You are on page 1of 56

MODUL

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU


(PLPG)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


SENI BUDAYA

Oleh :
Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd.
Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si
Drs. Edi Kurniadi, M.Pd.

PANITIA SERTIFIKASI GURU


RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat dan nikmat
serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan modul ini sesuai dengan
rencana.
Modul ini dibuat sebagai bahan acuan dalam kegiatan workshop Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Tahun 2013.
Para praktisi pendidikan seperti guru dituntut untuk selalu berupaya meningkatkan
kemampuan profesionalnya melalui berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan yang dapat
mewujudkan hal tersebut secara sederhana dan lebih bersifat mandiri bagi mereka adalah
dengan melakukan PTK. Kegiatannya dapat dilakukan secara bersamaan dengan teman
sejawat ketika melakukan tugas pengajaran.
Penyusunan modul ini lebih ditekankan pada pertimbangan kepraktisan agar guru
mudah memahaminya dan sekaligus mempraktekkannya. Namun tentu dalam
penyajiannya masih memiliki kekurangan, sehingga kritik dan saran dari para guru
diperlukan untuk memperbaiki isi modul ini di masa yang akan datang.
Akhirnya, dengan harapan dan keyakinan penuh, semoga modul ini memberikan
manfaat pada kita semua, khususnya bagi peserta PLPG dalam upaya meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme kinerjanya.

Surakarta, 2013

Penulis

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A.

Tujuan workshop .................................................................................................... 1

B.

Pengertian PTK ....................................................................................................... 1

C.

Konsep Dasar PTK ................................................................................................. 4

D.

Tujuan PTK............................................................................................................. 8

E.

Karakteristik PTK ................................................................................................... 9

F.

Penyusunan proposal PTK .................................................................................... 13

G.

Metode PTK .......................................................................................................... 19

BAB II MATERI AJAR DI SEKOLAH........................................................................... 23


A.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas VII Semester I............................. 23

B.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas VII Semester 2 ............................ 23

C.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas VIII Semester 1........................... 24

D.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas VIII Semester 2........................... 24

E.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas IX Semester 1 ............................. 25

F.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas IX Semester 2 ............................. 25

G.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas X Semester I............................... 26

H.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas X Semester 2 .............................. 26

I.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas XI Semester 1............................. 27

J.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas XI Semester 2............................. 28

K.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas XII Semester 1 ........................... 29

L.

Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas XII Semester 2 ........................... 30

BAB III KAJIAN DALAM PTK ...................................................................................... 32


A.

Model-model pembelajaran .................................................................................. 32

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

iii

B.

Media Pembelajaran.............................................................................................. 34

C.

System Evaluasi Hasil Belajar .............................................................................. 41

BAB IV WORKSHOP PTK ............................................................................................. 44


A.

Alur penemuan masalah penelitian dan penulisan proposal PTK ......................... 44

B.

Latihan Penyusunan Proposal PTK....................................................................... 49

C.

Kriteria Penilaian Proposal ................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 52

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan workshop
Setelah mengikuti workshop ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar dan hakekat PTK.
2. Mengidentifikasi karakteristik PTK.
3. Mengidentifikasi akar masalah.
4. Mencari alternatif tindakan untuk mengatasi masalah pembelajaran seni
dan budaya.
5. Menjabarkan teori, konsep, atau hasil-hasil penelitian yang berhubungan
dengan variabel-variabel penelitian PTK pembelajaran seni dan budaya
yang dipermasalahkan.
6. Menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian secara sistematis
dalam rangka menjawab tujuan penelitian.
7. Menyusun proposal penelitian PTK pembelajaran seni dan budaya secara
sistematik.
B. Pengertian PTK
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan
untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu
upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas atau mutu
hasil pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah
penelitian tindakan (action research) (Sanjaya. 2010). Oleh karena itu, untuk
memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan terlebih
dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan berbagai negara di
Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial
dan humaniora (Basrowi & Suwandi. 2010). Orang-orang yang bergerak di bidang
itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau perlakuan di

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah


direncanakan dan mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut.
Menurut Kemmis, penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran praktik sosial mereka (Sanjaya. 2010). Dalam hal ini,
penelitian tindakan memiliki kawasan yang lebih luas dari pada PTK. Penelitian
tindakan diterapkan di berbagai bidang ilmu di luar pendidikan, misalnya dalam
kegiatan praktik bidang kedokteran, manajemen, dan industri Bila penelitian
tindakan yang berkaitan pada bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan
sebuah kelas, maka penelitian tindakan ini disebut PTK. (Wikipedia. 2010)
Penelitian tindakan adalah kajian sistematik tentang upaya meningkatkan
mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis
yang mereka lakukan dan melalui refleksi atas hasil tindakan tersebut. (Dave
Ebbutt dalam Hopkins, 1993)
Penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan tujuan
untuk memperbaiki mutu tindakan dalam situasi sosial tersebut. Tujuan penelitian
tersebut untuk memperoleh penilaian praktis dalam situasi konkret. Oleh sebab itu
kesahihan teori atau hipotesis tidak terlalu bergantung pada tes kebenaran ilmiah,
melainkan pada manfaatnya dalam membantu masyarakat agar mereka dapat
berperilaku secara lebih cerdas dan trampil (Eliot dalam Hopkins, 1993).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam
sebuah kelas yang dapat dijadikan sasaran PTK adalah sebagai berikut.
1. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses
pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran
PTK antara lain: perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa,
keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain.
2. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau
membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi
sasaran PTK antara lain: penggunaan metode atau strategi pembelajaran,
penggunaan pendekatan pembelajaran.
3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau menyajikan
materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya: urutan dalam penyajian
materi, pengorganisasian materi, integrasi materi.
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar
dengan menggunakan sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan
tentang sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain:
pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
sumber belajar.
5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif,
psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil
pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain
dalam proses pembelajaran seperti: metode, media, guru, atau perilaku belajar
siswa itu sendiri.
6.

Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang


lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan yang
dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif
misalnya melalui: penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan
tindakan lainnya.

7. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk


tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi
sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran,
pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.
(Anekanews. 2011)
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action
Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di
kelas, penelitian yang dilakukan oleh pengajar di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di
kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. (Anekanews. 2011).
Dalam PTK, guru dapat melihat sendiri terhadap praktek pembelajaran
atau bersamaan guru lain yang ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa
dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK guru
secara reflektif dapat menganalisis mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

di kelas. Pendek kata, dengan melakukan penelitian tindakan, akan dapat


memperbaiki praktek-praktek pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif.
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktek pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan
sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui sebuah
tindakan-tindakan yang direncakan, dilaksanakan, dan di evaluasi. Dengan
demikian diperoleh umpan balik yang sistematik mengenai apa yang selama ini
dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping itu dapat dibuktikan suatu
teori belajar mengajar untuk diterapkan dengan baik di kelas yang ia tekuni. Jika
sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi di kelasnya, melalui PTK
pendidik dapat mengadaptasikan teori lain untuk kepentingan proses dan atau
produk belajar yang lebih efektif, optimal, fungsional.
PTK terkait dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang
dihadapi oleh para guru. Sebagai contoh, jika guru menghadapi persoalan
rendahnya minat siswa terhadap apresiasi seni sehingga kondisi ini sangat
menghambat pencapaian tujuan kurikuler. Dengan penelitian tindakan kelas dapat
dicoba berbagai tindakan yang berupa program pembelajaran tertentu, seperti
mengunjungi pameran atau mengunjungi sanggar seni, mengliping karya seni dan
sebagainya. Dari program pembelajaran yang dirancang sebagai bentuk PTK
akhirnya guru dapat memperbaiki persoalan rendahnya apresiasi seni siswanya.
(Yunus. 2010)
C. Konsep Dasar PTK
Dalam menjalankan tugasnya, secara ideal guru merupakan agen
pembaharuan. Sebagai agen pembaharuan, guru diharapkan selalu melakukan
langkah-langkah inovatif berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukannya. Langkah inovatif sebagai bentuk
perubahan paradigma guru tersebut dapat dilihat dari pemahaman dan penerapan
guru tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sangat mendukung program
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah peningkatan
kualitas pendidikan. Hal ini, karena dalam proses pembelajaran, guru adalah
praktisi dan teoretisi yang sangat menentukan. Peningkatan kualitas pembelajaran,

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

merupakan tuntutan logis dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan


seni (Ipteks) yang semakin pesat. Perkembangan Ipteks mengisyaratkan
penyesuaian dan peningkatan proses pembelajaran secara berkesinambungan,
sehingga berdampak positif terhadap peningkatan kualitas lulusan dan keberadaan
sekolah tempat guru itu mengajar.
Cole dan Knowles (dalam Prendergast, 2002: 3-4) menyatakan bahwa,
penelitian tindakan kelas dapat mengarahkan para guru untuk melakukan
kolaborasi, refleksi, dan bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya
tentang program dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru
mengembangkan hubungan-hubungan personal. Pernyataan Knowles tersebut juga
didukung oleh Noffke (dalam Prendergast, 2002:5), bahwa penelitian tindakan
kelas dapat mendorong para guru melakukan refleksi terhadap praktek
pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan
hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru. Whitehead (1993)
menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas dapat memfasilitasi guru untuk
mengembangkan pemahaman tentang pedagogi dalam rangka memperbaiki
pemberlajarannya. Penjelasan-penjelasan teoretis tersebut mengindikasikan,
bahwa pemahaman dan penerapan PTK akan membantu

guru

untuk

mengembangkan keempat kompetensi yang dipersyaratkan oleh UURI Nomor 14


Tahun 2005. PTK akan memfasilitasi guru untuk meningkatkan kompetensikompetensi profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial.
Agar PTK tidak lepas dari tujuan perbaikan diri sendiri, maka sebelum
seorang guru memulai merancang dan melaksanakan PTK, perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. PTK adalah alat untuk memperbaiki atau menyempurnakan mutu pelaksanaan
tugas sehari-hari (mengajar yang mendidik), oleh karena itu hendaknya sedapat
mungkin memilih metode atau model pembelajaran yang sesuai yang secara
praktis tidak mengganggu atau menghambat komitmen tugasnya sehari-hari.
2. Teknik pengumpulan data jangan sampai banyak menyita waktu, sehingga
tugas utama Guru tidak terbengkalai.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

3. Metodologi penelitian hendaknya memberi kesempatan kepada Guru untuk


merumuskan hipotesis yang kuat, dan menentukan strategi yang cocok dengan
suasana dan keadaan kelas tempatnya mengajar.
4. Masalah yang diangkat hendaknya merupakan masalah yang dirasakan dan
diangkat dari wilayah tugasnya sendiri serta benar-benar merupakan masalah
yang dapat dipecahkan melalui PTK oleh Guru itu sendiri.
5. Sejauh mungkin, PTK dikembangkan ke arah meliputi ruang lingkup sekolah.
Dalam hal ini, seluruh staf sekolah diharapkan berpartisipasi dan berkontribusi,
sehingga pada gilirannya Guru-Guru lain ikut merasakan pentingnya penelitian
tersebut. Jika kepedulian seluruh staf berkembang, maka seluruh staf itu dapat
bekerja sama untuk menentukan masalah-masalah sekolah yang layak dan
harus diteliti melalui PTK (I Wayan Santyasa, 2007)
Disamping paparan tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang
penelitian tindakan kelas, antara lain:
1. PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan
melakukan perubahan terhadapnya dan pembelajaran sebagai konsekuensi
terjadinya perubahan.
2. PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk
meningkatkan praktiknya sendiri.
3. PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of
plunning, acting, observing, reflectin. there planning.
4. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk
mengkaji praktek dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan.
5. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berparsipasi dan berkolaborasi
dalam seluruh tahapan PTK.
6. PTK adalah proses belajar yang sistematik, dalam proses tersebut
menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan.
7. PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktek mereka
(Guru).
8. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk mengkaji secara
sismatik bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan).

