Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd.
Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si
Drs. Edi Kurniadi, M.Pd.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat dan nikmat
serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan modul ini sesuai dengan
rencana.
Modul ini dibuat sebagai bahan acuan dalam kegiatan workshop Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Tahun 2013.
Para praktisi pendidikan seperti guru dituntut untuk selalu berupaya meningkatkan
kemampuan profesionalnya melalui berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan yang dapat
mewujudkan hal tersebut secara sederhana dan lebih bersifat mandiri bagi mereka adalah
dengan melakukan PTK. Kegiatannya dapat dilakukan secara bersamaan dengan teman
sejawat ketika melakukan tugas pengajaran.
Penyusunan modul ini lebih ditekankan pada pertimbangan kepraktisan agar guru
mudah memahaminya dan sekaligus mempraktekkannya. Namun tentu dalam
penyajiannya masih memiliki kekurangan, sehingga kritik dan saran dari para guru
diperlukan untuk memperbaiki isi modul ini di masa yang akan datang.
Akhirnya, dengan harapan dan keyakinan penuh, semoga modul ini memberikan
manfaat pada kita semua, khususnya bagi peserta PLPG dalam upaya meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme kinerjanya.
Surakarta, 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A.
B.
C.
D.
Tujuan PTK............................................................................................................. 8
E.
F.
G.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
iii
B.
Media Pembelajaran.............................................................................................. 34
C.
B.
C.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan workshop
Setelah mengikuti workshop ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar dan hakekat PTK.
2. Mengidentifikasi karakteristik PTK.
3. Mengidentifikasi akar masalah.
4. Mencari alternatif tindakan untuk mengatasi masalah pembelajaran seni
dan budaya.
5. Menjabarkan teori, konsep, atau hasil-hasil penelitian yang berhubungan
dengan variabel-variabel penelitian PTK pembelajaran seni dan budaya
yang dipermasalahkan.
6. Menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian secara sistematis
dalam rangka menjawab tujuan penelitian.
7. Menyusun proposal penelitian PTK pembelajaran seni dan budaya secara
sistematik.
B. Pengertian PTK
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu
upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas atau mutu
hasil pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah
penelitian tindakan (action research) (Sanjaya. 2010). Oleh karena itu, untuk
memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan terlebih
dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan berbagai negara di
Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial
dan humaniora (Basrowi & Suwandi. 2010). Orang-orang yang bergerak di bidang
itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau perlakuan di
materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya: urutan dalam penyajian
materi, pengorganisasian materi, integrasi materi.
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar
dengan menggunakan sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan
tentang sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain:
pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
sumber belajar.
5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif,
psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil
pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain
dalam proses pembelajaran seperti: metode, media, guru, atau perilaku belajar
siswa itu sendiri.
6.
guru
untuk
artinya
permasalahan
tidak
dibatasi
pada
masalah
pembelajaran di kelas tetapi dapat diperluas diluar kelas (di laboratorium dan
perpustakaan)
D. Tujuan PTK
Tujuan PTK bukan untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat
diberlakukan secara meluas, tetapi untuk memperbaiki praksis secara langsung, di
sini, dan sekarang (Raka Joni dalam Yunus, 2010). Penelitian tindakan merupakan
salah satu cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan dan atau
memperbaiki layanan pendidikan bagi pendidik dalam konteks pembelajaran di
kelas. Nc Niff (dalam Yunus. 2010) menegaskan bahwa dasar utama bagi
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan terkait dengan
proses pembelajaran. Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk
perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses
belajar mengajar, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai
dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai
persoalan pembelajaran.
Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada
tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian
dicobakan dan kemudian dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh
pendidik.
Jika
perbaikan
dan
peningkatan
layanan
profesional
tenaga
2. Problem solving
Pengembangan pembelajaran dalam PTK berorientasi pada pemecahan
masalah pembelajaran (problem solving) yang menggunakan siklus-siklus
berspiral dari identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah yang
layak untuk ditindaki. Selanjutnya dapat dirumuskan suatu hipotesis tindakan
yang diikuti dengan perencanaan dan pelaksanaan tindakan tersebut. Pada
waktu pelaksanaan tindakan, dilakukan pula pengumpulan data, analisis,
evaluasi dan refleksi.
3. Kolaboratif
Dalam kegiatan penelitian ini, guru bekerja sama dengan guru bidang studi
serumpun atau guru lain. Keduanya secara bersama-sama merencanakan dan
melaksanakan penelitian untuk memperbaiki pembelajaran yang diampu.
