Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak kesehatan diketahui merupakan salah satu dari kebutuhan dasar dari setiap umat
manusia, maka berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan telah banyak
diselenggarakan. Salah satu dari upaya tersebut yang dinilai mempunyai peranan yang
cukup penting adalah penyelenggara kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihakn kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, serta masyarakat.
Indonesia mempunyai kondisi geografis yang terdiri dari ribuan pulau, dan lautan,
diantara pulau tersebut terdapat beberapa gunung berapi aktif yang bisa menyebabkan
bencana dan gempa bumi. Berdasarkan data BNBD , jumlah kejadian bencana
Desember 2014 sebanyak 257 kejadian dengan rincian : tanah longsor 111 , banjir
86 , putingbeliung 52, banjir dan tanah longsor 2, letusan gunung berapi 1.
Bnyaknya bencana yang terjadi mengingatkan berbagai pihak agar selalu
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, bebagai upaya sudah banyak
dilakukan pemerintah dengan bekerjasama dengan akademisi dan lembaga lainnya.
Semakin majunya perkembangan zaman akibat meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi maka cenderung meningkatnya interaksi antara manusia yang terdiri dari
beanekaragam suku dan agama dan lingkungan serta ekonomi yang serba berubah
dan kondisi demikian kemungkinan akan menimbulkan dampak yang merugikan
terhadap kesehatan baik fisik maupun mental.
Salah satu cabang ilmu kesehatan/kedokteran yang mempelajari ( menangani )
membina individu/ sekelompok individu atau masyarakat terpajan dilingkungan yan
menimbulkan dampak kesehatan adalah ilmu kesehatan matra.
Dalam pelaksaana kegiatannya : kesehatan matra telah diatur dalam undang-undang
nomor 23 tahn 1992 tentang kesehatan sebagai upaya kesehatan yang diselenggarakan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang
serba berubah.
1 | Page
kesehatan
matra
denga
membuat
beberapa
konsep
pedoman/petunjuk khusus dan juga melaui seminar, rapat koordinasi dengan para
pakar, dan pengelola program serta unit lintas sektor terkait.Salah satu misi untuk
mencapai visi misi idonesia sehat adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan
bermutu, merata, dan terprogram termasuk upaya kesehatan matra.
Sejalan dengan perkembangan imu pengetahuan dan teknlogi ( IPTEK) Disegala
bidang, maka ilmu kesehatan matra perlu dikembangkan.
Untuk dapat melaksanakan upaya kesehtan matra secara profesional dan bermutu ,
perlu didukung deengan sumberdaya manusia yang terlatih/ profesional, ditunjang
oleh sarana, / fasilitas yang memadai, adanya sistem informasi kesehatan yang baku
dan pendukung kegiatan yang optimal. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan
pedoman upaya kesehatan matra yang diharapkan dapat dipakai para pengelola dan
pelaksana kesehatan matra baik pusat maupun daerah.
B. TUJUAN
Meningkatkan kesadaran , kemaauan, dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi
kondisi matra agar tetap sehat.
Dasar hukum undang undang Republik Indonesia nomer 36 tahun 2009 tentang
kesehatan
C. MANFAAT
1. Agar mahasiswa lebih mengenal secara nyata tentang kesehatan matra darat
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menangani suatu kejadian matra darat.
3. Mahasiswa mampu mengenal dan menangani kondisi matra pada semua fase ( pra,
intra dan pasca bencana )
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Lingkungan matra Darat
Lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna adalah kondisi yang ditandai
dengan adanya perubahan dari 1 (satu) atau lebih dari aspek lingkungan pada suatu matra
yang bersifat temporer/ sementara.
Dihadapkan pada keterpengaruhan manusia, maka sifat sementara/ temporer dari
perubahan lingkungan tersebut dapat terwujud dalam dua bentuk kejadian sebagai berikut :
2 | Page
1. Terjadinya perubahan kondisi aspek lingkungan pada suatu matra dari kondisi normal
menjadi tidak normal dan selanjutnya berubah menjadi normal kembali.
2. Terjadinya kepindahan seseorang atau kelompok manusia dari suatu kondisi nomal ke
kondisi tidak normal dan selanjutnya pindah kembali ke kondisi normal.
B. Jenis kegiatan matra kesehatan matra lapangan.
1. Kesehatan haji
Upaya kesehatan haji dalam kesehatan matra merupakan upaya kesehatan
yang dilakukan untuk meningkatkan kemapuan fisik dan mental para calon / jemaah
haji dan petugas yang terkait untuk menyesuaikan diri terhdap lingkungan yang
berubah secara bermakna mulai dari sebelum pendaftaran, selama persiapan berada di
Arab Saudi, selama dalam perjalanan pergi pulang dari Arab Saudi samapai dengan 2
minggu setelah tiba kembali ke tanah air.
Kesehatan haji merupakan upaya
kesehatan
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan mental para calon/ jamaah haji dan pertugas yang
terkait untuk menyesuiakan diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakana
dengan lingkungan di daerah asal.
Kesehatan haji mencakup kegiatan antara lain, penyuluhan, pemeriksaan kesehatan,
kesling, penangahan gizi, kesmpatan fisisk, imunisasi meningitis, pengamatan
oenyakit, higiene dan sanitasi, penanggulangan KLB.
a. Perencanaan
Perencanaan kesehatan haji meliputi persiapan perencanaan, penyusunan rencana
kebutuhan sumber daya manusia, penyusunan rencana perbekalan kesehatan dan
penyusunan rencana pembiayaan.