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

9. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang


pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam
analisis (Mc Taggart, 1997).
Menurut Hopkins (1993), PTK mempunyai enam prinsip dasar, yaitu
siklis, sistematik, integral, autentik, konsisten, dan komprehansif yang rincinnya
sebagai berikut.
1. Siklis, artinya pengembangan pembelajaran sebagai upaya yang berkelanjutan
secara siklis sampai diperoleh hasil terjadi peningkatan, perbaikan,
kesembuhan sistem, proses, hasil dan sebagainya.
2. Sistematik, artinya tahapan pengembangan pembelajaran selaras dengan
pelaksanaan pembelajaran, yakni: persiapan, pelaksanaan, observasi, evaluasi,
refleksi dari proses dan hasil. Sistematik mengisyaratkan agar proses dan hasil
pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistematik dan terkendali
menurut kaidah ilmiah.
3. Integral, artinya kegiatan mengembangkan pembelajaran merupakan bagian
integral harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah
ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan
faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai, (bila
perlu dirumuskan hipotesis). Selanjutnya dilakukan penetapan skenario
tindakan, prosedur pengumpulan data dan analisis data. Objektivitas,
reliabilitas dan validitas proses, data dan hasil tetap dipertahankan selama
penelitian berlangsung.
4. Autentik, artinya diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang
berlangsung dalam konteks pembelajaran yg sesungguhnya. Masalah bukan
berdasar pada kajian akademik atau kajian literatur.
5. Konsisten, artinya konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran sangat diperlukan. Oleh sebab itu, motivasi
untuk memperbaiki mutu harus tumbuh dari dalam (motivasi intrinsik), bukan
sesuatu yang bersifat instrumental.
6. Komprehensif,

artinya

permasalahan

tidak

dibatasi

pada

masalah

pembelajaran di kelas tetapi dapat diperluas diluar kelas (di laboratorium dan
perpustakaan)

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

D. Tujuan PTK
Tujuan PTK bukan untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat
diberlakukan secara meluas, tetapi untuk memperbaiki praksis secara langsung, di
sini, dan sekarang (Raka Joni dalam Yunus, 2010). Penelitian tindakan merupakan
salah satu cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan dan atau
memperbaiki layanan pendidikan bagi pendidik dalam konteks pembelajaran di
kelas. Nc Niff (dalam Yunus. 2010) menegaskan bahwa dasar utama bagi
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan terkait dengan
proses pembelajaran. Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk
perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses
belajar mengajar, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai
dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai
persoalan pembelajaran.
Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada
tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian
dicobakan dan kemudian dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh
pendidik.

Jika

perbaikan

dan

peningkatan

layanan

profesional

tenaga

kependidikan dalam konteks pembelajaran dapat terwujud berkat diadakannya


penelitian tindakan kelas, ada tujuan penyerta yang juga dicapai sekaligus dalam
kegiatan pendidikan itu, yaitu terjadinya proses latihan dalam jabatan dan
penelitian layanan pembelajaran. Dengan demikian akan lebih banyak berlatih
mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya meningkatkan
layanan pembelajaran dari perolehan pengetahuan umum dalam bidang
pendidikan yang dapat diaplikasikan.
Penelitian yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas
umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut :
1. Memperhatikan dan rneningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil,
pembelajaran
2. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti tenaga kependidikan agar lebih
proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga


kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran
4. Meningkatkan kolaborasi antar pendidikan dan tenaga kependidikan dalam
memecahkan masalah pembelajaran.
Dengan kata lain guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman
tentang keterampilan praktek pembelajaran secara reflektif dan bukan bertujuan
untuk mendapatkan ilmu baru dari penelitian tindakan yang dilakukan itu. Borg
dalam

(Yunus. 2010) juga menyebut secara eksplisit bahwa tujuan utama

penelitian tindakan kelas ialah pengembangan keterampilan yang dihadapi oleh


guru di kelasnya, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum
dalam bidang pendidikan.
Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian
tindakan kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dlan dikaji dalam beberapa
komponen pendidikan dan atau pembelajaran di kelas kemanfaatan yang terkait
dengan komponen pembelajaran antar lain mencakup :
1. Inovasi pembelajaran
2. Pengembangan kurikulum di tingkat regional / nasional
3. Peningkatan profesionalisme pendidikan
Dengan memahami dan kemudian mencoba melaksanakan penelitian
tindakan, diharapkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran semakin
meningkat kualitasnya dan sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan serta
pendidik (Yunus, 2010).
E. Karakteristik PTK
PTK memiliki empat ciri pokok, yaitu: (1) spesifik dan konstektual, (2)
problem solving, (3) kolaboratif, dan (4) reflektif.
1. Spesifik dan kontekstual
Masalah yang menjadi fokus pada peneelitian ini adalah masalah pembelajaran
yang bersifat spesifik dan kontekstual. Artinya, masalah penelitian adalah
masalah factual yang benar-benar dihadapi oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran yang diampu oleh guru yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini tidak perlu adanya sampel dalam rangka melakukan generalisasi.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

2. Problem solving
Pengembangan pembelajaran dalam PTK berorientasi pada pemecahan
masalah pembelajaran (problem solving) yang menggunakan siklus-siklus
berspiral dari identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah yang
layak untuk ditindaki. Selanjutnya dapat dirumuskan suatu hipotesis tindakan
yang diikuti dengan perencanaan dan pelaksanaan tindakan tersebut. Pada
waktu pelaksanaan tindakan, dilakukan pula pengumpulan data, analisis,
evaluasi dan refleksi.
3. Kolaboratif
Dalam kegiatan penelitian ini, guru bekerja sama dengan guru bidang studi
serumpun atau guru lain. Keduanya secara bersama-sama merencanakan dan
melaksanakan penelitian untuk memperbaiki pembelajaran yang diampu.
4. Reflektif
Proses refleksi dimulai dari refleksi awal yang bertujuan untuk menyadari
adanya permasalahan pembelajaran, dan menganalisis berbagai kemungkinan
penyebabnya. Selanjutnya, dalam proses pelaksanaan tindakan juga senantiasa
diperlukan upaya melakukan refleksi atas perubahan hasil tindakan. Kemudian
dalam proses PTK perlu adanya sikap refleksi yang berkelanjutan. Artinya,
pendekatannya lebih menekankan pada hasil refleksi terhadap proses dan hasil
pembelajaran secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran

dan

justifikasi

tentang

kemajuan,

kekurangan,

hambatan,

peningkatan, kemunduran dan sebagainya. Hasil setiap refleksi dari


pelaksanaan

suatu

tindakan

menjadi

bahan

pertimbangan

untuk

penyempurnaan rencana awal tindakan dalam siklus berikutnya.


Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu problema.
Dilihat dari segi problema yang harus dipecahkan, penelitian tindakan kelas
memiliki karakteristik penting yaitu bahwa problema yang diangkat sehari-hari
yang dihadapi oleh guru di kelas. PTK akan dapat dilaksanakan jika pendidik
sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan
produk pembelajaran yang dihadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu
pendidik menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara
profesional.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

10

Jika pendidik merasa bahwa apa yang dia praktekkan sehari-hari di kelas tidak
bermasalah, PTK tidak diperlukan melihat sendiri apa yang telah dilakukannya
selama mengajar di kelas. Bisa juga guru telah berbuat kekeliruan selama
bertahun-tahun dalam proses belajar mengajar namun tidak diketahui. Oleh sebab
itu mereka meminta bantuan orang lain untuk melihat apa yang selama ini
dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelasnya.
Dalam konteks seperti itu seorang guru dan guru lain/kepala sekolah dapat
bersama berdiskusi untuk mencari dan merumuskan persoalan di kelas. Dengan
demikian guru beserta temannya dapat melakukan penelitian tindakan kelas secara
kolaboratif. Dari sini akan muncul kesadaran terhadap kemungkinan adanya
banyak masalah yang diperbuat selama melaksanakan proses belajar mengajar.
Jika seorang guru bersedia melakukan PTK secara kolaboratif dengan guru lain,
banyak manfaat dalam meningkatkan kariernya. Karya tulis ilmiah semakin
diperlukan oleh guru di masa depan. Penelitian tindakan kelas secara kolaboratif
akan mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis
sambil mengajar para pakar yang lebih berbobot.
Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu
sendiri. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya
tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di
kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian juga dapat dilakukan di dalam
kelas, yang kemudian sering disebut dengan "Penelitian Kelas". Misalnya
penelitian mengenai tingkat seringnya siswa dalam membolos, sering berkelahi
dan sebagainya, jika penelitian ini dilakukan tanpa disertai tindakan-tindakan
tertentu, maka jenis penelitian yang dicontohkan hanya sekedar ingin tahu, tidak
ingin memperbaiki keadaan melalui tindakan-tindakan tertentu.
Sebaliknya jika dengan penelitian ini, guru mencoba berbagai tindakan
mencegah terjadinya siswa membolos, sehingga proses belajar mengajar berjalan
dengan baik dan efektif, baru penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
tindakan kelas. Tindakan untuk mencegah tingginya siswa membolos mungkin
dapat berbentuk diciptakannya sistem presensi yang dilakukan oleh siswa sendiri
mungkin dapat berbentuk pengalihan pengawasan secara kelompok oleh siswa

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

11

sendiri. Mungkin dapat diciptakan sistem ulangan harian pada hari-hari di mana
siswa yang biasa melakukan tindakan membolos, dan sebagainya.
Adanya PTK, kasus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan
dan peningkatan secara positif. Bila dengan tindakan justru membawa kelemahan
penurunan atau perubahan negatif berarti hal tersebut menyalahi prinsip PTK.
Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat berbentuk kualitatif/kuantitatif.
Penelitian PTK tidak untuk digeneralisasikan sebab hanya dilakukan di kelas
tertentu dan waktu tertentu. Di samping karakteristik tersebut ada prinsip PTK
yang perlu diperhatikan. Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok,
yaitu:1) inkuiri reflektif, 2) kolaboratif, dan 3) reflektif. Ketiga ciri-ciri tersebut
dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Inkuiri reflektif.
Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang
sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan
pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). Masalah yang menjadi
fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak
terlalu

merisaukan

tentang

kerepresentatifan

sampel

dalam

rangka

generalisiasi. Tujuan penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan


pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas. Tujuan penelitian
tindakan adalah untuk memperbaiki praktis secara langsung, di sini dan
sekarang (Raka Joni, 1998). Penelitian tindakan kelas menggunakan
metodologi yang agak longgar, khususnya dalam kalibrasi instrumen
penelitian. Namun demikian, penelitian tindakan tetap menerapkan metodologi
yang taat azas (diciplined inquiri) dalam hal pengumpulan data yang
menekankan

pada

obyektif

sehingga

memungkinkan

terselenggaranya

peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Proses dan temuan penelitian
tindakan kelas didokumentasikan secara rinci dan cermat. Proses dan temuan
dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematik dan mendalam
(McNiff.1992: 9). Penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai suatu
inkuiri reflektif (sel-reflective-inquiry).
2. Kolaboratif.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