4. Reflektif
Proses refleksi dimulai dari refleksi awal yang bertujuan untuk menyadari
adanya permasalahan pembelajaran, dan menganalisis berbagai kemungkinan
penyebabnya. Selanjutnya, dalam proses pelaksanaan tindakan juga senantiasa
diperlukan upaya melakukan refleksi atas perubahan hasil tindakan. Kemudian
dalam proses PTK perlu adanya sikap refleksi yang berkelanjutan. Artinya,
pendekatannya lebih menekankan pada hasil refleksi terhadap proses dan hasil
pembelajaran secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran
dan
justifikasi
tentang
kemajuan,
kekurangan,
hambatan,
suatu
tindakan
menjadi
bahan
pertimbangan
untuk
10
Jika pendidik merasa bahwa apa yang dia praktekkan sehari-hari di kelas tidak
bermasalah, PTK tidak diperlukan melihat sendiri apa yang telah dilakukannya
selama mengajar di kelas. Bisa juga guru telah berbuat kekeliruan selama
bertahun-tahun dalam proses belajar mengajar namun tidak diketahui. Oleh sebab
itu mereka meminta bantuan orang lain untuk melihat apa yang selama ini
dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelasnya.
Dalam konteks seperti itu seorang guru dan guru lain/kepala sekolah dapat
bersama berdiskusi untuk mencari dan merumuskan persoalan di kelas. Dengan
demikian guru beserta temannya dapat melakukan penelitian tindakan kelas secara
kolaboratif. Dari sini akan muncul kesadaran terhadap kemungkinan adanya
banyak masalah yang diperbuat selama melaksanakan proses belajar mengajar.
Jika seorang guru bersedia melakukan PTK secara kolaboratif dengan guru lain,
banyak manfaat dalam meningkatkan kariernya. Karya tulis ilmiah semakin
diperlukan oleh guru di masa depan. Penelitian tindakan kelas secara kolaboratif
akan mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis
sambil mengajar para pakar yang lebih berbobot.
Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu
sendiri. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya
tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di
kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian juga dapat dilakukan di dalam
kelas, yang kemudian sering disebut dengan "Penelitian Kelas". Misalnya
penelitian mengenai tingkat seringnya siswa dalam membolos, sering berkelahi
dan sebagainya, jika penelitian ini dilakukan tanpa disertai tindakan-tindakan
tertentu, maka jenis penelitian yang dicontohkan hanya sekedar ingin tahu, tidak
ingin memperbaiki keadaan melalui tindakan-tindakan tertentu.
Sebaliknya jika dengan penelitian ini, guru mencoba berbagai tindakan
mencegah terjadinya siswa membolos, sehingga proses belajar mengajar berjalan
dengan baik dan efektif, baru penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
tindakan kelas. Tindakan untuk mencegah tingginya siswa membolos mungkin
dapat berbentuk diciptakannya sistem presensi yang dilakukan oleh siswa sendiri
mungkin dapat berbentuk pengalihan pengawasan secara kelompok oleh siswa
11
sendiri. Mungkin dapat diciptakan sistem ulangan harian pada hari-hari di mana
siswa yang biasa melakukan tindakan membolos, dan sebagainya.
Adanya PTK, kasus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan
dan peningkatan secara positif. Bila dengan tindakan justru membawa kelemahan
penurunan atau perubahan negatif berarti hal tersebut menyalahi prinsip PTK.
Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat berbentuk kualitatif/kuantitatif.
Penelitian PTK tidak untuk digeneralisasikan sebab hanya dilakukan di kelas
tertentu dan waktu tertentu. Di samping karakteristik tersebut ada prinsip PTK
yang perlu diperhatikan. Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok,
yaitu:1) inkuiri reflektif, 2) kolaboratif, dan 3) reflektif. Ketiga ciri-ciri tersebut
dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Inkuiri reflektif.
Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang
sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan
pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). Masalah yang menjadi
fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak
terlalu
merisaukan
tentang
kerepresentatifan
sampel
dalam
rangka
pada
obyektif
sehingga
memungkinkan
terselenggaranya
peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Proses dan temuan penelitian
tindakan kelas didokumentasikan secara rinci dan cermat. Proses dan temuan
dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematik dan mendalam
(McNiff.1992: 9). Penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai suatu
inkuiri reflektif (sel-reflective-inquiry).
2. Kolaboratif.
12
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri
oleh guru, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain atau pakar lain.
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk
mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basabasi, tetapi harus tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan,
pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut (perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi-evaluasi, dan refleksi), sampai menyusun laporan hasil
penelitian.
3. Reflektif.
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang
berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering
mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih
menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara
terus menerus untuk mendapatkan, penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan,
peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan
sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan
pada siklus kegiatan lainnya. (Yunus. 2010. http://m-yunus.com-ptk.html)
F. Penyusunan proposal PTK
Proposal PTK disusun dengan sistematika sebagai berikut.
