelah lalai
(after default)

Kategori III :
-

paduan obat 2HRZ/4H3R3


Obat ini diberikan untuk penderita BTA negatif dan
roentgen positif

sakit ringan, penderita ekstra paru ringan yaitu

TB Kelenjar Limfe (limfadenitis), pleuritis, TB Kulit, TB tulang,


sendi.
Adapun tambahan dari pengobatan pasien TB obat sisipan yaitu diberikan
bila pada akhir tahap intensif dari suatu pengobatan dengan kategori 1 atua
2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan
(HRZE ) setiap hari selama satu bulan.
E. Gejala Klinis
Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau
tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.
(Mansjoer, 1999). Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat
badan ( Luckmandkk,93)

Demam
Batuk :

:
subfebril menyerupai influenza
- batuk kering (non produktif) batuk produktif (sputum)
- hemaptoe

Sesak Nafas :

infiltrasinya sudah bagian paru-paru


Nyeri dada
Malaise
:
anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri

pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana

otot, keringat malam


F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah

- Leokosit sedikit meninggi

2. Sputum

BTA
Pada BTA (+) ditermukan sekurang-kurangnya 3
batang kuman

3. Test Tuberkulin :
4. Roentgen :

Mantoux Tes (PPD)

Foto PA

G. Medikamentosa
Jenis obat yang dipakai
- Obat Primer

- Obat Sekunder

1. Isoniazid (H)

1. Ekonamid

2. Rifampisin (R)

2. Protionamid

3. Pirazinamid (Z)

3. Sikloserin

4. Streptomisin

4. Kanamisin

5. Etambutol (E)

5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)

6.

iasetazon

7.

Viomisin

8.

Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk
mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak
menular selama 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif
menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan
ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih
panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya
kekambuhan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten
(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Paduan obat kategori 1 :
Tahap

Lama

(H) / day

R day

Z day

F day

Jumlah
Hari X

Intensif

2 bulan

Nelan Obat
60

Lanjutan

4 bulan

120

Paduan Obat kategori 2 :


Tahap

Lama

Intensif 2
bulan
1
bulan
Lanjuta 5
n
bulan

(H)
@30
0
mg

R
@450
mg

Z
@500
mg

E
@
250
mg

E
@50
0
mg

Strep.
Injeks
i

Jumlah
Hari X
Nelan
Obat

1
1

1
1

3
3

3
3

0,5 %

60
30

180

Paduan Obat kategori 3 :


Tahap

Lama

Intensif

2 bulan

H @ 300 R@450mg P@500m Hari


mg
g
Obat
1
1
3
60

Lanjutan

4 bulan

Nelan

120

OAT sisipan (HRZE)


Tahap

Lama

H
@300mg

Intensif
(dosis
harian)

1 bulan

R
Z
@450m @500mg
g
1
3

E day
@250mg

Nelan X
Hari

30

H. Kegagalan Pengobatan
Sebab-sebab kegagalan pengobataan :
a.

Obat

Paduan obat tidak adekuat

Dosis obat tidak cukup


-

Minum obat tidak teratur /


tdk. Sesuai dengan petunjuk yang
diberikan.

Jangka

waktu

pengobatan

kurang dari semestinya


-

Terjadi resistensi obat.

b.

Drop out

c.

Penyakit

Kekurangan biaya pengobatan

Merasa sudah sembuh

Malas berobat

Lesi Paru yang sakit terlalu luas /

sakit berat
-

Ada

penyakit

lainyang

menyertai

contoh : Demam, Alkoholisme dll


I.

Ada gangguan imunologis

Penanggulangan Khusus Pasien :


a. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur
- menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis
dan cara pemberian.
- Pemeriksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat
b. Terhadap penderita yang riwayat pengobatan tidak teratur
- Teruskan pengobatan lama 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis
tiap-tiap bulan.
-

Nilai ulang test resistensi kuman terhadap obat

Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang


masih sensitif.

c. Pada penderita kambuh (sudah menjalani pengobatan teratur dan


adekuat sesuai rencana tetapi dalam kontrol ulang BTA ( +) secara
mikroskopik atau secara biakan )
1. Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama
2. Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali.
3. Roentgen paru sebagai evaluasi.
4. Identifikasi

adanya

penyakit

yang

menyertai

(demam,

alkoholisme / steroid jangka lama)


5. Evaluasi

ulang

setiap

bulannya

bakteriologis.

