You are on page 1of 17

NASKAH PUBLIKASI

DISTRIBUSI ALEL LOKUS D1S80 PADA SAMPEL ETNIS MELAYU,


DAYAK DAN TIONGHOA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

NOVIA
I11109079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2013

DISTRIBUSI ALEL LOKUS D1S80 PADA SAMPEL ETNIS MELAYU,


DAYAK DAN TIONGHOA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
Virhan Novianry1; Iswahyudi2; Novia3

Intisari
Latar belakang: Lokus D1S80 adalah suatu penanda Variable Number of
Tandem Repeats (VNTR) yang terdiri dari 16 pasang basa inti yang
berulang. Penelitian terhadap lokus D1S80 telah banyak dilakukan di
berbagai populasi di dunia dan menunjukkan polimorfisme yang tinggi pada
populasi-populasi tersebut. Hingga saat ini, polimorfisme lokus D1S80
masih belum pernah diteliti pada populasi di Kalimantan Barat. Tujuan:
Mengetahui distribusi alel lokus D1S80 pada sampel etnis Melayu, Dayak
dan Tionghoa di Kalimantan Barat. Metodologi: Sebanyak 67 responden
yang tidak memiliki hubungan keluarga dipilih dengan teknik consecutive
sampling. DNA diekstraksi dari sampel darah EDTA dan diamplifikasi
dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Selanjutnya, DNA dijalankan
dengan elektroforesis gel poliakrilamida dan divisualisasi dengan
pewarnaan perak. Hasil: Jumlah alel lokus D1S80 yang diperoleh pada
keseluruhan sampel adalah 22 alel. Alel 21 dan 31 merupakan alel yang
paling banyak ditemukan. Pada etnis Melayu, diperoleh 22 alel dan alel
yang mempunyai frekuensi tertinggi adalah alel 24 dan 31. Pada etnis
Dayak, didapatkan 14 alel dan alel yang paling sering ditemukan adalah alel
21, diikuti alel 25, 28 dan 29. Pada etnis Tionghoa, diperoleh 15 alel dan
alel yang paling sering muncul adalah alel 27, 30 dan 31. Kesimpulan:
Lokus D1S80 menunjukkan polimorfisme yang tinggi pada etnis Melayu,
Dayak dan Tionghoa di Kalimantan Barat.
Kata kunci: D1S80, alel, frekuensi alel

1) Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler, Program Studi Pendidikan Dokter,


Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat
2) Departemen Biokimia, Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat
3) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Pontianak, Kalimantan Barat

DISTRIBUTION OF THE D1S80 ALLELES IN MALAY, DAYAK AND


CHINESE SAMPLE FROM THE MEDICAL FACULTY
UNDERGRADUATE IN UNIVERSITY OF TANJUNGPURA PONTIANAK
Virhan Novianry1; Iswahyudi2; Novia3

Abstract
Background: D1S80 locus is a marker of Variable Number of Tandem
Repeats (VNTR) consisting of 16 base pairs as the repeated core. Research
on D1S80 locus have been conducted in various populations in the world
and showed high polymorphism in the populations. To date, polymorphism
of D1S80 has not been studied yet in West Borneo. Objective: To
determine the distribution of D1S80 alleles in Malay, Dayak and Chinese in
West Borneo. Method: A total of 67 unrelated individuals were selected by
consecutive sampling technique. DNA were extracted from EDTA blood
samples and amplified by Polymerase Chain Reaction (PCR). Then, the
DNA was run by polyacrylamide gel electrophoresis and visualized by silver
staining. Results: The number of D1S80 alleles obtained in the overall
sample were 22. Alleles 21 and 31 were found out to be the most common.
In Malay, 22 alleles were obtained with the most frequent alleles were 24
and 31. In Dayak, there were 14 alleles and the most common allele was
21 followed by 25, 28 dan 29. In Chinese, there were 15 alleles and the
most frequently appearing alleles were 27, 30 and 31. Conclusion: D1S80
locus showed high polymorphism in Malay, Dayak and Chinese in West
Borneo.
Keywords: D1S80, allele, allele frequency

1) Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine, University of


Tanjungpura, Pontianak, West Borneo
2) Department of Biochemistry, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura,
Pontianak, West Borneo
3) Medical School, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West
Borneo

PENDAHULUAN
Asam deoksiribonukleat atau Deoxyribonucleic Acid (DNA) adalah suatu
asam nukleat pembawa informasi genetik.1 Sekitar 99,9% DNA manusia
identik pada semua individu, sementara 0,1% sisanya dapat dibedakan
antarindividu dikarenakan adanya ratusan segmen-segmen DNA yang
sangat polimorfik dan dikarakterisasi oleh variasi alel. 2 Polimorfisme yang
dimiliki oleh DNA mempunyai peranan yang besar terhadap investigasi
forensik. Analisis DNA sudah sering digunakan untuk memperoleh
informasi dari materi biologis yang dapat membantu untuk identifikasi
korban bencana, identifikasi orang hilang, identifikasi pelaku kejahatan dan
analisis paternitas atau maternitas.3
Lokus D1S80 merupakan suatu lokus Variable Number of Tandem
Repeats (VNTR) yang terletak pada kromosom 1 dan terdiri atas urutanurutan DNA dengan ulangan (repeat) dan panjang yang bervariasi untuk
setiap orang. Variasi ini sangat bermanfaat untuk analisis DNA di bidang
forensik. VNTR cenderung stabil dari generasi ke generasi karena
diwariskan dalam pola Mendel dan tidak bervariasi dalam ukuran pada
pewarisan orang tua ke anak.2
Secara global, lokus D1S80 sudah digunakan secara luas untuk studi
populasi di seluruh dunia. Lokus ini juga dilaporkan mempunyai
polimorfisme yang tinggi dan jumlah alel yang ditemukan di berbagai
populasi cukup besar. Berdasarkan analisis terhadap sampel dari 33
populasi yang berasal dari berbagai regio dunia yang berbeda, disimpulkan
bahwa hanya dengan menggunakan lokus D1S80, dapat dibedakan
beberapa grup etnis dan grup populasi geografis yang berbeda.4,5
Penelitian yang dilakukan terhadap ras kaukasoid di Eropa didapatkan
jumlah alel lokus D1S80 sebanyak 24 alel dengan frekuensi alel yang paling
tinggi adalah alel 24 sebanyak 34% dan diikuti dengan alel 18 sebanyak
22%.6 Demikian juga penelitian yang dilakukan pada populasi etnis
Tionghoa di Hongkong didapatkan jumlah alel sebanyak 24 alel dan alel
yang paling sering muncul pada populasi tersebut adalah alel 24 dan alel

30.7 Selain itu, penelitian yang dilakukan pada populasi Melayu di Serawak,
Malaysia diperoleh total alel sebanyak 17 alel dan alel lokus D1S80 yang
paling sering muncul adalah alel 27 dan diikuti dengan alel 26.8
Penelitian yang di lakukan di Surabaya, Indonesia terhadap lokus
D1S80 pada 48 orang yang tidak memiliki hubungan keluarga melaporkan
bahwa alel terbanyak yang ditemukan adalah alel 18 sebanyak 22,3%,
diikuti alel 29 sebanyak 17,7% serta alel 25 dan 28 masing-masing 9,5%.
Penelitan tersebut juga melaporkan bahwa jumlah alel dari seluruh sampel
ada 15 alel dengan 24 genotip, yang terdiri atas 36,2% alel homozigot dan
63,08% alel heterozigot.9
Peneltian-penelitian