1. Judul Penelitian
Judul penelitian hendaknya mencakup tiga unsur yaitu penyakit,
obat dan pasien, atau menggambarkan masalah yang akan diteliti
(penyakit, variabel terikat atau Y), tindakan untuk mengatasi masalah
(obat, variabel bebas atau X), dan spesifik (pasien yang menyatakan
subyek yang diteliti, tempat dan waktu penelitian). Adapun pola judul
dapat disusun seperti contoh berikut di bawah ini.
a. Penerapan X untuk meningkatkan Y pada siswa
b. Upaya X untuk meningkatkan Y pada siswa
c. Optimalisasi X untuk meningkatkan Y pada siswa
d. Peningkatan Y melalui penerapan X pada siswa
e. Upaya peningkatan Y dengan menerapan X pada siswa
13
f. Dan seterusnya.
Contoh riilnya sebagai berikut.
a. Penerapan (X) Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik untuk
Meningkatkan (Y) Kreativitas Menggambar Motif Batik Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 5 Surakarta pada semester ganjil Tahun Ajaran
2010/2011.
b. Peningkatan
(Y)
Kemampuan
Menggambar
Ilustrasi
melalui
Penerapan (X) Metode Mencontoh Gambar dan Foto pada Siswa Kelas
XI Seni Murni SMK Negeri 9 Surakarta semester ganjil Tahun Ajaran
2009/2010.
c. Upaya peningkatan (Y) Apresiasi Seni Batik melalui Pembelajaran
Menggunakan (X) Media Audio Visual Gabungan Slide Suara dan
Film Dokumenter pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta
semester genap Tahun Ajaran 2010/2011.
2.
3. Rumusan masalah
Rumusan masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya (?)
dan relevan dengan judul PTK dengan disertai definisi operasional.
Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep yang
bertalian dengan rumusan masalah (terutama variabel X dan variabel Y).
Adapun pola rumusan masalah dapat disusun seperti berikut.
14
Metode
mencontoh
ini
memiliki
kelebihan
dalam
15
penelitian
untuk
mengidentifikasi
penerapan
metode
penelitian
untuk
mengidentifikasi
penggunaan
media
menentukan
ketercapaian
tujuan
penelitian,
perlu
16
guru,
penerapan
pendekatan
konstruktivistik
dapat
konstruktivistik
mampu
meningkatkan
kreativitas
17
Tahapan PTK
Penyusunan desain
operasional
2
Pembuatan perangkat
pembelajaran
3
Pelaksanaan tindakan
4
Analisis data
5
Pembuatan draf laporan
6
Seminar
7
Pembuatan laporan akhir
9. Rincian Biaya Penelitian
1 2
X
Minggu ke
4 5 6 7
X X
X X X X X X
X X
X
X
X
10
18
Riwayat
Hidup
Ketua
dan
Anggota
Peneliti
dengan
Metode PTK
PTK merupakan penelitian yang melakukan penerapan aksi atau
tindakan terkendali yang bersifat daur ulang yang dilakukan dalam bentuk
siklus untuk mengatasi secara langsung masalah-masalah nyata dan spesifik
yang muncul dalam pembelajaran. Model penelitian tindakan kelas secara garis
besar terdapat empat tahapan yang dilalui (Arikunto, 2006), yaitu: (1)
perencanaan (planning) dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
19
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi (Kesimpulan)
SIKLUS III
Pelaksanaan
Pengamatan
(enquiring),
dan
pengujian
(examining).
Pengalaman
20
tidak
menggunakan
lembar
observasi
melainkan
hanya
21
tugas dan latihan yang diberikan. Sehingga dapat diukur tingkat kemampuan
peserta didik.
Validitas dalam penelitian menunjukkan ketepatan pengumpulan data,
benar-benar data yang ingin diperoleh peneliti. Validitas pengumpulan data
mengandung
unsur
keterpercayaan
dan
keterpahaman.
