You are on page 1of 335
{ oz2ieni2017 j PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton Pada Jembatan , DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PRAKATA Salah satu aspek penting untuk menunjang —keberhasilan_pembinaan dibidang vembatan adalah dengan tersedianya Norma, Standar .Pedoman dan Manual (NSPM) yang dapat di terapkan di fapangan dengan mudah, Untuk mengatasi permasalahan di atas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun Pedoman Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton pada Jembatan. Manual ini disusun dengan proses pembahasan beberapa tim ahli_ yang berkompeten Gibidang pekerjaan jembatan Pedoman teknik ini beriskan mengenai acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam melakukan pekerjaan perbaikan dan perkuatan struktur beton eda jembatan. Pedoman ini juga dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pelengkap dalam Persyaratan teknis untuk pekerjaan perbaikan dan perkuatan struktur beton pada jembatan Pedoman ini berisikan mengenai jenis kerusakan struktur beton, teknik Penilaian dan evaluasi, teknik perbaikan dan perkuatan. Apabila dalam pelaksanaan ditemui adanya kekurangan ataupun terdapat kekeliruan Pada manual ini, mohon saran dan kritk dapat disampaikan untuk perbaikan dan penyempurnaan dikemudian hari. Jakarta, — Desember 2011 DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA Ir. DJOKO MURJANTO, MSc Daftar Isi Daftar Isi Prakata Daftar Gambar Daftar Tabet Daftar Notasi Prakata Pendahuluan .... Se dace dee ieee Ruang Lingkup, ‘Acuan Normatif dan Notasi Istilah dan definisi kona Jenis penyebab kerusakan pada struktur beton 4.1 Beberapa penggunaan beton pada jembatan 4.2 Jenis pemeriksaan jembatan 4.3. Jenis-jenis kerusakan struktur beton 4.3.1 Penyebab kerusakan beton pada jembatan 4.3.2 Jenis-jenis kerusakan pada struktur jembatan 4.3.2.1 Korosi baja tulangan 4.3.2.2 Karbonasi 43.2.3 Klorida 4.3.2.4 Laju korosi 4.3.2.5 Serangan Sultat 4.3.2.6 Kerontokan. 4.3.2.7 Beton keropos 4.3.2.8 Beton yang berongga 4.3.2.9 Rembesan kedalam beton 4.3.2.10 Retak 5 Teknik penitaian dan evaluasi 5.1 Kriteria dan metoda 5.2 Pemeriksaan jembatan 6.21 Umum Hal, xiv wv e Oona " "1 12 12 14 16 17 18 19 20 20 24 24 49 49 52 52 5.2.2 Jenis pemeriksaan jembatan 5.3 Pengujian lapangan 5.4 Uji laboratorium 5.5 Kapasitas pemikulan beban 5.5.1 Pendahuluan 5.5.2 Maksud dan tujuan 55.3 Penilaian beban 5.5.4 Beban lalu lintas 55.8 Beban standar Sete 55.6 Jembatan lama .. tt 5.5.7 Perhitungan penilaian beban jembatan 5.5.8 Penilaian beban nominal untuk bangunan atas jembatan 5.5.9 Reduksi penilaian beban untuk kelebihan aspal 5.5.10 Faktor Kondisi Bangunan Atas 5.5.11 Faktor Kondisi Lantai : 5.6.12 Percobaan Pembebanan Skala Penuh 5.5.13 Percobaan Pembebanan Statik. 5.5.14 Percobaan Pembebanan Dinamik 5.5.15 Percobaan Pembebanan Lantai. 5.6 Penentuan penanganan kerusakan pada jembatan 5.7 Klasifikasi teknik perbaikan beton dan materialnya 5.8 Klasifikasi teknik perkuatan struktur beton Teknik perbaikan kerusakan beton pada jembatan 61 Umum 6.2 Perbaikan retakan beton dengan injeksi 6.2.1 Umum 6.2.2 Persyaratan 6.2.2.1 Material injeksi (epoxy resin) 6.2.2.2 Material penutup retak (seafent) 6.2.2.3 Alat 6.2.3 Pelaksanaan 6.24 Pengendalian mutu 6.2.5 Pengukuran volume 63 Perbaikan permukaan dengan metode penambalan 6.3.1 UMUM on 60 3 75 75 76 7 78 79 80 81 81 82 83 83 84 84 85 85 90 95 97 97 97 97 98 98 99 105 108 112 113 114 114 6.4 6.5 6.3.2 Persyaratan 6.3.3 Pelaksanaan 6.3.4 Pengendalian mutu 6.3.5 Pengukuran volume . Perbaikan permukaan dengan metode grouting 6.4.1 Umum 6.4.2 Persyaratan 6.4.3 Pelaksanaan 64.4 Pengendalian mutu 6.4.5 Pengukuran volume Perlindungan dengan pengecatan 6.5.1 Umum 6.5.2 Persyaratan 6.5.3 Pelaksanaan ... 6.5.4 Pengendalian mutu 6.5.5 Pengukuran volume Perkuatan struktur beton pada jembatan 7a 7.2 73 Umum Perkuatan dengan memperbesar penampang 7.2.4 Umum 7.2.2 Persyaratan 7.2.3 Petencanaan 7.2.4 Pelaksanaan 7.2.5 Pengendalian mutu 7.2.6 Pengukuran volume. 7.2.7 Pemeliharaan Perkuatan dengan penambahan elemen struktur 7.3.1 Umum 7.3.2 Persyaratan 7.3.3 Perencanaan. 7.3.4 Pelaksanaan 7.3.5 Pengendalian mutu 7.3.6 Pengukuran volume. 7.3.7 Pemelinaraan itt 114 116 129 130 130 130 130 133 138 139 139 139 139 142 143 144 145 145 145 145 146 148 153, 155 156 156 186 156 187 159 161 166 167 168 74 75 76 17 Perkuatan dengan prategang Eksternal (PE) 7.4.1. Umum 7.4.2 Persyaratan 7.4.3 Perencanaan... 7.4.4 Pelaksanaan. 7.4.8 Pengendalian mutu 7.4.6 Pengukuran volume. 7.4.7 Pemelinaraan . Perkuatan dengan pelat baja/ Stee! Plate Bonding 7.5.1 Umum 7.8.2 Persyaratan 7.6.3 Perencanaan. 7.8.4 Pelaksanaan.. 7.8.5 Pengendalian mutu 7.6.6 Pengukuran volume. 7.8.7 Pemelinaraan aaa Perkuatan dengan Fiber Reinforced Plastic (FRP) 7.6.1 Umum 7.6.2 Persyaratan 7.6.3 Perencanaan 7.6.4 Pelaksanaan. a 7.6.5 Pengendalian mutu 7.6.6 Pengukuran volume. 7.6.7 Pemeliharaan Perkuatan dengan cara perubahan sistem struktur 7.7.4 Umum 7.7.2 Persyaratan 7.7.3 Perencanaan, 7.7.4 Pelaksanaan 7.7.5 Pengendalian mutu . 7.7.6 Pengukuran volume 7.7.7 Pemeliharaan 169 169 71 173 182 183 183 184 185 185 185 188 191 192 193 193 194 194 194 197 203 206 206 206 207 207 207 208 208 214 214 212 LAMPIRAN INFORMATIF ‘A. Contoh perhitungan volume pekerjaan perbaikan dan perkuatan jembatan 8. Contoh perhitungan analisa harga satuan pekerjaan perbaikan dan perkuatan jembatan ©. Contch perhitungan perkuatan struktur jembatan pekerjaan perkuatan Jembatan 44 42 43 44 45 46 47 48 Daftar Gambar Elemen-elemen jembatan Elemen-elemen jembatan : Diagram pourbalx untuk baja dalam beton Reaksi korosi pada baja tulangan dalam beton bertulang . Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi Penambahan kedalaman karbonasi pada daerah retak Distribusi ion CL- pada beton normal dan mutu tinggi setelah berumur 30 tahun, asumsi konsentrasi ion CL sebesar § % berat semen permukaan Model korosi pada beton bertulang ...... 