1) Persiapan perencanaan
Penyusunan perencanaan kesehatan haji harus didasarkan pada data/ informasi
yang akurat meliputi:
a) Identitas calon jemaah haji, yaitu : umur jenis kelamin, asal, pekerjaan dan
pendidikan
b) Data kesehatan dan lingkungan, yaitu : data penyakit yang pernah di derita
dan atau sedang di derita, data calon jemaah haji dengan resiko tinggi, data
kesehatan / faktor resiko, lingkungan asrama embarkasi/ debarkasi dan
pemondokan di arab saudi.
c) Data pelayanan medis pada jemaah haji, yaitu : data kesakitan, kunjungan
rawat jalan, rawat inap, rujukan, kematian, perbekalan obat dan alat
kesehatan, sarana pelayanan kesehatan yang sudah ada serta sarana
pelayanan kesehatan rujukan.
b. Pengorganisasian
3 | Page
1) Di indonesia
a) Pengorganisasian kesehatan haji meliputi satu dalam struktur organisasi
yang ada di masing masing jenjang administrasi kesehatan, di puskesmas,
di dinas kesehatan kabupaten/ kota dan propinsi.
b) Untuk pelaksanaan di tunjuk atau di tetapkan pengelolaan keehatan haji
pada puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/ kota oleh kepala dinas
kesehatan kabupaten/ kota yang bersangkutan. Sedangkan untuk pengelola
kesehatan haji di dinas kesehatan propinsi ditetapkan oleh kepala dinas
kesehatan propinsi.
c) Pada saat oprasional haji pengorganisasian dalam penyelenggaraan haji
mengikuti organisasi kepanitian yang berlaku sesuai dengan ketentuan.
2) Di arap saudi
Pengorganisasian di Arab saudi mengacu pada struktur organisasi PPHI di
Arab Saudi yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
c. Kegiatan oprasional
1) Lingkup kegiatan
a) Lingkup kegiatan kesehatan haji meliputi anatara lain:
(1) Penyuluhan kesehatan
(2) Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
(3) Pembinaan kesehatan calon jemaah haji
(4) Penanganan gizi
(5) Kesempatan fisik dan aklimatisasi
(6) Imunisasi meningitis
(7) Pengamatan penyakit
(8) Kesehatan lingkungan
(9) Penanggulangan musibah masal / KLB
(10)
Penatalaksanaan pelayanan medis dan keperawatan
(11)
Evakuasi dan rujukan
2) Persiapan kegiatan
Dalam penyelenggaraan kesehatan haji yang harus disiapkan adalah :
a) Informasi yang akan digunakan sebagai bahan perbaikan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan haji taun berjalan.
b) Fasilitas pelayanan kesehatan jemaah haji di indonesia maupun di Arab
Saudi dengan sarannya.
c) Petugas petugas kesehatan (medis, keperawatan, sanitarian, gizi, dan
farmasi)
d) Calon jemaah haji
d. Pencatatan dan pelaporan kegiatan
Untuk keentingan teknis dan administratif maka semua kegiatan pelayanan
kegiatan harus dicatat secara khusus baik pada buku kesehatan jamaah haji atau
buku catatan lainnya, yang akan menjadi bahan laporan / informasi penting bagi
penyelengaraan maupun pelayanan kesehatan haji.
4 | Page
a)
b)
c)
d)
asal
e) Data kesehatan lingkungan di lokasi pemukiman transmigrasi
3) Data kebutuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat transmigran
a) Kebutuhan pelayanan kesehatan umum ( KIA/KB, imunisasi, Gizi, pelayanan
dasar lainnya)
b) Kebutuhan pelayanan lanjutan asal masalah / penyakit yang ada
c) Kebutuhan pelayanan kesehatan secara khusus atas hasil analisis masalah serta
masalah potensial yang ada
b. Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya
Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya, perlu melibatkan pihak-pihak yang
terkait seperti yang tanggung jawab dibandingkan transmigrasi, kesehatan dan
lainnya dimasing-masing tingkat administrasi. Rencana kebutuhan sumber daya
meliputi :
1) Kebutuhan fasilitas kesehatan
2) Kebutuhan tenaga
3) Kebutuhan perbekalan kesehatan
c. Pengorganisasian
1) Struktur organisasi
Kesehatan trasnmigrasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
dalam kesehatan transmigrasi secara umum dan kegiatan program-programm
pembangunan kesehatan lainnya, maka pengorganisasiannya melekat pada sistem
yang telah ada dimasing-masing tingkatan.
2) Mekanisme kerja
a) Penanggung jawab
Penanggung jawab teknis penyelenggaraan upaya kesehatan transmigrasi
adalah dinas kesehatan Kabupaten / Kota. Sebagai penanggung jawab
operasional dilapangan berada pada dinas kesehatan Kabupaten/ Kota, baik
didaerah asal maupun daerah tujuan transmigrasi. Instansi kesehatan tingkat
pusat bertanggung jawab menyusun pedoman, standar dan peraturan
perundangan.
b) Peran dan tugas masing-masing
Sesuai dengan kewenangannya masing-masing, maka unsur-unsur yang
terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan (Matra) transmigrasi tersebut perlu
6 | Page
4) Pelaksanaan kegiatan
a) Persiapan
Tahap ini merupakan landasan bagi kegiatan kesehatan transmigrasi, yang
meliputi penyiapan transmigrasi di tempat asal, tempat penampungan
sementara dalam perjalanan, perjalanan dari debarkasi ke lokasi permukiman
serta penyiapan lokasi permukiman.
b) Didaerah asal transmigrasi
1) Registrasi ulang calon transmigrasi yang telah selesai menjalani seleksi dan
dinyatakan memenuhi persyaratan kesehatan yang dinyatakan dengan surat
keterangan.
2) Mendata kembali calon transmigrasi yang perlu endapatkan pelayanan
kesehatan secara khusus, sesuai dengan kebutuhannya anata lain pelayanan
3) Pengecekan kesehatan terhadap transmigrasi menjelang keberangkatan
4) Pencatatan dan pelaporan kesehatan calon transmigrasi
c) Persiapan di Transito Emberkasi dan Debarkasi
Mengecek kembali apakah transito embarkasi dan debarkasi :
1) Telah siap huni untuk transmigran yang akan diberangkatkan
7 | Page
9 | Page
Jenis jumlah dan lokasi sarana kesehatan yang harus disediakan disesuaikan
dengan jenis bencana atau prakiraan jumlah korban.
b) Sarana pelayanan kesehatan yang dapat bergerak (mobile) antara lain:
(1) Puskesmas keliling
(2) Ambulan
(3) Klino mobil di perkotaan tertentu
(4) Mobil jenazah / kendaraan lain yang dapat difungsikan
(5) Sarana pendukung pelayanan kesehatan dan rujukan
Jenis logistik yang diperlukan antara lain berupa
(1) Obat dan bahan habis pakai
(2) Perlengkapan fasilitas pelayanan kesehatan
Jumlah dan jenis diperhitungkan menurut prakiraan jenis kebutuhan pelayanan
kesehatan serta besarnya dan jenis bencana.