Dalam
PTK
umpamanya: uji validitas data menggunakan triangulasi sumber data dari data
tentang
kesulitan-kesulitan
yang
dialami
oleh
peserta
didik
dalam
22
BAB II
No
1
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa
Mengekspresi
kan diri
melalui karya
seni rupa
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi jenis karya seni
rupa terapan daerah setempat
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik karya seni rupa terapan
daerah setempat
Menggambar bentuk dengan
objek karya seni rupa terapan tiga
dimensi dari daerah setempat
Merancang karya seni kriya
dengan memanfaatkan teknik dan
corak daerah setempat
Membuat karya seni kriya dengan
memanfaatkan teknik dan corak
daerah setempat
Ranah
Kognitif
Sifat
Afektif
Praktik,
media
Media
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
media
No
1
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi jenis karya seni
rupa terapan daerah setempat
Menunjukkan sikap apresiatif
Ranah
Kognitif
Afektif
Sifat
Praktik,
media
Media
23
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif,
Psikomotor
Afektif
Kognitif,
Psikomotor
Kognitif,
Psikomotor,
Afektif
Praktik,
media
Praktik,
media
Praktik,
media
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa
Mengekspresik
an diri melalui
karya seni rupa
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi jenis karya seni
rupa terapan Nusantara
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
terapan Nusantara
Merancang karya seni kriya tekstil
dengan teknik dan corak seni
rupa terapan Nusantara
Membuat karya seni kriya tekstil
dengan teknik dan corak seni
rupa terapan Nusantara
Mengekspresikan diri melalui
karya seni lukis/gambar
Ranah
Sifat
Kognitif
Media
Afektif
Media
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
media
No
1
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi jenis karya seni
rupa terapan Nusantara
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik karya seni rupa terapan
Nusantara
Ranah
Sifat
Kognitif
Media
Afektif
Media
24
Mengekspresik
an diri melalui
karya seni rupa
Psikomotor
Praktik,
media
Psikomotor
Praktik,
media
Praktik,
media
Kognitif,
Psikomotor,
Afektif
Kognitif,
Psikomotor,
Afektif
Praktik,
media
No
1
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa
Kompetensi Dasar
Ranah
Sifat
Kognitif
Media
Afektif
Media
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
media
Psikomotor
Praktik,
media
No
1
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa
Kompetensi Dasar
Ranah
Sifat
Kognitif
Media
Afektif
Media
Psikomotor
Praktik,
25
diri melalui
karya seni rupa
media
Kognitif,
Psikomotor,
Afektif
Kognitif,
Psikomotor,
Afektif
Praktik,
media
Praktik,
media
No
1
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi keunikan
gagasan dan teknik dalam
karya seni rupa terapan daerah
setempat
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
terapan daerah setempat
Mengekspresikan Merancang karya seni rupa
diri melalui
terapan dengan memanfaatkan
karya seni rupa
teknik dan corak daerah
setempat
Membuat karya seni rupa
terapan dengan memanfaatkan
teknik dan corak daerah
setempat
Ranah
Sifat
Kognitif
Media
Afektif
Media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
media
No
1
Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa
Kompetensi Dasar
Ranah
Mengidentifikasi keunikan
Kognitif
gagasan dan teknik dalam
karya seni rupa terapan di
wilayah Nusantara
Menampilkan sikap apresiatif
Afektif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
Sifat
Praktik,
media
Praktik,
media
26
I.
No
1
Kognitif
Praktik,
Psikomotorik media
Kognitif
Praktik,
Psikomotorik media
Afektif,
Kognitif,
Psikomotorik
Kognitif
Psikomotorik
Praktik,
media
Praktik,
media
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi keunikan
gagasan dan teknik dalam karya
seni kriya di wilayah Nusantara
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara
Mengekspresikan Merancang karya seni kriya
diri melalui
dengan memanfaatkan teknik
karya seni kriya
dan corak di wilayah Nusantara
Membuat karya seni kriya
dengan memanfaatkan teknik
dan corak di wilayah Nusantara
Menyiapkan karya seni kriya
buatan sendiri untuk pameran di
kelas atau di sekolah
Menata karya seni kriya buatan
sendiri dalam bentuk pameran
di kelas atau di sekolah
Mengidentifikasi gagasan,
Seni Rupa
teknik, dan bahan dalam karya
(IPA)
Mengapresiasi
seni rupa terapan Nusantara
Ranah
Sifat
Kognitif
Media
Afektif
Media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
media
Afektif,
Kognitif,
Psikomotor
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif
Media
Praktik,
media
27
Afektif
Media
Membuat karya
seni rupa
Menggambar teknik/mistar
Kognitif
Psikomotor
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
media
Praktik,
media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
media
J.