terhadap

lokus

D1S80

telah

diperlihatkan

polimorfisme yang tinggi di berbagai populasi dunia dan merupakan salah


satu lokus yang sangat bermanfaat untuk identifikasi forensik. Namun, di
Provinsi Kalimantan Barat masih belum ada data mengenai sebaran dan
frekuensi alel lokus ini. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian ini yang
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sebaran alel lokus
D1S80 terutama pada 3 etnis mayor Provinsi Kalimantan Barat yaitu etnis
Melayu, Dayak dan Tionghoa.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan desain
cross sectional untuk mendapatkan gambaran distribusi alel D1S80 pada
sampel etnis Melayu, Dayak dan Tionghoa di Kalimantan Barat. Sampel
penelitian adalah 67 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak yang berasal dari etnis Melayu, Dayak dan
Tionghoa. DNA diekstraksi dari sampel darah kemudian diamplifikasi pada
lokus D1S80 dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil PCR
dijalankan dengan elektroforesis gel poliakrilamida dan divisualisasi dengan
pewarnaan perak. Panjang basa dan alel tiap-tiap pita DNA dihitung
menggunakan program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian
ini terdiri atas:
Alat
PCR Real Time ROTOR GENE-Q (Serial No. 0610147), mikrosentrifugator,
inkubator, elektroforesis, tabung PCR, tabung microcentrifuge.
Bahan
Sampel darah 1 ml, EDTA, Wizard Genomic DNA Purification Kit 500
isolations 300l, alkohol 70%, isopropanol, PCR Master mix (GoTaq
Green PCR Master MixTM Kit 1000 U), gel poliakrilamida, primer forward 5'GAAACTGGCCTCCAAACACTGCCCGCCG3', pengembang (Na2CO3),
primer reverse - 5'GTCTTGTTGGAGATGCACGTGCCCCTTGC3', loading
dye, perak (AgNO3), marker X174 DNA/BsuRI (HaeIII), fiksator (asam
asetat + metanol).

HASIL
Hasil penelitian terhadap 67 sampel, diperoleh jumlah alel D1S80
sebanyak 22 alel yang tersebar dalam 53 genotip. Bentuk genotip berupa
alel homozigot didapatkan sebesar 29,85% sedangkan alel heterozigot
sebesar 70,15%. Alel yang mempunyai frekuensi terbesar adalah alel 21
(0,090) dan alel 31 (0,090). Berikut distribusi alel D1S80 (Gambar 1).
14
0.090

0.090

Frekuensi (n)

12
10

0.067

0.067

0.060
0.052
0.052

0.052

0.067

0.052
0.045

0.052
0.045

0.037
0.030

0.030

0.030
0.022

0.015

0.007

0
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

Alel (n kali)

Gambar 1. Diagram distribusi alel Lokus D1S80 sampel penelitian

Sampel etnis Melayu diambil sebanyak 33 orang. Jumlah alel yang


diperoleh ialah 22 alel dengan 31 jenis genotip. Alel homozigot diperoleh
sebesar 24,24% dan alel heterozigot sebesar 75,76%. Alel 24 dan alel 31
merupakan alel yang paling banyak ditemukan dengan frekuensi sebesar
0,106. Berikut distribusi alel D1S80 pada etnis Melayu (Gambar 2).
8
0.106

0.106

Frekuensi (n)

6
0.076

0.076

5
0.061

4
0.045

0.045

0.045

0.045

0.045

0.045

3
0.030

0.030

0.030

2
0.015

0.015

0.015

1
0
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

Alel (n kali)

Gambar 2. Diagram distribusi alel lokus D1S80 pada etnis Melayu


Sampel etnis Dayak diambil sebanyak 21 orang dan didapatkan 14 alel
dan 17 genotip. Alel homozigot diperoleh 38,10% dan alel heterozigot
sebesar 61,90%. Alel yang paling banyak dijumpai pada etnis Dayak adalah
alel 21 (0,190) dan diikuti oleh alel 25 (0,119) alel 28 (0,119) dan alel 29
(0,119). Berikut distribusi alel D1S80 pada etnis Dayak (Gambar 3).
9

0.190

Frekuensi (n)

