Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Bakhrul Ulum
I.
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes melitusmerupakan penyakit kronis yang terjadi ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Diabetes
melitus juga merupakan penyakit kronis dengan karakteristik
hiperglikemia yang di sebabkan karena kelainan sekresi insulin kerja
insulin atau bisa kedua-duanya yang membutuhkan perawatan medis
dan pendidikan kesehatan secara berkelanjutan untuk mencegah
komplikasi akut serta mengurangi resiko komplikasi jangka panjang
(WHO, 2013; ADA, 2013)
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus menurut (ADA, 2013) :
1) Diabetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I ini merupakan kondisi kekurangan
insulin pada tubuh oleh karena rusaknya sel beta penghasil
insulin pulau langerhans akibat reaksi autoimun atau idiopatik.
2) Diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II ini merupakan kondisi dimana adanya
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang terjadi karena
adanya resistensi atau berkurangnya sensitifitas insulin. Pada
diabetes tipe II ini tidak harus dengan insulin, dan biasanya terjadi
pada usia diatas 40 tahun.
3) Diabetes melitus tipe lain
a) Penyakit eksokrin pankreas, seperticystic fibrosis.
b) Kerusakan genetik fungsi sel beta.
c) Kerusakan genetik kerja insulin.
d) Akibat obat atau kimia, seperti padapengobatan HIV / AIDS
atausetelahtransplantasi organ.
4) Diabetes melitus gestasional
sangat mudah
Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari dalam
lensa mata sehingga lensa mata akan menjadi tipis. Akibatnya,
mata mengalami kesulitan untuk memfokus dan penglihatan
menjadi kabur.
7) Luka yang sukar sembuh
Penyebab luka yang sukar sembuh adalah : (1) infeksi yang sangat
hebat karena kuman atau jamur mudah tumbuh pada kondisi gula
darah yang tinggi; (2) kerusakan dinding pembuluh darah sehingga
aliran darah yang tidak lancar pada kapiler (pembuluh darah kecil)
menghambat penyembuhan luka; dan (3) kerusakan saraf yang
menyebabkan penderita diabetes tidak bisa merasakan luka yang
dialami dan membiarkannya semakin membusuk.
8) Gangguan saraf tepi/kesemutan
Kerusakan saraf disebabkan oleh glukosa yang tinggi merusak
dinding pembuluh darah sehingga mengganggu nutrisi pada saraf.
Karena yang rusak adalah saraf sensoris, keluhan yang paling
sering adalah rasa kesemutan atau tidak terasa, terutama pada
tangan dan kaki. Selanjutnya bisa timbul rasa nyeri pada anggota
tubuh, betis, kaki, tangan dan lengan.
9) Gusi merah dan bengkak
Biasanya kemampuan rongga mulut penderita akan menjadi lemah
untuk melawan infeksi. Akibatnya gusi akan membengkak dan
merah, timbul infeksi, serta gigi tampak tidak rata dan mudah
tanggal.
10) Kulit kering dan gatal
F. Komplikasi
Menurut Black & Hawks (2009) komplikasi DM dibagi menjadi dua
kelompok yaitu :
1) Komplikasi akut, terdiri atas :
a) Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikum
Pada kondisi ini disebabkan karena tidak adanya insulin atau
insulin yang tersedia dalam darah tidak cukup untuk
metabolisme karbohidrat, keadaan ini bisa mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Gejala
klinis yang tampak pada ketoasidosis yaitu dehidrasi, asidosis,
dan kehilangan elektrolit.
b) Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik
Merupakan
suatu
kondisi
dimana
pasien
mengalami
nonfarmakologi
yaitu
berupa
pemberian
edukasi,
H. Pathways
II.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Penkajian
1. Aktivitas / istirahat : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan ,
kram otot, tonus otot menurun, Gangguan tidur dan istirahat,
takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi, koma, penurunan
kekuatan otot
2. Sirkulasi : Adanya riwayat hipertensi, MCI Klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas Ulkus, penyembuhan luka lama
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
yang menurun/tak ada, disritmia, krekles Kulit panas, kering,
dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas ego; Stres, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi Ansietas, peka
rangsang
4. Eliminasi ; Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru
atau berulang Diare, nyeri tekan abdomen Urin encer, pucat,
kuning, atau berkabut dan berbau bila ada infeksi Bising usus
melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen keras,
adanya asites
5. Makanan / cairan ; Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti
diet, peningkatan masukan glukosa / karbohidrat Penurunan
berat badan Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic
( Tiazid ), kekakuan / distensi abdomen Kulit kering bersisik,
turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas
aseton ).
