You are on page 1of 21

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang menjadi
telaah seseorang setelah melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu penginderaan tersebut melalui panca indera manusia yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.
Pengetahuan diperoleh melalui belajar yang merupakan suatu proses
mencari tahu yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, konsep mencari tahu
mencakup berbagai metode dari konsep, baik melalui proses pendidikan
maupun pengalaman. Pengetahuan adalah sebagaian ingatan atas bahanbahan yang telah dipelajari, mengingat kembali sekumpulan bahan yang
luas dari hal-hal terperinci untuk teori tetapi apa yang diberikan telah
menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai (Notoatmodjo, 2003).
Demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan pengetahuan adalah segala yang telah diketahui dan mampu
diingat oleh setiap orang setelah mengalami, menyaksikan, mengamati
atau diajarkan semenjak ia lahir sampai menginjak dewasa khususnya
setelah diberi pendidikan formal maupun non formal dan diharapkan
dapat mengevaluasi terhadap suatu materi atau obyek tertentu untuk
melaksanakannya

sebagai

(Notoatmodjo, 2003).

bagian

dalam

kehidupan

sehari-hari

2.

Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup di dalamnya domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yakni :
a.

b.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

c.

materi tersebut secara benar.


Aplikasi (Apllication)
Aplikasi diartiakan sebagi kemampuan untuuk menggunakan materi

d.

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya)


Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

e.

lain.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan.

f.

3.

Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifakasi atau

pemikiran terhadap suatu materi atau obyek (Notoatmodjo, 2003).


Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan


diatas (Notoatmodjo, 2003)
Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis :
a.

Pertanyaan subjektif; bentuk pertanyaan berupa essay.

b.

Pertanyaan objektif; jenis pertanyaan berupa pilihan ganda,


betul/salah dan pertanyaan menjodohkan.
Pertanyaan berupa essay disebut pertanyaan subjektif karena

penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian,


sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai dibandingkan
dengan yang lain dan dari satu waktu kewaktu lainnya. Pertanyaan
pilihan ganda , betul/salah, menjodohkan, disebutkan pertanyaan objektif
karena pertanyaan-pertanyaan tersebut ddapat dinilai secara pasti oleh
penilainya

tanpa

melibatkan

faktor

subjektifitas

dari

penilai

(Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan ini dapat dikategorikan berdasarkan kriteria standar
absolut menurut Suharsimi Arikunto yaitu sebagai berikut.
1.

Kategori baik jika persentase jawaban benar 76% - 100%

2.

Kategori cukup jika persentase jawaban benar 56% - 75%

3.

Kategori kurang jika persentase jawaban benar 55% (Arikunto,


2006).

B. Tinjauan Umum tentang Kanker Payudara


1. Pengertian
Kanker payudara disebut juga Carcinoma Mammae adalah
sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jarungan payudara. Tumor ini
dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan
ikat payudara. Kanker ini memang tidak timbuh dengan cepat namun
berbahaya (Suryaningsih, 2009)
2. Penyebab Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara memang belum diketahui. Namun
banyak sekali pemicunya antara lain :
a. Adanya

pertumbuhan

tidak

normal

sel

dalam

payudara.

Ketidaknormalan ini dipicu karena adanya pengawet makanan, vetsin,


radioaktif, oksidan atau karsiongenik yang dihasilkan oleh tubuh
sendiri secara alamiah
b. Penuaan sel
Dalam kelenjar payudara tentu terdapat sel-sel aktif yang mengalami
pembelahan dan akhirnya sel tersebut mati karena penuaan sel dan
akan digantikan dengan sel yang baru. Namun jika yang terjadi sel-sel
lama tidak mati dan sel baru terus saja tumbuh maka jumlah sel akan
berlebih dan berkembangbiak dengan tidak terkendali sehingga dapat
membentuk tumor (Suryaningsih, 2009)
3. Faktor Risiko