7
6

0.119 0.119 0.119

5
4

0.071

0.071

0.048

0.048

0.024

0.048 0.048

0.048

0.024

0.024

1
0
21

22

23

24

25

28

29

31

32

33

34

36

37

38

Alel (n kali)

Gambar 3. Diagram distribusi alel lokus D1S80 pada etnis Dayak

Hasil penelitian terhadap 13 sampel etnis Tionghoa diperoleh adanya 15


alel dan 13 genotip. Alel homozigot didapatkan sebesar 30,77% dan alel
heterozigot sebesar 69,23%. Alel yang mempunyai frekuensi yang tertinggi
adalah alel 31, alel 30 dan alel 27 dengan frekuensi masing-masing sebesar
0,115. Berikut distribusi alel D1S80 pada etnis Tionghoa (Gambar 4).
4

Frekuensi (n)

0.115

0.115 0.115

3
0.077

0.077

0.077

0.077 0.077

2
0.038

0.038 0.038

0.038

0.038

0.038 0.038

0
20

21

22

23

26

27

29

30

31

33

35

36

37

38

39

Alel (n kali)

Gambar 4. Diagram distribusi alel D1S80 pada etnis Tionghoa


Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa etnis Melayu, Dayak dan
Tionghoa menunjukkan distribusi alel yang berbeda antara etnis yang satu
dengan lainnya. Berikut perbandingan distribusi alel lokus D1S80 pada
etnis Melayu, Dayak dan Tionghoa (Gambar 5).
0.200
0.180

Proporsi (n/N)

0.160
0.140
0.120
0.100
0.080
0.060
0.040
0.020
0.000
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Alel (n kali)
Melayu

Dayak

Tionghoa

Gambar 5. Distribusi alel D1S80 pada etnis Melayu, Dayak dan Tionghoa.

Gambar 5 menunjukkan bahwa etnis Dayak mempunyai alel 21 sebagai


alel yang paling dominan dan diikuti dengan alel 25, 28 dan 29. Etnis
Melayu mempunyai frekuensi alel terbesar pada alel 24 dan 31. Etnis
Tionghoa mempunyai alel yang dominan pada alel 27, 30 dan 31. Etnis
Melayu dan Tionghoa mempunyai persamaan pada alel 31, tetapi
menunjukkan perbedaan di alel 24, 27 dan 30.

PEMBAHASAN
Distribusi alel suatu lokus di populasi sangat penting untuk diketahui
karena semakin variatif suatu lokus, kemungkinan 2 orang untuk
mengekspresikan alel yang sama akan semakin kecil. Jumlah alel yang
terdapat pada suatu populasi bermanfaat untuk memprediksi kemungkinankemungkian kombinasi alel yang dapat terjadi di suatu populasi. Akurasi
dan signifikansi suatu profil DNA sangat bergantung pada frekuensi alel di
dalam populasi. Frekuensi alel pada suatu grup populasi atau grup etnis
dapat digunakan untuk menghitung seberapa besar peluang suatu sumber
DNA itu cocok dengan DNA suspect.10
Hasil pemeriksaan terhadap 67 sampel penelitian, diperoleh jumlah alel
sebanyak 22 alel dengan 53 jenis genotip. Pada penelitian ini diketahui
bahwa alel yang paling banyak ditemukan adalah alel 21 (0,090) dan alel
31 (0,090). Bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
dapat diketahui bahwa alel 31 juga dilaporkan mempunyai frekuensi yang
cukup tinggi pada beberapa penelitian lainnya.
Penelitian Klitz, et al terhadap 200 sampel ras kaukasia di Amerika
Serikat melaporkan adanya 20 jenis alel yang berkisar dari alel 18 hingga
alel 37. Frekuensi alel tertinggi terdapat pada alel 24 (0,348) dan diikuti
secara berturut-turut oleh alel 18 (0,238) dan alel 31 (0,080). Alel 21
dilaporkan mempunyai frekuensi yang sangat sedikit yakni 0,018. 11
Penelitian Akgunes, et al di Istanbul, Turki pada 78 sampel penelitian
melaporkan jumlah alel sebanyak 19 alel dengan alel terkecil adalah alel 17
dan alel terbesar adalah alel 37. Distribusi alel menunjukkan frekuensi alel