3) Perencanaan tenaga kesehatan
a) Jenis tenaga
(1)Jenis tenaga yang diperlukan, sesuai dengan situasi / kondisi yang terjadi,
yaitu tenaga-tenaga kesehatan yang telah dilatih khusus dalam kesehatan
penanggulangan korban bencana
(2)Minimal harus tersedia tenaga dokter, keperawatan, sanitarian serta tenaga
pendukung pelayanan termasuk pengemudi bila diperlukan
(3)Pada fasilitas rujukan yang ditunjuk perlu ditugaskan dokter spesialis sesuai
dengan kebutuhannya dan bertindak sebagai dokter konsulen dalam
pelayanan kesehatan di lapangan
b) Jumlah tenaga yang diperlukan menurut jenis tenaganya, diperhitungkan
berdasarkan
(1)Jenis / macam bencana
(2)Lamanya
(3)Prakiraan banyaknya orang yang terpajan
(4)Jumlah fasilitas kesehatan dengan kriteria kemampuannya
c) Kemampuan tenaga
Kemampuan tenaga yang diandalkan dalam penanggulangan korban bencana
ini adalah pemahaman tentang kesehatan dalam penanggulangan korban
bencana, peraturan-peraturan / ketentuan hukum dan perundang-undangannya.
Keterampilan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya masingmasing
serta
kebutuhan
pembinaan
teknis
dan
manajemen
dalam
(d) Informasi tentang kejadian bencana pada lokasi rawan yang sering terjadi
(e)
(f)
(g)
(h)
3D
yaitu
disease
(kesakitan/kecacatan),
disability
(mobile)
Pemeriksaan kesehatan dan pemantauannya bagi masyarakat yang beresiko
Pengamatan penyakit dan tindak lanjutnya
Rujukan medis dan kesehatan
Evakuasi
Masyarakat sebagai sasaran pelayanan, perlu dilibatkan pada semua upaya, baik
dalam upaya promotif, prefentif, kuratif maupun rehabilitative terbatas.
Disamping itu pula masyarakat diminta untuk melaporka kejadian secara cepat
kepada instansi terdekat dan menjaga sarana dan prasarana pelayanan
penanggulangan bencana bagi daerah yang seringkali dilanda bencana yang sama.
Pada keadaan tertentu dalam kejadian bencana kemungkinan dapat terjadi letupan
penyakit (KLB) ataupun wabah, yang seringkali tidak dipikirkan sebelumnya yang
perlu diantisipasi terutama pada kejadian wabah yang sering terjadi.
Apabila
sampai terjadi KLB atau wabah maka tindakan cepat, tepat dan
16 | P a g e
1) Satu tim yang ditunjuk dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayan
kesehatan dalam penanggulangan bencana
2) Tim dapat dibentuk dari petugas kesehatan yang ditunjuk terdiri dari Dokter,
tenaga keperawatan, sanitarian, tenaga kesehatan lainnya.
3) Dalam kegiatannya secara operasioanal Tim bertanggung jawab kepada
atasannya, dan secara teknis Tim bertanggung jawab kepada Pembina
teknisnya yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kanwil Kesehatan dan
Dinas Kesehatan Propinsi.
g. Pemantauan kesehatan pasca bencana
1) Upaya pemantauan dan pencegahan dampak bencana sekunder antara lain KLB
penyakit menular akibat perubahan kuaitas lingkungan hidup
2) Tindak lanjut pasca bencana secara lintas sektor dalam mengatasi kerugian yang
diakibatkan oleh bencana
h.
3)
Pencatatan dan pelaporan kegiatan
1) Pencatatan
Segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan kesehatan dalam
penanggulanga bencana perlu dicatat oleh para petugas kesehatan, sebagai bahan
penyusunan laporan
a) Hasil kegiatan pengamatan penyakit
b) Kejadian penyakit, cedera, kecacatan dan kematian
c) Kegiatan pelayanan dan rujukan serta hasil evakuasi
1. Pelaporan
Penanggung jawab pelayanan kesehatan wajib membuat laporan kegiatanya
termasuk hasil pemantauan dan pengamatan kesehatan termasuk KLB sesuai dengan
ketentuan dan system pelaporan yang berlaku. Laporan dikirimkan kepada :
a. Penanggung jawab penanggulan bencana yaitu untuk laporan operasional
b. Instansi kesehatan setempat : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dinas Kesehatan
Propinsi
2) Pembinaan dan pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab
sesuai dengan kewenanganny.
a) Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk :
(1)Meningkatkan kemampuan dan kemandirian secara teknis dan operasional
bagi para pelaksana kesehatan (matra) dalam bencana
(2)Mencegah kemungkinan bencana ulang dan terpenuhinya kebutuhan serta
meminimalkan kesenjangan akan kebutuhan pelayanan kesehatan (matra) dan
17 | P a g e
c) Penyuluhan
d) Hygiene dan sanitasi
e) Pengamatan penyakit (Survalians)
f) Pencegahan penyakit menular
g) Penatalaksanaan pelayanan medic dan keperawatan
h) Pencatatan dan pelaporan
2) Pelaksaan Kegiatan
a) Persiapan
(1) Di tempat asal
(a) Penyuluhan kesehatan dalam rangka mempersiapkan peserta mengikuti
kegiatan perkemahan
(b) Upaya-upaya pencegahan penyakit melalui pengobatan profilaksis
untuk tujuan lokasi perkemahan tertentu
(c) Penyediaan sarana P3K/P3P
(d) Penyiapan tenaga kesehatan pendamping kontingen daerah termasuk
Palang Merah Remaja (PMR), Saka Bhakti Husada (SBH) dengan
memperhatikan jumlah peserta
(2) Di lokasi Bumi Perkemahan
(a)Pengamatan penyakit (survailans) dan tindak lanjutnya
(b) Penyiapan sarana pendukung rujukan
(c) Penyiapan tenaga kesehatan (medis, keperawatan, sanitarian, gizi) dan
tenaga non kesehatan dengan memperhatikan jumlah peserta
perkemahan.