10

Ada beberapa faktor risiko yang diidentifikasi berkaitan dengan


terjadinya kanker payudara. Faktor risiko tersebut, meliputi:
a. Riwayat pribadi adanya kanker payudara; wanita yang telah menderita
kanker payudara memiliki risiko yang meningkat sebesar 1% setiap
tahunnya untuk menderita kanker pada organ payudara sebelahnya.
b. Riwayat keluarga dengan kanker payudara; mereka yang memiliki
anak perempuan atau saudara perempuan yang menderita kanker
payudara memiliki risiko meningkat 2-6 kali terkena kanker payudara.
c. Menarche dini; risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d. Nullipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama; wanita
yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai
risiko 2 kali lipat untuk menderita kanker payudara dibandingkan
wanita yang melahirkan anak pertama sebelum usia 20 tahun.
e. Menopause pada usia lanjut; menopause setelah usia 50 tahun
meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara.
f. Riwayat penyakit payudara jinak; wanita yang mempunyai tumor
payudara disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai risiko dua
kali lipat untuk mengalami kanker payudara.
g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan
sebelum usia 30 tahun; keduanya memiliki risiko hamper dua kali
lipat untuk menderita kanker payudara.
h. Obesitas; merupakan risiko terendah diantara wanita pascamenopause.
Namun wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka
kematian yang lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan
diagnosis yang lambat.

11

i. Penggunaan kontrasepsi oral; wanita yang menggunakan kontrasepsi


oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara.
j. Terapi penggantian hormon; wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dalam jangka panjang (5-15 tahun)
dapat mengalami peningkatan risiko terjadinya kanker payudara.
k. Konsumsi alkohol; ada sedikit peningkatan risiko pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol, bahkan dengan hanya sekali minum per hari.
Resiko meningkat pada wanita yang minum alcohol tiga kali sehari
(Suryaningsih, 2009).
4. Klasifikasi
Ada empat stadium klinis kanker payudara yakni :
a.

Stadium pertama yaitu adanya massa pada payudara dengan

b.

diameter kurang dari 2 cm.


Stadium dua masa terbatas pada payudara dengan diameter 2 sampai
dengan 5 cm atau tumor yang lebih kecil dan secara klinis

c.

melibatkan kelenjar limfe aksila yang kecil dan dapat digerakkan.


Stadium tiga tumor dengan diameter 5 cm dengan pembesaran
kelenjar limfe aksila, melekat satu dengan yang lain atau pada
jaringan yang berdekatan, melibatkan kulit, edema, ulserasi, melekat
pada dinding dada, metastasis kelenjar limfe supraklavikular atau

d.

infraklavikular, edema lengan, kanker mengalami inflamasi.


Stadium empat dimana sel kanker telah metastasis jauh ke organ lain

(Santoso, 2009).
5. Tanda dan Gejala

12

a. Terdapat ruam-ruam pada kulit disekitar payudara, areola atau puting


terlihat bersisik, memerah dan membengkak.
b. Keluar cairan berwarna kemerah-merahan dari puting susu.
c. Terjadi pembengkakan dan penebalan kulit didaerah payudara.
d. Terdapat benjolan didaerah bawah lengan.
e. Puting susu menjadi lunak.
f. Perubahan ukuran atau bentuk payudara.
g. Puting susu tertekan kedalam (sebagian atau seluruhnya).
h. Pada tahap lebih lanjut terjadi luka yang tidak sembuh-sembuh
(Indrawati, 2009)
Kanker dapat diawali dari sel-sel yang belum membentuk
benjolan. Ketika kanker berkembang, tumor akan tumbuh dan benjolan
dapat dirasakan lebih jelas hanya dengan pemeriksaan manual yang
dilakukan dokter. Selain itu, kelenjar getah bening bisa membesar yang
menandakan sel kanker telah menyebar (Indrawati, 2009)
Umumnya saat diagnosis kanker payudara, pada awalnya tidak
menimbulkan rasa sakit yang bisa menjadi tanda munculnya paenyakit ini.
namun pada beberapa pasien mengaku mengalami rasa sakit diseputar
benjolan pada payudara (Indrawati, 2009)
6. Diagnosa
Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan pasti dengan
cara pengambilan sample jaringan sel payudara yang mengalami

13

pembenjolan (tindakan biopsi). Dengan cara ini akan diketahui jenis


pertumbuhan sel yang dialami, apakah bersifat tumor jinak atau tumor
ganas atau kanker (Santoso, 2009).
7. Penanganan dan Pengobatan
Penanganan dan pengobatan untuk kanker payudara biasanya
mencakup kombinasi dari beberapa pilihan seperti:
a.