terbesar terdapat pada alel 24 (0,346) diikuti dengan alel 18 (0,218) dan alel
31 (0,070). Alel 21 dilaporkan hanya mempunyai frekuensi sebesar 0,019. 12
Penelitian Walkinshaw, et al di Alaska Utara melaporkan jumlah alel
D1S80 sebanyak 12 alel yang berkisar dari alel 17 hingga alel 32. Alel yang
dilaporkan mempunyai frekuensi terbesar adalah alel 18 (0,435) dan alel 31
(0,239). Pada penelitian tersebut, juga diketahui bahwa alel 21 mempunyai
frekuensi yang rendah, yaitu sebesar 0,011.13 Penelitian Muckherjee, et al
terhadap 75 sampel di India Utara, diperoleh 24 alel yang berkisar dari alel
17 hingga alel 40. Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa alel yang
paling sering muncul adalah alel 28 dan diikuti dengan alel 31.2
Distribusi Alel Lokus D1S80 pada Etnis Melayu
Hasil penelitian pada etnis Melayu, didapatkan jumlah alel sebanyak 22
alel yang tersebar dalam 31 jenis genotip. Alel yang paling banyak
ditemukan adalah alel 24 (0,106) dan alel 31 (0,106). Penelitian terhadap
etnis yang sama, yaitu etnis Melayu pernah dilakukan oleh Roslan, et al
pada 64 sampel etnis Melayu di Serawak, Malaysia. Penelitian Roslan et al
melaporkan terdapatnya 17 alel dengan alel yang terkecil adalah alel 20
dan alel yang terbesar adalah alel 38. Alel yang banyak ditemukan adalah
alel 27 (0,1641) dan diikuti dengan alel 26 (0,1172), alel 24 (0,1094).
Frekuensi alel etnis Melayu pada hasil penelitian mempunyai persamaan
alel dengan penelitian Roslan et al pada alel 24. Frekuensi alel 24 pada
etnis Melayu adalah sebesar 0,106, hampir sama dengan frekuensi alel
etnis Melayu di Serawak, Malaysia yaitu sebesar 0,1094. Akan tetapi, alel
31 yang dominan pada etnis Melayu di penelitian ini hanya memiliki
frekuensi sebesar 0,0469 pada etnis Melayu di Serawak.8
Frekuensi yang tinggi pada alel 24 dan alel 31 juga dilaporkan oleh
Acuna, et al, Balamurugan, et al dan Flores, et al. Penelitian Acuna, et al di
Chili pada 150 sampel penelitian melaporkan jumlah alel sebanyak 21 alel
yang berkisar dari alel 17 hingga alel 39. Alel yang ditemukan paling sering
muncul pada populasi tersebut adalah alel 24 (0,317) dan diikuti secara
berturut-turut oleh alel 18 (0,240) dan alel 31 (0,086).14 Penelitian