4.9 Kerontokan pada beton 4.10 att 412 4.13 444 4.15 4.16 417 418 419 4.20 421 4.22 423 4.24 4.25 426 54 52 53 54 55 Beton yang keropos Retak struktural Retak struktural akibat gaya lintang Retak tarik akibat momen lentur. ....... Pemeriksaan retak struktural Retak akibat penurunan pada pondasi_. cee Pola retakan tidak struktural yang sering terjadi dalam beton Pengaruh suhu terhadap kuat tekan beton setelah proses pendinginan Modulus elastisitas beton pada suhu tinggi Penetrasi panas pada pelat beton ‘Suhu yang terjadi pada balok beton siku empat Suhu yang terjadi pada kolom beton berpenampang bujur sangkar Gompal eksplosi Gompal terkelupas Pengarun suhu tinggi pada tegangan leleh baja Pengaruh suhu terhadap tegangan leleh baja prategang Kurva suhu pada balok beton yang mengalami pemanasan Penyajian sistematik umur pelayanan jembatan secara teknis Informasi dari tipe penyelidikan yang berbeda pendinginan Bagan alir kegiatan sistem manajemen jembatan Pengujian pull-out Uji kecepatan pulsa ultrasonik vi Hal 13 14 14 16 7 18 20 20 22 22 23 23 23 24 35 36 37 38 40 41 a 45 46 47 49 61 53 63 63 56 57 58 59 5.10 611 5.12 5.13 5.14 5.16 5.16 517 5.18 64 62 63 64 65 66 67 68 69 6.10 6.11 6.12 6.13 6.14 6.15 6.16 617 6.18 6.19 6.20 Pengujian Impact-Echo Scan Radar ‘Scan radiografi Rekaman infra merah Sirkuit untuk pengukuran potensial setengah sel Conteh garis-garis isopotensial untuk penentuan letak Korosi yang muncul di dalam elemen struktural : Pemeriksaan endoskop kabel dan saluran kabel prategang ‘Suatu contoh vibrograf ideal dari perpindahan vertikal gelagar jembatan Tahap-tahap perhitungan tingkat beban Qs Bina Marga 1970 untuk bentang pendek Qs Bina Marga 1970 untuk bentang panjang Reduksi penilaian beban untuk kelebihan aspal Proses pembuatan keputusan untuk evaluasi jembatan dan pemanfaatan yang layak di kemudian hari Tabung injeksi Kompressor Nipple Selang grouting . Penentuan lokasi retakan dan pembersihan Pemasangan injektor Penutupan retakan dengan sealant Regulator (pipa) Pekerjaan grouting bahan epoxy resin Pembersihan permukaan Pengupasan beton/chipping eee Perapihan bidang chipping beton dengan membentuk bidang persegi Contoh sudut potong Hasil chipping . Pembersihan korosi pada tulangan dan permukaan beton Pelapisan perekat (Bonding ~ Coat) Pengisian bidang chipping/ pendempulan Hasil akhir patching Pembongkaran beton yang lemah Hasil pembersihan vii 64 65 65 65 66 67 72 7 82 83 4 92 106 106 107 108 109 109 110 111 112 4112 118 118 419 19 127 127 130 129 133 134 6.21 6.22 6.23 6.24 6.25 6.26 6.27 74 72 7.3 74 75 76 77 78 79 7.10 71 7.12 7.43 714 7.18 7.16 747 7.18 7.19 Pemasangan beksting Memasukan materual grout ke dalam tabung injeksi Injeksi material kedalam pipa inlet Setelah beksting di buka Pemasukan material agregat kasar pada beton prepact Pembersihan permukaan beton Pengecatan baie Perkuatan dengan memperbesar penampang es Contoh regangan dan tegangan pada penampang beton bertulang Penampang, regangan dan gaya dalam balok kondisi berimbang Penampang, regangan dan gaya dalam balok kondisi keruntuhan tarik Diagram alir analisis balik balok Penempatan tulangan Contoh aplikasi perkuatan dengan penambahan elemen struktur Perkuatan dengan prategang eksternal Diagram tegangan dan regangan Pola penempatan tendon pada struktur Contoh perkuatan dengan pelat baja Diagram tegangan dan regangan Contoh serat untuk bahan perkuatan Diagram tegangan dan regangan Panduan penentuan panjang perkuatan FRP tlustrasi perkuatan geser Pemasangan perkuatan dengan sistem FRP. Contoh model penentuan momen positif dan negatif akibat beban hidup Sistem sambungan pada daerah momen negatif viii 134 135 136 136 138 142 143 146 149 150 151 152 153 168 169 176 179 185 189 195 198 201 202 205 208 210 44 4.2. 43. 44 45 46 47. 48 5.4 52 53 54 55 56 57 58 5.9 5.10 5.At 61 62 7 72 73 Daftar Tabel Batas ion klorida untuk campuran semen portland Penyebab dan penampilarn retak pada struktur beton Kerusakan tipikal pada kepala jembatan Kerusakan tipikal pada pilar masif...... Kerusakan pilar tipe kolom : Kerusakan tipikal gelagar jembatan beton bertulang dan beton prategang Kerusakan tipikal pada gelagar boks beton prategang Kerusakan tipikal pada lantai jembatan .... Kriteria penentuan nilai kondisi Nilai kondisi jembatan Uji lapangan jembatan beton - Sifat bahan yang diyji dalam laboratorium pada spesimen yang diambil dari jembatan beton dan baja Jembatan beton ~ besaran anggapan Faktor kondisi bangunan atas Faktor kondisi lantai Fxo . Saran kriteria untuk percobaan dinamik pada bangunan atas jembatan Kalsifikasi umum teknik perbaikan dan bahan yang diaplikasikan pada bangunan struktur beton jembatan : Kiasifikasi umum metede dan material perbaikan beton Klasifikasi unum dari metode perkuatan struktur jembatan Satuan pengukuran untuk pembayaran pekerjaan injeksi Persyaratan bahan cat ot Sifat mekanis baja struktural Gaya tarik baut minimum .. : Tegangan leleh karakteristik baja tulangan Hal, 17 26 ar 28 29 30 31 34 58 59 62 86 88 89 90 96 o7 114 114 141 187 158 207 KEL nu wow Daftar Notasi fy Wp luas dari perkuatan FRP, mm* tw; luas dari perkuatan FRP, mm? iuas dari FRP untuk perkuatan geser dengan jarak spasi s, mm* luas bersih dari permukaan beton, mm? luas pelat baja untuk perkuatan, mm? luas tulangan non prategang, mm? Luas tulangan yang ditransformasi menjadi beton, mm2 tinggi dari serat tekan penampang beton yang tertekan, mm Tegangan pada baja tulangan yang telah difranformasi menjadi beton, MPa lebar dari balok/ gelagar segi empat, mm Jerak dari pusat daerah tekan beton terhadap garis netral, mm? faktor reduksi lingkungan Gaya tekan pada beton tertekan, N Fraksi beban dinamik atau faktor kejut Faktor kondisi lantai Faktor kondisi bangunan atas Frekuensi lentur terukur pada bangunan atas (Hz) akibat pembebanan maksimum Frekuensi lentur terukur pada bangunan atas (Hz) akibat Pembebanan minimum Beban terpusat Jarak dari serat daerah tekan terhadap tulangan tarik, mm kedalaman dari perkuatan geser FRP, mm Modulus elastisitas beton, MPa modulus elastisitas FRP, MPa modulus elastisitas baja tulangan, MPa modulus elastisitas baja tulangan yang akan ditransformasi menjadi beton, MPa faktor keamanan terhadap tegangan leleh baja tulangan tegangan tekan beton, MPa tegangan pada beton tertekan, MPa tegangan ijin tekan pada beton kondisi servis, MPa tegangan tekany/ kuat tekan karakteristik beton, MPa akar dari tegangan tekan/ kuat tekan karakteristik beton, MPa tegangan tekan beton terkekang, MPa tegangan pada bahan FRP, MPa tegangan pada FRP akibat momen dalam batas elastic, MPa tegangan efektif pada FRP, MPa kuat tarik ultimit dari bahan FRP dari pabrik, MPa = kuat tarik ultimit dari bahan FRP untuk disain, MPa tekanan terhadap selimut FRP dari beton terkekang, MPa tegangan pada baja tulangan, MPa tegangan leleh pada baja tulangan, MPa tegangan jin pada baja tulangan, MPa tinggi dari balok/ gelagar beton, mm Inersia penampang kritis/ retak tranformasi terhadap sumbu beratnya pada balok/ gelagar yang menerima lentur pada kondisi servis, mm* rasio dari jarak garis netral terhadap jarak tulangan Et; Kekakuan per unit lebar per lapis dari FRP, Nimm faktor modifikasi dalam x,, untuk perhitungan kekuatan beton faktor modifikasi dalam x,, untuk perhitungan penyelimutan/ wrapping Panjang efektif lekatan dari FRP laminasi, mm momen nominal, N.mm jomen ultimit dengan beban terfaktor, Nmm Jumlah jalur lalu lintas pada jembatan Besarnya beban terpusat (KEL) dalam pembebanan jalur “ (KN/m) = Besarnya beban terbagi rata UDL dalam pembebanan jalur (kPa) = Kuat rencana jembatan atau komponen jembatan yang diperhitungkan sesuai Panjang bentang (m) ‘Aksi beban tetap pada rencana runtuh ultimit ‘Aksi beban standar = jumlah lapisan FRP rasio dari modulus elastisitas FRP terhadap beton, n=EvE: rasio dari modulus elastisitas baja tulangan terhadap beton, ns=E SE. gaya tarik pada perkuatan dengan prategang eksternal, N kvat tarik ultimate per unit lebar per lapis dari FRP, p%,=F",., Nmm gaya aksial nominal, N Penilaian beban