(d) Penyiapan masyarakat sekitar Bumi Perkemahan untuk dapat
berperan serta dalam Upaya Kesehatan Bersumebr daya Masyarakat
(UKBM)
(3) Penyiapan sistem rujukan
(a) Rujukan kesehatan
(b) Rujukan medis
b) Pelayanan kesehatan dalam perjalanan, ke dan dari Bumi Perkemahan
(1) Sasaran pelayanan
Peserta perkemahan, pendamping dan seluruh petugas.
(2) Kegiatan pelayanan kesehatan
a) Pengawasan gizi dan sanitasi makanan selama di perjalanan
b) Penyuluhan kesehatan
c) Pemantauan kesehatan peserta dan petugas selama perjalanan
d) P3K/P3P dan rujukan
c) Pelayanan Kesehatan di Bumi Perkemahan
(1) Sasaran pelayanan
Peserta perkemahan, semua petugas dan masyarakat sekeliling Bumi
Perkemahan dalam lingkup terbatas. Kegiatan pelayanan kesehatan
(a) Penyuluhan kesehatan
21 | P a g e
a. Perencanaan
Perencanaan ini dimaksudkan agar para peserta dan atau penggemar lintas alam
dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal. Perencanaan ini dimulai dari
persiapan berupa penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, penyiapan obat-obatan dan
alat-alat yang dibutuhkan supaya kegiatan lintas alam yang dilakukan dapat
berjalan secara baik dengan risiko yang sekecil-kecilnya.
Dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisa data/informasi, sarana dan tenaga
kesehatan disekitar lokasi kegiatan, perbekalan sesuai dengan jenis kegiatan lintas
alam. Pembiayaan dari sumber dana yang ada dipergunakan untuk obat dan
peralatan, kegiatan operasional, rujukan dan evakuasi serta untuk pembinaan
kesehatan lintas alam yang akan datang.
b. Pendataan
1) Data Umum
2) Peserta : Jumlah dan asal peserta
3) Sarana pelayanan kesehatan disekitar kegiatan.
4) Jenis kegiatan
a) Mendaki gunung
b) Lintas selat
c) Melintasi salju
d) Arung jeram
e) Lintas rawa
f) Panjat tebing
g) Menelusuri goa
h) Lintas hutan
i) Lintas sungai
j) Lintas jurang
5) Data Binatang Berbahaya :
a) Ular berbisa
b) Binatang buas
c) Binatang lain yang berbahaya atau mengganggu kesehatan
6) Sarana pelayanan kesehatan sekitar lokasi
a) Sarana pelayanan kesehatan
b) Puskesmas keliling
c) Ambulans
7) Petugas kesehatan sekitar lokasi kegiatan
a) Dokter
b) Perawat
c) Tenaga non medis
c. Pengorganisasian
Tugas dan tanggung jawab pengorganisasian antara lain :
1) Pusat
Organisasi olahraga lintas alam nasional/pusat sesuai dengan jenis lintas
alamnya dan berkoordinasi dengan departemen kesehatan melalui direktorat
23 | P a g e
24 | P a g e
Tenaga kesehatan di unit pelayanan kesehatan sekitar kegiatan harus mencatat dan
melaporkan hasil kegiatan tersebut ke dinas kesehatan kabupaten/kota asal, dan
sekitar lokasi kegiatan.
1) Pencatatan
a) Jenis kegiatan pelintas alam
b) Kejadian penyakit, kecelakaan
c) Kematian
d) Alat komunikasi
e) Lokasi kegiatan
2) Pelaporan
Hasil pencatatan dilaporkan kepada puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat.
f. Pembinaan dan pengawasan
Guna mengurangi risiko bagi olahragawan lintas alam maka dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat bekerjasama dengan organisasi lintas alam dan atau
kelompok olahragawan lintas alam sesuai dengan jenisnya, melakukan pembinaan
dan pengawasan secara aktif dan terus menerus.
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan sebagai berikut :
1) Supervisi dan bimbingan secara terpadu antar instansi terkait.
2) Pemantauan dari hasil pelaporan penyelenggaraan.
3) Pembahasan dalam rapat intern lingkup kesehatan ataupun secara terpadu.
4) Tindakan korektif atas terjadinya penyimpangan baik terhadap hasil maupun
proses penyelenggaraan.
5) Umpan balik laporan disertai dengan kesimpulan dalam rangka penilaian
keberhasilan upaya ataupun saran perbaikan.
6) Peningkatan keterampilan melalui pelatihan.
g. Pemantauan dan evaluasi
Semua kegiatan yang dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan lintas alam mulai
dari tahap persiapan sampai pelaksanaan mulai tempat asal sampai di lokasi
kegiatan perlu dipelajari oleh petugas yang bertanggung jawab atas kegiatan
tersebut sesuai dengan tujuan, fungsi dan kewenangannya.
Pemantauan dalam pelayanan kesehatan lintas alam dilaksanakan mulai dari
persiapan sampai selesai kegiatan lintas alam tersebut. Hasil pemantauan tersebut
digunakan sebagai dasar perbaikan untuk pelayanan kesehatan pada kegiatan lintas
alam berikutnya. Evaluasi dilakukan untuk setiap penyelenggaraan secara teratur
untuk langkah-langkah perbaikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
6. Kesehatan bawah tanah
Adalah upaya kesehatan matra untuk meningkatkan fisik dan mental pekerja
bawah tanah agar mampu bertahan dalam lingkungan yang berubah secara bermakna.