Balamurugan, et al pada suku Tamil di India terhadap 103 sampel, diperoleh


18 alel yang berbeda yang berkisar dari alel 16 hingga alel 41. Alel yang
paling sering muncul adalah alel 24 (0,3398), alel 18 (0,3204) dan alel 31
(0,0777).15 Penelitian Flores, et al terhadap 147 sampel di Spanyol,
melaporkan jumlah alel sebanyak 21 alel yang berkisar dari alel 16 hingga
alel >41. Alel yang paling sering muncul pada populasi tersebut adalah alel
24 (0,3435), alel 18 (0,2109) dan alel 31 (0,0680).16
Distribusi Alel Lokus D1S80 pada Etnis Dayak
Hasil penelitian pada etnis Dayak didapatkan dominannya alel 21 yaitu
sebesar (0,190), kemudian diikuti oleh alel 25 (0,119), alel 28 (0,119) dan
alel 29 (0,119). Berdasarkan data-data yang pernah diteliti sebelumnya, alel
21 banyak dilaporkan mempunyai frekuensi yang relatif tinggi pada ras
Afrika. Penelitian Klitz, et al terhadap 200 sampel pada populasi AfrikaAmerika, didapatkan 21 alel yang berkisar dari alel 17 hingga alel lebih dari
41 repeat. Alel yang mempunyai frekuensi terbesar adalah alel 24 (0,234),
alel 28 (0,130) dan alel 21 (0,115).11
Penelitian Vallinoto et al terhadap 30 sampel dari komunitas Afrika-Brazil
di Amazon melaporkan terdapatnya 11 jenis alel yang berkisar dari alel 17
hingga alel 32. Alel yang didapatkan paling sering muncul adalah alel 24
(0,312) dan alel 21 (0,208).17 Penelitian Silva et al pada 2 grup etnis Afrika,
yaitu Kongo dan Kamerun dengan jumlah sampel masing-masing sebanyak
34 orang, didapatkan 14 alel (alel 16-34) pada sampel Congo dan 13 alel
(alel 17-35) pada sampel Cameroon. Pada sampel Congo diketahui alel
yang memiliki frekuensi terbesar adalah alel 21 (0,274) dan alel 22 (0,164).
Pada sampel Cameroon diketahui yang alel yang memiliki frekuensi
terbesar adalah alel 34 (0,191), alel 24 (0,177) dan alel 21 (0,132).18
Hasil penelitian juga menunjukkan tingginya frekuensi alel 25, 28 dan 29
yaitu sebesar 0,119 pada etnis Dayak. Hasil ini mempunyai persamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma di Surabaya, Indonesia.
Penelitan Kusuma pada 47 sampel penelitian melaporkan ditemukannya 15
jenis alel dengan 24 genotip yang terdiri dari 36,2% homozigot dan 63,08%

heterozigot. Pada penelitian ini didapatkan bahwa alel yang paling sering
muncul adalah alel 18 (0,223), alel 29 (0,117), alel 25 (0,095) dan alel 28
(0,095).9
Distribusi Alel Lokus D1S80 pada Etnis Tionghoa
Hasil penelitian terhadap 13 sampel etnis Tionghoa, diperoleh jumlah
alel sebanyak 15 alel dengan 13 jenis genotip. Alel yang paling banyak
ditemukan adalah alel 31, alel 30 dan alel 27, masing-masing sebesar
0,115. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Law, et al pada 351 sampel etnis Tionghoa di Hongkong. Pada
penelitian Law et al, alel yang paling banyak ditemukan adalah alel 24
(0,253) diikuti dengan alel 30 (0,137) dan alel 31 (0,113). Total alel yang
diperoleh adalah sebanyak 24 alel yang berkisar dari alel 16 - 41. Pada
penelitian tersebut, dilaporkan bahwa alel 27 juga memiliki frekuensi yang
tinggi yaitu sebesar 0,097. Frekuensi alel ini merupakan frekuensi terbesar
ke-5 setelah adalah alel 24 (0,253), alel 30 (0,137), alel 31 (0,113) dan alel
18 (0,104) pada penelitian tersebut.7
Penelitian Huang, et al terhadap 105 sampel etnis Tionghoa di Taiwan
juga melaporkan frekuensi alel terbesar pada alel 24 (0,276), alel 30
(0,148), alel 18 (0,129) dan alel 31 (0,114) dengan jumlah alel sebanyak 18
alel yang berkisar dari alel 14 hingga alel 31.19 Penelitian Steger et al
terhadap 89 populasi Karen di Thailand melaporkan jumlah alel sebanyak
12 alel dengan alel terkecil adalah alel 18 dan alel terbesar adalah alel 36.
Alel yang mempunyai frekuensi paling tinggi adalah alel 24 (0,230), alel 18
(0,219), alel 31 (0,219) dan alel 30 (0,107).20 Penelitian Halos, et al pada
populasi di Filipina terhadap 206 sampel, didapatkan jumlah alel sebanyak
14 alel yang berkisar dari alel 18 hingga alel 41. Alel yang paling sering
dijumpai pada populasi tersebut adalah alel 24 (0,316), alel 31 (0,107) dan
alel 27 (0,083).21

