You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Diyakini
dapa menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di
dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluasluasnya.
Petunjuk-petunjuk agama

mengenai

berbagai

kehidupan manusia,

sebagaimana terdapat didalam sumber ajarannya, Al-Quran dan Al-Hadist, tampak


amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan
progresif,menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap
terbuka, demokratis,berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti
feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia,
dan sikap-sikap positif lainnya.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Fazlur Rahman sampai pada satu tesis
bahwa secara eksplisit dasar ajaran Al-Quran adalah moral yang memancarkan
titik beratnya pada monoteisme dan keadilan sosial. Tesis ini dapat dilihat
misalnya pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan peningkatan
keimanan, ketakwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia. Hubungan
keimanan dan ketakwaan dengan akhlak yang mulia demikian erat.
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Jalaluddin Rahmat terhadap
Al-Quran menyimpulkanempat hal

yang bertemakan tentang kepeduliannya

terhadap masalah sosial. Pertama, dalam Al-Quran dan kitab-kitab hadist,proporsi


terbesar ditujukan pada urusan sosial. Kedua,dalam kenyataan bila urusan ibadah
bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting,maka ibadah boleh
diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan). Ketiga, diberi bahwa
ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar
daripada ibadah yang bersifat perorangan. Keempat,bila urusan ibadah dilakukan
tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kafarat-

nya (tebusannya) ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah


sosial.
Gambaran ajaran islam yang demikian ideal itu pernah dibuktikan dalam
sejarah dan manfaatnya dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia.
Namun, kenyataan islam sekarang menampilkan keadaan yang jauh dari
cita idealt ersebut. Ibadah yang dilakukan umat islam seperti shalat, puasa, zakat,
haji, dan sebagainya hanya berhenti pada sebatas membayar kewajiban dan
menjadi lambang keshalehan, sedangkan buah dari ibadah yang bedimensi
kepedulian sosial sudah kurang tampak. Di kalangan masyarakat telah terjadi
kesalahpahaman memahami simbol-simbol keagamaan itu, agama lebih dihayati
sebagai penyelamatan individu dan bukan sebagai keberkahan sosial secara
bersama. Seolah Tuhan tidak hadir dalam problematik sosial kita, kendati namaNya semakin rajin disebut di mana-mana. Pesan spiritualitas agama menjadi
mandeg, terkristal dalam kumpulan mitos dan ungkapan simbolis tanpa makna.
Agama tidak muncul di dalam satu kesadaran kritis terhadap situasi aktual.
Diketahui bahwa Islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi,
yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada
kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai
dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali
dari berbagai disiplin ilmu. Di dalam Al-Quran yang merupakan sumber ajaran
islam,

misalnya

dijumpai

ayat-ayat

tentang

proses

pertumbuhan

dan

perkembangan anatomi tubuh manusia.


Sekarang, mungkin sudah saatnya kita mengembangkan indikasi
keberagaman yang agak berbeda dengan yang kita miliki selama ini.
Meningkatnya jumlah orang mengunjungi rumah-rumah ibadah, berduyunduyunnya orang pergi haji, dan sering munculnya tokoh-tokoh dalam acara sosial
agama, sebenarnya barulah indikasi permukaan saja dalam masyarakat kita.
Indikasi semacam ini tidak menerangkan tentang perilaku keagamaan yang
sesungguhnya, di mana nilai-nilai keagamaan menjadi pertimbangan utama dalam
berpikir maupun bertindak oleh individu maupun sosial.

