You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi.
Gangguan

pada

ovarium

dapat

menyebabkan

terhambatnya

pertumbuhan,

perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah
kista

ovarium,

sindrom

ovarium

polikistik,

dan

kanker

ovarium

Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab


kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi
keganasan ovarium, rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per
100.000 populasi).5 Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5
kasus

per

100.000

populasi

pada

tahun

1988

sampai

1991.6

Untuk mencapai prognosis yang baik bagi penderita, tindakan pembedahan


pengangkatan massa tumor yang adekuat sangatlah penting. Oleh karena itu
diagnosis banding yang akurat antara tumor ovarium yang jinak atau ganas sangat
penting, dalam manajemen intraoperasi maupun pasca operasi pada setiap kasus.8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ca ovarium adalah tumor ganas pada ovarium sesuai dengan klasifikasi
histopatologis, karsinoma ovari dapat berupa primer berasal dari epithel ovarium,
germ cell, stroma dan sekunder berasal dari metastase Ca dibagian tubuh yang
lain.
(Arif Mansjoer, dkk, 1999).
Penyakit yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberi perawatan karena
awitanya tersembunyi dan tidak adanya gejala peringatan atau penyebab mengapa
penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika didiagnosa.
Penyakit yang merupakan penyebab utama kematian dari kanker reproduksi.
(Brunner & Suddarth : 1559, 2001).
B. ETIOLOGI
Penyebab Ca ovari belum diketahui pasti, adapun :
Faktor resiko
Umur > 40 tahun
Riwayat keluarga dengan Ca ovari
Nuliparity (wanita yang belum pernah melahirkan)
Riwayat infertil
Riwayat perdarahan menstruasi yang banyak dan disminore.
Obesitas terutama yang intake tinggi lemak hewani.
Penggunaan obat stimulasi ovulasi untuk infertile.
Kebiasaan menggunakan bedak pada vagina.
(Arief Mansjoer, dkk, 1999)
C. PATOFISIOLOGI
Biasanya Ca ovari berbentuk tumor epitel. Kadang-kadang adeno carsinoma. Ca
ovari cenderung tumbuh dan menjalar tidak diketahui (manifestasi) hingga

menyebabkan tekanan dekat organ atau distensi abdomen. Ketika tekanan


dihubungkan dengan muncul manifestasi akhir, adanya malignant biasanya
menjalar ke ovarium yang lain dan struktur lain. Ca ovari mungkin menyerang
permukaan kandung kencing, omentum, hati dan organ lain. Ketika di pembuluh
darah Pelvic menjadi berbelit-belit (ruwet) terjadi metostase jauh. Biasanya rute
perjalanan termasuk limfa, darah, perluasan lokal dan penempatan peritoneal.
(Price, A. Sylvia : 384, 1994).
Tahap-tahap Ca ovarium :
1.Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
2.Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan pelvic.
3.Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastase di luar
pelvic / nodus inguinal atau retroperitoneal positif.
4.Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastase jauh.
(Brunner & Suddarth Vol. 2 : 2001).
Stadium Ca ovari
Stadium I : Tumor terbatas pada ovarium.
IA

= Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada jaringan
tumor di permukaan ovarium.

IB

= Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak ada jaringan
tumor di kedua permukaan ovarium.

IC

= Tumor terbatas pada satu / kedua ovarium, dengan keadaan kapsul


ruptur, atau ada jaringan tumor di permukaan ovarium.

Stadium II : Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan penyekaran dalam
rongga panggul.
II A

= Perluasan / implantasi pada uterus dan atau pada tuba.

II B

= Perluasan pada jaringan rongga panggul lainnya.

II C

= Perluasan dalam rongga panggul dengan ditemukannya sel ganas


pada analisis cairan ascites / dialysis peritoneal.