12

Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri
oleh guru, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain atau pakar lain.
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk
mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basabasi, tetapi harus tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan,
pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut (perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi-evaluasi, dan refleksi), sampai menyusun laporan hasil
penelitian.
3. Reflektif.
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang
berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering
mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih
menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara
terus menerus untuk mendapatkan, penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan,
peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan
sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan
pada siklus kegiatan lainnya. (Yunus. 2010. http://m-yunus.com-ptk.html)
F. Penyusunan proposal PTK
Proposal PTK disusun dengan sistematika sebagai berikut.
1. Judul Penelitian
Judul penelitian hendaknya mencakup tiga unsur yaitu penyakit,
obat dan pasien, atau menggambarkan masalah yang akan diteliti
(penyakit, variabel terikat atau Y), tindakan untuk mengatasi masalah
(obat, variabel bebas atau X), dan spesifik (pasien yang menyatakan
subyek yang diteliti, tempat dan waktu penelitian). Adapun pola judul
dapat disusun seperti contoh berikut di bawah ini.
a. Penerapan X untuk meningkatkan Y pada siswa
b. Upaya X untuk meningkatkan Y pada siswa
c. Optimalisasi X untuk meningkatkan Y pada siswa
d. Peningkatan Y melalui penerapan X pada siswa
e. Upaya peningkatan Y dengan menerapan X pada siswa

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

13

f. Dan seterusnya.
Contoh riilnya sebagai berikut.
a. Penerapan (X) Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik untuk
Meningkatkan (Y) Kreativitas Menggambar Motif Batik Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 5 Surakarta pada semester ganjil Tahun Ajaran
2010/2011.
b. Peningkatan

(Y)

Kemampuan

Menggambar

Ilustrasi

melalui

Penerapan (X) Metode Mencontoh Gambar dan Foto pada Siswa Kelas
XI Seni Murni SMK Negeri 9 Surakarta semester ganjil Tahun Ajaran
2009/2010.
c. Upaya peningkatan (Y) Apresiasi Seni Batik melalui Pembelajaran
Menggunakan (X) Media Audio Visual Gabungan Slide Suara dan
Film Dokumenter pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta
semester genap Tahun Ajaran 2010/2011.
2.

Latar belakang masalah


Masalah dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian teoritik, namun
dapat terinspirasi dari hasil penelitian terdahulu. Disamping itu yang tidak
kalah pentingnya bahwa masalah dalam PTK adalah masalah nyata yang
dijumpai di kelas dengan disertai data faktual, pentingnya masalah tersebut
dipecahkan, dan penyebab timbulnya masalah (akar masalah). Setelah
ditemukenali masalah dan akar masalahnya maka diharapkan guru dapat
mencari alternatif tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Alternatif
tindakan yang telah dipilih dikuatkan dengan alasan (argument) dipilihnya
tindakan itu. Alasan (argument) tindakan merupakan pendapat ahli yang
dapat dijumpai di dalam buku referensi atau hasil penelitian yang relevan
dengan permasalahan yang telah terbit di jurnal pendidikan.

3. Rumusan masalah
Rumusan masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya (?)
dan relevan dengan judul PTK dengan disertai definisi operasional.
Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep yang
bertalian dengan rumusan masalah (terutama variabel X dan variabel Y).
Adapun pola rumusan masalah dapat disusun seperti berikut.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

14

a. Apakah melalui X dapat meningkatkan Y pada siswa Z.


b. Bagaimanakah menerapkan X yang dapat meningkatkan Y pada siswa
Z.
Contoh penulisan rumusan masalah.
a. Apakah melalui pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan
kreativitas menggambar motif batik pada Siswa kelas VIII SMP
Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011?
b. Bagaimanakah penerapan metode mencontoh gambar dan foto yang
dapat meningkatkan kemampuan menggambar ilustrasi pada Siswa
kelas XI Seni Murni SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011?
Setelah merumuskan masalah, kemudian disusun definisi operasional
untuk masalah dan tindakannya, agar keduanya dapat diukur. Contoh
definisi operasional.
a. Definisi operasional kemampuan menggambar ilustrasi adalah hasil
gambar secara visual dua dimensi yang dapat memberikan gambaran
atau menjelaskan tema dan mempunyai nilai estetis. Gambar ilustrasi
yang baik harus mengandung beberapa aspek berikut: gambar
mempunyai tema tertentu, objek gambar mampu menjelaskan jalan
cerita, objek mudah dipahami, goresan tegas, dan sebagainya.
b. Definisi metode mencontoh adalah dalam pelaksanaan pembelajaran
menggambar, siswa menggunakan contoh atau sampel yang akan
digambar.

Metode

mencontoh

ini

memiliki

kelebihan

dalam

meningkatkan kemampuan motorik, sehingga siswa dalam hal


kemampuan teknik menggambar akan lebih terbantu karena visualisasi
objek tiruan mampu membentuk imajinasi siswa yang akan dituangkan
dalam karya menggambar ilustrasi.
4. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian harus dirumuskan secara singkat dan jelas
berdasarkan tindakan dan permasalahannya. Pola penulisan tujuan
penelitian adalah untuk mengidentifikasi tindakan yang mampu mengatasi
masalah, misalnya sebagai berikut.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

15

a. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pendekatan konstruktivistik


yang mampu meningkatkan kreativitas menggambar motif batik pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
b. Tujuan

penelitian

untuk

mengidentifikasi

penerapan

metode

mencontoh yang mampu meningkatkan kemampuan menggambar


ilustrasi siswa kelas XI Seni Murni SMK Negeri 9 Surakarta tahun
ajaran 2010/2011.
c. Tujuan

penelitian

untuk

mengidentifikasi

penggunaan

media

audiovisual gabungan slide suara dan film documenter yang mampu


meningkatkan apresiasi seni batik siswa kelas X SMA Negeri 1
Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
Untuk

menentukan

ketercapaian

tujuan

penelitian,

perlu

dirumuskan indikator keberhasilan tindakan yang disusun secara realistik


(mempertimbangkan kondisi sebelum diberikan tindakan) dan dapat
diukur (cara pengukurannya jelas). Indikator keberhasilan tindakan PTK
merupakan target yang ingin dicapai dalam penerapan tindakan (pada
siklus terakhir). Contoh penyusunan indikator keberhasilan sebagai
berikut. Pada siklus tindakan terakhir:
a. Minimal 70% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran menggambar
motif batik.
b. Minimal 70% siswa mampu menemukan ide-ide kreatif dalam
menggambar motif batik berdasarkan sumber ide yang digunakan.
c. Minimal 70% siswa mampu menciptakan gambar motif batik yang
kreatif sesuai dengan pengembangan sumber ide.
5. Manfaat hasil penelitian
Untuk dapat menentukan manfaat hasil penelitian, peneliti harus
memahami secara benar hasil penelitiannya. Kemudian baru dirumuskan
kemanfaatan hasilpenelitian tersebut bagi siswa, bagi guru sebagai
peneliti, bagi sekolah, dan bagi kolaborator lainnya. Contoh penulisan
manfaat hasil penelitian.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

16

a. Bagi siswa, penerapan pendekatan konstruktivistik dapat merangsang


siswa untuk berfikir kreatif sehingga siswa mampu menggambar motif
batik sesuai dengan sumber ide dan menerapkan unsur-unsur seni rupa.
b. Bagi

guru,

penerapan

pendekatan

konstruktivistik

dapat

mengembangkan pembelajaran menggambar motif batik secara


inovatif sehingga mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah, hasil pengembangan pendekatan konstruktivistik ini
dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran
bagi para guru yang lain, juga memotivasi mereka untuk selalu
melakukan inovasi dengan strategi yang bervariasi.
6. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan jabaran atau deskripsi tentang teori,
konsep, atau hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan variabelvariabel penelitian yang dipermasalahkan. Kajian pustaka digunakan untuk
menjelaskan bahwa tindakan yang dipilih dapat mengatasi masalah.
Uraikanlah variabel bebas (variabel X) secara rinci, termasuk bagaimana
cara pelaksanaan tindakan atau action yang akan dilakukan. Kemudian
kemukakan secara jelas variabel tindakan (variabel Y) dan masalah yang
akan dipecahkan. Uraian tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan
kerangka berpikir yang menunjukkan keterkaitan antara masalah, teori,
hasil penelitian terdahulu yang relevan, dan pilihan tindakan. Kerangka
berpikir tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan, diagram, uraian
argumentatif, atau bentuk penyampaian lainnya. Kemukan pula Hipotesis
tindakan bila diperlukan, dengan pola sebagai berikut: Variabel X dapat
mengatasi variabel Y pada siswa Z. Misalnya, hipotesis dapat disusun
sebagai berikut:
a. Pendekatan

konstruktivistik

mampu

meningkatkan

kreativitas

menggambar motif batik siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Surakarta


Tahun Ajaran 2010/2011.
b. Metode mencontoh dapat meningkatkan kemampuan menggambar
ilustrasi siswa kelas XI Seni Murni SMK Negeri 9 Surakarta tahun
ajaran 2010/2011.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

17

c. Penggunaan media audiovisual gabungan slide suara dan film


documenter mampu meningkatkan apresiasi seni batik siswa kelas X
SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
7. Metode penelitian
Metode penelitian menguraikan metode yang digunakan dalam
penelitian secara sistematis dalam rangka menjawab tujuan penelitian.
Metode penelitian menjelaskan tentang setting dan subjek penelitian;
menjabarkan rancangan penelitian berapa siklus yang akan dilakukan;
menguraikan instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas,
termasuk cara memvalidasinya, dan teknik analisis data. Instrumen dalam
PTK dapat berupa catatan anekdot, catatan lapangan, catatan harian,
portofolio, foto, checklist, angket, pedoman observasi, pedoman
wawancara, dan alat perekam suara/ video. Jangan lupa instrumen tersebut
dilampirkan di dalam lampiran laporan penelitian tindakan kelas yang
telah dilakukan. Disamping itu di dalam metode penelitian juga
menjelaskan prosedur penerapan tindakan di setiap siklus yang
direncanakan dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, hingga refleksi.
8. Jadwal penelitian
Pada sub jadwal penelitian ini peneliti membuat jadwal penelitian
mulai dari kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan
digambarkan dengan tabel/bar-chart.
No
1

Tahapan PTK

Penyusunan desain
operasional
2
Pembuatan perangkat
pembelajaran
3
Pelaksanaan tindakan
4
Analisis data
5
Pembuatan draf laporan
6
Seminar
7
Pembuatan laporan akhir
9. Rincian Biaya Penelitian

1 2
X

Minggu ke
4 5 6 7

X X
X X X X X X
X X
X
X
X

Rincian biaya penelitian disusun dengan mengacu pada kegiatan


penelitian seperti diuraikan dalam Metode Penelitian, volume kegiatan,
dan satuan biaya mengacu pada standar yang berlaku pada saat proposal

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

10

18

disusun. Biaya penelitian biasanya diperinci berdasarkan mata anggaran


seperti berikut ini.
a. Honorarium (Gaji dan Upah maksimal 30 %)
b. Peralatan penelitian
c. Bahan Habis Pakai (Material Penelitian)
d. Biaya Perjalanan
e. Biaya lain-lain meliputi: seminar, penulisan laporan, penelusuran
pustaka, dokumentasi, dan publikasi.
10. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat semua bahan-bahan rujukan yang
digunakan selama penyusunan proposal penelitian yang meliputi buku,
laporan penelitian, jurnal ilmiah, dan artikel ilmiah. Penulisan daftar
pustaka dilakukan secara konsisten, menggunakan sistem nama dan tahun
dengan urutan abjad nama pengarang, tahun, judul tulisan, dan sumber
(penerbit). Daftar Pustaka disusun mengikuti tata cara seperti contoh
berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.
11. Lampiran-Lampiran
Pada bagian lampiran dalam proposal penelitian biasanya memuat
tentang

Riwayat

Hidup

Ketua

dan

Anggota

Peneliti

dengan

mencantumkan beberapa aspek yang relevan dengan PTK. Aspek-aspek


tersebut seperti pengalaman penelitian, publikasi yang relevan dengan
topik penelitian, pengalaman pendidikan, pengalaman pelatihan, dan
sebagainya.
G.