nominai untuk lantai jembatan Penilaian beban nominal untuk bangunan atas jembatan(%) Penilaian beban lantai, akhir (%) Penilaian beban bangunan atas, akhir (%) radius dari sudut segi empat pada penampang terkekang dengan FRP,mm jarak spasi antar FRP pada perkuatan geser, mm Gaya tarik pada tulangan tarik, N = tebal dari 1 lapis FRP, mm wou " xi fu a ow 8 5 oy SPdaRE YS gaya geser nominal yang dihasilkan beton dengan tulangan lentur, N gaya geser nominal, N gaya geser nominal yang dihasilkan tulangan geser, N gaya geser nominal yang dihasilkan FRP, N gaya geser ultimit dengan beban terfaktor, N jarak garis netral terhadap serat atas beton tertekan, mm jarak dari garis netral terhadap tulangan tarik, mm lebar dari FRP pada perkuatan, mm. sudut inklinasi dari tulangan geser/ sengkang, derajat koefisien thermal ekspansi arah longitudinal, mm/mmiC. koefisien thermal ekspansi arah tranversal, mm/mm/C rasio jarak ekivalen dari tegangan tekan tekan terhadap garis netral, mm regangan pada beton serat bawah (tarik) akibat momen lentur, mmimm, regangan pada beton serat yang tertarik pada saat pemasangan FRP, mm/mm regangan pada beton, mmimm regangan maksimum pada beton, mm/mm regangan pada FRP, mm/mm, regangan efektif pada FRP pada saat penampang runtuh, mm/mm Fegangan ultimit rupture pada FRP, mm/mm, regangan disain rupture pada FRP, mm/mm regangan pada baja tulangan, mmimm regangan leleh pada baja tulangan, mm/mm factor reduksi kekekuatan Intensitas distribusi tegangan tekan pada beton factor efisiensi untuk FRP berdasarkan pada geometri penampang koefisien daya lekat untuk lentur koefisien daya lekat_untuk geser rasio bahan perkuatan FRP rasio dari Iuas memanjang tulangan terhadap elemen tertekan faktor reduksi tambahan untuk kekuatan FRP dan pelat baja (stee! plate bonding) xii Pendahuluan vJembatan yang merupakan bagian dari jalan sangat diperlukan dalam sistem Jaringan transportasi darat yang akan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan rehabilitasi Perlu diperhatikan sehingga dapat mencapai sasaran umur jembatan yang direncanakan. Hingga saat ini dunia konstruksi jembatan di Indonesia masih didominasi dengan bahan beton sebagai bahan utamanya, Hal tersebut dikarenakan beton dalam Penggunaannya mudah untuk dibentuk dan materiainya mudah diperoleh, Daler masa pelaksanaan dan pemeliharaan jembatan dari struktur beton, sering dijumpai permasalahan yaitu berupa kerusakan pada struktur beton baik berupa retakan, korosi pada baja tulangan, gompal, keropos dan kerontokan, Dengan adanya Kerusakan beton tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya nilai kondisi bangunan serta pada akhiya dapat mengurangi masa pelayanan Untuk mengembalikan nilai kondisi jembatan serta dapat berfungsi secara optimal, aman, nyaman dan lancar sesuai dengan masa pelayanan, maka perlu dilakukan perbaikan kerusakan yang metoda yang tepat Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum, bahwa tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Marga adalah merumuskan sera melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Bina Marga. Sedangkan Direktorat Bina Teknik mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis penyelenggaraan jalan dan penyusunan standar dan pedoman termasuk analisa lingkungan dibidang jalan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Bina Teknik menyelenggarakan fungsi yang salah satunya yaitu penyusunan standar dan pedoman bidang jalan dan jembatan Maka disusunlah Pedoman ini yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pegangan untuk perbaikan dan perkuatan struktur beton pada jembatan Tyjuan pedoman ini adalah untuk keseragaman dalam cara perbaikan dan Perkuatan struktur beton pada jembatan xiv Daftar Pustaka 1. ACI Committee 440, “Guide for Design and Construction of Extemnally Bonded FRP system For Strengthening Concrete Structure’, 2001 2. Alberta Infrastructure and Transportation, "Repair manual for concrete bridge element’, Bridge Engineering Section Technical Standards Branch, 2005; 3. The Concrete Society, Assement and Repair of Fire Damaged Concrete Structure Concrete Society Technical Report No. 33, Framewood Road Wexham, Slough, Great Britain, 1990 4. Bungey, John H.,"The Testing of Concrete in Structures", Surrey University Press, London, 1982. 5. Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga, Sistem manajeman Jembatan - Catatan khusus pemeliharaan jembatan, BMS-1992: 6. Departemen Pekerjaan Umum, *Peraturan Beton — Bertulang Indonesia"1971 7. Departemen Pekerjaan Umum,"Bridge management System (BMS) — Bridge Design Manual’, Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992. 8. Dipohusodo, Istimawan,"Struktur Beton Bertulang”, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 1994. 9 Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2006; 10. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Panduan Pemeriksaan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2006, 11. IRE - CUR/Betoncereniging, Manual Pelaksanaan perbaikan struktur beton untuk tingkat menengah, 2002; 12. Journal, Harga Satuan Bahan Bangunan Konstruksi dan Interior, 2007 13, Nawy, EG.,"Reinforced Concrete”, Prentice-hall Inc. . Englewood Cliffs, New Jersey, 1985. 14. Nilson, Arthur H.,"Design of Concrete Structures’, Mc Graw-Hill,|Inc.,New York, 18, Pd-T- 02-2004-B Perkuatan struktur atas jembatan pelat berongga dengan metode prategang eksternal; 16. Regional Bettermans office IV, Pedoman Untuk Pengewasan Proyek Perbaikan Lantai Jembatan Dengan Menggunakan Bahan Perekat, 1987 17... K. Raina, Concrete Bridges, Mc Grew Hill, 1994. wv Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton Pada Jembatan 1 Ruang Lingkup Pedoman teknik ini merupakan acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam ‘melakukan pekerjaan perbaikan dan perkuatan struktur beton pada jembatan. Pedoman ini juga dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pelengkap dalam persyaratan teknis untuk pekerjaan perbaikan dan perkuatan struktur beton pada jembatan. Pedoman ini berisikan mengenai jenis kerusakan struktur beton, teknik penilaian dan evaluasi, teknik perbaikan dan perkuatan. 