Stadium III : Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan metastase peritoneal
yang dikonfirmasi secara mikroskopik di luar rongga panggul dan atau
kelenjar getah bening regional.
III A = Metastase mikroskopik pada jaringan peritoneal dalam rongga
panggul.
III B = Metastase mikroskopik pada jaringan peritoneal dalam rongga
panggul dengan diameter < 20 mm.
III C = Metastase mikroskopil pada jaringan peritoneal dalam rongga
panggul kurang, dengan diameter terbesar > 20 mm dan atau
metastase kelenjar getah bening regional.
Stadium IV : Pertumbuhan melibatkan satu atau kedua ovarium dengan
penyebaran jauh, metastase ke parenkim hati.
(www.geocities.com)
Deteksi dini Ca ovarium dilakukan dengan :
1.PAP Smear
2.Pemeriksan pelvic, retro vaginal
3.Kemungkinan massa pelvic adalah ca ovarium, jika :
Ukuran diameter < 5 cm, kemungkinan 3%
Ukuran diameter antara 5 10 cm, kemungkinan 19%
Ukuran diameter > 10 cm, kemungkinan 97%.
4.Pemeriksaan USG (transvagina)
5.Color Doppler duplex / triplex
6.CT Scan
7.Tumor marker (pertanda tumor) lewat pemeriksaan darah.
Bentuk lesi dicurigai sebagai keadaan pra kanker yang terdapat di
permukaan ovarium yang menderita kanker, belum dapat dibuktikan (plaxale).
Sehingga metode screening yang efektif pun belum dapat ditemukan. Lesi ini
mungkin suatu bentuk pra kanker mungkin juga merupakan kelainan lanjut akibat
proses kankernya. Jika dapat dibuktikan bahwa lesi tersebut mendahului kanker

dan kemudian berkembang menjadi invasive, maka hal itu dapat dijadikan dasar
untuk deteksi dini kanker ovarium.
(www.geocities.com)
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada tumor ovarium :
Haid tidak teratur
Ketegangan menstruasi yang terus meningkat
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Darah menstruasi yang banyak (menoralgia) dan nyeri tekan pada payudara.
Menopause dini
Dyspopsia
Tekanan pada pelvis
Sering berkemih
Malnutrisi
Efusi pigura
Konstripasi
Ascites dengan dispnea.
(Mijakom, dkk 1995).
E. PENATALAKSANAAN
1.Operasi
2.Kemoterapi = 6 24 bulan
3.Biopsi multipel : jika masih ada tumor
a. Pencegahan primer
Beritahukan klien bahwa Ca ovari mungkin dapat dicegah oleh sesuatu
yang mengganggu siklus ovulatory konstan seperti :
Kehamilan full term > 1 kali
Penggunaan kontrasepsi oral

Brest feeding
b. Pencegahan
Dorong wanita untuk melakukan pemeriksaan pelvic secara rutin dengan
pemeriksaan bimanual rectovagina.
Berikan antigen CA-125 pada wanita dengan resiko tinggi.
Lakukan

transvaginal

ultrasound

yang

dikombinasikan

dengan

pemeriksaan pelvic bimanual, dan pemeriksaan Doppler untuk lesi


yang dicurigai.
(Purnawan Junaedi, 1997)
F. PENGKAJIAN FOKUS
1.Identitas
a. Usia

: biasa terjadi usia > 40 tahun.

b. Jenis kelamin : perempuan


c. Pekerjaan
2.Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah ada riwayat hipertensi, kanker, penyakit ginjal, DM.
c. Riwayat penyakit sekarang
Kaji apakah
d. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit DM, hipertensi,
ginjal, kanker (baik kanker ovarium maupun kanker yang lain).
3.Pemeriksaan Fisik
a. Aktifitas
Kelemahan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari,
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misal : nyeri,
berkeringat.

b. Sirkulasi
Palpasi
Perubahan TD
c. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi : konstipasi
Perubahan eliminasi urine : sering berkemih
Distensi abdomen
d. Makanan
Anoreksia, mual, muntah
Perubahan kelembaban atau turgor kulit.
Penurunan BB.
e. Neurosensori
Pusing, sincope.
f. Nyeri
Derajat nyeri bervariasi dari nyeri ringan sampai berat dihubungkan
dengan proses penyakit.
g. Pernafasan
Dispnea
Efusi pleura
h. Seksualitas
Ketidakmampuan melakukan hubungan seksual karena proses penyakit.
i. Interaksi sosial
Ketidakadekuatan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan).
4.Pemeriksaan TTV
Normalnya