Metode PTK
PTK merupakan penelitian yang melakukan penerapan aksi atau
tindakan terkendali yang bersifat daur ulang yang dilakukan dalam bentuk
siklus untuk mengatasi secara langsung masalah-masalah nyata dan spesifik
yang muncul dalam pembelajaran. Model penelitian tindakan kelas secara garis
besar terdapat empat tahapan yang dilalui (Arikunto, 2006), yaitu: (1)
perencanaan (planning) dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

19

dilakukan; (2) pelaksanaan (acting) merupakan implementasi atau penerapan


isi rancangan, yaitu mengenai tindakan kelas; (3) pengamatan (observing)
kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat; dan (4) refleksi
(reflecting) merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Model tahapan (siklus) tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
ini:
PENETAPAN FOKUS MASALAH
Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan
Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan
Refleksi (Kesimpulan)

SIKLUS III

Pelaksanaan

Pengamatan

APAKAH INDIKATOR SUDAH TERCAPAI

Gambar 2. Model Tahapan Penelitian


Teknik pengumpulan data PTK digunakan dengan tiga kelompok
teknik pengumpulan data yang disebut sebagai strategi pekerjaan lapangan
primer (Wolcott dalam Sukmadinata, 2007), yaitu pengalaman (experincing),
pengungkapan

(enquiring),

dan

pengujian

(examining).

Pengalaman

(experincing) dilakukan dalam bentuk observasi, yaitu peneliti melakukan


obsevasi dalam kegiatan yang sedang berjalan. Peneliti mengamati aktivitas
guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran dari awal
hingga akhir pembelajaran. Ada beberapa variasi bentuk observasi yang dapat
dilakukan peneliti, yaitu (1) Observasi partisipatif adalah ketika peneliti
melakukan observasi sambil ikut serta dalam kegiatan yang sedang berjalan.
(2) Observasi khusus adalah observasi yang dilakukan ketika peneliti

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

20

melakukan tugas khususnya seperti memberikan bimbingan. (3) Observasi


pasif adalah ketika peneliti hanya bertindak sebagai pengumpul data, mencatat
kegiatan yang sedang berjalan.
Kemudian dilihat dari cara melakukannya maka jenis-jenis observasi
dapat dibedakan sebagai berikut: (1) Observasi terbuka, dalam observasi ini
pengamat

tidak

menggunakan

lembar

observasi

melainkan

hanya

menggunakan kertas kosong untuk membuat catatan merekam pembelajaran


yang diamati, pengamat membuat catatan pada kertas kosong tentang jalannya
pelajaran yang berlangsung. (2) Observasi terfokus, observasi ini secara
khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran,
misalnya kesempatan siswa untuk berpartisipasi, dampak penguatan bagi
siswa atau jenis pertanyaan yang diajukan guru. (3) Observasi terstruktur,
dalam observasi terstruktur ini menggunakan instrumen observasi yang
terstruktur dan siap pakai sehingga pengamat tinggal membubuhkan tanda
centang () pada tempat yang disediakan, misalnya frekuensi penguatan yang
diberikan, jumlah pertanyaan yang diajukan, jumlah siswa yang menjawab
secara sukarela, atau jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan. (4)
Observasi sistematik, observasi sistematik ini lebih rinci dari observasi
terstruktur dalam kategari data yang diamati, umpamanya dalam pemberian
penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal.
Peneliti juga melakukan pengumpulan data melalui pengungkapan
(enquiring) yang dilakukan melalui wawancara. Peneliti mengadakan
wawancara terhadap pihak-pihak tertentu (guru, peserta didik, kepala sekolah
dan lain-lain) guna mendapatkan data yang diperlukan. Strategi dalam
pengungkapan (enquiring) memiliki beberapa bentuk, seperti: wawancara
informal, wawancara formal terstruktur, pengedaran angket, menggunakan
skala, dan pengukuran dengan tes standar.
Teknik pengumpulan data lainnya adalah pembuktian (examining),
dilakukan dengan mencari bukti-bukti dokumenter, seperti: dokumen arsip,
jurnal, peta, audio dan video tape, benda-benda bersejarah, dan catatan
lapangan. Dalam penelitian tindakan kelas ini termasuk juga sekumpulan karya
atau portofolio kerja yang dihasilkan oleh peserta didik dalam melaksanakan

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

21

tugas dan latihan yang diberikan. Sehingga dapat diukur tingkat kemampuan
peserta didik.
Validitas dalam penelitian menunjukkan ketepatan pengumpulan data,
benar-benar data yang ingin diperoleh peneliti. Validitas pengumpulan data
mengandung

unsur

keterpercayaan

dan

keterpahaman.

Dalam

PTK

umpamanya: uji validitas data menggunakan triangulasi sumber data dari data
tentang

kesulitan-kesulitan

yang

dialami

oleh

peserta

didik

dalam

melaksanakan tugas dan latihan, yang selanjutnya dikonfirmasikan kepada


guru ataupun sebaliknya. Di samping itu, juga digunakan triangulasi metode,
seperti pengamatan terhadap sikap peserta didik selama proses pembelajaran,
juga mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan atau kelemahan yang ada dari
wawancara dengan guru, serta analisis dokumen yang berupa sekumpulan
karya atau portofolio kerja yang dihasilkan oleh peserta didik. Selain itu,
peneliti juga melakukan diskusi bersama dalam kelompok penelitian (guru dan
peneliti) untuk membahas kemajuan yang telah dicapai berdasarkan pendapat
masing-masing kemudian diambil suatu kesimpulan.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

22

BAB II

MATERI AJAR DI SEKOLAH

Masalah PTK merupakan masalah nyata yang terjadi dikelas yang


dihadapi oleh guru dan atau siswa pada saat berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Untuk mudah memahami masalah PTK, guru perlu menelusuri standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang merupakan sumber penjabaran dari materi
ajar yang disampaikan guru. Standar kompetensi dan kompetensi dasar masingmasing tingkat kelas dan tingkat sekolah (SMP dan SMA) akan diuraikan
dibawah ini.
A. Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas VII Semester I

No
1

Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa

Mengekspresi
kan diri
melalui karya
seni rupa

Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi jenis karya seni
rupa terapan daerah setempat
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik karya seni rupa terapan
daerah setempat
Menggambar bentuk dengan
objek karya seni rupa terapan tiga
dimensi dari daerah setempat
Merancang karya seni kriya
dengan memanfaatkan teknik dan
corak daerah setempat
Membuat karya seni kriya dengan
memanfaatkan teknik dan corak
daerah setempat

Ranah
Kognitif

Sifat

Afektif

Praktik,
media
Media

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
media

B. Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas VII Semester 2

No
1

Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa

Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi jenis karya seni
rupa terapan daerah setempat
Menunjukkan sikap apresiatif

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

Ranah
Kognitif
Afektif

Sifat
Praktik,
media
Media

23

terhadap keunikan gagasan dan


teknik karya seni rupa terapan
daerah setempat
Mengekspresik Menggambar bentuk dengan
an diri melalui objek karya seni rupa terapan tiga
karya seni rupa dimensi dari daerah setempat
Membuat karya seni kriya dengan
teknik dan corak daerah setempat
Menyiapkan karya seni rupa hasil
buatan sendiri untuk pameran
kelas atau sekolah
Menata karya seni rupa hasil
buatan sendiri dalam bentuk
pameran kelas atau sekolah

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif,
Psikomotor
Afektif
Kognitif,
Psikomotor
Kognitif,
Psikomotor,
Afektif

Praktik,
media
Praktik,
media
Praktik,
media

C. Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas VIII Semester 1


No
1

Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa

Mengekspresik
an diri melalui
karya seni rupa

Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi jenis karya seni
rupa terapan Nusantara
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
terapan Nusantara
Merancang karya seni kriya tekstil
dengan teknik dan corak seni
rupa terapan Nusantara
Membuat karya seni kriya tekstil
dengan teknik dan corak seni
rupa terapan Nusantara
Mengekspresikan diri melalui
karya seni lukis/gambar

Ranah

Sifat

Kognitif

Media

Afektif

Media

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
media

D. Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas VIII Semester 2

No
1

Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa

Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi jenis karya seni
rupa terapan Nusantara
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik karya seni rupa terapan
Nusantara

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

Ranah

Sifat

Kognitif

Media

Afektif

Media

24

Mengekspresik
an diri melalui
karya seni rupa

Membuat karya seni kriya tekstil


dengan teknik dan corak seni
rupa terapan Nusantara
Mengekspresikan diri melalui
karya seni grafis
Menyiapkan karya seni rupa hasil
karya sendiri untuk pameran kelas
atau sekolah
Menata karya seni rupa hasil
karya sendiri dalam bentuk
pameran kelas atau sekolah

Psikomotor

Praktik,
media

Psikomotor

Praktik,
media
Praktik,
media

Kognitif,
Psikomotor,
Afektif
Kognitif,
Psikomotor,
Afektif

Praktik,
media

E. Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas IX Semester 1

No
1

Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa

Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi seni rupa


murni yang diciptakan di daerah
setempat
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik seni rupa murni daerah
setempat
Mengekspresikan Memilih unsur seni rupa
diri melalui
Nusantara untuk dikembangkan
karya seni rupa
menjadi karya seni murni
Mengekspresikan diri melalui
karya seni rupa murni yang
dikembangkan dari unsur seni
rupa Nusantara

Ranah

Sifat

Kognitif

Media

Afektif

Media

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
media

Psikomotor

Praktik,
media

F. Materi pembelajaran Seni Budaya SMP kelas IX Semester 2

No
1

Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa

Kompetensi Dasar

Ranah

Sifat

Mengidentifikasi karya seni


rupa murni yang diciptakan di
Indonesia

Kognitif

Media

Menampilkan sikap apresiatif


terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
murni Indonesia

Afektif

Media

Psikomotor

Praktik,

Mengekspresikan Mengekspresikan diri melalui

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

25

diri melalui
karya seni rupa

karya seni rupa murni yang


dikembangkan dari beragam
unsur seni rupa Nusantara dan
mancanegara di luar Asia
Menyiapkan karya seni rupa
yang diciptakan untuk pameran
di sekolah atau di luar sekolah
Menata karya seni rupa yang
diciptakan dalam bentuk
pameran di sekolah atau di luar
sekolah.

media

Kognitif,
Psikomotor,
Afektif
Kognitif,
Psikomotor,
Afektif

Praktik,
media
Praktik,
media

G. Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas X Semester I

No
1

Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa

Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi keunikan
gagasan dan teknik dalam
karya seni rupa terapan daerah
setempat
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
terapan daerah setempat
Mengekspresikan Merancang karya seni rupa
diri melalui
terapan dengan memanfaatkan
karya seni rupa
teknik dan corak daerah
setempat
Membuat karya seni rupa
terapan dengan memanfaatkan
teknik dan corak daerah
setempat

Ranah

Sifat

Kognitif

Media

Afektif

Media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
media

H. Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas X Semester 2

No
1

Standar
Kompetensi
Mengapresiasi
karya seni rupa

Kompetensi Dasar

Ranah

Mengidentifikasi keunikan
Kognitif
gagasan dan teknik dalam
karya seni rupa terapan di
wilayah Nusantara
Menampilkan sikap apresiatif
Afektif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

Sifat
Praktik,
media

Praktik,
media

26

I.