Operasi
Terdapat beberapa pilihan operasi untuk mengobati kenker payudara
dan jenis opersinya tergantung pada ukuran dan jenis tumor dan juga
lokasinya pada payudara. Beberapa pilihan yang lebih umum
mencakup lumpectomy atau mastectomy sebagian yang keduanya bisa
menyelamatkan payudara.

b.

Terapi Radiasi
Energi tinggi sinar X ditujukan pada bagian yang telah diangkat
tumornya untuk membunuh sel kanker yang tertinggal atau untuk
mengecilkan tumor.

c.

Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan untuk menangani kanker dengan cara
menghancurkan sel kanker sebelum memisahkan diri, berproduksi dan
menyebar keseluruh tubuh. Keoterapi juga bisa digunakan untuk
memperlambat penyebaran sel kanker atau membuatnya mengecil.

14

d.

Terapi Hormon
Terapi jenis ini paling umum ditawarkan untuk perempuan dengan
kondisi kanker payudara metastatis (yang telah menyebar keseluruh
tubuh) namun bagi perempuan pada kondisi stadium awal terapi
adjuvant bisa direkomendasikan ketika tidak ada penyakit yang
terdeteksi, tapi ada sedikit deposit sel kanker yang terlalu sedikit untuk
dideteksi. Tipe terapi ini mencegah sel kanker memasuki akses hormon
yang perlu berproduksi.

e.

Terapi Biologis
Perawatan ini dirancang untuk membuat penangkal alami tubuh yang
bisa melawan sel kanker. Satu terapi bilogis yang paling umum untuk
kanker payudara melibatkan penggunaan trastuzumab. Agen ini
mengikat sel kanker yang spesifik dan menghambat sinyal yang
memerintahkan sel untuk berkembang. Terapi bilogis lain juga dicoba
untuk

menangani

kanker

payudara

metastatis.

Bevacizumab

menghambat pertumbuhan aliran darah yang bisa memperbesar tumor


(Indrawati, 2009)
8. Pencegahan Penyakit Kanker Payudara
Pengobatan kanker payudara merupakan upaya yang rumit dan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit (Kompas, 2 April 2002). Untuk
itu perlu dilakukan upaya pencegahan melalui promosi kesehatan dengan
menanamkan perilaku untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri

15

(SADARI) bagi setiap wanita yang telah memiliki siklus mensturasi atau
sudah mengakhiri siklus menstruasi dan melakukan pemeriksaan
diagnostik (skrinning dengan mammografi) bagi wanita yang memiliki
faktor resiko. Penanaman untuk melakukan SADARI harus dilakukan
secara dini mulai dari menarche pertama kali (Dede, 2003). Upaya ini
dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara sejak dini,
sehingga diharapkan kelainan-kelainan tersebut tidak ditemukan pada
stadium lanjut yang pada akhirnya akan membutuhkan pengobatan rumit
dengan biaya mahal. Selain itu adanya perubahan yang diakibatkan
gangguan pada payudara dapat mempengaruhi gambaran diri penderita
(Hijrah, 2009).

C. Tinjauan Umum tentang Perilaku


1. Pengertian Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku
manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.
Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat
luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya.
Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan
emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka
analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh

16

organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak
langsung (Hijrah, 2009).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku sehat
seseorang selain pengetahuan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
pengalaman, keyakinan, sarana fisik berupa teknologi informasi dan
komunikasi juga mempengaruhi perilaku seseorang. Pengalaman atau
riwayat penyakit sebelumnya yang pernah dialami individu dapat
mempengaruhinya dalam berperilaku. Keyakinan atau nilai yang
dipegang

seseorang

mempengaruhinya

yang

dalam

berhubungan
berperilaku

dengan

sehat.

kesehatan

Keterjangkauan

akan
dan

kemudahan sarana fisik berupa teknologi informasi dan komunikasi yang


tersedia akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan yang
dapat merubah atau mempertahankan perilaku sehat (Hijrah, 2009).
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku sehat lebih
tepat

dilaksanakan

pendidikan

edukasi

(pendidikan

kesehatan).

Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang


ditujukan kepada perilaku, agar perilaku terdapat kondusif untuk
kesehatan. Pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu,
kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, agar intervensi atau upaya
efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu dilakukan diagnosis

17

atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut. Konsep umum yang


dilakukan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Laurence
Green (1980). Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu (Notoadmodjo, 2003).

a) Faktor Predisposisi (Predisposing factor).


Faktor predisposisi ini meliputi pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal- hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi dan
sebagainya (Notoadmodjo, 2003).
b) Faktor Pendukung (Enambling Factors).
Faktor- faktor ini mencakup ketersedian sarana dan
prasarana dan fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Untuk berperilaku
sehat, masyarakat perlu sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas
yang tersedia pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut factor
pendukung atau faktor pemungkin (Notoadmodjo, 2003).
c) Faktor- Faktor Penguat (Reinforcing Factors).

18

Faktor- faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh


masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas. Termasuk
juga Undang- Undang, Peraturan- Peraturan baik dari pusat maupun
daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif
dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan acuan dari tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas. Disamping itu UndangUndang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat
tersebut (Notoatmodjo, 2003)

D. Tinjauan Umum tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


1. Pegertian Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan payudara sendiri atau dikenal dengan singkatan
SADARI. Pemeriksaan payudara sendiri adalah pemeriksaan pada
payudara sendiri yang dilakukan setiap bulan sesudah haid untuk
mendeteksi secara dini adanya tonjolan yang mungkin menyebabkan
kanker pada payudara (Suryaningsih, 2009).
2. Tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Tujuan dilakukannya SADARI adalah untuk mendeteksi adanya
kelainan-kelainan pada payudara baik struktur, bentuk ataupun tekstur
(Suryaningsih, 2009).
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara
rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara
sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui. Kebanyakan
kanker payudara ditemukan pertama kali oleh kaum wanita sendiri.

19

Apabila kanker payudara ditemukan secara dini dan diobati secara tepat,
harapan sembuh sangat besar. Belajar memeriksa payudara secara benar
dapat menyelamatkan hidup wanita. Karena itu penting sekali
pemeriksaan payudara dilakukan setiap bulan (Suryaningsih, 2009).
3. Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
SADARI dilakukan oleh setiap wanita yang telah memiliki
siklus menstruasi dan wanita yang telah mengakhiri siklus menstruasi
(menopause). SADARI dilakukan setiap 3 bulan sekali selama lebih
kurang 5 menit antara hari kelima dan kesepuluh dari siklus menstruasi
dengan menghitung hari pertama menstruasi sebagai hari pertama.
SADARI dapat juga langsung dilakukan apabila dicurigai adanya
kelainan pada payudara. (Suryaningsih, 2009).
4. Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri
Langkah 1
Langkah pertama adalah:
1. Memulainya dengan melihat payudara anda dicermin.
2. Posisi pundak tegap.
3. Kedua tangan dipinggang.
Yang harus anda lihat adalah:
1. Ukuran payudara.
2. Bentuk payudara.
3. Warna payudara.
Payudara normal adalah payudara dengan bentuk sempurna tanpa
perubahan bentuk dan pembengkakan. Payudara yang bermasalah jika;

20

kulit mengkerut, terjadi lipatan, ada tonjolan, puting berubah posisi


biasanya seperti tertarik kedalam, kemerahan, nyeri, dan ruam-ruam atau
bengkak.
Langkah 2
Langkah kedua adalah:
1. Angkat tangan anda.
2. Amati jika ada perubahan-perubahan payudara.
Langkah 3
Langkah ketiga adalah:
1. Saat anda bercermin, anda cermati puting anda.
2. Periksalah ada cairan yang keluar dari kedua puting atau tidak (baik itu
cairan bening, seperti susu, berwarna kuning atau bercampur darah).
3. Periksalah puting anda apakah terdapat tanda-tanda yang tidak wajar
seperti ada lika atau koreng.
Puting yang baik:
Jika anda tidak menyusui maka tidak akan keluar cairan apapun. Namun
jika anda menyusui akan mengeluarkan ASI tentunya.
Puting yang bermasalah

adalah puting yang mengeluarkan cairan

berwarna kuning bercampur darah dan mengoreng.