2 Acuan Normatif dan Notasi Pedoman ini menggunakan acuan Standar Nasional indonesia (SNI) dan dokumen yang telah dipublikasikan yaitu SNI 07-2052-1997 Baja Tulangan Beton SNI07-6401-2000 —Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canai Dingin untuk Tulangan Beton M 194-00 Chemical Admixtures for Concrete M.235Mi 235-03 Epoxy Resin Adhesives ACI 228.2R-98 Nondestructive Test Methods for Evaluation of Concrete in Structures ACI 347-01 Guide to Formwork for Concrete BS 4550-1978 Compredsive strength for reinstatement mortar BS 4551-1980 Flexural strength for reinstatement mortar BS 6319-1984 Slant shear bond strength to concrete BS 5075-1978 Setting time for reinstatement mortar Pd T-02-2004-B Perkuatan struktur atas jembatan pelat berongga dengan metode prategang eksternal. Pd T-03-2004-B Perkuatan jembatan rangka baja Australia dengan metode prategang eksternal. Pt T-05-2002-B Penilaian kondisi jembatan untuk bangunan atas dengan cara uji getar 019/T/BM/1999 Pedoman Perkuatan Jembatan Tipe Gelagar dengan Metode Prategang Eksternal 028/T/BMI1999 Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen Jembatan dengan Cara Pengecatan Buku BMS 1992 Bridge Management System — Bridge Inspection Manual 4 dari 190 Buku BMS 1992 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 1992 - Bagian 2 Pembebanan Jembatan Buku BMS 1992 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 1992 - Bagian 9 Penilaian Beban dan Bagian K9 Penjelasan Penilaian Beban Buku BMS 1992 Sistem Manajemen Jembatan — Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan Draft SNI 2002 Pembebanan untuk Jembatan Draft SNI 2004 Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan Draft SN! 2004 ‘Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan 3 Istilah dan definisi 34 AFRP Aramid Fiber Reinforced Polymer. 3.2 asphaltic binder merupakan aspal polymer thermo plastic. 33 beban standar beban jalur "D" atau beban truk "T" 34 CFRP Carbon Fiber Reinforced Polymer. 3.5 E-glass serat gelas dengan kalsium alumina borosilicat, 3.6 epoxy Thermosetting polymer yang merupakan produk reaksi antara epoxy resin dan amino pengeras. 2 dari 190 37 faktor kondisi bangunan atas faktor yang mengurangi kekuatan bangunan atas berdasarkan perhitungan, sesuai dengan tingkat kerusakan 38 faktor kondisi lantai faktor yang mengurangi kekuatan lantai berdasarkan perhitungan, sesuai dengan tingkat kerusakan. 3.9 FRP Fiber Reinforced Polymer. 3.10 komposit Kombinasi dua atau lebih dari material yang berbeda, seperti beton dengan baja dan atau dengan fiber. 3.11 fiber ‘sekumpulan benang yang halus, baik bahan alam maupun sintesis berupa mineral maupun zat organik 3.12 fiber aramid bahan organik yang terbuat dari polyamid yang digabungkan dengani struktur aromatic ring. 3.13 fiber carbon fiber yang terbuat dari pemanasan material organik yang mengandung banyak carbon, seperti rayon, polyacrylonitrile (PAN) atau Petroleum atau coal tar yang merupakan bahan dasar dalam membuat carbon fiber. 3 dari 190 344 fiber glass serat yang didapat dari fusi material inorganik yang pada saat pendinginan tanpa terjadi kristalisasi 3.15 laminasi satu atau lebih lapisan fiber yang melekat bersama dalam bahan resin 3.16 PBKT Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor. 347 PBL Perencanaan berdasarkan Batas Layan. 3.18 penilaian beban persentase beban standar yang aman dapat dipikul oleh jembatan 3.19 penilaian beban bangunan atas persentase beban standar yang aman dapat dipikul oleh bangunan atas. 3.20 perbaikan pekerjaan untuk memperbaiki kerusakan pada kondisi yang seharusnya, Pada umumnya perbaikan lebih menyangkut kerusakan lokal bagian struktur atau elemen pelengkap Jembatan dibandingkan keseluruhan struktur. 3.2 perkuatan meningkatkan kapasitas pemikulan beban dengan menambah lebih banyak bahan, Komponen tambahan (salah satunya prategang eksternal) dan sebagainya. 4 dari 190 3.22 polymer ‘Senyawa organik dengan berat molekul yang tinggi, baik sintetis maupun alami 3.23 rehabilitasi Pengembalian kondisi kepada kondisi semula dan menjadikan semua elemen berfungsi Sesuai dengan posisinya, Rehabilitasi lebih menyangkut struktur jembatan secara keseluruhan, termasuk bagian struktur utamanya 3.24 resin Merupakan polymeric material yang kaku atau semi kaku pada temperatur ruang, umumnya titik lelehnya di atas temperatur ruang 5 dari 190 4 Jenis Dan Penyebab Kerusakan Pada Struktur Beton Untuk metaksanakan pemeriksaan jenis dan penyebab kerusakan pada struktur jembatan, dapat dibagi datam suatu hirarki elemen jembatan. Hirarki jembatan ini dibagi menjadi 5 level (tingkatan) elemen. Level tertinggi adalah level 1, yaitu jembatan itu sendiri secara keseluruhan. Sedangkan level yang paling rendah adalah level 5 yaitu individual elemen dengan lokasinya yang tertentu seperti tebing sungai sebelah kanan, tiang pancang ke-3 pada pilar ke-2 dan sebagainya, 4.1 Beberapa penggunaan beton pada jembatan Hingga saat ini konstruksi jembatan di Indonesia masih didominasi dengan bahan beton sebagai bahan utama. Hal tersebut dikarenakan beton dalam penggunaannya mudah untuk dibentuk dan materialnya mudah diperoleh. Beberapa elemen jembatan pada level 2dan 3 yang umumnya menggunakan struktur beton adalah sebagai berikut Level 2 Level 3 2.200 Daerah aliran sungai / Eauntareedeaien 3.220 Bangunan pengamen 2.300 Bangunan bawah 3.310 Fundasi 3.320 Kepala Jembatanipilar 2.400 Bangunan atas 3.410 Sistem Gelagar 3.420 Jembatan pelat 3.430 Pelengkung 3.440 Balok Pelengkung 3.450 Rangka Baja 3.480 Jembatan Gantung 3.500 Sistem tantai 3.600 Sambungan siar muai 3.610 Landasaniperletakan 3.620 Sanderan 3.700 Bangunan pelengkap 2.800 Gorong-gorong 3.801 Gorong-gorong persegi 3.802 Gorong-gorong pipa Contoh dari elemen-elemen jembatan terdapat dalam gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.2. 6 dari 190 44724 Lompu pentrongan 4722 Dang Longe pot tr | 2 Se say stn $972 Lontah aon yeu } s.810 Patetokon / tandoson ee A 4328 Bok kepale 44322 Oieing olor / Kom | CE} at sae sn | 4.312. Fandost sumieon 42315 Funds! logaing 4311 Tong poncang ffl Gambar 4.1 Elemen-elemen Jembatan 4480 Koton engin tos 44481 oy tas +4521 Tang sondern 4} 4485 setang dagen 622 Sandro bret 502 Petts {4506 totoa 450 Geogr mampejing + £ EH ee at nh 4323 Dig tenbok 4512 Pselohon kor/lndocan (apa ember) 4.325 Bok teple 4.313 Funan longarg-t 4227 Dino penahon fone 44468 Geagor maton. 4222 Brosiong Gambar 4.2. Elemen-elemen Jembatan 7 dari 190 4.2 Jenis Pemeriksaan Jembatan Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen terpenting dalam sistem informasi manajemen jembatan. Pemeriksaan merupakan sesuatu yang pokok dalam Menghubungkan antara keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau Peningkatan dalam waktu mendatang, Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan masih berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentu. guna pemeliharaan dan perbaikan secara berkala, Beberapa tujuan yang spesifik dalam pemeriksaan jembatan adalah ~ Memeriksa keamanan jembatan pada saat layan; - Menjaga terhadap ditutupnya jembatan; ~ Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut; ~ Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan; ~ Memeriksa pengaruh dari beban kendaraan dan jumlah kendaraan; ~ Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang; ~ Menyediakan informasi mengenai dasar daripada pembebanan jembatan. Pemeriksaan dilakukan sejak jembatan tersebut masih baru dan berkelanjutan selama umur jembatan. Data yang dikumpulkan dari pemeriksaan harus betul-betul merupakan gata yang mutakhir, akurat dan lengkap sehingga hasil yang dikeluarkan betu-betul dapat dipercaya Pekerjaan pemeriksaan jembatan adalah mengumpulkan data-data sebagai berikut ~ Detail secara administrasi seperti nama jembatan, nomor jembatan dan tahun pembangunannya; ~ Semua dimensi jembatan seperti