No
1

terapan di wilayah Nusantara


Mengekspresikan Merancang karya seni rupa
diri melalui
terapan dengan memanfaatkan
karya seni rupa
teknik dan corak di wilayah
Nusantara
Membuat karya seni rupa
terapan dengan memanfaatkan
teknik dan corak di wilayah
Nusantara
Menyiapkan karya seni rupa
buatan sendiri untuk pameran
di kelas atau di sekolah
Menata karya seni rupa buatan
sendiri dalam bentuk pameran
di kelas atau di sekolah

Kognitif
Praktik,
Psikomotorik media

Kognitif
Praktik,
Psikomotorik media

Afektif,
Kognitif,
Psikomotorik
Kognitif
Psikomotorik

Praktik,
media
Praktik,
media

Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas XI Semester 1


Standar
Kompetensi
Seni Rupa (IPS
dan Bahasa)
Mengapresiasi
karya seni kriya

Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi keunikan
gagasan dan teknik dalam karya
seni kriya di wilayah Nusantara
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara
Mengekspresikan Merancang karya seni kriya
diri melalui
dengan memanfaatkan teknik
karya seni kriya
dan corak di wilayah Nusantara
Membuat karya seni kriya
dengan memanfaatkan teknik
dan corak di wilayah Nusantara
Menyiapkan karya seni kriya
buatan sendiri untuk pameran di
kelas atau di sekolah
Menata karya seni kriya buatan
sendiri dalam bentuk pameran
di kelas atau di sekolah
Mengidentifikasi gagasan,
Seni Rupa
teknik, dan bahan dalam karya
(IPA)
Mengapresiasi
seni rupa terapan Nusantara

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

Ranah

Sifat

Kognitif

Media

Afektif

Media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
media

Afektif,
Kognitif,
Psikomotor
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif

Media

Praktik,
media

27

karya seni rupa

Menampilkan sikap apresiatif


atas keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
terapan Nusantara

Afektif

Media

Membuat karya
seni rupa

Menggambar teknik/mistar

Kognitif
Psikomotor
Kognitif
Psikomotor

Praktik,
media
Praktik,
media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
media

Merancang karya seni kriya


dengan mempertimbangkan
fungsi dan corak seni rupa
terapan Nusantara
Membuat karya seni kriya
dengan mempertimbangkan
fungsi dan corak seni rupa
terapan Nusantara

J.

No
1

Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas XI Semester 2

Standar
Kompetensi
Seni Rupa (IPS
dan Bahasa)
Mengapresiasi
karya seni kriya

Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi keunikan
gagasan dan teknik dalam karya
seni kriya Mancanegara
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni kriya
Mancanegara
Mengekspresikan Merancang karya seni kriya
diri melalui
dengan memanfaatkan teknik
karya seni kriya
dan corak di Mancanegara
Membuat karya seni kriya
dengan memanfaatkan teknik
dan corak di Mancanegara
Menyiapkan karya seni kriya
buatan sendiri untuk pameran di
kelas atau di sekolah
Menata karya seni kriya buatan
sendiri dalam bentuk pameran
di kelas atau di sekolah
Mengidentifikasi gagasan,
Seni Rupa
teknik, dan bahan dalam karya
(IPA)
Mengapresiasi
seni rupa terapan Mancanegara
karya seni rupa
Menampilkan sikap apresiatif
atas keunikan gagasan dan

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

Ranah

Sifat

Kognitif

Media

Afektif

Media

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
media

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
media

Afektif,
Kognitif,
Psikomotor
Kognitif

Praktik,
media

Afektif

Media

Media

28

Membuat karya
seni rupa

teknik dalam karya seni rupa


terapan Mancanegara
Menggambar teknik/Proyeksi
Merancang karya seni dengan
mempertimbangkan fungsi dan
corak seni rupa terapan
Membuat karya seni dengan
mempertimbangkan fungsi dan
corak seni rupa terapan
Menyiapkan karya seni rupa
hasil karya sendiri untuk
pameran kelas atau sekolah

Kognitif
Psikomotor
Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media
Praktik,
Media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media

K. Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas XII Semester 1

No
1

Standar
Kompetensi
Seni Rupa (IPS,
Bahasa)
Mengapresiasi
karya seni rupa

Kompetensi Dasar

Menjelaskan keunikan gagasan


dan teknik dalam karya seni
rupa modern/ kontemporer
Menjelaskan perkembangan
seni rupa modern /kontemporer
Mancanegara
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
modern /kontemporer
Mengekspresikan Merancang karya seni rupa
diri melalui
murni dan terapan yang
karya seni rupa
dikembangkan dari beragam
unsur seni rupa Nusantara
Membuat karya seni rupa
murni dan terapan yang
dikembangkan dari beragam
unsur seni rupa Nusantara
Mengidentifikasi gagasan,
Seni Rupa
teknik, dan bahan dalam karya
(IPA)
Mengapresiasi
seni rupa modern/ kontemporer
karya seni rupa
Menjelaskan perkembangan
seni rupa modern/ kontemporer
Mancanegara
Menampilkan sikap apresiatif
atas keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
modern/ kontemporer

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

Ranah

Sifat

Kognitif

Media

Kognitif

Media

Afektif

Media

Psikomotorik Praktik,
Media

Psikomotorik Praktik,
Media

Kognitif

Praktik,
Media

Kognitif

Praktik,
Media

Afektif

Praktik,
Media

29

Membuat karya
seni rupa

Menggambar teknik/ perspektif


Merancang karya seni rupa
murni dan terapan yang
dikembangkan dari beragam
unsur seni rupa Nusantara
Membuat karya seni rupa
murni dan terapan yang
dikembangkan dari beragam
unsur seni rupa Nusantara

Kognitif
Psikomotor
Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media
Praktik,
Media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media

L. Materi pembelajaran Seni Budaya SMA kelas XII Semester 2

No
1

Standar
Kompetensi
Seni Rupa (IPS,
Bahasa)
Mengapresiasi
karya seni rupa

Kompetensi Dasar

Membandingkan seni rupa


tradisional dengan seni rupa
modern/ kontemporer
Menjelaskan perkembangan
seni rupa modern/ kontemporer
di Indonesia
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
modern/ kontemporer di
Indonesia
Mengekspresikan Membuat karya seni rupa murni
diri melalui
dan terapan yang dikembangkan
karya seni rupa
dari beragam corak dan teknik
seni rupa
Membuat karya seni rupa murni
dan terapan yang dikembangkan
dari beragam unsur seni rupa
Nusantara
Menyiapkan karya seni rupa
yang diciptakan untuk pameran
sekolah atau luar sekolah
Menata karya seni rupa yang
diciptakan dalam bentuk
pameran sekolah atau luar
sekolah
Membandingkan corak seni
Seni Rupa
rupa tradisional dengan seni
(IPA)
Mengapresiasi
rupa modern/ kontemporer
karya seni rupa
Menjelaskan perkembangan
seni rupa modern/ kontemporer

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

Ranah

Sifat

Kognitif

Media

Kognitif

Media

Afektif

Media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media

Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media

Kognitif

Media

Kognitif

Media

30

di Indonesia
Menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan gagasan dan
teknik dalam karya seni rupa
modern/kontemporer Indonesia
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat
Mengekspresikan Menggambar teknik/ perspektif
diri melalui
lanjutan
karya seni rupa
Membuat karya seni rupa murni
dan terapan yang dikembangkan
dari beragam corak dan teknik
seni rupa
Menyiapkan karya seni rupa
yang telah diciptakan untuk
pameran di sekolah atau luar
sekolah
Menata karya seni rupa yang
diciptakan dalam bentuk
pameran sekolah atau luar
sekolah

Afektif

Media

Kognitif
Psikomotor
Kognitif
Psikomotor

Praktik,
Media
Praktik,
Media

Kognitif,
Afektif,
Psikomotor

Praktik,
Media

Kognitif,
Psikomotor

Praktik,
Media

Keterangan:
Seni rupa terapan: Seni rupa yang memiliki fungsi praktis, meliputi disain dan
seni kriya.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

31

BAB III

KAJIAN DALAM PTK

Tindakan-tindakan yang biasanya digunakan untuk mengatasi masalah


didalam PTK antara lain metode pembelajaran, media pembelajaran, system
evaluasi, dan sebagainya. Agar guru mampu memilih tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah PTK, maka guru sebaiknya memahami beberapa model-model
pembelajaran, kelebihan dan kekurangan media pembelajaran, dan system
evaluasi hasil belajar.
A. Model-model pembelajaran
1. Model pembelajaran Kontekstual, kelebihananya yaitu sebagai berikut.
a. Siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel
untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya
b. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dapat digunakan
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai
anggota keluarga maupun anggota masyarakat
c. Keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka
d. Adanya perubahan sikap siswa karena mampu mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman dari pemebelajaran
e. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari
materi

pembelajaran,

tetapi

juga

dengan

permasalahan

yang

berhubungan dengan dunia nyata.


2. Model pebelajaran Kuantum, kelebihannya yaitu sebagai berikut.
a. Siswa memiliki pengalaman dalam mengutamakan keberagaman dan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
b. Proses pembelajaran yang melibatkan totalitas tubuh dan pikiran bisa
berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

32

c. Interaksi ntara guru dan siswa mampu saling memeberikan


memberikan pengkayaan pengetahuan dan pengalaman karena
pembelajaran menjadi dunia bersama guru dan siswa.
d. Pembelajaran bersifat fleksibel/dapat dirubah dengan mnenyesuaikan
kondisi lingkungan dan suasana demi keberhasilan siswa-siswanya.
Pembelajaran bersifat dinamis karena didukung suasana yang
menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung,
dan rancangan pengajaran yang dinamis .
e. Adanya demonstrasi oleh siswa memberikan pengalaman langsung
kepada siswa sebelum penyajian,

penyampaian materi dengan

multimetode dan multimedia.


3. Model pembelajaran Koorperatif, kelebihannya yaitu sebagai berikut.
a. Melalui aktivitas kelompok dapat meningkatkan kerjasama akademik
antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa
percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik.
b. Siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai
media untuk mengembangkan pengetahuannya.
c. Siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya,
sehingga pemahaman terhadap fenomena yang sedang dipelajari
meningkat.
d. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
e. Adanya proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa
yang harus dipelajari dan bagairnana mempelajarinya.
4. Model pembelajaran terpadu, kelebhannya yaitu sebagai berikut.
a. Memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif
mencari, menggali dan menemukan konsep serta konsep keilmuan
secara holistik, bermakna, dan otentik.
b. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh karena
adanya pemaduan beberapa aspek, baik dalam intra matapelajaran
maupun antar matapelajaran .
c. Pembelajaran menjadikan wahana membentuk keterampilan hidup
(process life skill) dibandingkan dengan proses transfer informasi.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

33

Memberikan pengalaman pembelajaran yang berlangsung secara


alami, tidak artifisial.
d. Pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman
merupakan kunci utama dari belajar bermakna sehingga hasilnya dapat
bertahan lama.
e. Pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu
yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa
sehingga memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan
diri.
5. Model pembelajaran berbasis masalah, kelebihannya yaitu sebagai
berikut.
a. Guru dan siswa mengetahui berbagai permasalahan kontekstual yang
terjadi di lingkungannya.
b. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk
dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
c. Pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah
seperti

membuat

penyelidikan,

hipotesis,

mengumpulkan

merancang
data,

percobaan,

melakukan

menginterpretasikan

data,

membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat


laporan.
d. Meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari
sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
B.

Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak
atau kutub) atau suatu alat. Media dalam bahasa Latin berarti antara yang
menunjukkan pada segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber
dan penerima pesan. Media menurut Smaldino, dkk (dalam Sri Anitah, 2009)
adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi. Dikatakan media

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

34

pembelajaran bila segala sesuatu tersebut membawa pesan untuk suatu tujuan
pembelajaran.
Dalam perkembangannya disebutkan oleh Abuyahusaini (2008) bahwa
media pembelajaran selalu mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi
yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan
yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian teknologi audio-visual
yang menggabungkan penemuan mekanik dan elektronik untuk tujuan
pembelajaran.

Teknologi

yang

muncul

terakhir

adalah

teknologi

mikroprosessor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif.


Berdasarkan

perkembangan

teknologi

tersebut,

media

pembelajaran

dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu:


1. Media hasil teknologi cetak.
Teknologi

cetak

adalah

cara

untuk

menghasilkan

atau

menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama


melalui proses percetakan mekanis atau photografis. Kelompok media
hasil teknologi cetak antara lain: teks, grafik, foto atau representasi
fotografik. Karakteristik media hasil cetak:
a. Teks dibaca secara linear
b. Menampilkan komonikasi secara satu arah dan reseptif
c. Ditampilkan secara statis atau diam
d. Pengembangannya

sangat

tergantung

kepada

prinsip-prinsip

pembahasan.
e. Berorientasi atau berpusat pada siswa.
Pendekatan yang berorientasi pada siswa adalah pendekatan dalam
belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan kebutuhan siswa secara
individual. Sedang lembaga pendidikan dan para pengajar berfungsi
dan berperan sebagai penunjang saja. Sistem pendekatan yang
berorientasi pada siswa ini didesain sedemikian rupa. Sehingga siswa
dapat belajar dengan sistem yang luwes yang diarahkan agar siswa
dapat membentuk gaya belajarnya masing-masing. Dalam hal ini guru
dan lembaga berperan sebagai penunjang, fasilitator dan semangat
pada siswa yang sedang belajar.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

35

f. Informasi dapat diatur atau ditata ulang oleh pemakai.


2. Media hasil teknologi audio-visual.
Teknologi

audi-visual

cara

menyampaikan

materi

dengan

menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan


pesan-pesan audio-visual penyajian pengajaran secara audio-visual jelas
bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti
mesin proyektor film, tape rekorder, proyektor visual yang lebar.
Karakteristik media hasil teknologi audio-visual ini adalah:
a. Bersifat linear
b. Menyajikan visual yang dinamis
c. Digunakan dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya oleh
perancang
d. Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau abstrak
e. Dikembangkan menurut prinsip psikologis behafiorisme dan kognitif
f. Berorientasi pada guru.
Pendekatan yang berorientasi pada guru atau lembaga adalah sistem
pendidikan yang konfensional dimana hampir seluruh kegiatan
pembelajaran dikendalikan penuh oleh para guru dan staf lembaga
penndidikan.

Dalam

sistem

ini

guru

mengkomunikasikan

pengetahuannya kepada siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam


beberapa macam bentuk silabus. Biasanya pembalajaran berlangsung
dan selesai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan metode mengajar
yang dipakai tidak beragam bentuknya, biasanya menggunakan metode
ceramah dengan pertemuan tatap muka (face to face)
3. Media hasil teknologi yang berdasarkan computer.
Teknologi berbasis computer merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang
berbasis micro-prosesor. Berbagai aplikasi teknologi berbasis komputer
dalam pembelajaran ummumnya dikenal sebagai computer assisted
instruction. Aplikasi tersebut apabila dilihat dari cara penyajian dan tujuan
yang ingin dicapai melipiuti tutorial, penyajian materi secara bertahap,
drills end practice latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

36

telah dipelajari sebelumnya, permainan dan simulasi (latihan untuk


mengaplikaskan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari dari,
dan basis data (sumber yang dapat membantu siswa menambah informasi
dan pengetahuan sesuai dengan keinginan masing-masing). Karakteristik
media hasil teknologi yang berdasarkan computer:
a. Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial atau secara linear
b. Dapat digunakan sesuai keinginan siswa atau perancang
c. gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan simbol dan grafik
d. Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini
e. Beroriatasi pada siswa dan melibatkan interaktifitas siswa yang tinggi
4. Media hasil gabungan tenologi cetak dan teknologi computer.
Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan
menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk
media yang dikendalikan komputer. Komputer yang memiliki kemampuan
yang hebat seperti jumlah random akses memori yang besar, hard disk
yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan pararel
(alat-alat tambahan), seperti: vidio disk player, perangkat keras untuk
bergabung dalam suatu jaringan dan sistem audio.
a. Dapat digunakan secara acak, sekuensial, linear
b. Dapat digunakan sesuai keinginan siswa, bukan saja dengan
direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya
c. Gagasan disajikan secara realistik sesuai dengan pengalaman siswa,
menurut apa yang relefan dengan siswa dan dibawah pengendalian
siswa
d. Prinsip

ilmu

kognitif

dan

konstruktifisme

ditetapkan

dalam

pengembangan dan penggunaan pelajaran


e. Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga
pengetahuan dikuasai jika pengetahuan itu digunakan
f. Bahan-bahan pelajaran melibatkan interaktif siswa.
g. Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai
sumber. Selain pembagian itu ada lagi pembagian media pembelajaran
menurut jenis, daya liput, dan bahannya.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

37

Beragam Jenis Model Media Pembelajaran


No
1

Jenis media
pembelajaran
Visual yang
tidak
diproyeksikan:
Gambar mati
atau gambar
diam (still
picture)

Kelebihan

Kekurangan

- Dapat menterjemahkan ideide abstrak ke dalam bentuk


yang lebih nyata
- Banyak tersedia dalam bukubuku
- Sangat mudah dipakai karena
tidak membutuhkan peralatan
- Relatif tidak mahal
- Dapat dipakai untuk berbagai
tingkat pelajaran dan bidang
studi

- Kadang-kadang terlampau
kecil untuk ditunjukkan di
kelas yang besar
- Gambar mati adalah gambar
dua dimensi, untuk
menunjukan kedalaman
benda harus digunakan satu
seri gambar dari objek yang
sama tetapi dari sisi yang
berbeda
- Tidak dapat menunjukkan
gerak
- Pembelajar tidak selalu
mengetahui bagaimana
meninterpretasi gambar.

Visual yang diproyeksikan


a. Overhead
- Guru dapat mempersiapkan
projector
materi pelajaran sebelumnya
sehingga jam mengajar dapat
dimanfaatkan seefisien
mungkin
- Tidak menyebabkan tangan
kotor seperti pada kapur
- Dapat digunakan untuk
menjelaskan berbagai bidang
studi
- Sinar lampunya cukup terang
sehingga dapat digunakan
diruang normal (tidak perlu
digelapkan)
- Penyaji berhadapan dengan
pebelajar sehingga kntak
antara guru-pebelajar tetap
berlangsung
- Mudah digunakan karena
sederhana
- Dapat digunakan untuk
pebelajar yang besar
jumlahnya
b. Slide
- Gambar yang bersifat
projector
individual, memudahkan
guru dalam mengatur urutan
penyajian

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

- Efektifitas penyajian OHP


tergantung pada penyaji
- OHP tidak dipersiapkan
untuk belajar mandiri
- Bahan-bahan cetak seperti
gambar, majalah, koran
tidak dapat secara langsung
diproyeksikan karena harus
dipindahkan dahulu ke
bahan transparan
- Kadang-kadang ada bagian
yang tak dapat diamati bila
guru perlu menambahkan
suatu tulisan pada
transparan karena tertutup
oleh bayangan guru

- Tidak dapat memberikan


kesan yang berhubungan
dengan gerak, emosi
maupun suara
38

- Materi pelajaran dapat


dibuat sendiri oleh guru
dengan menggunakan prinsip
pemotretan
- Lama penyajian satu gambar
dapat diatur oleh guru sesuai
dengan kebutuhan
- Proyektor slide yang bersifat
otomatis dapat menampilkan
sendiri urutan gambar yang
telah diatur
- Proyektor slide sederhana
sehingga mudah
menggunakan
- Dapat digunakan untuk
pembelajaran individual
maupun kelompok

c. Filmstrip
projector

d. Opaque
projector

- Pembuatan bahan
membutuhkan biaya lebih
mahal dibandingkan bahan
untuk OHP
- Gambar yang bersifat
individual mudah hilang
- Kesalahan menempatkan
gambar menyebabkan
gambar terbalik pada layar
- Tidak dapat menunjukkan
kedalaman benda
- Slide yang dibuat dari kaca
mudah pecah
- Membutuhkan keterangan
yang banyak dari guru
- Sukar menunjukkan
hubungan karena gambargambar yang lepas-lepas
sehingga dapat merosot
menjadi pertunjukkan
gambar.
- Lebih padat karena filstrip
- Proyektor filmstrip sukar
dapat memuat beberapa
diperoleh
puluh gambar
- Sukar menunjukkan
- Mudah menyimpan karena
beberapa buah gambar saja,
cukup digulungkan dalam
sebab gambar merupakan
sebuah silinder
suatu rangkaian
- Mudah dipersiapkan baik
- Sukar untuk mengganti bila
perangkat lunak maupun
ada gambar yang rusak atau
perangkat kerasnya
tidak sesuai dengan
perkembangan ilmu
- Dapat menampilkan beberapa
jenis tema, baik untuk anak- Memerlukan ruang yang
anak maupun perguruan
gelap untuk dapat
tinggi
menunjukkan gambar yang
jelas, akibatnya pebelajar
- Memungkinkan terjadi
tidak dapat mencatat
diskusi yang cukup lama
- Film biasanya tidak
- Film dengan bentuk selajur
dibungkus maka sebagian
tidak memungkinkan
gambar dapat tergores atau
tercecer, keliru urutan atau
rusak
terbalik seperti pada slide
- Berbagai materi pelajaran
- Tidak dapat menunjukkan
dapat ditunjukkan secara
gambar yang terang karena
langsung diambil dari buku,
materi yang dipertunjukkan
koran, majalah, peta
tidak tembus cahaya,
dansebagainya
kecuali diperketat dan
ruangan gelap
- Perangkat lunak tidak
membutuhkan biaya banyak
- Materi yang diproyeksikan
dapat rusak bila terlalu lama
- Dapat dipakai berulang-ulang

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

39

- Berbagai objek tiga dimensi


seperti serangga, mata uang
logam, daun, dapat
diproyeksikan

Audio

Audio-visual

- Tidak begitu mahal untuk


kegiatan pembelajaran
- Audio tape cukup hemat
sebab suatu rekaman dapat
dihapus dan diganti dengan
materi baru
- Dapat digunakan untuk
pembelajaran
kelompokmaupun individual
- Pebelajar yang tuna netra
maupun tuna aksara dapat
belajar melalui media audio
- Untuk anak yang masih kecil
atau untuk pebelajar yang
belum membaca, media
audio dapat membentuk
pengalaman belajar bahasa
permulaan
- Media audio dapat
membawakan pesan verbal
yang lebih dramatis daripada
media cetak
- Dengan sedikit imajinasi
guru program audio dapat
bervariasi
- Audio cassette tape-recorder
dapat dibawa kemana-mana
dan dapat digunakan
dilapangan dengan batery
- Cassette tape recorder sangat
ideal untuk belajar mandiri di
rumah karena bahan
pembelajaran pada pita kaset
mudah diperbanyak bila
diperlukan
- Pebelajar selain bisa melihat
dan mengamati pesan yang
ingin disampaikan juga bisa