Perbandingan Alel Lokus D1S80 pada Etnis Melayu, Dayak dan


Tionghoa.
Distribusi alel D1S80 antara etnis Melayu, Dayak dan Tionghoa
menunjukkan adanya perbedaan atau variasi genetik antara ketiga etnis
tersebut. Alel yang paling dominan pada etnis Dayak adalah alel 21 dan
diikuti dengan alel 25, 28 dan 29. Etnis Melayu mempunyai frekuensi alel
terbesar pada alel 24 dan 31. Alel yang paling sering muncul pada etnis
Tionghoa adalah alel 27, 30 dan 31. Etnis Melayu dan Tionghoa mempunyai
persamaan pada alel 31, tetapi menunjukkan perbedaan di alel 24, 27 dan
30.
Hal ini sejalan dengan penelitian Herrera et al terhadap 33 populasi di
dunia yang terdiri dari 5 populasi Afrika (Benin, Kamerun, Mesir, Kenya dan
Rwanda) dan 28 populasi tambahan dari berbagai regio dunia yang
berbeda. Pada penelitian tersebut, Herrera et al menyimpulkan bahwa
hanya dengan lokus D1S80 saja, dapat dibedakan beberapa grup etnis dan
populasi yang berbeda. Adanya perbedaan frekuensi alel antarpopulasi
yang satu dengan yang lainnya dikarenakan adanya faktor-faktor seperti
mutasi, non-random mating, migrasi, genetic drift dan seleksi. 5,10

KESIMPULAN
Alel lokus D1S80 tersebar dalam 22 alel dan frekuensi tertinggi ditemukan
pada alel 21 dan alel 31. Pada etnis Melayu, didapatkan 22 alel dan alel
yang paling sering muncul adalah alel 24 dan alel 31. Pada etnis Dayak,
diperoleh 14 alel. Alel yang paling dominan pada etnis ini adalah alel 21 dan
diikuti oleh alel 25, 28 dan 29. Pada etnis Tionghoa, didapatkan 15 alel dan
frekuensi terbesar dimiliki oleh alel 27, alel 30 dan alel 31.

DAFTAR PUSTAKA

1. Toha AH. Ensiklopedia Biokimia & Biologi Molekuler. Jakarta : EGC;


2011.
2. Muckherjee M, Srivastava E, Kesari A, Mittal B. Analysis of VNTR Loci,
ApoB 3 HVR and D1S80 in North Indians. Indian Journal of
Biotechnology. 2005; 4:35862.
3. Oorschot AH, Ballantyne KN, Mitchell RJ. Forensic Trace DNA: A
Review. BioMed Central Ltd. 2010; 1-17.
4. Verbenko