B. Tujuan penulisan
Berdasarkan pada dasar pemikiran tersebut di atas,yang di kemukakan
oleh sebagian orang dan ulama-ulama.selain untuk mengembangkan khazanah
keilmuan tentang ajaran Islam dan memberikan kemudahan bagi para mahasiswa,
juga untuk menyempurnakan ilmu tentang ajaran Islam secara lebih mendalam,
sistematik, komprehensif, dan revelan dengan masalah yang berkaitan dengan
pendidikan pada umumnya.
C. Sistematika penulisan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka komposisi
makalah ini ditulis menjadi lima bagian, yaitu pendahuluan, kajian, fenomena,
analisis, dan penutup.
Bab I pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Karena sebagai
pengantar, maka pada bagian ini disajikan tentang tentang latar belakang masalah,
tujuan penulisan, sistematika penulisan. Melalui bab ini diharapkan memperoleh
gambaran sekilas tentang makalah yang sebenarnya.
Bab II kajian, yang berisi sebagai landasan teori dalam upaya
mendeskripsikan secara objektif tujuan yang ingin dicapai tentang Unsur-unsur
Syariat Islam. Menguraikan teknis analisis data untuk mengetahui Unsur-unsur
Syariat Islam. Menyajikan fenomena yang secara rinci.
Bab III sebagai penutup dari keseluruhan makalah ini yang berisi
kesimpulan dan saran sebagai hasil data.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian
1. Definisi
Agama yang kita pegang memanglah Islam, tetapi Islam itu bukan agama
saja.yaitu boleh dianologikan seperti ; durian itu buah, akan tetapi buah durian
saja. Pengertian buah lebih luas daripada durian. Selain daripada agama,ada unsur
lain yang menjadi isinya.
Di dalam ruang lingkup ajaran Islam meliputi tiga bidang yaitu: aqidah,
akhlak, dan syariah.
a. Aqidah
Ajaran Islam sebagaimana dikemukakan Maulana Muhammad Ali, dapat
dibagi kepada dua bagian, yaitu bagian teori atau lazim disebut rukun iman,
dan bagian praktik yang mencakup segala yang harus dikerjakan oleh orang
Islam, yakni amalan-amalan yang harus dijadikan pedoman hidup. Bagian
pertama selanjutnya disebut ushul (pokok) dan bagian kedua disebut furu.
Kata ushul adalah ushul adalah jamak dari ashl artinya pokok atau asas; adapun
kata furu artinya cabang. Bagian pertama disebut pula aqaid artinya
kepercayaan yang kokoh, adapun bagian kedua disebut ahkam. Menurut imam
Syahrastani bagian pertama disebut marifat dan bagian kedua disebut thaah,
kepatuhan Selanjutnya dalam Kitab Mujam al-Falsafi, jaml shaliba
mengartikan aqidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut
sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Ikatan tersebut berbeda
dengan terjemahan rihath yang artinya juga ikatan tetapi ikatan yang mudah
dibuka, karena akan mengandung unsur yang membahayakan. Dalam bidang
perundang-undangan, aqidah berarti menyepakati antara dua perkara atau lebih
yang harus dipatuhi bersama. Dalam kaitan ini akidah berkaitan dengan kata
aqad yang digunakan untuk arti akad nikah, akad jual beli, akad kredit dan
sebagainya.

Dalam menjelaskan akidah,akidah juga bisa diartikan sebagai perkataan


kepercayaan atau keimanan.ini disebabkan Iman merupakan unsur utama
kepada akidah.
Iman ialah perkataan arab yang berarti percaya yang merangkumi
ikrar(pengakuan) dengan lidah,membenarkan dengan hati dan mempraktikkan
dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadist yang bermaksud :
iman itu ialah mengaku dengan lidah,membenarkan di dalam hati dan beramal
dengan anggota.(al-Hadis)
Iman itu boleh bertambah dan berkurang.Malah Iman seseorang
boleh dihinggapi penyakit. Ada Imansenantiasa bertambah atau berkurang
yaitu iman para Malaikat. Ada iman yang kadang-kadang bertambah dan ada
ketikanya menurun yaitu Iman kebanyakan orang mukmin. Terdapat juga jenis
Iman yang jarang-jarang bertambah tetapi banyak menurun yaitu Iman orangorang yang fasik lagi jahat.
Adapun peringkat-peringkat Iman :
a. Iman Taqlid yaitu Iman ikutan. Orang yang beriman secara taqlid beramal
semata-mata mengikut orang lain. Iman jenis ini memperbahaya dan terdedah
kepada kesesatan.
b. Iman Ilmu yaitu Iman yang berdasarkan semata-mata kepada
Walaupun Iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh
orang lain selain dari dirinya sendiri dan Allah SWT.namun dapat diketahui
oleh orang melalui bukti-bukti amalan.Iman tidak pernah berkompromi atau
bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat. Sebaliknya Iman yang mantap di
dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai dan secucuk
dengan kehendak dan tuntunan iman itu sendiri.
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui bidang akidah ini adalah
bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Yang
diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah SWT.
Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh diberikan kepada yang lain,karena
akan berakibat musyrik yang berdampak pada motivasi kerja yang tidak
sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah SWT. Dalam prosesnya,
keyakinan tersebut harus langsung tidak boleh melalui perantara Akidah
demikian itulah yang akan melahirkan bentuk pengabdian hanya pada Allah

