You are on page 1of 10

Setiap organisasi atau perusahaan tentu membutuhkan tolak ukur dalam

penilaian kinerja masing-masing karyawannya. Penilaian kinerja digunakan untuk


menilai keberhasilan perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan terkait tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak.
Balance Scorecard (BSC) merupakan sebuah metode pengukuran kinerja
perusahaan yang dapat membantu upaya perbaikan perusahaan dengan
penilaian pencapaian kinerja secara berimbang. Terdapat empat tolak ukur dalam
metode BSC yaitu: Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses
Bisnis Internal, serta Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.
Tidak hanya dari faktor keuangan saja yang digunakan dalam pengukuran kinerja
perusahaan, melainkan faktor non keuangan pun menjadi hal penting bagi
perusahaan. Misalnya penilaian terkait hubungan antar pelanggan, bagaimana
mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan perusahaan. Tentu hal
tersebut juga berkaitan erat dengan proses bisnis dalam pelayanan pelanggan
yang diterapkan pada perusahaan tersebut. Setiap perusahaan harus mengetahui
dan tanggap terhadap kebutuhan pelanggannya. Oleh karena itu diperlukan
identifikasi proses bisnis internal yang baik tentang bagaimana cara memberikan
solusi kepada pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Metode BSC juga memberikan manfaat bagi keseimbangan perusahaan untuk
meraih tujuan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Karena dalam BSC terdapat perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang


memfokuskan kepuasan karyawan terhadap perusahaan terkait kemudahan
dan waktu memperoleh informasi dalam melakukan aktivitas proses bisnis.
Perspektif tersebut bertujuan menyediakan infrastruktur untuk mendukung
pencapaian tiga perspektif sebelumnya guna mendorong organisasi atau
perusahaan untuk terus tumbuh berkembang menuju lebih baik.

Kemudahan akses informasi yang cepat dan tepat kini dibutuhkan oleh setiap
organisasi atau perusahaan demi kelancaran kegiatan organisasi. Saat ini
banyak yang telah memanfaatkan peranan teknologi dalam menjalankan
proses bisnis mereka. Karena dengan bantuan teknologi tersebut informasi
lebih cepat disampaikan dan diterima oleh seluruh elemen pada perusahaan
dalam melaksanakan proses bisnis. Penggunaan sistem informasi terintegrasi
merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam mengotomasi proses bisnis.
Dengan adanya sistem informasi terintegrasi tersebut, memudahkan setiap
elemen pada masing-masing unit kerja untuk dapat saling bertukar informasi
karena berpusat pada satu sumber data.

Penggunaan process centric dalam organisasi atau perusahaan mempunyai


beberapa manfaat jika dibandingkan dengan data centric. Karena berfokus pada
proses maka alur kerja menjadi lebih transparan sehingga dapat memudahkan
masing-masing elemen yang terkait untuk dapat mengetahui dengan jelas
bagaimana proses berjalan. Jika berfokus pada data, maka alur kerja dalam
menjalankan aktivitas proses tersebut tidak diketahui secara pasti bagaimana
proses berjalan, dan sampai mana proses terhenti. Sehingga aktivitas menjadi
tidak terstruktur dan tidak menutup kemungkinan terdapat aktivitas yang
terlewati. Hal ini akan mengakibatkan sulitnya para manajemen untuk menilai
kinerja masing-masing karyawan secara objektif. Selain transparansi terhadap alur
kerja dalam sebuah proses, manfaat lain dari process centric yaitu pertukaran
informasi antar unit kerja dapat dilakukan dengan cepat dan proses yang terjadi
dapat dipantau saat itu juga (real time). Sehingga memudahkan para manajemen
untuk dapat mengambil keputusan jika terjadi permasalahan pada saat proses
sedang dijalankan. Dengan begitu pengukuran performa proses dan penilaian
kinerja masing-masing karyawan dalam menjalankan proses tersebut dapat dinilai
secara mudah dan objektif.
Sebagian besar perusahaan saat ini menerapkan konsep data centric yang berarti
seluruh kegiatan perusahaan berfokus kepada data. Apakah data sudah diinputkan, apakah data yang diinputkan sudah sesuai dengan kondisi di lapangan,
apakah data tersebut sudah diolah dengan baik agar menjadi informasi yang
tepat bagi penerimanya, dan lain sebagainya. Memang, saat ini telah banyak
solusi yang sudah diterapkan pada perusahaan agar informasi yang didapatkan
lebih mudah dan lebih cepat diterima dengan tepat oleh seluruh elemen di
dalam perusahaan, yaitu dengan penggunaan sistem informasi terintegrasi.