No
1
Standar
Kompetensi
Seni Rupa (IPS
dan Bahasa)
Mengapresiasi
karya seni kriya
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi keunikan
gagasan dan teknik dalam karya
seni kriya Mancanegara
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni kriya
Mancanegara
Mengekspresikan Merancang karya seni kriya
diri melalui
dengan memanfaatkan teknik
karya seni kriya
dan corak di Mancanegara
Membuat karya seni kriya
dengan memanfaatkan teknik
dan corak di Mancanegara
Menyiapkan karya seni kriya
buatan sendiri untuk pameran di
kelas atau di sekolah
Menata karya seni kriya buatan
sendiri dalam bentuk pameran
di kelas atau di sekolah
Mengidentifikasi gagasan,
Seni Rupa
teknik, dan bahan dalam karya
(IPA)
Mengapresiasi
seni rupa terapan Mancanegara
karya seni rupa
Menampilkan sikap apresiatif
atas keunikan gagasan dan
Ranah
Sifat
Kognitif
Media
Afektif
Media
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
media
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
media
Afektif,
Kognitif,
Psikomotor
Kognitif
Praktik,
media
Afektif
Media
Media
28
Membuat karya
seni rupa
Kognitif
Psikomotor
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
Praktik,
Media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
No
1
Standar
Kompetensi
Seni Rupa (IPS,
Bahasa)
Mengapresiasi
karya seni rupa
Kompetensi Dasar
Ranah
Sifat
Kognitif
Media
Kognitif
Media
Afektif
Media
Psikomotorik Praktik,
Media
Psikomotorik Praktik,
Media
Kognitif
Praktik,
Media
Kognitif
Praktik,
Media
Afektif
Praktik,
Media
29
Membuat karya
seni rupa
Kognitif
Psikomotor
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
Praktik,
Media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
No
1
Standar
Kompetensi
Seni Rupa (IPS,
Bahasa)
Mengapresiasi
karya seni rupa
Kompetensi Dasar
Ranah
Sifat
Kognitif
Media
Kognitif
Media
Afektif
Media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
Kognitif
Media
Kognitif
Media
30
di Indonesia
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
modern/kontemporer Indonesia
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat
Mengekspresikan Menggambar teknik/ perspektif
diri melalui
lanjutan
karya seni rupa
Membuat karya seni rupa murni
dan terapan yang dikembangkan
dari beragam corak dan teknik
seni rupa
Menyiapkan karya seni rupa
yang telah diciptakan untuk
pameran di sekolah atau luar
sekolah
Menata karya seni rupa yang
diciptakan dalam bentuk
pameran sekolah atau luar
sekolah
Afektif
Media
Kognitif
Psikomotor
Kognitif
Psikomotor
Praktik,
Media
Praktik,
Media
Kognitif,
Afektif,
Psikomotor
Praktik,
Media
Kognitif,
Psikomotor
Praktik,
Media
Keterangan:
Seni rupa terapan: Seni rupa yang memiliki fungsi praktis, meliputi disain dan
seni kriya.
31
BAB III
pembelajaran,
tetapi
juga
dengan
permasalahan
yang
32
33
membuat
penyelidikan,
hipotesis,
mengumpulkan
merancang
data,
percobaan,
melakukan
menginterpretasikan
data,
Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak
atau kutub) atau suatu alat. Media dalam bahasa Latin berarti antara yang
menunjukkan pada segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber
dan penerima pesan. Media menurut Smaldino, dkk (dalam Sri Anitah, 2009)
adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi. Dikatakan media
34
pembelajaran bila segala sesuatu tersebut membawa pesan untuk suatu tujuan
pembelajaran.
Dalam perkembangannya disebutkan oleh Abuyahusaini (2008) bahwa
media pembelajaran selalu mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi
yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan
yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian teknologi audio-visual
yang menggabungkan penemuan mekanik dan elektronik untuk tujuan
pembelajaran.
Teknologi
yang
muncul
terakhir
adalah
teknologi
perkembangan
teknologi
tersebut,
media
pembelajaran
cetak
adalah
cara
untuk
menghasilkan
atau
sangat
tergantung
kepada
prinsip-prinsip
pembahasan.
e. Berorientasi atau berpusat pada siswa.
Pendekatan yang berorientasi pada siswa adalah pendekatan dalam
belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan kebutuhan siswa secara
individual. Sedang lembaga pendidikan dan para pengajar berfungsi
dan berperan sebagai penunjang saja. Sistem pendekatan yang
berorientasi pada siswa ini didesain sedemikian rupa. Sehingga siswa
dapat belajar dengan sistem yang luwes yang diarahkan agar siswa
dapat membentuk gaya belajarnya masing-masing. Dalam hal ini guru
dan lembaga berperan sebagai penunjang, fasilitator dan semangat
pada siswa yang sedang belajar.