SWT. yang selanjutnya berjiwa bebas, merdeka dan tidak tunduk pada manusia
dan lainnya yang menggantikan posisi Tuhan.
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah SWT.
sebagai Tuhan yang wajib disembah; ucapan dengan lisan dalam bentuk dua
kalimat syahadat, yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa
Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya; perbuatan dengan amal shaleh.
Akidah demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang beriman
tidak ada rasa dalam hati,atau ucapan di mulut dan perbuatan melainkan secara
keseluruhan menggambarkan imn kepada Allah, yakni tidak ada niat, ucapan
dan perbuatan yang dikemukakan oleh orang yang beriman itu kecuali yang
sejalan dengan kehendak Allah SWT.
Akidah dalam Islam selanjutnya harus berpengaruh ke dalam segala
aktivitas yang dilakukan manusia, sehingga berbagai aktivitas tersebut bernilai
ibadah.
Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa iman menurut
pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati,
dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi
pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.
Sekiranya digabungkan antara makna lughawi dan istilah dari kata aqidah
diatas dapat digambarkan bahwa akidah adalah suatu bentuk keterikatan atau
keterkaitan antara seseorang hamba dengan Tuhannya, sehingga kondisi ini
selalu mempengaruhi hamba dalam seluruh perilaku, aktiviti dan pekerjaan
yang dia lakukan. Dengan kata lain kerikatan tersebut akan mempengaruhi dan
mengawal serta mengarahkan semua tindak-tunduknya kepada nilai-nilai
ketuhanan.
Masalah-masalah akidah selalu dikaitkan dengan keyakinan terhadap Allah
SWT. Hal-hal yang ghaib yang lebih dikenal dengan istilah rukun Iman. Di
samping itu juga menyangkut dengan masalah eskatologi, yaitu masalah
akhirat dan kehidupan setelah berbangkit kelak. Keterkaitan dengan keyakinan
dan keimanan,maka muncul Arkanul Iman, yakni, Iman kepada Allah,
Malaikat, Rasul, Hari kiamat, Qadha dan Qadar.
Dengan demikian akidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam
hati,melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam
bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal shaleh.
6

b. Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya

akhlaq.

Menurut bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti
kejadian, serta erat hubungannya dengan kata khaliq yang berarti pencipta
dan makhluk yang berarti yang diciptakan.
Ibn Al-Jauzi menjelaskan (w.597 H) bahwa al-khuluq adalah etika yang
dipilih seseorang. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah (karakter)
pada dirinya. Dengan demikian, khuluk adalah etika yang menjadi pilihan dan
di usahakan seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya
dinamakan al-khaym.
Berkaitan dengan pengertian khuluq yang berarti agama, Al-Fairuzzabadi
berkata, Ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa
memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan di atas
empat landasan akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian,
dan keadilan.
Kata akhlak lebih luas artinya daripada moral atau etika yang sering
dipakai dalam bahasa indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dari
tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.
Tolok ukurnya akhlak adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam Islam,
dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau
buruk. adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Segala sesuatu yang baik menurut
Al-Quran dan As-Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk menurut
Al-Quran dan As-Sunnah, berarti tidak baik dan harus dijauhi.
Aisyah pernah mengatakan bahwa akhlak Rasulullah SAW. Adalah

Al-

Quran. Maksud perkataan Aisyah adalah segala tingkah laku dan tindakan
Rasulullah SAW, baik yang dzahir maupun yang batin senantiasa mengikuti
petunjuk Al-Quran. Al-Quran selalu mengajarkan umat Islam untuk berbuat
baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini
ditentukan oleh Al-Quran.
Kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan jelas
dalam

Al-Quran.

Al-Quran

menerangkan

berbagai

pendekatan

yang

meletakkan Al-Quran sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak


yang paling jelas.
Dalam Islam, akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting, yaitu
sebagai salah satu rukun agama Islam. Dalam kaitan ini Rasulullah SAW.
Pernah bertanya, Beragama itu apa? Beliau menjawab, Berakhlak yang
baik (H.R. Muslim). Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat ketika
melihat salah satu sumber akhlak adalah wahyu.
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi
pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat yang baik sesuai
dengan ajaran Islam. Rasulullah diutus kebumi adalah untuk menyempurnakan
akhlak. Mengetahui tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW.tentunya
akan mendorong kita untuk mencapai akhlak mulia karena ternyata akhlak
merupakan sesuatu yang paling penting dalam agama. Akhlak bahkan lebih
utama daripada ibadah. Sebab, tujuan utama ibadah adalah mencapai
kesempurnaa akhlak.
Akhlak dibagi menjadi dua yaitu : Akhlak terpuji dan Akhlak tercela.
a. Akhlak terpuji
Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab
akhlaq mahmudah. Mahmudah merupakan bentuk maful dari kata
hamida yang berarti dipuji. Akhlak terpuji disebut pula dengan akhlaq
karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlaq (akhlak mulia), atau alakhlaq al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).

Macam-macam akhlak terpuji :


1. Akhlak terhadap Allah SWT. Diantaranya :
Menauhidkan Allah SWT.;
Berbaik sangka (husnu zhann);
Zikrullah;
Tawakal.
2.

Akhlak terhadap diri sendiri, Diantarnya :


Sabar;
Syukur;
Menunaikan amanah;
Benar atau jujur;

Menepati janji (al wafa);


Memelihara kesucian diri.