C. Intervensi
No
1.
Diagnosa
kriteria hasil
Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan
kurang dari kebutuhan b.d asuhan keperawatan,
klien
faktor biologis.
menunjukan status
nutrisi
adekuatdibuktikan
dengan BB stabil
tidak terjadi mal
nutrisi, tingkat
energi adekuat,
masukan nutrisi
adekuat
intervensi
Manajemen Nutrisi
1. kaji pola makan
klien
2. Kaji adanya alergi
makanan.
3. Kaji makanan yang
disukai oleh klien.
4. Kolaborasi dg ahli
gizi untuk
penyediaan nutrisi
terpilih sesuai dengan
kebutuhan klien.
5. Anjurkan klien
untuk meningkatkan
asupan nutrisinya.
6. Yakinkan diet yang
dikonsumsi
mengandung cukup
serat untuk mencegah
konstipasi.
7. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi dan
pentingnya bagi
tubuh klien.
Monitor Nutrisi
1. Monitor BB setiap
hari jika
memungkinkan.
2. Monitor respon
klien terhadap situasi
yang mengharuskan
klien makan.
3. Monitor
lingkungan selama
kondisi
metabolik
gangguan
normal, HT normal
v Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
v Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor kulit
baik, membran
mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan,
Wound healing
meningkat
dengan criteria:
Luka mengecil dalam
ukuran dan
makan.
4. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
bersamaan dengan
waktu klien makan.
5. Monitor adanya
mual muntah.
6. Monitor adanya
gangguan dalam
proses
mastikasi/input
makanan misalnya
perdarahan, bengkak
dsb.
7. Monitor intake
nutrisi dan kalori.
1.
Monitor status
hidrasi
2.
Monitor TTV
3.
Dorong
masukan oral
4.
Pertahankan
catatan intake dan
output
5.
Menimbang
Berat badan
6.
Kolaborasi
pemberian cairan
atau makanan
7.
Monitor
pemberian makanan
dan cairan
Wound care
1. Catat
karakteristik
luka:tentukan ukuran
dan kedalaman luka,
dan klasifikasi
pengaruh ulcers
peningkatan granulasi
jaringan
Resiko
infeksi
hiperglikemi,
penurunan
asuhan keperawatan,
perawat akan
menangani /
mengurangi
komplikasi defesiensi
imun
2. Catat
karakteristik cairan
secret yang keluar
3. Bersihkan
dengan cairan anti
bakteri
4. Bilas dengan
cairan NaCl 0,9%
5. Lakukan
nekrotomi K/P
6. Lakukan tampon
yang sesuai
7. Dressing dengan
kasa steril sesuai
kebutuhan
8. Lakukan
pembalutan
9. Pertahankan
tehnik dressing steril
ketika melakukan
perawatan luka
10. Amati setiap
perubahan pada
balutan
11. Bandingkan dan
catat setiap adanya
perubahan pada luka
12. Berikan posisi
terhindar dari tekanan
1. Pantau tanda dan
gejala infeksi primer
& sekunder
2. Bersihkan
lingkungan setelah
dipakai pasien lain.
3. Batasi
pengunjung bila
perlu.
4. Intruksikan
kepada keluarga
untuk mencuci
17. Ajarkan
keluarga/klien
tentang tanda dan
gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. ( 2014 ). Guidelines Sumarry Recommendations.
NDEI : 1-2
American Diabetes Assocition. (2013). Standars Of Medical Care in
Diabetes.http://care.diabetesjournals.org di unduh tanggal 10 September2014
American Diabetes Association. (2011). Standards of Medical Care in
Journal Diabetes Care, 34: 511 561
Diabetes.