35
audi-visual
cara
menyampaikan
materi
dengan
Dalam
sistem
ini
guru
mengkomunikasikan
36
ilmu
kognitif
dan
konstruktifisme
ditetapkan
dalam
37
Jenis media
pembelajaran
Visual yang
tidak
diproyeksikan:
Gambar mati
atau gambar
diam (still
picture)
Kelebihan
Kekurangan
- Kadang-kadang terlampau
kecil untuk ditunjukkan di
kelas yang besar
- Gambar mati adalah gambar
dua dimensi, untuk
menunjukan kedalaman
benda harus digunakan satu
seri gambar dari objek yang
sama tetapi dari sisi yang
berbeda
- Tidak dapat menunjukkan
gerak
- Pembelajar tidak selalu
mengetahui bagaimana
meninterpretasi gambar.
c. Filmstrip
projector
d. Opaque
projector
- Pembuatan bahan
membutuhkan biaya lebih
mahal dibandingkan bahan
untuk OHP
- Gambar yang bersifat
individual mudah hilang
- Kesalahan menempatkan
gambar menyebabkan
gambar terbalik pada layar
- Tidak dapat menunjukkan
kedalaman benda
- Slide yang dibuat dari kaca
mudah pecah
- Membutuhkan keterangan
yang banyak dari guru
- Sukar menunjukkan
hubungan karena gambargambar yang lepas-lepas
sehingga dapat merosot
menjadi pertunjukkan
gambar.
- Lebih padat karena filstrip
- Proyektor filmstrip sukar
dapat memuat beberapa
diperoleh
puluh gambar
- Sukar menunjukkan
- Mudah menyimpan karena
beberapa buah gambar saja,
cukup digulungkan dalam
sebab gambar merupakan
sebuah silinder
suatu rangkaian
- Mudah dipersiapkan baik
- Sukar untuk mengganti bila
perangkat lunak maupun
ada gambar yang rusak atau
perangkat kerasnya
tidak sesuai dengan
perkembangan ilmu
- Dapat menampilkan beberapa
jenis tema, baik untuk anak- Memerlukan ruang yang
anak maupun perguruan
gelap untuk dapat
tinggi
menunjukkan gambar yang
jelas, akibatnya pebelajar
- Memungkinkan terjadi
tidak dapat mencatat
diskusi yang cukup lama
- Film biasanya tidak
- Film dengan bentuk selajur
dibungkus maka sebagian
tidak memungkinkan
gambar dapat tergores atau
tercecer, keliru urutan atau
rusak
terbalik seperti pada slide
- Berbagai materi pelajaran
- Tidak dapat menunjukkan
dapat ditunjukkan secara
gambar yang terang karena
langsung diambil dari buku,
materi yang dipertunjukkan
koran, majalah, peta
tidak tembus cahaya,
dansebagainya
kecuali diperketat dan
ruangan gelap
- Perangkat lunak tidak
membutuhkan biaya banyak
- Materi yang diproyeksikan
dapat rusak bila terlalu lama
- Dapat dipakai berulang-ulang
39
Audio
Audio-visual
diproyeksikan karena
pemantulan cermin lampu
yang cukup besar
Pesawat kurang aman bila
tersentuh karena panas
Membutuhkan ruang yang
betul-betul gelap, maka
kurang cocok untuk
pembelajaran (siswa tak
dapat mencatat)
Melalui media audio kaset
dapat mendengarkan urutan
penyajian yang tetap bahkan
bila diputar kembali akan
terdengar hal-hal yang
sama. Hal ini kadangkadang membosankan
Tanpa ada penyaji yang
tertatap muka langsung
dengan pebelajar, beberapa
diantara pebelajar kurang
memperhatikan penyajian
itu
Pengembangan program
audio yang baik akan
banyak menyita waktu
Penentuan cara
penyampaian informasi
dapat menimbulkan
kesulitan bila pendengar
memiliki latar belakang
serta kemampuan
mendengar yang berbeda
Tidak dapat diperoleh
balikan secara langsung
karena hanya ada satu jalur
penyampaian informasi
40
Multimedia
- Memerlukan kemampuan
khusus bagi penyaji dalam
merancang media yang
digunakan
- Pengembangan program
multimedia yang baik akan
banyak menyita waktu
- Penentuan cara
penyampaian informasi
dapat menimbulkan
kesulitan bila pendengar
memiliki latar belakang
serta kemampuan yang
berbeda
-
Jenis
Evaluasi
Tes
Kelebihan
Tes buatan guru penyusunannya
butir-butir tes didasarkan pada
tujuan (khusus) dan deskripsi
bahan yang telah diajarkan
Kekurangan
Alat tes yang disusun guru
hanya tepat diterapkan pada
kelasnya sendiri dan tidak
pada kelas atau bahkan
sekolah lain yang diajarkan
oleh guru yang berbeda.