3. Akhlak terhadap keluarga, Diantaranya :


Berbakti kepada orang tua;
Bersikap baik kepada saudara.
4. Akhlak terhadap masyarakat, Diantaranya :
Berbuat baik kepada tetangga;
Suka menolong orang lain.
5. Akhlak terhadap lingkungan, Diantaranya :
Memelihara kelestarian lingkungan hodup;
Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati,
flora dan fauna yang sengaja diciptakan oleh Allah SWT. Untuk
kepentingan manusia, dan juga kita harus sayang kepada sesama
makhluk hidup.

b. Akhlak tercela
Kata madzmumah berasal dari bahasa Arab yang artinya tercela. Akhlak
madzmumah artinya akhlak tercela. Istilah ini digunakan oleh beberapa
kitab tentang akhlak, seperti ihya Ulum Ad-din dan Ar-Risalah AlQusairiyyah. Istilah lain yang digunakan adalah masawi al-akhlaq
sebagaimana oleh Asy-Syamiri.
Macam-macam akhlak tercela :
1. Syirik
Syirik secara bahasa adalah menyamakan dua hal, sedangkan
menurut pengertian Istilah, terdiri atas definisi umum dan definisi
khusus. Definisi umum adalah menyamakan sesuatu dengan Allah
SWT. Dalam hal-hal yang secara khusus dimiliki Allah SWT. Ada tiga
macam syirik berdasarkan definisi umum, yaitu : (1) Asy-Syirk fi ArRububiyyah, yaitu menyamakan Allah SWT. Dengan makhluk-Nya
mengenai sesuatu yang berkaitan dengan alam; (2) Asy-Syirk fi AlAsma wa Ash-Shifat, yaitu menyamakan Allah SWT. Dengan makhluk-

Nya mengenai nama dan sifat; (3) Asy-Syirk fi Al-Uluhiyyah, yaitu


menyamakan Allah SWT. Dengan makhluk-Nya mengenai ketuhanan.
Adapun definisi syirik secara khusus adalah menjadikan sekutu
selain Allah SWT. Dan memperlakukannya seperti Allah SWT., seperti
berdoa dan meminta syafaat.
Syirik ada dua macam; yaitu syirik akbar (syirik besar) dan syirik
ashgar (syirik kecil). Syirik akbar adalah menjadikan sekutu selain
Allah SWT. Lalu menyembahnya. Pelakunya dari Islam dan segala
amal baiknya terhapus. Jika mati dalam keadaan seperti itu, ia akan
abadi dalam neraka jahannam. Siksanya tidak akan diringankan
sedikitpun.
Adapun syirik ashgar adalah setiap perbuatan yang menjadi
perantara menuju syirik akbar, atau perbuatan yang dicap syirik oleh
nash, tetapi tidak sampai mencapai derajat syirik akbar.
Perbedaan antara syirik besar dan syirik kecil ampai dijelaskan
sebagai berikut :
Syirik besar tidak akan diampuni Allah SWT.,kecuali melalui
tobat yang sebenarnya, sedangkan syirik kecil diampumi atau

tidaknya bergantung pada kehendak-Nya.


Syirik besar akan menghapus seluruh amal baik, sedangkan
syirik kecil tidak sampai menghapus seluruh amal baik, kecuali

perbuatan-perbuatan yang menyertainya.


Syirik besar menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam,

sedangkan syirik kecil tidak.


Syirik besar menyebabkan pelakunya abadi dalam neraka,
sedangkan syirik kecil sama seperti dosa-dosa lainnya.

2. Kufur
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Kufur merupakan kata sifat
dari kafir. Jadi, kafir adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya.
Menurut syara, kufur adalah tidak beriman kepada Allah SWT. Dan
Rasul-Nya, baik dengan mendustakan atau tidak mendustakan.
Kufur ada dua jenis, yaitu kufur besar dan kufur kecil. Kufur besar
adalah perbuatan yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama
Islam dan abadi dalam neraka. Kufur besar ada lima macam, yaitu :
1. Kufur karena mendustakan para Rasul;