25 | P a g e
(1)Pengukuran temperatur
(2)Pengukuran tekanan udara
(3)Pengukuran konsentrasi debu
(4)Pengukuran kondisi ventilasi
(5)Pengukuran kecepatan aliran udara
(6)Pengukuran pencahayaan
(7)Pengukuran kelembaban
(8)Pakaian dan perlindungan kesehatan kerja
5) Rencana pembiayaan
Rencana pembiayaan meliputi :
a) Peralatan medik dan obat-obatran
b) Rujukan/ evakuasi
c) Biaya oprasional petugas
d) Peningkatan sumber daya tenaga kesehatan dan pekerja
e) Biaya peralatan non medik
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian meliputi struktur organisasi, mekanisme kerja dan koordinasi
1) Struktur organisasi
Organisasi kesehatan bawah tanah dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan penanganan kesehatan bawah tanah. Pemilik dan pengelola
kegiatan bawah tanah menjadi penaggung jawab dari organisasi yang ada.
2) Mekanisme kerja
a) Penanggung jawab
Penanggung jawab upaya kesehatan bawah tanah adalah dinas kesehatan
setempat, dengan pelaksana adalah unit kesehatan pengelola kegiatan
bawah tanah.
b) Peran dan tugas
Penyelenggara kegiatan bawah tanah bertanggung jawab menyiapakan
sarana kesehatan dilokasi, penyediaan tenaga, termasuk penyediaan
peklatihan tenaga kesehatan dan para pekerja.
3) Koordinasi
Penaggung jawab dan pelaksana upaya kesehatan bawah tanah secara rutin
mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
c. Kegiatan operasional
1) Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan dalam kesehatan bawah tanah meliputi :
a) Pemeriksaan kesehtan awal
b) Pemeriksaan kesehatan periodik
c) Penyuluhan
d) Pelatihan
e) Penatalaksanaan pelayanan medik dan keperawatan
f) Higiene dan sanitasi
g) Pengamatan penyakit
27 | P a g e
d. Pelaksanaan kegiatan
1) Persiapan
Persiapan yang dimaksud adalah penyiapan tenaga kerja bawah tanah dan
penyiapan perbekalan kesehatan.
a) Penyiapan tenaga pekerja bawah tanah
b) Melakukan pemeriksaan awal terhadap setiap tenaga pekerja baru
c) Memberikan pelatihan mengenai cara pencegahan penyakit dan kalau terjadi
secara tiba-tiba kondisi matra yang berubah secara bermakna.
2) Penyiapan pembekalan kesehatan
Pengelola usaha kegiatan bawah tanah harus menyiapkan perbekalan logistik,
terutama untuk menghadapi kondisi matra meliputi :
a) Peralatan medik
b) Obat-obatan sesuai kebutuhan
c) Peralatan untuk perlindungan kalau terjadi kondisi matra seperti tanah longsor,
kecelakaan, semburan gas dan sebagainya.
e. Pelayanan kesehatan bawah tanah
1) Tenaga kerja baru
a) Pemeriksaan kesehatan, dilakukan terhadap para pekerja yang baru.
Pemeriksaan dilakukan terhadap fisik dan penyakit tertentu yang pernah
diderita pekerja dan atau sedang dideritapekerja yang dapat mengganggu
kegiatan bekerja selama dibawah tanah.
b) Penyuluhan kesehatan
c) Pelatihan gladi penaggulangan matra bawah tanah.
2) Tenaga kerja lama
a) Pemeriksaan ulang secara priodik
b) Pengobatan penderita
c) Sanitasi
3) Evakuasi kesehatan bawah tanah dilakukan melalui kegiatan :
a) Pengukuran temperatur udara
b) Kondisi ventilasi
c) Kecepatan aliran udara
d) Ukuran jalan udara
e) Jumlah dan mutu udara
f) Lokasi pengukuran aliran udara
g) Laporan pengukuran udara
h) Pengukuran konsentrai debu
i) Perubahan arah atau penyebaran aliran udara
f. Pencatatan dan perlaporan
Seluruh kegiatan kesehatan bawah tanah secara periodik dicatat dan dilaporka
kepada kepada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat.
1) Pencatatan
a) Kegiatan pelayanan dan rujukan
b) Kejadian penyakit dan kematian
c) Kegiatan pengamatan penyakit
d) Evaluasi kesehatan bawah tanah (seperti ventilasi, udara dan debu)
28 | P a g e
2) Pelaporan
Hasil kegiatan secara periodik dilaporkan keinstansi kesehatan setempat
(Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota)
g. Pembinaan dan pengawasan
Pembinaan dan pengawasan terhadap kesehatan bawah tanah dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten / kota setempat
1) Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk :
Meningkatkan kewmampuan dan kemandirian secara teknis dan operasional
pelaksanaan kegiatan kesehatan bawah tanah
a) Terpenuhinya kebutuhan dan meminimalkan kesenjangan kebutuhan
pelayanan kesehatan bawah tanah bagi para pekerja
b) Mekanisme dan tatalaksana kerja dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien sehingga operasionalisasinys berjalan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan
c) Tercapainya keterpaduan seluruh jajaran kerja yang terkait
d) Terselenggaranya koordinasi antara unit yang terkait
2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui :
a) Supervisi dan bimbingan teknis secara terpadu
b) Pemantauan hasil kegiatan secara rutin dan periodik
c) Pembinaan oleh unit tterpadu baik instalasi kesehatan maupun pengelola
usaha kegiatan bawah tanah
d) Pelatihan tenaga kesehatan dalam menangani masalah kesehatan bawah
tanah.
h. Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi mulai tahap persiapan dan pelakasanaan kegiatan
selama dibawah tanah. Hasil pemantauan dan evaluasi digunakan oleh unit terkait
untuk perbaikan program baik kuantitas maupun kualitas pelaporan.
Evaluasi kesehatan bawah tanah dilakukan melalui kegiatan pengukuran udara,
kondisi ventilasi, kecepatan aliran udara, ukuran jalan udara, jumlah dan mutu
udara, lokasi pengukuran aliran udara, laporan pengukuran, pengukuran
konsentrasi debu, perubahan arah, atau penyebaran aliran udara. Pengukuran
temperatur udara dilakukan secara berkala pada tempat bekerja tertentu sesuai
ketentuan yang berlaku, yang pertama 50 meter dari masuknya udara dan tempoat
kerja yang terakhir 50 meter dari ujung keluarnya udara. Hasil pengukuran
temperatur udara dimaksud dipertahankan antara 18 24 derajat celcius dengan
kelembaban relatif maksimum 85%. Apabila temperatur efektif melebihi 24
derajat celcius maka tempat tersebut harus diperiksa setiap minggu. Kondisi
ventilasi harus diukur sekurang-kurangnya setiap 8 jam selama minimal 15 menit.