Langkah 4

21

Pada langkah keempat ini rasakan payudara anda dengan cara berbaring
dan lakukan pemijatan.

Merasakan payudara dengan cara berbaring, caranya:


1. Pergunakanlah tangan kanan untuk merasakan payudara kiri, begitu
sebaliknya.
2. Pijatlah dengan pelan namun pasti (tapi bukan keras), pijatan dapat
dilakukan dengan tiga ujung jari anda (telunjuk, tengah dan jari
manis).
3. Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara.
4. Gunakan gerakan memutar, sekali putaran mencakup seperempat
bagian payudara.
Pemijatan payudara sambil berbaring, caranya:
1. Pijatlah seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri dan kanan.
2. Setelah itu pijat juga dari tulang pundak sampai bagian atas perut dan
dari ketiak sampai belahan payudara.
3. Buatlah pola memutar untuk memastikan anda sudah memijat seluruh
payudara anda.
4. Mulailah dari puting, buat gerakan memutar semakin lama semakin
besar sampai anda mencapai bagian tepi payudara.

22

5. Anda juga dapat membuat gerak naik turun, gerakan ini bagi sebagian
besar wanita dianggap lebih efektif.
6. Pastikan anda merasakan seluruh jaringan payudara dari depan
(puting) sampai bagian belakang.
7. Pakaialah pijatan-pijatan yang sesuai dengan anatomi payudara yaitu :
ringan untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit, pijatan sedang
untuk bagian tengah payudara dan pijatan kuat untuk jaringan dalam
payudara.
8. Saat anda mencapai jaringan dalam payudara, anda harus dapat
merasakan tulang iga anda.
Langkah 5
Langkah kelima adalah:
1. Rasakan payudara anda saat anda duduk atau berdiri.
2. Anda dapat merabanya saat mandi karena bagi sebagian wanita mereka
merasa lebih mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah
dan licin.
3. Lakukan dengan gerakan yang sama seperti dijelaskan pada langkah 4
(Suryaningsih, 2009)

23

E. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Pengetahuan
tentang
Keterangan :
Variabel yang diteliti :
Kanker Payudara

Variabel Dependent
Perilaku
Pemeriksaan
Payudara Sendiri
(SADARI)

F. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, Variabel yang digunakan adalah:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengetahuan tentang kanker
payudara.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perilaku Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI).

24

G. Definisi Operasional
1. Pengetahuan
Pengetahuan

mengenai

kanker

payudara

yang

meliputi

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan dan cara melakukan


deteksi dini merupakan pengetahuan yang dapat mempengaruhi seseorang
untuk melakukan deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI).
Dikategorikan :
1.

Kategori baik jika persentase jawaban benar 76% - 100%

2.

Kategori kurang jika persentase jawaban benar 75%


(Arikunto, 2006).

Skala nominal

2. Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Perilaku SADARI adalah respon seseorang terhadap rangsangan
dari luar subyek dan memiliki dua macam bentuk respon yaitu bentuk
pasif (respon internal) dan bentuk aktif (respon eksternal) yang meliputi
pengertian, tujuan dan cara melakukan SADARI.
Dikategorikan :
1. Tidak jika tidak pernah melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI)
2. Ya jika melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) setiap 3
bulan atau secara teratur.

25

3. Kadang-kadang jika melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri


(SADARI) tidak setiap 3 bulan atau tidak teratur.
Skala nominal

H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H0

Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker


payudara dengan perilaku SADARI pada mahasisiwa jurusan

HA

kebidanan tingkat II Politeknik Kesehatan Kendari tahun


2010.
Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara
dengan perilaku SADARI pada mahasiswa jurusan kebidanan
tingkat II Politeknik Kesehatan Kendari tahun 2010.

26

You might also like