10

2. Kkufur karena enggan dan sombong, padahal tahu kebenaran risalah


para Rasul.
3. Kufur karena ragu,yaitu ragu-ragu terhadap kebenaran para Rasul.
4. Kufur karena berpaling,yait berpaling secara menyeluruh dari agama
dan apa yang dibawa para Rasul.
5. Kufur karena nifak,yaitu nifak itikad, menampakkan keimanan dan
menyembunyikan kekufuran.
Adapun kufur kecil, yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya
keluar dari agama Islam, tidak menyebabkan abadi dalam neraka.
Pelakunya hanya mendapatkan ancaman yang keras. Kufur kecil adalah
dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah sabagai
dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Misalnya,
kufur besar.
3. Nifak dan Fasik
Secara bahasa, nifak berarti lubang tempat keluarnya yarbu
(binatang sejenis tikus) dari sarangnya. Jika ia dicari dari lubang yang
satu, ia akan keluar dari lubang lain. Dikatakan pula, kata nifak berasal
dari kata yang berarti lubang bawah tanah tempat bersembunyi.
Adapun nifak menurut syara, artinya menampakkan Islam dan
kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dengan
kata lain, nifak adalah menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan
apa yang terkandung di dalam hati. Dinamakan demikian karena
pelakunya masuk Islam melalui satu pintu, lalu keluar dari pintu yang
lain. Atas dasar itu, Allah SWT. Mengingatkan bahwa orang-orang
munafik itu orang-orang fasik (Q.S. At-Taubah [9]:67).
Nifak terbagi menjadi dua jenis, yaitu nifak itiqadi dan nifak amali.
Nifak itiqadi adalah nifak besar yang pelakunya menampakkan
keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran dalam hatinya.
Nifak itiqadi ini ada enam macam, yaitu sebagai berikut :
a. Mendustakan Rasulullah SAW.;
b. Mendustakan sebagian apa yang dibawa Rasulullah SAW.;
c. Membenci Rasulullah SAW.;
d. Membenci sebagian apa yang dibawa Rasulullah SAW.;
e. Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah
SAW.;
f. Membenci kemenangan agama Rasulullah SAW.

11

Nifak amali, yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan


orang-orang munafik, tetapi dalam hatinya masih terdapat iman. Nifak
jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama Islam, tetapi merupakan
washilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam
keadaan iman-nifak. Jika perbuatan nifaknya lebih banyak, hal itu bisa
menjadi sebab terjerumusnya ke dalam nifak sesungguhnya.
Salah satu perbedaan antara nifak besar dan nifak kecil adalah:
a. Nifak besar menyebabkan pelakunya keluar dari agama
Islam, sedangkan nifak kecil tidak demikian.
b. Nifak besar tidak akan keluar dari seorang mukmin,
sedangkan nifak kecil terkadang keluar darinya.
c. Pelaku nifak besar umumnya tidak bertobat kepada Allah
SWT., Sedangkan pelaku nifak kecil terkadang bertobat
4.

kepada-Nya.
Takabur
Takbbur terbagi ke dalam dua bagian, yaitu batin dan lahir.
Takabbur batin adalah perilaku dan akhlak diri, sedangkan takabur batin
adalah perbuatan-perbuatan anggota tubuh yang muncul dari takabur
batin.
Dilihat dari subjeknya, takabur terbagi pada tiga bagian.
Pertama, takabur kepada Allah SWT. Inilah takabur paling
berat dan keji. Contoh; takabur yang diperlihatkan oleh orangorang yang mengaku sebagai Tuhan.
Kedua, takabur kepada Rasul, yaitu tidak mau mengamalkan
ajaran Nabi Muhammad SAW.serta menghina dan menyepelekan
ajarannya. Contoh; perilaku orang kafir yang menentang dakwah
Nabi Muhammad SAW.
Ketiga, takabur terhadap sesama manusia, yaitu menganggap
orang lain remeh dan hina.
5. Dengki
Dalam bahasa Arab, dengki disebut hasad, yaitu perasaan yang
timbul dalam diri seseorang setelah memandang sesuatu yang tidak
dimilki olehnya, tetapi dimilki oleh orang lain, kemudian dia

12

menyebarkan berita bahwa yang dimiliki orang tersebut diperoleh


dengan tidak sewajarnya.
Al-Ghazali membagi dengki pada empat tingkat. Pertama,
menginginkan lenyapnya kenikmatan dari orang lain, meskipun
kenikmatan itu tidak berpindah kepada dirinya. Kedua, menginginkan
lenyapnya

kenikmatan

menginginkannya.

dari

Kedua,

orang

lain

menginginkan

karena

dia

lenyapnya

sendiri

kenikmatan

dariorang lain karena dia sendiri menginginkannya. Ketiga, tidak


menginginkan kenikmatan itu sendiri, tetapi menginginkan kenikmatan
serupa. Jika gagal memperolehnya, dia berusaha merusak kenikmatan
orang lain. Keempat, menginginkan kenikmatan serupa. Jika gagal
memperolehnya, dia tidak menginginkan lenyapnya kenikmatan itu dari
orang lai. Sikap keempat ini diperbolehkan dalam urusan agama.
Ada beberapa cara mengobati penyakit dengki yang mulai bersarang
dalam hati :
1. Minta maaf kepada orang yang didengki (dihasadi), walaupun terasa
berat.
2. Menyadari dan mengingat bahwa semua nikmat yang diberikan
Allah SWT. Kepada umat Islam yang dikehendaki-Nya, sudah pasti
tidak merugikan orang lain. Sebab, nikmat yang diberikan Allah
SWT. Kepada seseorang, tidak ada sangkut pautnya dengan orang
lain.
6. Gibah (Mengupat)
Beberapa pendapat tentang definisi Gibah :
Raghib

Al-Ashfahani

menjelaskan

bahwa

gibah

adalah

membicarakan aib orang lain dan tidak ada keperluan dalam


penyebutannya.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa gibah adalah menuturkan sesuatu
yang berkaitan dengan orang lain yang apabila penuturan itu sampai
pada yang bersangkutan, ia tidak menyukainya.
Ibnu Atsir menjelaskan bahwa gibah adalah membicarakan
keburukan orang lain yang tidak pada tempatnya walaupun keburukan
itu memeng ada padanya.