29 | P a g e
30 | P a g e
dibentuk
bencana
tersebut
tergantung
merupakan
dari
bagian
dari
organisasi
kedudukan/keberadaan,
apabila
1) Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan kesehatan dalam penanggulangan gangguan kamtibmas meliputi
:
a) Pelatihan
b) Penyuluhan
c) Pengamatan penyakit
d) Penanganan gizi
e) Kesamaptaan jasmani
f) Tindakan medik dan perawatan
g) Evakuasi dan rujukan
h) Identifikasi korban dan penyelidikan
2) Pelaksanaan Kegiatan
a) Mengantisipasi Timbulnya Gangguan Kamtibmas
Upaya tersebut hanya dilakukan pada situasi yang dapat diperkirakan akan
menimbulkan gangguan kamtibmas. Setiap menghadapi kondisi demikian,
petugas kesehatan bersama pihak lain terkait sudah harus mempersiapkan diri
untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gangguan kamtibmas yang akan
berdampak pada kesehatan masyarakat. Untuk hal tersebut, maka :
(1) Pengamatan yang cermat tentang situasi yang berlangsung.
(2) Pembinaan pelayanan kesehatan secara memadai termasuk upaya
pencegahan yang dapat diberikan selama berlangsungnya kegiatan.
(3) Koordinasi yang baik dengan berbagai pihak terkait khususnya penanggung
jawab keamanan setempat, untuk mengantisipasi terjadinya perubahanperubahan sehingga dapat bertindak secepatnya bilamana sewaktu-waktu
terjadi kondisi kedaruratan.
(4) Penyiapan protap penanggulangan masalah, yang cukup jelas sehingga
memudahkan untuk bertindak.
b) Memberikan Pelayanan
(1) Mengumpulkan dan analisa data/informasi
Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab,
mencari atau menerima informasi tentang gangguan kamtibmas yang
dihadapi atau potensial akan terjadi, yang perlu mendapatkan dukungan
pelayanan kesehatan serta kesiapan sumberdaya kesehatan yang tersedia.
(2) Menyiapkan dan menggerakkan sumberdaya pendukung pelayanan
Pada kegiatan penanggulangan gangguan kamtibmas yang sifatnya statis
pada satu tempat. Misalnya yang terjadi akibat kerusuhan massal baik
terencana ataupun spontan dan dampak lanjutnya dari suatu kegiatan dalam
situasi khusus tertentu, karena sifatnya ataupun karena telah berhasil
dikendalikan, maka kejadiannya dapat dilokalisir pada suatu tempat
terbatas. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan dan sarana penunjangnya perlu dipantau kesiapannya.
34 | P a g e
36 | P a g e
biasa (KLB) atau wabah ditempat penampungan, sesuai dengan ketentuan dan
sistem pelaporan yang berlaku dan disampaikan.
f. Pembinaan dan pengawasan
Pembinaan dan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan, dilaksanakan oleh Kapolri, Panglima Tinggi Menteri Kesehatan dan
Kesos, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
1) Kegiatan pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui :
a) Rapat evaluasi tim kesehatan untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian teknis dan operasional bagi para pelaksana kesehatan.
b) Terpenuhinya kebutuhan dan meminimalkan kebutuhan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat para petugas yang memberikan pelayanan umum dan
kesehatan.
c) Mekanisme dan tata laksana kerja dapat terselenggara secara efektif dan
efisien, sehingga operasionalnya berjalan sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan.
d) Tercapainya koordinasi serta keterpaduan dalam pelaksanaan seluruh kegiatan
pada jajaran kerja terkait.
e) Meningkatkan kemampuan dan kemandirian teknis dan operasional bagi para
pelaksana kesehatan.
f) Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan.
g. Pemantauan dan evaluasi
Terhadap kegiatan yang berlangsung, perlu diamati secara cermat oleh penyelenggara
dan petugas kesehatan yang diberi tanggung jawab. Pemantauan kejadian penyakit,
kondisi sanitasi dasar, sanitasi makanan yang dilakukan dengan baik dan cermat akan
dapat menghindarkan timbulnya kejadian atau akibat buruk dari pelaksanaan kegiatan,
termasuk KLB dan wabah. Hasil pemantauan perlu diumpan balikkan kepada
penyelenggara dan pihak lain terkait, bila perlu dibahas bersama untuk langkahlangkah pemecahan dan tindak lanjut.
Hasil analisis data dapat digunakan sebagai bahan pertanggung jawaban pelaksana
kesehatan kepada pihak penanggung jawab kegiatan, dan digunakan sebagai bahan
laporan penyelenggara kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Sistem pemantauan
oleh Dinas Kabupaten/Kota mengikuti sistem pemantauan yang ditetapkan pejabat
yang berwenang.
8. Kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat
37 | P a g e
Upaya kesehatan dalam mendukung tugas pokok satuan militer di darat dalam
kaitannya dengan kesehatan matra adalah merupakan upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mengembangkan/ meningkatkan kondisi fisik dan mental prajurit di satuan
militer dan pemberian pertolongan medik kepada korban dalam kegiatan operasi/
latihan militer di darat.
a. Perencanaan
1) Analisa daerah operasi
a) Geografi
Keadaan permukaan
bumi/keadaan
meliputi
perencanaan,
pengadaan,
pendistribusian,
dan
penggunaan logistik kesehatan yang terdiri dari alat kesehatan dan alat utama
kesehatan
b) Bekal umum
Selama penyelenggaraan operasi dan latihan militer didarat berlangsung,
dukungan bekal umum harus tersedia. Dukungan bekal umum meliputi
perencaan pengadaan, pendistribusian dan penggunaan bekal umum yang
terdiri dari kafalap amunisi senjata dan sebagainya.
3) Prosedur
a) Gelar satuan
(1) Rencana gelar satuan kesehatan lapangan militer mengikuti rencana gelar
satuan militer pada pola operasi perdamaian dan pola gelar dewan
keamanan PBB pada misi perdamaian dunia.