Tes buatan guru tidak diuji
cobakan dulu karena berbagi
hal, baik berkaitan dengan
masalah waktu, kesempatan,
tenaga, biaya dan juga
kemampuan guru itu sendiri
untuk menganalisisnya
41
Sikap
Proyek
Produk
42
Portofolio
Kinerja/proses
Diri
lama
Perlu review dan
pembaharuan secara periodik
terhadap hasil karya siswa
yang terdapat dalam
portofolio
43
BAB IV
WORKSHOP PTK
A. Alur penemuan masalah penelitian dan penulisan proposal PTK
Untuk menemukan masalah penelitian tindakan kelas, salah satu strategi
dapat dilakukan penelusuran seperti alur dalam matrik berikut ini.
Aspek
Kondisi nyata
penelusuran
Kajian
Misalnya kita akan menelusuri masalah penelitian dalam pembelajaran
yang bersumber pada standar kompetensi dan kompetensi dasar berikut.
SK: mengekspresikan diri melalui karya senirupa
KD: gambar bentuk dengan obyek karya senirupa terapan tiga dimensi dari
daerah setempat
Masalah
Guru merasakan adanya masalah, misalnya:
Kualitas proses pembelajaran rendah dalam pembelajaran kompetensi
dasar gambar bentuk dengan obyek karya senirupa terapan tiga dimensi
dari daerah setempat (gambar bentuk) (pada siswa Kelas VII semester I
SMPN 5 Surakarta tahun 2011)
Indikator
Ditelusuri sebanyak mungkin indicator yang menunjukan mutu proses
masalah
pembelajaran gambar bentuk tersebut rendah, misalnya:
a. Sebagian besar siswa tidak mempersiapkan peralatan belajar seperti
kertas gambar, pensil 2B, dan sebagainya
b. Perhatian sebagian besar siswa terhadap pelajaran rendah
c. Siswa kurang merespon/ memperhatikan penjelasan guru
d. Sebagian besar siswa tidak menjawab pertanyaan guru
e. Konsentrasi siswa terhadap pembelajaran rendah
f. Dan lain-lain
Akar
Menemukan sebanyak mungkin akar masalah yang menyebabkan
masalah
terjadinya masalah di atas kompetensi gambar bentuk siswa rendah,
misalnya ditemukan aspek seperti berikut.
a. Guru tidak menggunakan media belajar yang menarik dalam
pembelajaran
b. Guru kurang menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, ia
hanya cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran
c. Guru kurang mampu mengelola kelas
d. Guru kurang menguasai materi ajar gambar bentuk objek karya
senirupa tiga dimensi
e. Lingkungan masyarakat di sekitar sekolah ramai sehingga kurang
mendukung proses pembelajaran di kelas
f. Dan lain-lain.
Solusi
Berdasarkan akar masalah yang ditemukan, selanjutnya baik secara teoritis
pemecahan
(berdasarkan BAB III di atas), maupun secara empiris yang dihadapi oleh
masalah
guru, maka dapat ditemukan alternative solusi pemecahannya. Solusi
pemecahan masalah dapat ditempuh dengan perbaikan metode
44
mutu
proses
pembelajaran
gambar
bentuk
melalui
45
telah dipilih, solusi atau alternatif pemecahan masalah, dan alasan solusi
pemecahan masalah tersebut. Aspek-aspek tersebut misalnya sebagai berikut:
a. Bukti bahwa sebagian besar siswa tidak mempersiapkan peralatan belajar
b. Bukti bahwa perhatian sebagian besar siswa terhadap pelajaran rendah
c. Bukti bahwa siswa kurang merespon penjelasan guru
d. Bukti bahwa tidak ada yang siswa menjawab pertayaan guru
e. Bukti bahwa guru belum menggunakan media belajar yang mampu
menarik belajar siswa
f. Bukti bahwa dalam pembelajaran, guru hanya menggunakan metode
ceramah
g. Uraian tentang pembelajaran dengan media visual
h. Uraian teoritis bahwa pembelajaran dengan media visual mampu
meningkatkan proses pembelajaran gambar bentuk
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul yang telah ditetapkan di atas, maka dapat disusun alternatif
rumusan masalah PTK dalam kalimat tanya seperti berikut:
a. Apakah penggunaan media pembelajaran visual mampu meningkatkan
mutu proses pembelajaran gambar bentuk pada siswa kelas VII semester I
SMPN 5 Surakarta tahun 2011?
b. Bagaimana penerapan media pembelajaran visual mampu meningkatkan
mutu proses pembelajaran gambar bentuk pada siswa kelas VII semester I
SMPN 5 Surakarta tahun 2011?
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dapat diambilkan dari masalah penelitian, dan untuk
menentukan ketercapaian tujuan perlu dirumuskan indikator keberhasilan yang
disusun secara realistik dan dapat diukur. Contoh tujuan penelitian:
a. Mengidentifikasi dan merumuskan media pembelajaran visual gambar
bentuk mampu meningkatkan mutu proses pembelajaran pada siswa kelas
VII semester I SMPN 5 Surakarta tahun 2011?
b. Meningkatkan mutu proses pembelajaran gambar bentuk siswa kelas VII
semester I SMPN 5 Surakarta tahun 2011.