13

An-Nawawi

menjelaskan

bahwa

gibah

adalah

menuturkan

keburukan orang lain, baik yang dibicarakannya itu ada pada badannya,
agamanya, dunianya, dirinya, kejadiannya, akhlaknya, hartanya,
anaknya, orangtuanya, istri atau suaminya, pembantu rumah tangganya,
pakaiannya, gaya berjalannya, gerakannya, senyumnya, cemberutnya,
atau yang lainnya. Tidak diragukan lagi bahwa gibah berdasarkan
kesepakatan ulama hukumnya Haram.
Al-Qahthani menuturkan beberapa sebab kemunculan perbuatan
gibah :
1. Melampiaskan kebencian;
2. Dengki kepada seseorang;
.
3. Keinginan meninggikan status sendiri dan merendahkan orang
lain;
4. Bergaul dengan orang-orang yang tidak baik;
5. Bangga menjadi ahli maksiat dan menganggap remeh orang
lain.
Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati?, Tentu kamu merasa jijik.
7. Riya
Kata riya diambil dari kata dasar ar-ruyah, yang artinya
memancing perhatian orang lain agar dinilai sebagai orang baik. Riya
merupakan salah satu sifat tercela yang harus dibuang jauh-jauh dalam
jiwa kaum muslim, karena riya dapat menggugurkan amal ibadah.
Riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain. Maksudnya
beramal bukan karena Allah SWT., tetapi karena manusia. Riya ini erat
hubungannya dengan takabur.
Sifat riya dapat muncul dalam beberapa bentuk kegiatan,
diantaranya :
a. Riya dalam beribadat
Orang biasanya memperlihatkan kekhusyukannya apabila dia
berada di tengah-tengah jamaah atau karena ada orang yang
melihatnya.
b. Riya dalam berbagai kegiatan

14

Orang yang rajin dan tekun bekerja selama ada orang yang
melihat, Dia bekerja seolah-olah penuh semangat, padahal
dalam hati kecil tidak demikian.
c. Riya dalam berderma atau bersedekah
Apabila mendermakan hartanya kepada orang lain, orang riya
bermaksud bukan karena ingin menolong dengan ikhlas, tetapi
ia berderma supaya dikatakan sebagai dermawan dan pemurah.
Padahal orang yang bersedekah karena riya, tidak akan
mendapatkan pahala, dan amalnya sia-sia.
d. Riya dalam berpakaian
Orang riya biasanya memakai pakaian yang bagus, perhiasan
yang serba mahal dan beragam dengan harapan agar dia disebut
orang kaya, mampu dan pandai berusaha sehingga melebihi
orang lain.
c. Syariah
Dalam bahasa Arab, makna generik (etimologi) dari kata syariah, ialah :
jalan menuju aliran air, atau jalan yang mesti dilalui, aliran sungai. Pada
mulanya istilah Syariah menunjuk pengertian ad-din (agama) dalam makna
totalitasnya. Al-Quran menggunakan kata Syariah untuk menunjuk pengertian
jalan yang terang dan nyata untuk mengantarkan manusia kepada keselamatan
dan kesuksesan di dunia dan di akhirat.
Hubungan makna generik syariah sebagai jalan menuju aliran sungai dan
syariah Islam ialah, jika air sungai yang bersih dan bening akan memuaskan
dahaga dan kesehatan serta menumbuhkembangkan tubuh orang yang
meminum dan menggunakannya, maka syariah Islam juga akan memberi
kepuasan batin atas upaya manusia dalam mencari kebenaran, dan akan
menyelamatkan hidupnya di duniandan di akhirat dari kesesatan.
Syariat adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukun dan aturan, syariat Islam juga
berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian
penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna
seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.
Pembagian Syariat Islam
15

Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW. Untuk segenap


manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Ilmu Tauhid
Yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan
dasar-dasar keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus
benar-benar menjadi keimanan kita. Ilmu tauhid ini dinamakan juga
dengan Ilmu aqidah atau Ilmu kalam.
Didalam Ilmu Tauhid membahas lima hal, yaitu :
Iman kepada Allah SWT.
Iman kepada Allah SWT. Berarti meyakini dalam hati sifat-sifat
kesempurnaan Allah yang maha suci dari sifat-sifat kekurangan,
ditunjukkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan perbuatan.
Sifat-sifat Allah SWT. Dibagi menjadi tiga,yaitu : (a) Sifat wajib bagi
Allah SWT. (b) Sifat muhal bagi Allah SWT. (c) Sifat mustahil bagi Allah
SWT.
a. Sifat wajib bagi Allah SWT.
Sifat-sifat yang harus ada pada Allah SWT. ada 20, yaitu :
Wujud (ada)
Qidam (dahulu)
Baqa (kekal)
Mukhalafatu lilhawaditsi (berbeda dengan yang lainnya)
Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri)
Wahdaniyah (esa)
Qudrat (kuasa)
Iradat (berkehendak)
ilmu (mengetahui)
Hayat (hidup)
Sama (mendengar)
Bashar (melihat)
Kalam (mengetahui)
Qadiran (maha kuasa)
Muridan (maha berkehendak)
Aliman (maha mengetahui)
Hayyan (maha hidup)
Samian (maha mendengar)
Bashiran (maha melihat)
Mutakalliman (maha mengetahui)
b. Sifat muhal bagi Allah SWT. Ada 20, yaitu :
Adam (tiada)
Hudust (diperbarui)
Fana (rusak)
Mumatsalatu lilhawaditsi (sama dengan makhluk-Nya)

16

Ikhtiyajuhu lighairihi (butuh pada orang lain)


Taaddud (perbilangan)
Ajz (lemah)
Karahah (terpaksa)
Jahlun (bodoh)
Mautun (mati)
Syamam (tuli)
Umun (buta)
Bukmun (bisu)
Ajizan (maha lemah)
Karihan (maha terpaksa)
Jahilan (maha bodoh)
Mayyitan (maha mati)
Ashama (maha tuli)
Ama (maha buta)
Wa Abkama (maha bisu)

c. Sifat jaiz bagi Allah SWT. Ada 1,yaitu :


Sifat jaiz bagi Allah SWT. Adalah sifat yang boleh ada dan boleh pula
tidak ada pada Allah SWT. Allah SWT. Boleh melakukan sesuatu ataupun
tidak melakukan sesuatu. Segala sesuatu yang Allah SWT. Kehendaki
maka akan terjadi, sebaliknya jika Allah SWT. Tidak menghendaki maka
tidak mungkin akan terjadi sesuatu.
Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT. Para pembawa petunjuk ilahi,
mengetahui sifat-sifat wajib dan pasti ada pada mereka seperti jujur
dan amanah, mengetahui sifat mustahil yang ada pada mereka seperti

dusta dan
khianat, mengetahui mujizat dan bukti-bukti kerasulan mereka,
khususnya Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para
Nabi dan Rasul sebagai petunjuk bagi hamba-hamba-Nya sepanjang

sejarah manusia yang panjang.


Iman kepada malaikat-malaikat, tugas-tugas yang mereka laksanakan,
dan hubungan mereka dengan manusia di dunia dan akhirat.

17

Iman kepada hari akhir, apa saja yang dipersiapkan Allah SWT.
Sebagai balasan bagi bagi orang-orang mukmin (surga) maupun orang-

orang kafir (neraka).


Iman kepada takdir Allah yang maha bijaksana yang mengatur dengan

takdir-Nya semua yang ada di alam semesta ini.


mujizat dan bukti-bukti kerasulan Nabi Muhammad SAW.

2. Dalil-Dalil
Nabi Muhammad SAW. Bersabda :






Artinya : Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
(H.R. Al-Hakim dan dishahihkan oleh Iman Al-Bani).

Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 132, Allah SWT.berfirman :




Artinya :
Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, Demikian pula
Nabi Yakub Ibrahim, berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama
Islam Sebagai agamamu, sebab itu janganlah kamu Meninggalkan
melainkan dalam memeluk agama Islam. (Q.S.Al-Baqarah, 2:132).

Artinya :
Barang siapa mencari agama lain selain agama Islam, maka sekalikali tidaklah akan diterima [agama itu] dari padanya, dan dia di akhirat
Termasuk orang-orang yang rugi (Al-Imron :85).

Artinya :
Sesungguhnya kalu mereka beriman dan bertaqwa,[niscaya mereka
akan mendapat pahala], dan Sesungguhnya pahala dari sisi Allah SWT.
Adalah Lebih baik, kalau mereka mengetahui. (Al-Baqarah:102).