pengobatan,

radiologis,

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data Yang dikaji
A. Aktifitas/istirahat
Kelelahan
Nafas pendek karena kerja
Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat
Mimpi buruk
Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri , dan sesak
B. Integritas Ego
Adanya / factor stress yang lama
Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan
Menyangkal
Ansietas, ketakutan
C. Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik
D. Kenyamanan
Nyeri dada
Gelisah
E. Pernafasan
Nafas Pendek
Batuk
Peningkatan frekuensi pernafasan
Pengembangn pernafasan otot tak simetris
F. Interaksi Sosial

Perasaan Isolasi atau penolakan


Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Sputum
2. Foto Thorak
3. Leukosit
4. Pemeriksaan fungsi Paru
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d:
-

Kerusakan jaringan

Penurunan imun

Malnutrisi

Terpapar lngkungan

Kurang pengetahuan untuk


menghindari pemaparan patogen

Kriteria hasil :- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko


individu
-

mengidentifkasi

untuk

mencegah / menurunkan resiko infeksi


-

Menunjukkan

teknik

perubahan pola hidup untuk peningkatan lingkungan


yang aman
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada
tissue dan menghindari meludah
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
5. Awasi suhu sesuai indikasi
6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang

10

7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat


8. Dorong memilih makanan yang bernutrisi
9. Kolaborasi pemberian antibiotik
2. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d
-

adanya secret

Edema tracheal

Kriteria Evaluasi

: Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan


oksigenasi jaringan adekuat

Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta
penggunaan otot asesoris
2. Beri posisi semifowler
3. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea
4. Pertahankan intake, min 2500 ml /hr
5. Kolaborasi pemberian oksigen dan obat obatan sesuai dengan
indikasi
3. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d :
-

Atelektasis

Kerusakan membran alveoli


kapiler

Sekret kental

Edema bronchial

Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan pertukaran oksigen yang


adekuat dan bebas gejala distress pernapasan
Intervensi :
1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan
upaya pernafasan .
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau
perubahan pada warna kulit

11

3. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas


perawatan diri sesuai kebutuhan
4. Kolaborasi oksigen

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d


-

Kelemahan

Anorexia

Kriteria

hasil :

Menunjukkan

peningkatan

BB,

menunjukkan

perubahan perilaku / pola hidup untuk meningkatkan /


mempertahankan BB yang tepat
Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB,
Integrtas

mukosa oral , kemampuan menelan , riwayat mual /

muntah atau diare


2.

Awasi intake dan out put secara periodik

4. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hubungan


dengan obat
5. Anjurkan istirahat yang cukup
6. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
7. Kolaborasi antipiretik
Kurang pengetahuan B.d :
-

Kurangnya informasi

Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman, kondisi penyakit dan


pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup dan
berpartispasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana pemahaman klien tentang TB
2. Berikan interuksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk
rujukan.

12

3. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan


dan alasan pengobatan lama.
4. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
5. Kaji pemahaman klien mengenai penularan TB .
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa insiden penderita tuberculosis paru
{TBC paru} semakin meningkat pertahunya.

Ada beberapa sebab yabg

berhubungan dengan peningkatan penderita tuberculosis paru antara lain


minimnya kesadaran masyarakat dalam melakukan suspek sputum ,
kurangnya pengetahuan /informasi

pada masyarakat tentang penularan

Tuberculosis paru ,kelalaian dalam berobat ,sehingga sebagai tenaga


kesehatan harus memberikan perhatian khusus pada masayarakat yang
terpapar dengan micobakterium tuberculosis sehingga penderita Tb dapat
diminimalis jumlah penderitanya .
B. Saran
Saran kami sebagai penulis kepada seluruh para pembaca ; dapat
memahami defenisi, etiologi, tanda dan gejala, serta klasifikasi Tb. Kritik
dan saranya sangat kami harapkan yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan makalah berikutnya. Sekian dan terima kasih .

13

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000.


Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 ,
EGC, Jakarta ,1999.
Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta 1999.
Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses Proses penyakit ,
alih bahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.
Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998.

14

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang......................................................................................................................1

B.

Tujuan Penulisan...................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A.

Pengertian..............................................................................................................................3

B.

Etiologi..................................................................................................................................3

C.

Patofisiologi..........................................................................................................................3

D.

Klasifikasi..............................................................................................................................4

E.

Gejala Klinis..........................................................................................................................5

F.

Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................5

G.

Medikamentosa.....................................................................................................................5

H.

Kegagalan Pengobatan..........................................................................................................7

I.

Penanggulangan Khusus Pasien :..........................................................................................8

BAB III KONSEP KEPERAWATAN


A.

Pengkajian.............................................................................................................................9

B.

Diagnosa Keperawatan........................................................................................................10

BAB IV PENUTUP
A.

Kesimpulan..........................................................................................................................13

B.

Saran....................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

15
ii

You might also like