panjang total dan jumlah bentang: ~ Dimensi, jenis konstruksi, dan kondisi komponen-komponen utama setiap bentang jembatan dan elemen jembatan secara individual: ~ Data jainnya. Data jembatan dikumpulkan dari berbagai jenis pemeriksaan yang berbeda dalam skala dan intensitasnya, frekuensinya dan secara sifat masing-masing elemen jembatan atau Pemeriksaan secara detail. Jenis pemeriksaan yang utama dalam sistem informasi manajemen jembatan adalah sebagai berikut 8 dari 190 1) Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan pada saat awal untuk mendaftarkan setiap jembatan ke dalam data base, Pemeriksaan inventarisasi juga dilaksanakan jika pada jembatan yang tertinggal pada waktu data base dibuat. Selanjutnya pada jembatan baru yang belum perah dicatat harus dilaksanakan pemeriksaan inventarisasi, Perlintasan Kereta Api, penyeberangan sungai, gorong-gorong dan lokasi dimana terdapat penyeberangan ferri juga diperiksa dan didaftar Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material dan data-data tambahan lainnya pada setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan, penjang bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan, Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh pemeriksa dari instansi yang terkait yang sudah dilatih atau oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan. Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya. Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan. Pemeriksaan Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan Perbaikan besar jembatan, guna mencatat data yang baru, dan setelah Pelaksanaan konstruksi jembatan baru, untuk mendaftarkan ke dalam data base dan mencatatnya dalam format pemeriksaan detail Dasar dari sistem pemeriksaan secara detail adalah penilaian kondisi elemen dan kelompok elemen menurut Keadaannya dan keseriusan dari kekurangan/ kelemahannya Pemeriksaan secara detail bertujuan mendata kondisi elemen pada Level yang Paling tinggi, dan pada Level ini semua elemen memiliki kondisi yang sama. Level tertinggi elemen dinilai adalah Level 3. Dalam sebagian besar situasi, elemen- elemen harus dinilai pada Level 4 atau Level 5. Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya kerusakan yang penting yang dicatat selama pemeriksaan secara detail. Bila ditemukan kerusakan 9 dari 190 kecil yang dapat diperbaiki dalam pemeliharaen rutin, kerusakan ini hanya perlu dilaporkan dalam Bagian Pemelinaraan Rutin Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, ditentukan oleh 5 nila, yaitu : ~ Nila Struktur (S); ~ Nilai Kuantitasnya (volume) (k); ~ Nilai Kerusakannya (R); = Nilai Fungsi (F): ~ Nilai Pengaruh (P), ‘Setiap nilai diberi angka 0 atau 1, sehingga subjektivitas selama pemeriksaan dapat diminimaikan dan penilaian menjadi lebih konsisten. Elemen atau kelompok elemen dinilai dengan diberikan suatu Nilai Kondisi antara 0 dan 5. Angka-angka tersebut mewakili jumlah dari kelima nilai yang ditentukan diatas Sesudah penilaian elemen pada Level 5, 4, atau 3, Nilai Kondisi untuk elemen pada Level yang lebih tinggi dalam hirarki ditentukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada Level yang lebih rendah dalam kaitannya dengan elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya, apakah elemen-elemen ini dapat berfungsi, dan apakah elemen-elemen lain pada level yang lebih tinggi dipengaruhi oleh kerusakan-kerusakan tersebut Nilai Kondisi untuk elemen Level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini, dan dicatat dalam Formulir Pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan Nilai Kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk Menentukan strategi pemeliharaan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan. Pemeliharaan yang dianjurkan dapat berbentuk penggantian jembatan bila jembatan berada dalam kondisi kritis dan biaya perbaikan terialu tinggi, rehabilitasi jembatan dengan melakukan perbaikan besar atau penggantian komponen utama jembatan, perbaikan elemen individual, atau sekedar pemeliharaan rutin. Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen jembatan, dan ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi untuk jembatan secara keseluruhan didapat dari nilai kondisi setiap elemen jembatan. 10 dari 190 3). Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah harus dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak. Pemeriksaan ini dilaksanakan diantara pemeriksaan detail 4), Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh pemeriksa jembatan pada waktu pemeriksaan detail karena pemeriksa merasa kurangnya data, pengalaman atau keahlian untuk menentukan kondisi jembatan, Semua jenis pemeriksaan di atas dilakukan oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan atau oleh staf teknik yang mempunyai keahlian dalam bidang jembatan. 4.3 Jenis-jenis Kerusakan Struktur Beton 4.3.1 Penyebab Kerusakan Boton Pada Jembatan Jembatan Struktur yang melewatkan kendaraan untuk melalui suatu hambatan yang dapat berupa sung bagian dari sistem jaringan dalam suatu ruas jalan. Berdasarkan data base Bridge Manajemen System (BMS) yang dibuat pada tahun 1992, jumlah jembatan yang terletak lembah, jalan atau hambatan-hambatan lainnya, dan merupakan pada ruas jalan Nasional dan Provinsi adalah 25.290 buah. Jumlah tersebut akan menjadi jauh lebih besar lagi jika diperhitungkan pula jembatan yang terletak pada ruas- ruas jalan perkotaan dan jalan kabupaten serta jalan poros desa dan jalan poros ke permukiman transmigrasi Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah mempertahankan dan meningkatkan masa Pelayanan jembatan sesuai dengan tuntutan perkembangan transportasi. Sasaran ini akan dicapai melalui program pemelinaraan serta program penanganan jembatan berdasarkan suatu kriteria yang disusun dengan mempertimbangkan aspek teknis, urgensi dan skala prioritas serta dana yang tersedia. Aspek teknis berkaitan erat dengan kondisi jembatan, sedangkan urgensi dan skala prioritas ditentukan faktor-faktor tuntutan perkembangan lalu lintas serta peranannya untuk mendukung sektor-sektor lainnya Beberapa segi aspek teknis yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada jembatan, yaitu 1. Terdapat kesalahan pada perencanaan/ pelaksanaan 14 dari 190 ~ Hasil pengamatan lapangan terdapat retak strukturall jendutan berlebih pada bagian struktur, Mutu material, selama pelaksanaan menunjukan hasil yang tidak memenuhi syarat: — Hasil perhitungan dengan memakai mutu yang aktual menunjukan adanya penurunan kapasitas struktur. 2. Penurunan kinerja material/ struktur eksisting ~ Adanya pelapukan pada material struktur akibat umur, serangan zat kimiawi; = Adanya bencana kebakaran, gempa atau banji. 