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

diproyeksikan karena
pemantulan cermin lampu
yang cukup besar
Pesawat kurang aman bila
tersentuh karena panas
Membutuhkan ruang yang
betul-betul gelap, maka
kurang cocok untuk
pembelajaran (siswa tak
dapat mencatat)
Melalui media audio kaset
dapat mendengarkan urutan
penyajian yang tetap bahkan
bila diputar kembali akan
terdengar hal-hal yang
sama. Hal ini kadangkadang membosankan
Tanpa ada penyaji yang
tertatap muka langsung
dengan pebelajar, beberapa
diantara pebelajar kurang
memperhatikan penyajian
itu
Pengembangan program
audio yang baik akan
banyak menyita waktu
Penentuan cara
penyampaian informasi
dapat menimbulkan
kesulitan bila pendengar
memiliki latar belakang
serta kemampuan
mendengar yang berbeda
Tidak dapat diperoleh
balikan secara langsung
karena hanya ada satu jalur
penyampaian informasi

- Sukar diperoleh dan mahal


harganya
- Pengembangan program

40

sekaligus dapat mendengar


sesuatu yang divisualisasikan
- Dapat digunakan untuk
pebelajar secara individual
maupun kelompok

Multimedia

- Dapat digunakan untuk


pebelajar secara individual
maupun kelompok
- Melibatkan pebelajar untuk
lebih interaktif
- Pebelajar juga dapat
memberikan respon aktif
- Media multimedia tidak
membosankan
- Dapat mengajarkan pada
pebelajar untuk memecahkan
masalah yang kompleks.
- Dapat digunakan sesuai
keinginan pebelajar, bukan
saja dengan direncanakan
dan diinginkan oleh
perancangnya

audio-visual yang baik akan


banyak menyita waktu

- Memerlukan kemampuan
khusus bagi penyaji dalam
merancang media yang
digunakan
- Pengembangan program
multimedia yang baik akan
banyak menyita waktu
- Penentuan cara
penyampaian informasi
dapat menimbulkan
kesulitan bila pendengar
memiliki latar belakang
serta kemampuan yang
berbeda
-

C. System Evaluasi Hasil Belajar


No
1

Jenis
Evaluasi
Tes

Kelebihan
Tes buatan guru penyusunannya
butir-butir tes didasarkan pada
tujuan (khusus) dan deskripsi
bahan yang telah diajarkan

Kekurangan
Alat tes yang disusun guru
hanya tepat diterapkan pada
kelasnya sendiri dan tidak
pada kelas atau bahkan
sekolah lain yang diajarkan
oleh guru yang berbeda.
Tes buatan guru tidak diuji
cobakan dulu karena berbagi
hal, baik berkaitan dengan
masalah waktu, kesempatan,
tenaga, biaya dan juga
kemampuan guru itu sendiri
untuk menganalisisnya

Melalui tes diagnostik dapat


ditemukan bahan-bahan pelajaran
tertentu yang masih menyulitkan
siswa sehingga menjadi masukan

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

41

berharga untuk menentukan


kebijaksanaan pengajaran
selanjutnya
Tes esai menuntut siswa untuk
dapat menghubungkan faktafakta dan konsep-konsep,
mengorgaisasikannya kedalam
koherensi yang logis dan
kemudian menuangkan hasil
pemikiran itu dalam bentuk
ekspresi tulis dengan katakatanya sendiri
Tes objektif berupa pilihan ganda
dapat digunakan untuk menilai
kemampuan mengingat dan
memahami dengan cakupan
materi yang luas

Sikap

Proyek

Produk

Penilaian sikap melalui observasi


perilaku untuk menunjukkan
kecenderungan seseorang dalam
sesuatu hal sehingga dapat
dijadikan sebagai umpan balik
dalam pembinaan.
Penilaian sikap melalui
pertanyaaan langsung
berdasarkan jawaban dan reaksi
lain yang tampil dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap
peserta didik terhadap objek
siswa.
Penilaian proyek dapat digunakan
untuk mengetahui kondisi siswa
dalam pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, penyelidikan
dan mengimformasikan pada
mata pelajaran tertentu..
Membiasakan siswa untuk
menerapkan tahap-tahap dalam
proses membuat produk yang
telah dilakukan

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

Cakupan materi yang


ditanyakan terbatas

Tes objektif berupa pilihan


ganda tidak mendidik siswa
mengembangkan sendiri
jawabannya tetapi cenderung
hanya memilih jawaban, hal
ini menimbulkan
kecenderungan siswa tidak
belajar untuk memahami
pelajaran tetapi menghafalkan
soal dan jawabannya

Guru dituntut untuk menilai


secara langsung pada saat
siswa sedang berproses
membuat produk sehingga
membutuhkan pengamatan
terhadap setiap siswa
sehingga waktu yang gunakan

42

Portofolio

Portofolio siswa dapat menjadi


catatan kumulatif dan
berkesinambungan dari sebuah
proses
Portofolio bisa menjadi bukti
nyata belajar siswa untuk orang
tua, guru dan siswa sendiri.
Portofolio berguna untuk
mengetahui kemajuan siswa
secara perorangan

Kinerja/proses

Diri

Sesuai untuk menilai


ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik
melakukan tugas tertentu seperti:
praktek olah raga, bernyanyi,
memainkan peran.
Penilaian unjuk kerja dengan
daftar cek lebih praktis digunakan
untuk mengamati subjek dalam
jumlah besar.

Memberikan dampak positip


terhadap perkembangan
kepribadian siswa karena diberi
kepercayaan untuk menilai
dirinya sendiri.
Peserta didik menyadari kekuatan
dan kelemahan dirinya melalui
introspeksi diri yang
dilakukannya
Mendorong, membiasakan dan
melatih siswa untuk berbuat
jujur karena adanya tuntutan
untuk jujur dan obyektif dalam
penilaian

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

lama
Perlu review dan
pembaharuan secara periodik
terhadap hasil karya siswa
yang terdapat dalam
portofolio

Guru secara kolaboratif


dengan siswa maupun tanpa
siswa perlu melalukan review
secara teratur

Penilaian unjuk kerja dengan


daftar cek penilai hanya
mempunyai dua pilihan
mutlak: benar-salah, baiktidak baik, sehingga tidak ada
nilai tengah.

Tidak semua siswa memiliki


kebiasaan jujur dan obyektif
sehingga hasil penilaian bisa
tidak obyektif

43

BAB IV

WORKSHOP PTK
A. Alur penemuan masalah penelitian dan penulisan proposal PTK
Untuk menemukan masalah penelitian tindakan kelas, salah satu strategi
dapat dilakukan penelusuran seperti alur dalam matrik berikut ini.
Aspek
Kondisi nyata
penelusuran
Kajian
Misalnya kita akan menelusuri masalah penelitian dalam pembelajaran
yang bersumber pada standar kompetensi dan kompetensi dasar berikut.
SK: mengekspresikan diri melalui karya senirupa
KD: gambar bentuk dengan obyek karya senirupa terapan tiga dimensi dari
daerah setempat
Masalah
Guru merasakan adanya masalah, misalnya:
Kualitas proses pembelajaran rendah dalam pembelajaran kompetensi
dasar gambar bentuk dengan obyek karya senirupa terapan tiga dimensi
dari daerah setempat (gambar bentuk) (pada siswa Kelas VII semester I
SMPN 5 Surakarta tahun 2011)
Indikator
Ditelusuri sebanyak mungkin indicator yang menunjukan mutu proses
masalah
pembelajaran gambar bentuk tersebut rendah, misalnya:
a. Sebagian besar siswa tidak mempersiapkan peralatan belajar seperti
kertas gambar, pensil 2B, dan sebagainya
b. Perhatian sebagian besar siswa terhadap pelajaran rendah
c. Siswa kurang merespon/ memperhatikan penjelasan guru
d. Sebagian besar siswa tidak menjawab pertanyaan guru
e. Konsentrasi siswa terhadap pembelajaran rendah
f. Dan lain-lain
Akar
Menemukan sebanyak mungkin akar masalah yang menyebabkan
masalah
terjadinya masalah di atas kompetensi gambar bentuk siswa rendah,
misalnya ditemukan aspek seperti berikut.
a. Guru tidak menggunakan media belajar yang menarik dalam
pembelajaran
b. Guru kurang menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, ia
hanya cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran
c. Guru kurang mampu mengelola kelas
d. Guru kurang menguasai materi ajar gambar bentuk objek karya
senirupa tiga dimensi
e. Lingkungan masyarakat di sekitar sekolah ramai sehingga kurang
mendukung proses pembelajaran di kelas
f. Dan lain-lain.
Solusi
Berdasarkan akar masalah yang ditemukan, selanjutnya baik secara teoritis
pemecahan
(berdasarkan BAB III di atas), maupun secara empiris yang dihadapi oleh
masalah
guru, maka dapat ditemukan alternative solusi pemecahannya. Solusi
pemecahan masalah dapat ditempuh dengan perbaikan metode

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

44

pemberlajaran, media pembelajaran, sistem evaluasi atau aspek yang


lainnya,seperti berikut:
a. Guru menggunakan media pebelajaran yang mampu menarik minat
siswa dalam pembelajaran
b. Guru memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang relevan
dengan sifat materi ajar dan kondisi siswa
c. Guru meningkatkan kompetensinya
d. Lingkungan masyarakat di sekitar sekolah direkayasa agar mampu
mendukung proses pembelajaran
Berdasarkan alternative solusi, kemudian dipilih satu solusi yang dianggap
paling dapat memecahkan masalah dan sekaligus mampu dilaksanakan
oleh guru yang bersangkutan. Misalnya dipilih solusi penggunaan media
pembelajaran visual
Berdasarkan masalah, indikatoradanya masalah, akar masalah, dan solusi
pemecahan masalah, maka dapat disusun proposal PTK sebagai berikut:

Sistematika Proposal PTK


1. Judul Penelitian
Untuk menyusun judul, dengan cara menghubungkan antara masalah,
alternatif pemecahan masalah, dan subyek penelitian:
a. Masalah: mutu proses pembelajaran gambar bentuk rendah
b. Alternatif pemecahan: penggunaan media pembelajaran visual
c. Subyek: siswa kelas VII SMPN 5 Surakarta
d. Tempat: Surakarta
e. Waktu: semester ganjil tahun 2011
Sehingga alternatif judul dapat disusun sbb:
a. Peningkatan

mutu

proses

pembelajaran

gambar

bentuk

melalui

penggunaan media pembelajaran visual pada siswa kelas VII semester I


SMPN 5 Surakarta tahun 2011.
b. Penerapan media pembelajaran visual untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran gambar bentuk pada siswa kelas VII semester I SMPN 5
Surakarta tahun 2011.
2. Latar Belakang Masalah
Uraian pada latar belakang masalah diambilkan berdasarkan indikator
masalah, akar masalah yang relevan dengan solusi pemecahan masalah yang