(2) Rencana gelar satuan tugas kesehatan disesuaikan dengan pola operasi
militer, pola operasi satuan kesehatan lapangan militer dan perkiraan
korban termaksud manyarakat sipil.
4) Sistem perawatan dan Rujukan
a) Hospitalisasi
Rencana untuk persiapan rumah sakit wilayah maupun rumah sakit pusat
baik rumah sakit pemerintah, rumah sakit militer, rumah sakit swasta untuk
menerima rujukan.
b) Evakuasi
(1)Evakuasi korban militer
Korban militer dievakuasi ke instalasi kesehatan militer terdekat sesuai
dengan prosedur dan rantai evakuasi.
(2)Korban sipil
40 | P a g e
baik pemerintah
dimaksud
dilakukan
untuk
pengamanan
kemungkinan
terjadinya
kuantitas
sanitasi
dasar
berupa
penyediaan
dan
pengendalian
bahan
buangan/limbah,
pengendalian
terpilih
dan
dilakukan
secara
terus
menerus
guna
No
Jenis kesehatan
Kegiatan
Sasaran
matra lapangan
1
Kesehatan haji
(medis,
perawat,
yang
bencana.
b. Korban bencana.
c. Petugas kesehatan di
daerah
rawan
bencana.
d. Petugas lain
dan
bertugas
limbah.
k. Koordinasi dengan lintas program dan
bencana
sampah
lintas sektor.
l. Perbekalan kesehatan.
m. Dukungan ketenagaan kesehatan.
Kesehatan di bumi a. Pemeriksaan kesehatan.
b. Penyuluhan.
perkemahan
c. Higiene dan sanitasi
d. Pengamatan penyakit (surveilens)
e. Pencegahan penyakit menular.
f. Penatalaksanaan pelayanan medis dan
keperawatan.
g. Pencatatan dan pelaporan
mengalami
a. Peserta
di
yang
daerah
perkemahan,
pendamping
b. Seluruh petugas yang
memberikan
pelayanan
perkemahan
47 | P a g e
Kesehatan
dalam
situasi khusus
a.
b.
c.
d.
e.
Penyuluhan kesehatan.
Imunisasi (khusus ditempat pengungsian)
Higiene dan sanitasi
Pengamatan penyakit
Penatalaksanaan pelayanan medis dan
keperawatan.
f. Evakuasi dan rujukan
g. Pencatatan dan pelaporan.
h.
a. Masyarakat
terpajan
festival,
adat,
agama,
perjalanan
panjang.
b. Petugas
liburan
kesehatan/
Kesehatan
dalam
penangulangan
gangguan kamtibmas
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pelatihan.
Penyuluhan kesehatan
Penanganan gizi
Kesempatan jasmani
Evakuasi dan rujukan
Penyiapan pembekalan logistik kesehatan
Identifikasi korban dan penyelidikan sebab
akibat
h. Pencatatan dan peloparan.
berada dalam
situasi khusus
a. Masyarakat terpanjan
yaitu
yang
akibat
terkna
langsung
masyarakat
lainnya
yang
bertugas
dalam
penangulangan
7
Kesehatan
bawah
tanah
Kesehatan
dalam
operasi/
latihan
militer di darat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Pemeriksaan kesehatan
Penyuluhan
Pelatihan
Higiene dan sanitasi.
Penyiapan perbekalan logistik
Penyiapan stasiun dan peralatan
Tindakan medik dan keperawatan
Pemulihan kesehatan
Evakuasi dan rujukan
Pengamatan penyakit.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pemerikasaan kesehatan
Penyuluhan.
Pembinaan kesempatan jasmani
Higiene dan sanitasi.
Gizi
Penataan medis dan keperawatan
Pemulihan kesehatan
gangguan kamtibmas
a. Tenaga
kerja
ditambang
bawah
tanah.
b. Petugas/
personil
pertambanag
tanah.
c. Petugas
yang
bawah
kesehatan
memberikan
pelayanan kesehatan.
a. Personil
militer
lapangan.
b. Personil kesehatan.
c. Masyarakat
sekitar
daerah operasi latihan.
48 | P a g e
Kesehatan
alam
lintas
h.
i.
j.
k.
a.
b.
c.
keperawatan
d. Evakuasi kegiatan lintas alam
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada hari sabtu tanggal 20 juli 2015, terjadi bencana tanah longsor didesa suko asih
kecamatan Sukowati kabupaten Sukomana Bondowoso pada pukul 03.00 WIB. Gempa
menimpa 2 dusun yaitu dusun Lampu yang dengan jumlah penduduk 150 orang dan dusun
lampa dengan jumlah penduduk 134 orang. Kedua dusun tersebut terletak dikaki bukit yang
curam dan sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat. Pada saat kejadian mahasiswa UPN
VETERAN JAKARTA sedang melakukan praktek kerja lapangan didusun tetangga yaitu
dusun Ampu. Kejadian sangat cepat dan tiba-tiba dimana sebagian besar masyarakat masih
49 | P a g e
terlelap sehingga masyarakat tidak bisa mempersiapkan diri untuk menyelamatkan diri,
korban banyak yang tertimbun reruntuhan bangunan sementara korban yang selamat
melaporkan dan meminta tolong kedusun dimana mahasiswa berada, sehingga mahasiswa
yang berjumlah 20 orang dibantu dengan beberapa aparat setempat langsung membentuk
penanggulangan bencana yang akan diperbantukan kedaerah bencana. Mahasiswa bersama 5
orang aparat desa segera menghubungi Puskesmas terdekat, dengan ambulan siaga yang
tersedia di puskesmas dengan perlengkapan terbatas tim segera berangkat ke lokasi kejadian.
Pada saat pendataan ditemukan:
1.
2.
3.
4.