4.3.2. Jenis-Jenis Kerusakan pada Struktur Jembatan 4.3.2.1 Korosi Baja Tulangan Pada umumnya baja tulangan yang telah diselimuti oleh beton (portland cement concrete) tidak akan mengalami korosi karena pada permukaan baja telah dilapisi oleh lapisan tipis Fe(OH), (ferro oksida) atau Lapisan Pasif (passive film). Lapisan pasif ini terbentuk dari kondisi lingkungan dari beton yang bersifat sangat alkali, yaitu pH=12.5. Sifat alkali yang tinggi dari beton terjadi sewaktu semen tercampur dengan air (terhidrasi), sehingga Ca(OH), melepas ion (OH). lon-ion ini membawa sifat alkali dari beton dan menempel pada permukaan baja tulangan yang selanjutnya akan bereaksi membentuk Fe(OH). Untuk baja dalam lingkungan alkali beton, kondisi korosi bergantung pada pH dan potensial. Situasi demikian dapat dirangkum dalam diagram Pourbaix seperti dalam gambar 4.3 berikut 12 dari 190 1500 2 100 oto ge ™ g ~ Bo | cera z ae 5 on 3 = FH ae Immune 1800 Gambar 4.3 Dis gram Pourbaix untuk baja dalam beton Lapisan pasif sebagai pelindung baja tulangan dari serangan korosi akan hancur oleh serangan ion kiorida (CI) dan serangan gas karbondioksida (CO.) atau dikenal dengan karbonasi, Bilamana lapisan film ini telah hanour, maka proses korosi segera dimulai Korosi merupakan peristiwa elektro-kimia, yaitu adanya aliran elektron dari anoda menuju katoda yang dikenal dengan reaksi anodik dan katodik atau pengaruh derajat keasaman (pH). Logam pada umumnya akan mengalami proses korosi jika berada dalam lingkungan asam (pH < 7), seperti pada gambar diatas. Reaksi anodik adalah reaksi oksidasi atau pelepasan elektron dan reaksi katodik adalah reaksi reduksi atau penarikan elektron. Reaksi anodik dan katodik berlangsung secara bersamaan (lihat gambar 4.4) Reaksi anodik Fe -» Fe™ + 2e . 4.1) Reaksi katodik 2e' + HO + 40, > 20H Beattie ate (4.2) Kemudian Fe(OH), akan bereaksi dengan air dan oksigen membentuk Fe(OH); dan terhidrasi membentuk FeO, atau karat merah (red-rust). Jenis karat yang lain adalah karat hitam (black rust) Fe,O. yang terjadi pada lingkungan dengan kandungan oksigen yang kurang. Agar reaksi korosi dapat berlangsung maka harus ada oksigen (02) 13 dari 190 dilingkungan tersebut. Dalam beberapa hal, seperti di bawah air, difusi oksigen yang masuk kedalam beton akan menjadi kecil Fe(OH); +O, +2H0 > 4 Fe(OH); (4.3) 4 Fe(OH), — 2Fe,0,6H,0 + 4 H.0 (4.4) a. Reaksi anodik dan katodik b. Diagram aliran listrik Gambar 4.4 Reaksi korosi pada baja tulangan dalam beton bertulang ‘Awal mula korosi terjadi pada permukaan luar baja pada beton yang telah terkena karbonasi atau adanya ion klorida, kelembaban dan oksigen. Secara cepat produk korosi ini akan menempati dengan volume yang jauh lebih besar dari volume besi asli. Sehingga produk korosi ini akan mengakibatkan dan secara terus meningkat tegangan di dalam beton sampai terjadi retak. Secara umum retak akan berkembang dari tulangan sampai dengan kepermukaan beton dan retak pada permukaan akan mengikuti garis dari tulangan, seperti pada Gambar 4.5, Gambar 4.5 Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi Selain bahaya retak akibat korosi, yang tidak kalah penting adalah adanya pengurangan luas baja tulangan akan mengakibatkan kapasitas struktur berkurang 4.3.2.2 Karbonasi Sifat lingkungan dalam beton segar sangatlah alkali, dengan nilai pH diatas 12.5 dan hal tersebut berlangsung terus sepanjang tidak ada masukan dari luar beton. Sifat alkali didapat dari kalsium hidroksida (Ca(OH),) dan bentuk senyawa lain yang merupakan produk dari reaksi hidrasi semen portland. Karbon dioksida dan gas-gas lain di udara 14 dari 190 dapat masuk menembus (penetrasi) kedalam beton melalui sistem pori-pori dan kapiler beton. Bilamana terdapat air (H,0), karbon dioksida (CO2) dan gas-gas asam lainnya dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida dalam beton membentuk senyawa netral, seperti kalsium karbonat (CaCO;), Proses ini disebut karbonasi dapat digambarkan sebagai berikut: CO; + HO > HCO; (4.5) H:COs + Ca(OH}, > CaCO3 +2 H.0. (4.8) Persenyawaan antara air dengan karbondioksida membentuk asam karbonat (HsCOs) yang kemudian meresap melalui pori-pori atau retak pada beton dan bereaksi dengan alsium hidroksida (Ca(OH)2) membentuk kalsium karbonat (CaCO:). Perubahan Ca(OH), menjadi CaCO; menyebabkan pH beton turun dari + 12.5 menjadi + 8.8, yang menyebabkan lapisan pasif hancur atau dalam kata lain baja tulangan sudah tidak terlindungi lagi dari korosi. Kedalaman penetrasi karbonasi dapat diambil secara proporsional terhadap akar kuadrat waktu yang terekspose, bilamana faktor-faktor yang iain tetap konstan. Bilamana kenaikan waktu yang terekspose dikalikan faktor empat, maka kedalaman penetrasi karbonasi dikalikan dua Laju penetrasi karbonasi pada beton bergantung pada besarnya perubahan parsial (kandungan CO;, kelembaban udara), permeabiltas beton, tipe semen dan kandungan semen. Masalah korosi akibat karbonasi tidak sama dengan akibat dari ion klorida Dengan menambah tebal selimut beton, menaikkan kepadatan beton dan menaikkan kandungan semen pada beton akan sangat membantu pencegahan kerusakan akibat korosi. Kedalaman karbonasi cenderung akan menjadi besar pada lokasi retak dan bentuk kerusakan Jainnya karena hal tersebut akan menjadi jalan bagi udara untuk masuk kedalam beton, seperti terliat dalam gambar 4.6 berikut CCartonation fom “| Gambar 4.6 Penambahan Kedalaman Karbonasi Pada Daerah Retak 15 dari 190 Jika pori-pori beton tertutup oleh air secara keseluruhan, maka penetrasi karbon dioksida ‘akan mengalami kesulitan. Dengan kata lain, karbonasi tidak akan terjadi pada beton yang benar-benar kering karena proses reaksi memerlukan adanya uap air. Laju karbonasi juga dipengaruhi oleh konsentrasi Karbon dioksida pada lokasi beton yang terekspose. Konsentrasi karbon dioksida dalam udara kira-kira mencapai 300 ppm akan tetapi pada daerah lalu lintas padat konsentrasi tersebut menjadi tinggi Proses karbonasi sendiri tidakiah merusak atau mengganggu beton. Hasil karbonasi akan mereduksi volume dengan sangat kecil, akan tetapi dapat menyebabkan terjadinya retak pada lapisan luar yang terkekang oleh beton yang tak terkarbonasi. Karbonasi juga dapat _mengubah karakteristik fisik beton, seperti hasil pengujian permukaan beton sebagai contoh schmidt hammer test. Bagaimanapun, karbonasi merupakan pengaruh utama dalam hal keawetan (durability) beton seperti yang telah dijelaskan sebelumnya 4.3.2.3 Klorida fon klorida (Cr) di dalam beton yang melebihi nilai batas yaitu 0.4 % dari berat semen akan mengakibatkan lapisan pasif hancur, tanpa disertai oleh perubahan derajat keasaman (pH). Persamaan reaksi pada proses korosi akibat ion klorida adalah Fe+2Cr FeCl, a (4.7) FeCl, > Fe* + Cr i 7 a (4.8) Selama proses korosi, ion klorida tidak dikonsumsi dalam reaksi. lon klorida akan terus menghancurkan lapisan pasif yang belum hancur. Dalam hal ini ion klorida berfungsi sebagai katalis. Berbeda dengan peristiwa karbonasi, proses korosi akan tetap terus berlangsung setelah kandungan klorida dalam beton sudah melebihi suatu nilai batas tertentu tanpa perlu penambahan dari luar. Proses tersebut diatas dapat terjadi pada banyak jenis logam tidak hanya terjadi pada baja dalam beton, lon klorida yang masuk kedalam pori-pori beton dapat bersumber dari pencairan garam atau dari