TD = 120/80 mmHg
N

= 80 100 x/mnt

RR = 24 x/mnt

= 365 375 0C

5.Pemeriksaan Diagnostik
a. Pap Smear
Displasia seluler menunjukkan adanya kanker.
b. Ultra sound / CT Scan
Membantu mengidentifikasi ukuran / lokasi masa.
c. Laparoskopi
Dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan laparotomi mungkin
dilakukan untuk membuat tahapan kanker atau mengkaji efek kemotrapi.
d. Biopsi (endometrial / servikal)
Memungkinkan pemeriksaan histopatologis sel untuk menentukan
adanya / lokasi kanker.
e. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis, sementara penurunan
Hb menduga kehilangan darah aktif peningkatan leukosit dapat
mengidentifikasi proses inflamasi / infeksi.
f. Parasintesis cairan asites.
g. Ultrasanografi.
h. Pemeriksaan rontgen.
Prinsip Menghadapi Tumor Ovarium
a. Operasi untuk mengambil tumor :

Dapat menjadi besar.

Kemungkinan degenerasi panas.

b. Saat operasi dapat didahului frozen section, untuk kepastian ganas dan
tindakan operasi lebih lanjut.
c. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi
tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi.
d. Operasi tumor ganas diharapkan :

Pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam batas aman,


diameter sekitar 2 cm.

e. Setelah mendapatkan radiasi atau kemoterapi dapat dilakukan operasi kedua,


untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor.

G. PATHWAYS

10

H. INTERVENSI

11

1.Gangguan rasa nyaman nyeri b/d adanya massa yang menekan sel syaraf nyeri.
Tujuan

: Nyeri dapat berkurang bahkan hilang

KH

: TTV dalam batas normal

Ekspresi wajah tenang / rileks.


Intervensi :
a. Kaji skala nyeri dengan pendekatan P, Q, R, ST.
R = mengetahui status nyeri.
b. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
R = membantu mengurangi nyeri.
c. Berikan posisi yang nyaman
R = membantu mengurangi nyeri dan pasien bisa rileks.
d. Berikan obat analgetik sesuai indikasi
R = mengurangi / menghilangkan rasa nyeri.
2.Gangguan keseimbangan cairan lebih dari kebutuhan tubuh b/d adanya oedema
pada tubuh.
Tujuan

: mempertahankan BB ideal

KH

: BB stabil
TTV dalam batas normal
Tidak terjadi oedema dan turgor kulit normal.

Intervensi :
a. Catat pengeluaran dan pemasukan cairan dalam tubuh.
R = untuk menentukan fungsi ginjal kebutuhan penggantian cairan dan
menurunkan resiko kelebihan cairan.
b. Timbang BB tiap hari sebagai pengawasan status cairan.
R = penimbangan BB sebagai pengawasan status cairan.
c. Kaji kulit apa ada oedema pada bagian tubuh lain.
R = oedema terjadi pada jaringan yang tergantung pada tubuh.
3.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat.
Tujuan

: kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

KH

: BB normal

12

Tidak terjadi udem.


Intervensi :
a. Kaji / catat pemasukan diet
R = dapat digunakan sebagai dasar untuk evaluasi selanjutnya.
b. Kaji bising usus dan catat gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi
R = mendefinisikan masalah konstipasi, catatan : konstipasi adalah salah
satu manifestasi termudah dari neurotoksisitas.
c. Pantau masukan dan keluaran serta BB
R = ketidakadekuatan masukan cairan dapat menimbulkan konstipasi.
d. Berikan obat suppositorial
R = membantu melancarkan BAB dan mencegah komplikasi lebih lanjut
pada beberapa pasien dengan pola defakasi buruk sebelum pengobatan.
(Doengoes, 2000).

DAFTAR PUSTAKA

13

Arief Mansjoer, Irfan Wahyudi, Wiwiek Setiawulan, dkk. 1999. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi 3. Penerbit Media Auesculapius FKUI.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Madical Bedah. Jakarta : EGC.
Marylin E. Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta ; EGC.
Price, A. Sylvia. 1994. Pathofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Mija Kim, dkk. 1995. Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa : Niluh Gede Yayasan
Asih. Jakarta : EGC.
Purnawan Junaedi. 1997. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Jakarta.
Potter, Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

14

You might also like