DA,

Slominsky

PA,

Spitsyn

VA,

Bebyakova

NA,

Khusnutdinova
EK, Mikulich AI, et al. Polymorphisms At Locus D1S80 and Other
Hypervariable Regions in The Analysis of Eastern European Ethnic
Group Relationships. Annals of Human Biology. 2006; 33(6): 57084.
5. Herrera RJ, Adrien LR, Ruiz LM, Sanabria NY, George D. D1S80 SingleLocus Discrimination Among African Populations, Human Biology. 2004;
76(1):87 108.
6. Verbenko DA, Pocheshkhova EA, Balanovskaya EV, Marshanija EZ,
Kvitzinija PK, Limborska SA. Polymorphisms of D1S80 and 3ApoB
Minisatellite Loci in Northern Caucasus Populations. J Forensic Sci.
2004; 49(1).
7. Law MY, Wong DM, Fung WK, Chan KL, Lun TS, Lai TS, et al. Genetic
Polymorphism at Three STR loci - CSF1PO, HUMTHO1 and TPOX, and
the AMP-FLP Locus D1S80 for the Chinese Population in Hong Kong.
Forensic Science International. 2001; 115:103-5.
8. Roslan HA, Azizan NH, Rosmawati S. DNA Polymorphism of D1S80
Locus in Modern Malay Sample Population of Sarawak. Sains
Malaysiana. 2009; 38(2):1437.
9. Kusuma

SE.

Variable

Number

of

Tandem

Repeat

(VNTR)

Polymorphism at Locus D1S80 in Human Population in Surabaya,


Indonesia. FMI. 2002; 38(1):1.

10. Lewis, Ricki. Human Genetics:Concepts and Applications, Ed ke-9,.


New York : The McGraw-Hill Companies, Inc; 2009.
11. Klitz W, Reynolds R, Chen J, Erlich HA. Analysis of Genotype
Frequencies and Interlocus Association for the PM, DQA1, and D1S80
Loci in Four Populations. J Forensic Sci. 2000; 45(5):100915.
12. Akgunes E, Filoglu G, Ykseloglu H, Abaci-Kalfoglu E, Atasoy S. D1S80
Polymorphism in Istanbul (Turkey). J Forensic Sci. 2002; 47(4).
13. Walkinshaw M, Strickland L, Hamilton H, Denning K, Gayley T. DNA
Profiling in Two Alaskan Native Populations Using HLA-DQA1, PM, and
D1S80 Loci. Journal of Forensic Sciences. JFSCA. 1996; 41(3):478-84.
14. Acuna M, Jorquera M, Cifuentes L, Armanet L. Frequency of the
Hypervariable DNA Loci D18S849, D3S1744, D12S1090 and D1S80 in
a Mixed Ancestry Population of Chilean Blood Donors. Genet. Mol. Res.
2002; 1(2):139-46.
15. Baramurugan K, Prabakaran N, Duncan G, Budowle B, Tahir M, Tracey
M. Allele Frequencies of 13 STR Loci and the D1S80 Locus in a Tamil
Population from Madras. India. J Forensic Sci. 2001; 46(6):1515-7.
16. Flores I, Frias I, Prieto V, Andres I, Sanz P. Population Data for Southern
Spain and Canary Islands of HLADQA1, PM, and D1S80 loci. Forensic
Science International. 2001; 119:116-8.
17. Vallinoto IM, Vallinoto AC, Vallente CM, Guerreiro F. Allele Frequency
Distributions of Six Hypervariable Loci (D1S80, APOB, D4S43, vW1,
F13A and DYS19) in Two African-Brazilian Communities from the
Amazon Region. Genetics and Molecular Biology. 2003; 26(3):235-40.
18. Silva, WA, Bortolini MC, Meyer D, Salzano FM, Elion M, Krishnamoorthy
R, et al. Genetic Diversity of Two African and Sixteen South American
Populations Determined on the Basis of Six Hypervariable Loci.
American Journal of Physical Anthropology. 1999; 109:42537.
19. Huang NE, Chakraborty R, Budowle B. D1S80 Allele Frequencies in a
Chinese Population. Int J Leg Med. 1994; 107:118-20.

20. Halos SC, Chu JY, Ferreon AC, Magno MF. Philippine Population
Database at Nine Microsatellite Loci for Forensic and Paternity
Applications. Forensic Science International. 1999; 101:2732.
21. Steger HF, Bhoopat T, Sridoungkaew S, Sanguansermsri T. The
Distribution of D1S80 and VWA Alleles in a Karen Population From
Northern Thailand. J Forensic Sci. 2000; 45(2):4401.

You might also like