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

45

telah dipilih, solusi atau alternatif pemecahan masalah, dan alasan solusi
pemecahan masalah tersebut. Aspek-aspek tersebut misalnya sebagai berikut:
a. Bukti bahwa sebagian besar siswa tidak mempersiapkan peralatan belajar
b. Bukti bahwa perhatian sebagian besar siswa terhadap pelajaran rendah
c. Bukti bahwa siswa kurang merespon penjelasan guru
d. Bukti bahwa tidak ada yang siswa menjawab pertayaan guru
e. Bukti bahwa guru belum menggunakan media belajar yang mampu
menarik belajar siswa
f. Bukti bahwa dalam pembelajaran, guru hanya menggunakan metode
ceramah
g. Uraian tentang pembelajaran dengan media visual
h. Uraian teoritis bahwa pembelajaran dengan media visual mampu
meningkatkan proses pembelajaran gambar bentuk
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul yang telah ditetapkan di atas, maka dapat disusun alternatif
rumusan masalah PTK dalam kalimat tanya seperti berikut:
a. Apakah penggunaan media pembelajaran visual mampu meningkatkan
mutu proses pembelajaran gambar bentuk pada siswa kelas VII semester I
SMPN 5 Surakarta tahun 2011?
b. Bagaimana penerapan media pembelajaran visual mampu meningkatkan
mutu proses pembelajaran gambar bentuk pada siswa kelas VII semester I
SMPN 5 Surakarta tahun 2011?
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dapat diambilkan dari masalah penelitian, dan untuk
menentukan ketercapaian tujuan perlu dirumuskan indikator keberhasilan yang
disusun secara realistik dan dapat diukur. Contoh tujuan penelitian:
a. Mengidentifikasi dan merumuskan media pembelajaran visual gambar
bentuk mampu meningkatkan mutu proses pembelajaran pada siswa kelas
VII semester I SMPN 5 Surakarta tahun 2011?
b. Meningkatkan mutu proses pembelajaran gambar bentuk siswa kelas VII
semester I SMPN 5 Surakarta tahun 2011.
Contoh indikator keberhasilan tindakannya sebagai berikut:

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

46

Aspek Yang Diukur

Kriteria

Cara Mengukur

Jumlah siswa yang


mempersiapkan peralatan
dan bahan belajar

90%

Jumlah siswa yang


memperhatikan pembelajaran

80%

Jumlah siswa yang menjawab


pertanyaan guru atau
menanggapi pertanyaan
siswa lainnnya

50%

Data diambil berdasarkan hasil


pengamatan saat pembelajaran dan
dihitung siswa yang mempersiapkan
peralatan dan bahan belajar
Data diambil berdasarkan hasil
pengamatan saat pembelajaran dan
dihitung jumlah siswa yang
memperhatikan pembelajaran
Data diambil berdasarkan hasil
pengamatan saat pembelajaran dan
dihitung jumlah siswa yang
menjawab pertanyaan guru atau
menanggapi pertanyaan siswa
lainnnya

5. Manfaat Hasil Penelitian


Manfaat hasil penelitian dirinci untuk perbaikan mutu pembelajaran atau
pendidikan, minimal manfaat dirinci bagi siswa, guru, sekolah dan bagi
kolaborator.
a. Bagi siswa, hasil penelitian dapat meningkatkan proses pembelajaran
gambar bentuk
b. Bagi guru, hasil penelitian dapat mengembangkan pembelajaran gambar
bentuk yang lebih berorientasi pada proses, bukan produk, sehingga mutu
proses pembelajaran meningkat
c. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya
pengadaan inovasi pembelajaran bagi guru pada mata pelajaran lainnya.
d. Bagi kolaborator atau guru peneliti lainnya, hasil penelitian dapat
memperoleh pengalaman dan wawasan nyata tentang penerapan media
pembelajaran
6. Kajian Pustaka
a. Dikaji secara teoritis dan empiris yang antara lain berkaitan dengan:
masalah (gambar bentuk dan pembelajarannya), solusi masalah (media
visual gambar bentuk dan penerapannya)
b. Hipotesis penelitian, jika diperlukan dapat disusun sebagai berikut:
Penggunaan media pembelajaran visual dalam pembelajaran gambar

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

47

bentuk mampu meningkatkan mutu proses pembelajaran pada siswa kelas


VII semester I SMPN 5 Surakarta tahun 2011.
7. Metode Penelitian
a. Setting Penelitian sesuai dengan lokasi subyek, yaitu SMPN 5 Surakarta
b. Waktu penelitian sesuai pelaksanaan, yaitu tahun 2011 semester I (Agustus
Januari)
c. Subyek Penelitian yaitu siswa kelas VII SMPN 5 Surakarta
d. Teknik Pengumpulan Data, disesuaikan dengan proses pembelajaran di
kelas yang dilakukan oleh guru dan siswa, antara lain:
1) Observasi dengan pedoman observasi pembelajaran guru
2) Observasi dengan pedoman observasi pembelajaran siswa
3) Evaluasi media visual
4) Evaluasi mutu proses pembelajaran siswa dan guru
e. Teknik Uji Validitas Data
f. Teknik Analisis Data
g. Prosedur Penelitian, terdiri atas:
1) Perencanaan, menguraikan secara rinci mengenaihal-hal yang diperlukan
sebelum pelaksanaan tindakan, seperti: skenario pembelajaran, materijar,
media visual yang akan diterapkan, bahan dan alat, instrument
observasi, instrument evaluasi, dan instrument refleksi)
2) Pelaksanaan tindakan, berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan
dilakukan oleh peneliti (guru dan kolaborator) dan siswa dalam
pembelajaran
3) Observasi, menggambarkan objek amatan (guru, siswa, media visual) dan
cara pengamatannya
4) Refleksi, merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
telah dilakukan.
8. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dibuat dalam bentuk bar-chart seperti berikut.
No
1

Tahapan PTK
Persiapan pembelajaran seperti RPP,
materi ajar, metode ajar, media, evaluasi,
dll.

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

1 2
X

Minggu ke
5 6 7

48

10

2
3
4
5
6
7
8
9
10

Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Perencanaan ulang
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Penyusunan laporan

X
X X X
X X X
X X X
X
X X X X
X X X X
X
X

B. Latihan Penyusunan Proposal PTK


Buatlah proposal PTK dengan memilih salah satu masalah di bawah ini, atau
menentukan masalah sendiri berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar (SK KD) atau pembelajaran yang saudara hadapi di kelas sehari-hari.

Contoh masalah pembelajaran di SMP

1.
2.
3.

4.

Masalah
(proses, output, outcome)
Proses pembelajaran gambar bentuk siswa rendah (pada siswa kelas VII semester I
SMPN 5 Surakarta tahun 2011)
Daya apresiasi siswa terhadap jenis karya senirupa terapan daerah setempat rendah
(pada siswa kelas VII semester I SMPN 5 Surakarta tahun 2011)
Kemampuan merancang karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak senirupa
terapan nusantara siswa rendah (pada siswa kelas VIII semester I SMPN 5 Surakarta
tahun 2011)
Kemampuan melukis (mengekspresikan diri) yang dikembangkan dari unsure
senirupa nusantara rendah (pada siswa kelas IX semester I SMPN 5 Surakarta tahun
2011)
Contoh masalah pembelajaran di SMA

Masalah
(proses, output, outcome)
1. Kemampuan mengapresiasi karya seni batik tradisi (keunikan gagasan dan teknik
dalam karya senirupa terapan daerah setempat) rendah (pada siswa kelas X semester
I SMAN 2 Surakarta tahun 2011)
2. Kemampuan merancang motif batik (karya seni kriya) dengan memanfaatkan teknik
dan corak di wilayah nusantara siswa rendah (pada siswa kelas XI IPS semester II
SMAN 2 Surakarta tahun 2011)
3. Kemampuan menggambar proyeksi benda geometris siswa rendah (pada siswa kelas
XI IPA semester II SMAN 2 Surakarta tahun 2011)

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

49

4. Kemampuan menjelaskan keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni lukis
(karya senirupa) modern siswa rendah (pada siswa kelas XII IPS semester I SMAN 2
Surakarta tahun 2011)
5. Kemampuan mengidentifikasi gagasan, teknik, dan bahan dalam karya seni lukis
modern siswa rendah (pada siswa kelas XII IPA semester I SMAN 2 Surakarta tahun
2011)
Contoh masalah pembelajaran di SMK

1.

2.
3.

4.
5.
6.

Masalah
(proses, output, outcome)
Pemahaman konsep senirupa dan pemahaman pentingnya senirupa dalam
kehidupannya siswa rendah (masalah proses pada siswa jurusan seni murni SMKN 9
Surakarta tahun 2011)
Sikap apresiatif siswa terhadap senirupa rendah (masalah output pada siswa jurusan
seni murni SMKN 9 Surakarta tahun 2011)
Kemampuan membuat gambar rancangan produk kriya logam dari sisi depan,
samping, dan atas (proyeksi) siswa rendah (pada siswa jurusan kriya logam SMKN 9
Surakarta tahun 2011)
Kemampuan membuat komponen kriya dari kayu balok dan kayu papan siswa
rendah (pada siswa jurusan kriya kayu SMKN 9 Surakarta tahun 2011)
Mengoperasikan software pengolahan gambar vector (digital illustration) siswa
rendah (pada siswa jurusan multimedia SMKN 9 Surakarta tahun2011)
Membentuk dengan teknik putar pilin (pada siswa jurusan keramik SMKN 9
Surakarta tahun 2011)

C. Kriteria Penilaian Proposal


No
1
2

Uraian
Judul

4
5
6

Latar Belakang
Masalah
Rumusan
Masalah
Tujuan
Manfaat
Tinjauan Pustaka

Metode

Kriteria
Memuat masalah, tindakan, setting dan subyek
penelitian
Menjelaskan akar masalah, indikator masalah dan
argumentasi pemecahan masalah
Dirumuskan dalam kalimat tanya menunjukkan
adanya variabel bebas dan terikat
Menjawab permasalahan
Bisa memberikan masukan pada pihak-pihak terkait
Bisa mendiskripsikan teori, konsep atau hasil-hasil
penelitian yang berkaitan dengan variabel-variabel
penelitian yang dipermasalahkan
a. Menguraikan metode yang digunakan dalam
penelitian secara sistematis dalam rangka

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

Skor
10
10
5
5
5
15

20

50

Penggunaan
Bahasa

Daftar Pustaka

menjawab tujuan penelitian


b. Mampu menjelaskan setting dan subyek
penelitian
c. Menguraikan instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian
d. Menjelaskan prosedur penerapan tindakan di
setiap siklus yang direncanakan
a. Penerapan bahasa secara baik dan benar
b. Tata pengutipan sumber tulisan
c. Penomoran
Penulisan secara alphabet dan kronologis
Kebaruan sumber tulisan

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

10

51

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh. 2011. Penelitian Tindakan


http://www.abdulrahmansaleh.com diakses tanggal 7 juni 2011
Abuyahusaini. 2008. Macam-Macam Media Pembelajaran Dan Karakteristiknya.
http://www.dynasis.biz/abuyahusaini. diakses tanggal 9 Juni 2011
Anekanews. 2011. Penelitian Tindakan Kelas
(http://pendidikan.anekanews.com.ptk.html) diakses tanggal 7 juni 2011
Anitah, Sri. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon
13 FKIP UNS
Basrowi & Suwandi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas
(http://id.wikipedia.org/wiki/) diakses tanggal 7 juni 2011
Direktorat Ketenagaan, Dirjen Dikti, Depdiknas (2007). Pengembangan Inovasi
Pembelajaran
Raka Joni, 1998. Penelitian Tindakan Kelas (http://m-yunus.com-ptk.html).
diakses tanggal 7 juni 2011
Sanjaya. 2010 (http://id.wikipedia.org/wiki/. diakses tanggal 7 juni 2011
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Wardhani, Igak, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka Jakarta.
Wikipedia. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. http://id.wikipedia.org/wiki/. diakses
tanggal 7 Juni 2011
Yunus. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (http://m-yunus.com-ptk.html) diakses
tanggal 7 juni 2011

Modul PLPG Seni Budaya Rayon 113 UNS Surakarta 2013

52

You might also like