Inisial assesment
Penolong memakai alat pelindung diri, mengecek respon pasien, mengecek kesadaran
dengan cara kualitatif (Alert, verbal. Paint, Unrespon), lakukan penilaian pasien terhadap
airway, breathing dan circulation untuk pasien-pasien yang mengalami henti napas dan henti
jantung dilakukan CPR dengan diawali kompresi 30:2 di daerah midsternum dengan
kedalaman 5cm dengan kecepatan 100x/menit dilakukan selama 5 siklus sekitar 2 menit,
setelah 5 siklus dievaluasi ulang apabila nadi karotis tidak ada napas tidak ada maka teknik
diulangi dimulai dengan kompresi, apabila nadi karotis ada napas tidak ada maka lanjutkan
ventilasi , 1 ventiasi selama 6 detik, dan apabila nadi karotis teraba napas ada posisikan
pasien dengan posisi mantap.Pada saat melakukan CPR kami mengalami hambatan dalam
memposisikan posisi korban di tempat yang datar dan memungkin kan untuk melakukan
CPR karena kondisi bencana yang banyak reruntuhan bangunan dan tanah longsor .Kami
juga menemukan seorang ibu yang mengalami cidera kepala dan cidera cervikal dengan
keterbatasan peralatan yang kami bawa kami berusaha menolong korban setelah menilai
ABC,kami berusaha mengamankan daerah cervikal dengan barang seadanya yang kami
dapatkan dilokasi, kami menggunakan sendal jepit yang kami temukan di sekitar reruntuhan
bangunan dan diikat dengan sehelai kain mitela,kiri kanan kepala kami letakan balok kecil
yang dibunggkus kain.
Untuk korban dengan luka perdarahan pembuluh darah besar lakukan balut tekan
dengan cara cek pulse, motorik, sensorik terlebih dahulu pada arteri bagian distal, letakan
kassa pada daerah perdaran balut tekan lalu tekannya benda keras diatas balutan, lalu balut
kembali dengan elastis verban, korban fraktur yang kami temukan sebanyak 8 0rang , 3orang
fraktur terbuka ,5 orang fraktur tertutup karena cukup banyaknya korban fraktur kami
membutuhkan bidai yang cukup banyak sedangkan kami hanya menbawa 5 buah bidai, kami
minta bantuan warga sekitar mecarikan kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bidai tanpa
mengenyampingkan prinsif pembidaian dengan cara melewati 2 sendi atas dan bawah dari
garis fraktur. Untuk korban trauma dada terbuka dilakukan penutup dengan penutup kedap
udara dengan plester tiga sisi. Sambil menunggu evakuasi ke posko tim TKP melakukan
secondary evaluasi pada korban-korban yang berisiko terjadi perubahan yang cepat terutama
pada korban dengan triage merah, setelah korban dalam keadaan stabil lakukan evakusi
posko. Evakuasi dari TKP menggunakan fasilitas yang terbatas yaitu dengan menggunakan
51 | P a g e
tandu dan non tandu seperti dipapah dan dibantu untuk menuju keposko.Waktu penanganan
pasien di TKP bervariasi tergantung dari kondisi korban . Rata-rata untuk korban dengan
bendera merah petugas memerlukan waktu sekitar 15 menit sampai dengan stabil dibawa ke
posko, korban dengan bendera kuning petugas memerlukan waktu 5 menit, untuk korban
dengan bendera hijau, korban bisa langsung menuju sendiri ke posko atau di bopong petugas,
sehingga penanganan dilakukan langsung diposko, korban meninggal dilakukan pendataan di
ruang post mortem di posko sampai dengan ada data ante mortem dari keluarga, sehingga
fase dari mulai .korban ditemukan sampai dengan fase debriefing memerlukan waktu yang
tidak sama antara satu korban dengan korban yang lain.
Korban-korban yang meninggal dunia (bendera hitam) dibawa keposko untuk didata.
Data post mortem adalah data yang didapatkan dari korban setelah meninggal, diantaranya
adalah sidik jari, DNA, kontuksi gigi, dan properti yang dipakai korban saat kejadian. Data
tersebut dicocokan dengan antemortem yang didapatkan dari keluarga ataupun perusahaan
yang berhubungan dengan korban yang meliputi: foto, tanda lahir, cacat fisik, tato, bekas
luka, BB, TB.
Sementara tim yang berada diposko berkoordinasi dengan BPBD untuk menyiapkan
membangun posko pengungsian dan fasilitas sanitasi, dapur sehat. Setelah korban tiba
diposko dilakukan reevaluasi dengan prinsip penilaian meliputi airway, berathing, circulation,
disability, esprosure bila tindakan dilapangan yang masih perlu ditangani dilanjutkan
penangan diposko sampai pasien benar-benar stabil dan aman untuk dievakuasi, evakuasi
dilakukan dengan cara koordinasi dengan rumah sakit terdekat yang mempunyai fasilitas
untuk melakukan penanganan tindakan lanjut seperti operasi dan perawatan intensif. dengan
teknik komunikasi sesuai prosedur yang meliputi situasi latar belakang analisa dan
rekomendasi. Cara mengevakuasi korban yang dilakukan menggunakan tandu dan ambulan
ke rumah sakit pemerintah terdekat di Bondowoso.
52 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya kesehatan matra dimasa mendatang menjadi sangat peting karena dengan
perkembangan ilmu dan teknologi akan terjadi interaksi antara manusia dengan
lingkungan yang serba berubah (Matra) yang berdampak terhadap kesehatan. Keputusan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial ini dan lampirannya merupakan pedoman
bagi seluruh pengelolaan kesehatan matra dan unit terkait agar terdapat keseragaman
pemahaman dan tindakan dalam melaksanakan upaya kesehatan matra.
Dalam pelaksanaan dan pengembangan kesehatan Matra ke depan Keputusan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial ini perlu segera ditindak lanjuti dengan
menyusun pedoman teknis, standar dan implementasi dalam penyiapan sumber daya
manusia, peebekalan kesehatan dengan peran dan tanggung jawab sesuai dengan tingkat
administrasi bidang masing-masing unit terkait.
B. Saran
Dalam mengetahui berbagai aspek kesehatan matra darat maka diharapkan dengan
mudah memahami problema bencana yang di hadapi oleh para tim medis, dan dapat
menagulangi bencana dengan upaya upaya pencegahan dan pertolongan. Sehingga
dapat meminimalisirkan korban dalam suatu bencana.
53 | P a g e
54 | P a g e