Contoh indikator keberhasilan tindakannya sebagai berikut:
46
Kriteria
Cara Mengukur
90%
80%
50%
47
Tahapan PTK
Persiapan pembelajaran seperti RPP,
materi ajar, metode ajar, media, evaluasi,
dll.
1 2
X
Minggu ke
5 6 7
48
10
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Perencanaan ulang
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Penyusunan laporan
X
X X X
X X X
X X X
X
X X X X
X X X X
X
X
1.
2.
3.
4.
Masalah
(proses, output, outcome)
Proses pembelajaran gambar bentuk siswa rendah (pada siswa kelas VII semester I
SMPN 5 Surakarta tahun 2011)
Daya apresiasi siswa terhadap jenis karya senirupa terapan daerah setempat rendah
(pada siswa kelas VII semester I SMPN 5 Surakarta tahun 2011)
Kemampuan merancang karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak senirupa
terapan nusantara siswa rendah (pada siswa kelas VIII semester I SMPN 5 Surakarta
tahun 2011)
Kemampuan melukis (mengekspresikan diri) yang dikembangkan dari unsure
senirupa nusantara rendah (pada siswa kelas IX semester I SMPN 5 Surakarta tahun
2011)
Contoh masalah pembelajaran di SMA
Masalah
(proses, output, outcome)
1. Kemampuan mengapresiasi karya seni batik tradisi (keunikan gagasan dan teknik
dalam karya senirupa terapan daerah setempat) rendah (pada siswa kelas X semester
I SMAN 2 Surakarta tahun 2011)
2. Kemampuan merancang motif batik (karya seni kriya) dengan memanfaatkan teknik
dan corak di wilayah nusantara siswa rendah (pada siswa kelas XI IPS semester II
SMAN 2 Surakarta tahun 2011)
3. Kemampuan menggambar proyeksi benda geometris siswa rendah (pada siswa kelas
XI IPA semester II SMAN 2 Surakarta tahun 2011)
49
4. Kemampuan menjelaskan keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni lukis
(karya senirupa) modern siswa rendah (pada siswa kelas XII IPS semester I SMAN 2
Surakarta tahun 2011)
5. Kemampuan mengidentifikasi gagasan, teknik, dan bahan dalam karya seni lukis
modern siswa rendah (pada siswa kelas XII IPA semester I SMAN 2 Surakarta tahun
2011)
Contoh masalah pembelajaran di SMK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Masalah
(proses, output, outcome)
Pemahaman konsep senirupa dan pemahaman pentingnya senirupa dalam
kehidupannya siswa rendah (masalah proses pada siswa jurusan seni murni SMKN 9
Surakarta tahun 2011)
Sikap apresiatif siswa terhadap senirupa rendah (masalah output pada siswa jurusan
seni murni SMKN 9 Surakarta tahun 2011)
Kemampuan membuat gambar rancangan produk kriya logam dari sisi depan,
samping, dan atas (proyeksi) siswa rendah (pada siswa jurusan kriya logam SMKN 9
Surakarta tahun 2011)
Kemampuan membuat komponen kriya dari kayu balok dan kayu papan siswa
rendah (pada siswa jurusan kriya kayu SMKN 9 Surakarta tahun 2011)
Mengoperasikan software pengolahan gambar vector (digital illustration) siswa
rendah (pada siswa jurusan multimedia SMKN 9 Surakarta tahun2011)
Membentuk dengan teknik putar pilin (pada siswa jurusan keramik SMKN 9
Surakarta tahun 2011)
Uraian
Judul
4
5
6
Latar Belakang
Masalah
Rumusan
Masalah
Tujuan
Manfaat
Tinjauan Pustaka
Metode
Kriteria
Memuat masalah, tindakan, setting dan subyek
penelitian
Menjelaskan akar masalah, indikator masalah dan
argumentasi pemecahan masalah
Dirumuskan dalam kalimat tanya menunjukkan
adanya variabel bebas dan terikat
Menjawab permasalahan
Bisa memberikan masukan pada pihak-pihak terkait
Bisa mendiskripsikan teori, konsep atau hasil-hasil
penelitian yang berkaitan dengan variabel-variabel
penelitian yang dipermasalahkan
a. Menguraikan metode yang digunakan dalam
penelitian secara sistematis dalam rangka
Skor
10
10
5
5
5
15
20
50
Penggunaan
Bahasa
Daftar Pustaka
10
51
DAFTAR PUSTAKA
52