18

B. Fenomena
Fenomena saat ini adalah muslim banyak meninggalkan ajaran Islam yang
benar, mulai dari masalah yang cukup serius yaitu kehancuran pola pikir yang
awalnya didasarkan pada pijakan berfikir yang tidak benar, sampai masalah yang
dianggap ringan dan sepele dalam kehidupan rumah tangga. Dan intinya semua
adalah ketidakpahaman akan ajaran Islam yang benar.
Adanya kelompok yang melakukan distorsi,yakni kelompok radikalisme
agama, tektualisme agama, dan liberalisme agama. Radikalisme agama dalam
banyak kesempatan telah terbukti berdampak pada munculnya sikap ekstrimisme,
dimana sikap tersebut sangat berpotensi memunculkan tindakan terorisme.
Praktik-praktik kekerasan yang dilakukan segelintir orang telah dimanfaatkan oleh
pihak-pihak lain untuk memojokkan umat Islam secara umum. Padahal
hakikatnya,agama Islam sama sekali tidak ada kaitannya dengan gerakan radikal
apalagi terorisme.Tektualisme, kelempok ini terlalu rigid dan kaku memahami
teks ajaran agama sehingga menimbulkan sikap tidak toleran terhadap
pemahaman ajaran agama yang berbeda dari pemahaman kelompoknya.
Liberalisme, kelompok ini kelompok yang menuntut kebebasan tanpa batas dalam
memahami nash.
C. Analisa
ANALISIS TENTANG PENERAPAN SYARIAT ISLAM
Syariat islam adalah sesuatu jalan yang ditunjukan untuk menuju ke jalan
allah, dengan menegakkan syariat islam berarti kita telah memperjuangkan agama
islam, karena sudah banyak kita lihat sekarang berbagai macam penyelewengan
yang di lakukan terhadap islam itu sendiri.dengan contoh banyak terjadi
kemaksiatan, penyelewengan aqidah seperti mengakui dirinya sebagai nabi, dan
bahkan megindahkan sholat dan diganti dengan zikir. semua itu terjadi karena
manusia sudah lalai dan tidak mau lagi menigindahkan syariat islam dan melihat
kembali tentang aturan islam yang sesungguhnya. Terkadang mereka berhujjah
hanya menggunakan dalil-dalil yang daif yang tidak dapat membuktikan

19

kebenarannya dan bahkan hanya menduga-duga dengan mengunakan logika tanpa


ada pegangan yang qati.
Padahal syariat islam merupakan jalan untuk mencapai kebahagiaan di
sisi allah, dengan sifat kesyumulannya yang belaku universal yang mencakup
seluruh aspek, yang berlaku untuk seluruh bangsa pada setiap zaman. sesuai
dengan firman allah yang artinya: Sesungguhnya, dien yang benar di sisi Allah
hanyalah Islam. Adapun Dien Allah yang terakhir adalah Al Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW yang merupakan penyempurnaan Dien-Dien
sebelumnya oleh karenanya Dienul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW sebagai Nasikh (penghapus) atas segala Dien sebelumnya. Sedangkan
dienun-naas adalah Undang-Undang manusia. Sumber ajarannya adalah otak
manusia. Nilai-nilainya sangat tergantung pada subyektifitas manusia yang sangat
beragam. Dan yang pasti, ia bathil di sisi Allah. Jika diamalkan hanya akan
membawa bencana dunia di akhirat. Karenanya, tak ada pilihan bagi manusia
kecuali Dinul Islam bila ingin selamat dunia-akhirat.Dengan demikian, memeluk
dienul-Islam berarti siap taat, patuh, dan berhukum kepada Allah Taala. DienulIslam adalah manhajul hayah (sebuah sistem hidup). Manusia yang enggan
berhukum dengan hukum Allah, hanya akan menghantarkan hidupnya menjadi tak
bermakna; mengantarkannya pada derajat rendah bahkan lebih rendah dari
binatang

20

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akidah merupakan dasar bagi umat islam dalm menjalankan agamanya.
Jika akidah sudah dipegang teguh sebagai pedoman hidup kita semua, tentunya
dalam menjalankan kehidupan yang fana ini kita dapat lulus dari ujian-ujian yang
Allah swt berikan sebagai bukti kasih sayangnya. Senantiasa kita selalu
melakukan pekerjaan apapun berlandarkan kaidah-kaidah yang di tetapkan olehNya. Dan kita akan bisa menghindarkan diri kita dari perbuatan-perbuatan yang
tercela.
B. Saran
1. Perlu adanya pembanguna akidah yang kokoh bagi pemuda, dengan
pemberian pendidikan khusus keagamaan yang lebih terstruktur.
2. Adanya peran aktip pemerintah, pemangku agama, orang tua, dan juga kita
semua dalam menjaga akidah islam yang kita miliki.
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi

yang

ada

hubungannya

dengan

judul

makalah

ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Athoullah. Diktat Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf. Serang :
Fakultas Syariah IAIN Sunan Gunung Djati. 1985

21

Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak). Terj. Farid Maruf. Jakarta: Bulan
Bintang. 1975.
Kamal, Zainun. Pengantar dalam Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan
Akhlak. Terj. Helmi Hidayat. Bandung: Mizan. 1985.
Abu Al-Wafa al-Taftazani, Sufi dari zaman ke zaman, Bandung : Pustaka,
1985.
AnnimarieSchimmel, Dimensi Mistik dalam Islam, Jakarta : Pustaka
Firdaus, 1986.
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta : Bulan
Bintang, 1973.

22

You might also like