Padahal jika melihat kembali perspektif ketiga dari metode BSC dalam
pengukuran kinerja perusahaan adalah memfokuskan pada proses bisnis internal.
Yaitu bagaimana cara mengidentifikasi proses bisnis agar aktivitas organisasi
berjalan efektif dan efisien. Jika saat ini telah banyak berfokus pada penerapan
perspektif keempat dari metode BSC yaitu bagaimana cara mendapatkan
informasi yang dibutuhkan, maka sudah saatnya organisasi maupun perusahaan
berfokus pada proses aktivitas masing-masing elemen perusahaan (process
centric).

Sistem informasi terintegrasi merupakan suatu teknologi dari konsep data


centric. ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan sistem informasi yang
digunakan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa untuk mengintegrasikan
proses bisnis yang berhubungan dengan operasi, produksi, distribusi, dan lain
sebagainya. Salah satu manfaat dari penggunaan ERP dalam perusahaan
tersebut adalah membantu merencanakan dan mengelola berbagai macam
sumber daya serta proses bisnis perusahaan sehingga menjadi suatu kolaborasi
yang efektif dan efisien. ERP mengintegrasikan seluruh unit fungsional dalam
perusahaan meliputi, penjualan kepada pelanggan, pembelian kepada
pemasok, manajemen persediaan, distribusi, keuangan, akuntansi, sumber
daya manusia, dan lain sebagainya. Data dari berbagai macam unit fungsional
tersebut dikumpulkan dan dipusatkan menjadi satu sumber data untuk
kemudian disajikan dalam bentuk informasi kepada seluruh pengguna dalam
perusahaan tersebut. ERP merupakan sebuah inovasi teknologi yang
menyediakan data dan informasi yang jelas, akurat, dan cepat. Sehingga
efisiensi dan produktifitas karyawan meningkat. Informasi tersebut juga dapat
dijadikan oleh pihak manajemen sebagai acuan dalam proses pengambilan
keputusan.

Namun terdapat kelemahan jika menggunakan konsep data centric, yaitu


karena hanya berfokus pada data, maka proses dalam menjalankan aktivitas
perusahaan tersebut tidak mudah dipantau. Terkait dengan metode BSC dalam
pengukuran kinerja perusahaan terdapat perspektif proses bisnis internal,
maka setiap perusahaan tentu memiliki upaya untuk terus melakukan
perubahan proses bisnis untuk menuju lebih baik. Sehingga proses bisnis yang
digunakan oleh perusahaan akan terus berubah menyesuaikan dengan kondisi
saat itu. Jika hanya berfokus pada data, maka implementasi perubahan proses
bisnis tersebut akan menjadi kendala bagi perusahaan. Kendala tersebut
antara lain adalah masalah waktu yang dibutuhkan untuk proses implementasi
sistem yang baru tentu tidaklah sedikit karena kompleksitas proses yang
dimiliki.

Saat ini terdapat sebuah pendekatan baru dalam memandang sistem


informasi selain data centric, yaitu konsep process centric. Process centric
menitikberatkan pada bagaimana sebuah proses bisnis dibuat, dijalankan,
dan diperbaiki secara terus menerus untuk membangun sebuah sistem
informasi yang lebih transparan. Process centric dapat diwujudkan dalam
sebuah teknologi, diantaranya adalah BPMS (Business Process
Management Suite). BPMS merupakan suatu tools berbasis BPM
(Business Process Management) yang dapat membangun sebuah aplikasi
(sistem informasi) yang menitikberatkan pada alur proses bisnis. BPM
merupakan metode pendekatan manajemen yang bertujuan untuk
mengoptimalkan produktivitas, efektivitas, efisiensi, serta integrasi proses
bisnis dalam mewujudkan inovasi pada suatu organisasi. BPM berfokus
pada alur kerja proses bisnis. Dengan penggunaan BPMS dalam
perusahaan, maka dapat membantu membuat proses bisnis tersebut
lebih efektif, efisien, dan fleksibel karena mendukung setiap perubahan
proses bisnis yang terjadi pada perusahaan tersebut. Manfaat dari
penggunaan teknologi BPMS yang berbasis BPM bagi manajemen adalah
membantu memantau aktivitas seluruh bagian yang sedang berjalan.
Aktivitas tersebut mencakup aktivitas apa yang sedang dilakukan, siapa
yang melakukan aktivitas tersebut, kapan aktivitas tersebut dilakukan,
bagaimana alur aktivitas tersebut berjalan sesuai proses bisnis yang ada,
dan sampai mana aktivitas tersebut terhenti. Seluruh aktivitas tersebut
dapat dengan mudah dipantau oleh pihak manajemen pada saat itu juga
(real time). Selain itu, pihak manajemen juga dapat mengetahui berapa
lama waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing karyawan antar bagian
dalam melakukan aktivitas secara transparan. Dengan manfaat
transparansi tersebut, maka dapat dijadikan acuan bagi manajemen untuk
menentukan penilaian kinerja masing-masing karyawan secara objektif.