air laut pada lingkungan pantai. Garam umumnya juga tersebar di jalan raya dan akan menjadi garam cair. Bilamana sistem drainase tidak bekerja secara baik maka cairan garam tersebut dapat meresap kedalam lantai beton, gelagar beton, kolom dan lain-lainnya. ton Klorida juga dapat tercampur dalam beton karena ketidak hatichatian Pada pemakaian air atau agregat. Tabel 4.4 Batas ion klorida untuk campuran semen portland (% terhadap berat semen) 16 dari 190 No. Jenis Struktur % ion Gr 1_| Beton prategang : 0.06 2 | Beton bertulang dalam lingkungan lembab gta dan terekpos pada sumber klorida 3 | Beton bertulang dalam lingkungan lembab gas dan tak terekpos pada sumber klorida 4” [Di alas tanah pada lingkungan kering _ tanpa balas untuk korosi Tingkat konsentrasi ion klorida yang dibutuhkan untuk memulai terjadi korosi baja pada beton adalah bilamana konsentrasi klorida mencapai 0.4 % terhadap berat semen, dengan konsentrasi sebersar nilai tersebut akan terjadi korosi pada tulangan D=5x10 mis 0-01 x10"? mis 1 Critical chloride: a Chloride content (% wt. of cement) 0 60 100 150 ‘Chloride penetration into concrete (mm) Gambar 4,7 Difusi ion Cl- pada beton normal dan mutu tinggi setelah berumur 30 tahun, dengan asumsi konsentrasi ion Cl sebesar 5% terhadap berat semen pada permukaan beton 4.3.2.4 Laju Korosi Salah satu faktor penting dalam menentukan laju korosi adalah ketersediaan oksigen pada sekelling daerah katodik, Hal ini karena oksigen akan cikomsumsi pada reaksi katodik. Bilamana persediaan oksigen ke daerah katodik pada logam tidak berlangsung secara kontinyu maka reaksi korosi akan diperlambat. Besaran kandungan oksigen ini bergantung pada kondisi lingkungan. Selain itu laju korosi juga dipengaruhi oleh besarya aliran ion dan tahan listrik beton. Secara garis besar, laju proses korosi dapat dimodelkan dalam 2 (dua) tahap, seperti pada Gambar 4.8. 417 dari 190 Taito Propagatar Thivalion Propagation (cepassivation, (cortosion) | (depassivation corrosion) a Cracking g cue to 5 rust 3 H é 4 ‘2 Time “Time 2, Modi Korosi , Model Korosisetelan dikoreksi Gambar 4.8 Model korosi pada beton bertulang Kondisi inisial berarti proses Penghilangan lapisan pasif oleh penetrasi ion klorida atau penurunan pH akibat penetrasi karbon dioksida (CO;). Bagian propagasi adalah tahapan dimana telah dimulai terjadi proses korosi dan laju korosi dikontrol oleh ketersediaan oksigen (02), tahanan listrik dari beton dan kondisi lingkungan seperti suhu (T) dan kelembaban relatif (RH) Proses korosi mengurangi luas dari baja tulangan, dan volume produk korosi lebih besar dari volume baja tulangan yang terkorosi. Sebagai konsekuensinya, terjadi tegangan ekspansif sepanjang tulangan terkorosi yang akan mengakibatkan retak atau spalling. Selelah terjadi retak atau spalling pada selimut beton maka laju korosi menjaai jauh lebih tinggi, seperti pada Gambar 4.6, karena baja tulangan telah terjadi kontak langsung dengan lingkungan 4.3.2.8 Serangan Sulfat Lain halnya dengan Klorida, suifat lebih menyerang secara kimiawi terhadap beton dan bila bekerja bersama-sama dengan Klorida akan menyerang baja tulangan secara hebat ‘Serangan sulfat ini dapat terjadi pada dalam beton sendiri (suifat dalam agregat) atau akibat masukan suifat dari lingkungan seperti dari dalam tanah atau air. Reaksi serangan sulfat dapat dijelaskan sebagai berikut Calcium sulphate + tricalsium aluminate > tricalcium sulphoaluminate (ettringite) + calcium hydroxide 18 dari 190 Volume eftringite ini jauh lebih besar dari hidrasi kalsium aluminate. Ekspansi ini akan Mmenghasilkan tegangan tarik pada pasta semen dan berkembang menjadi retak didalam beton. atrium sulfat (NajSO,) dalam air tanah bereaksi dengan mineral beton dalam dua tahap. Tahap pertama, adalah bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OH). menghasilkan kalsium sulfat (CaSO4) dan natrium hidroksida (NaOH). Selanjutnya kalsium suffat bereaksi dengan tricalsium aluminate seperti yang telah diuraikan diatas. Bilamana natrium sulfat dapat (selalu) tergantikan kembali seperti pada aliran air tanah, feaksi akan berlangsung terus dengan ekspansi lebih lanjut. Reaksi dengan magnesium sulfat (MgSOx) dalam air tanah berakibat lebih merusak Magnesium sulfal bereaksi sekaligus dengan tricalsium aluminate dan kalsivm hidroksida membentuk tricalcium sulphoaluminate, kalsium suifat dan magnesium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan nilai pH rendah pada larutan air dan mengakibatkan kalsium ikat dalam pasta semen terurai dan melepaskan lebih banyak kalsivm hidroksida Kalsium hidroksida ini akan terus bereaksi dengan magnesium sulfat (sepanjang masih tetap ada) dan mengakibatkan pH rendah. Jika kandungan magnesium sulfat sangat cukup, reaksi akan berlangsung terus sampai struktur kalsium silat dalam pasta beton {erurai keseluruhan dan menjadi lemah dan berongga, Pada beberapa kasus yang hebat Pasta semen akan terbuang sampai hanya tinggal agregat saja Air laut mengandung sulfat dengan konsentrasi tertentu sampai dapat mengakibatkan kerusakan pada beton 4.3.2.6 Kerontokan Kerontokan adalah terlepasnya sebagian betonan dari beton secara keseluruhan, Hal ini dapat terjadi karena terjadinya karat dan pengembangan pada baja tulangan, kesalahan Penanganan dan kurang tebainya selimut beton 19 dari 190 Pengembangan lulangan karena kerat yang = —— menyebabkan erontokan beton Tulangan yang terlihat ‘Daerah yang rontok| Gambar 4.9 kerontokan pada beton 4.3.2.7 Beton Keropos (Honeycombing) Beton yang keropos akan terjadi apabila material yang masuk tidak mengisi rongga- rongga antara agregat kasar dan baja Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang kurang, cara penanganan yang kurang baik, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya cairan beton yang disebabkan bekisting yang jelek, dan terlalu rapatnya baja tulangan, Gambar 4.10 beton yang keropos 4.3.2.8 Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess) Drumminess adalah suatu istilah yang diberikan untuk mutu beton yang jelek jika waktu dipukul dengan palu beton menjadi berlubang atau berbunyi seperti drum. Drumminess dapat diakibatkan oleh * Karat yang ada pada besi tulangan mendorong sebagian permukaan beton; ‘+ Perbaikan yang tidak baik bila penambalan yang dilakukan tidak menempel dengan baik pada bahan dasar dan terjadi lapisan yang terpisah 20 dari 190 4.3.2.9 Rembesan atau Bocoran Kedalam Beton Rembesan air atau bocoran delam beton dapat terjadi jika pada beton tersebut sudah terjadi kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat merembes masuk kedalam Komponen. Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda wama pada Permukaan beton. Kadang-kadang tanda warna tersebut adalah * Wana hijau karena ditumbuhi tumut ; * Warna putin berkerak atau bahkan memibentuk sialaktit berwarna putih - ini menandakan bahwa terdapat larutan kapur dari semen yang merembes keluar (atau terouang). Hal ini akan memperiemah beton; * Adanya daerah yang basah secara terus menerus. 