Dalam proses produksi barang jadi tersebut, tentu membutuhkan beberapa bahan
baku yang dibutuhkan. Sehingga perlu dilakukan pengecekan stok terhadap bahan
baku yang dibutuhkan tersebut ke divisi Gudang. Jika stok bahan baku yang
dibutuhkan di gudang tidak mencukupi untuk membuat barang jadi tersebut, maka
perlu dilakukan pembelian bahan baku kepada pemasok. Pembelian bahan baku ini
dilakukan oleh divisi Purchasing. Jika stok bahan baku mencukupi, maka proses
produksi barang jadi tersebut dapat dilakukan oleh divisi PPIC.

Terdapat perusahaan manufaktur produksi kemasan barang. Perusahaan tersebut


dapat memproduksi kemasan barang dari bahan baku menjadi barang jadi.
Produksi barang jadi akan dilakukan sesuai dengan pesanan pelanggan dari
transaksi penjualan dalam bentuk Sales Order (SO). Sales Order tersebut dibuat
oleh divisi Sales. Setelah sales order dibuat, maka divisi PPIC akan melanjutkan
proses produksi untuk membuat barang sesuai dengan yang tertera pada Sales
Order tersebut.

Dari contoh proses produksi tersebut, melibatkan empat divisi yang saling berkaitan
untuk melakukan pembuatan barang jadi. Dengan menggunakan sistem informasi
terintegrasi yang berfokus pada data (data centric) dalam perusahaan tersebut,
maka pertukaran informasi yang terjadi antar divisi menjadi lebih cepat dan mudah
karena menggunakan sistem data yang terpusat. Namun kekurangannya adalah,
dalam proses internal masing-masing divisi memerlukan persetujuan atasan untuk
melanjutkan pada proses berikutnya, kemudian jika salah satu transaksi dari proses
produksi tersebut tidak segera dilakukan persetujuan, maka akan menghambat
proses berikutnya.

Sehingga perlu diinformasikan pada pihak bersangkutan untuk segera


melakukan persetujuan suatu transaksi, biasanya permohonan
persetujuan disampaikan melalui media telepon maupun email. Hal ini
akan menjadikan aktivitas perusahaan tersebut menjadi tidak terstruktur,
sehingga waktu yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu proses bisnis
menjadi lebih lama dari yang direncanakan.
Jika menggunakan BPMS dalam membangun sistem informasi tersebut,
maka pada saat terjadi penundaan persetujuan dari atasan pada divisi
tertentu, informasi transaksi yang belum dilakukan persetujuan tersebut
akan dapat diinformasikan kepada seluruh partisipan/elemen terkait
proses produksi tersebut secara otomatis tanpa dilakukan melalui media
komunikasi sehingga bersifat transparan. Karena berfokus pada proses
(process centric), maka pihak manajemen juga dapat terbantu dalam
mengawasi aktivitas seluruh divisi yang sedang berjalan dengan mudah
pada saat itu juga (real time).
Terkait perubahan proses bisnis yang terjadi, dengan menggunakan BPMS
maka implementasi sistem informasi yang baru dapat dilakukan dengan
cepat dan mudah. Dalam implementasi perubahan proses bisnis, tidak
perlu secara keseluruhan sistem informasi harus diselesaikan, maka
sistem informasi yang telah dibuat tersebut sudah dapat dijalankan dan
digunakan oleh pengguna. Karena BPMS berfokus pada pemodelan proses
bisnis dan dapat langsung dieksekusi tanpa perlu penulisan script kode
pemrograman (no coding).
Sebagian besar perusahaan pengguna sistem informasi membeli sistem
tersebut dari sebuah penyedia software (vendor). Jika perubahan proses
bisnis tidak didukung sepenuhnya oleh sistem yang disediakan vendor
tersebut, maka implementasi sistem tersebut bersifat terbatas. Jika
perusahaan tersebut menggunakan BPMS dalam membangun sistem
informasi, maka perubahan proses bisnis dapat selalu didukung oleh
sistem dan mampu menjadikan sistem informasi yang fleksibel sehingga
perusahaan dapat terus berupaya menuju perbaikan yang lebih baik.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsep process


centric memberikan manfaat lebih bagi seluruh elemen dalam setiap
perusahaan atau organisasi jika dibandingkan dengan penggunaan konsep data
centric. Dengan berfokus pada proses aktivitas perusahaan, maka transparansi
alur kerja dalam menjalankan sebuah proses bisnis dapat diterima oleh seluruh
elemen perusahaan dan dapat dipantau pada saat itu juga (real time). Dan hal
yang paling utama adalah terkait perubahan proses bisnis yang terus menerus
untuk menuju perubahan yang lebih baik tersebut dapat selalu didukung jika
menggunakan konsep process centric. Dengan adanya manfaat tersebut maka
pengukuran kinerja masing-masing karyawan dapat dinilai secara objektif.
Sehingga kini sudah saatnya perusahaan atau organisasi dapat beralih
mengedepankan proses daripada data demi meningkatkan kinerja perusahaan
yang lebih baik.

You might also like