4.3.2.40 Retak Retak pada beton merupakan hal yang umum. Retak dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: * Retak struktural; + Retak non struktural. Untuk mengetahui jenis penanganan atau perbaikan yang diperlukan, harus diketahui apakah retak tersebut adalah retak yang bergerak atau tetap. Retak struktural adalah retak yang paling berbahaya diakibatkan adanya beban yang melebihi beban rencana atau kekuatan daripada potongan. Retak pada balok dan elemen utama dapat disebabkan oleh * Momen (sekitar daerah tengah bentangan), retak ini berupa retak yang tegak/vertikal (gambar 4.11); * Gaya lintang dekat landasan, retak ini biasanya membuat sudut 40 sampai dengan 50 derajat terhadap sumbu elemen yang bersangkutan (gambar 4.12) * kombinasi momen dan gaya lintang. Gambar 4.11 retak struktural akibat momen 21 dari 190 Gambar 4.12 retak struktural akibat gaya Daerah yang perlu diperiksa untuk retak struktural adalah * Daerah Tarik Daerah yang kritis yang perlu ditinjau adalah bagian yang menahan tarik ‘Sebagai contoh pada bagian balok kepala pilar atau pada bagian tengah daripada gelagar seperti yang terlihat pada gambar 4.13, ll e@ | ; Tae Tension area =e Gambar 4.13 retak tarik akibat momen lentur © Retak Akibat Gaya Lintang Retak ini biasanya terjadi dekat daerah perletakan. Untuk ini daerah dekat Perletakan gelagar dan dekat daripada kepala kolom harus diperhatikan. Retak struktural biasanya dapat diraba dan bukan dilihat. Untuk ini ada cara yang terbaik yaitu dengan meletakkan telapak tangan pada permukaan retakan Pada saat lalu-lintas berat lewat diatasnya. Perbedaan pergerakan akan terasa oleh tangan kita (gambar 4.14) 22 dari 190 Gambar 4.14. pemeriksaan retak struktural Retak Akibat Penurunan Pondasi Apabila pondasi mengalami penurunan atau bergerak, terjadi banyak gaya-gaya tambahan dalam struktur beton. Retak akibat gaya-gaya tersebut tidak mempunyai pola yang pasti cay Gambar 4.18 retak akibat penurunan pada pondasi Retak Akibat Karat Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan baja dibawah permukaan Karena karat tersebut_mengembang, itu akan mengangkat permukaan dan ‘mengakibatkan retak. Jika keretakan tersebut tidak diperiksa, maka akan terjadi kerontokan pada beton Retak Non Struktural Retak non struktural atau retak tak bergerak biasanya terjadi pada bagian permukaan dan umumnya tidak bertambah besar. Beberapa jenis retak ini ada yang berbahaya tetapi 23 dari 190 dapat tidak berbahaya. Terdapat beberapa jenis retak-retak non struktural yang terjadi adalah sebagai berikut ‘= relak akibat susut, © retak permukaan; * retak-retak struktur dan akibat bekisting yang bergerak. Pola retak non struktural yang umum terjadi dapat dilihat pada Gambar 4.16 Tipe &, 8, C dan D rotekan sedimmentasi ateu seting Tipe € F dan retakan susut plasts Tpe H dani ‘usu termal dam beton muda Tipe H pporubahan bentuk yang terbalang dari lar Tipe! pperubehan benuk yang terhalang dar dalam Tpe J ‘etekan harena susut pengeringan Tipe K don & ‘etakan permakagn kilt baton Tipe retokan aiibatkoros: Gambar 4.16 Pola retakan lak struktural yang sering terjadi dalam beton Kerusakan Tipikal Beton Pada Elemen Jembatan Untuk mengevaluasi bagaimana retak menjadi berbahaya terhadap ketahanan dan keselamatan jembatan, periu ditentukan penyebab yang mengarah pada retak di dalam beton. Penyebab tersebut kebanyakan tergantung pada tiga faktor berikut ini yang menyangkut retak-retak tersebut: © Waktu pembentukan retak setelah pengecoran beton atau konstruksi struktur © Penampilan atau pola retak dari luar © Lebar dan jumiah retak Kerusakan Tipikal Bangunan Atas Jembatan Beton 24 dari 190 Kerusakan tipikal bangunan atas jembatan beton bertulang dan beton pratekan, terutama kepada gelegarnya, disajikan pada Tabel 4.6. Oleh karena pentingnya, perhatian khusus Giberikan pada kerusakan yang teramati dalam gelegar boks beton pratekan. Kerusakan ini ditandai dalam Tabel 4.7, kerusakan tipikal pada pelat lantai jembatan ditunjukan pada Tabel 4.8. Semua jenis kerusakan terdaftar dalam tabe! dapat menjadi bahaya terhadap keselamatan, pelayanan dan kelahan jembatan beton bertulang dan jembatan beton Pratekan. Retak berbagai tipe merupakan kebanyakan fitur karakteristik kerusakan dalam struktur beton. Bagaimanapun, haruslah dingat bahwa menjadi sifatnya jika retak itu dihubungkan dengan sifat alami beton sebagai bahan yang rapuh. Parameter yang bersifat menentukan yang mempengaruhi ketahanan jembatan adalah lebar retak yang Gitandai dalam tabel-tabel oleh lambang w. Secara umum, ketika w < 0.2 mm dalam kondisi-kondisi normal dan w < 0.1 mm dalam beberapa kondisi-kondisi khusus (sebagai contoh, jika atmosfer mengandung bahan kimia agresif), retak dapat diperlakukan Sebagai pengaruh alami dan tidak mempunyai pengaruh yang membahayakan pada Struktur itu. Nilai-nilai di atas sesuai dengan lebar retak ijin yang diberikan oleh banyak peraturan perancangan dan regulasi nasional serta internasional, Retak dengan w > 0.2 mm menandakan bahwa secara penggetaran yang tidak cukup selama pengecoran, terlalu banyak tulangan dalam penampang melintang, beban berlebih, korosi baja tulangan, dan iain-lain Tabel 4.2 Penyebab dan penampilan retak struktur beton 25 dari 190 wo | peme- | warty Tampa Westra! Ketorangon bao | pemtentixan | lst | Pans Saba ak — | Raa apa Raa Saale nan.” | porareasizan | tosger?Boan besarte Bias | Pengcoran | paaataounents beat pena 7] Sia taberaraian —) Bae remarar Ret aaa nan Biosts | pores seaucah | siasroan ae feces fengecoon | mama ; - 3Son dre pac pomucaan / serena Sool fergsingan | 37) tok | Batepa ant —~ eat begat f= 1 Sapa rarer tem | paramaservdan | pocahusengen | |< 1 angen Gargano tat | Bangecorn "| Eooeracael ) eng | Saar coor dhe : tea feta onnye i tearing poo cae Sorekangan 7] | Bataan Bion —| Sock saa ia ST teicononsinasi | elatonna ponuiangen eka fe dan ak coamn 5] Rove | Babeapa tues —T Retr sere Fala neo Ta Soutananeeln | tlagarvare Onn nigra ata benno i sory dene menjadi gompal | —— Tee a acs -meningkatnya waktu, SS tere tara aegis topat aunt lates peonaen been i nar onde! both 7] Rens Babaapa hon — MTT ak Sapt rood! sorege | senabesortinasi | coer ona » ___ | Bonar eanenrs talkait basah, seringnya C a —) | 10mm) peaareinyene | y pele mavas hae / angen te fuses eget Gyan reat shal 7 am] Tea pa 7 : Rasen tonan’ | penpunean ait Leman (ecosmm. na pace” | Sura oncanganFekvtan ee rmemustan Reta ian yanplcbh beta eupaetsrum, rouauren reaneaen [Panga Tegan pe Recaro Kangan | porgonh Steal Weeden) ha "Bncarganfakatan mmemutttan Reh Tran ait on oh best Et ] pont ‘mengingikasi unum, Bt enna —, Beban teckonsentrast ere y |_ wae Tratan Tabel 4.3 Kerusakan tipikal pada kepala jembatan 26 dari 190 Tipe dan penyebab kerusakan | Mustrasi Kerusakan yang dihasilkan sebagian besar dari sambungan siar-muai yang bocor 1. Kebocoran pada dinding, 2. Gompal pada beton. 3. Dudukan perletakan yang tidak bersih. Retak tunggal, dan relatit besar pada _| bagian tertentu kepala jembatan. 1. Retak dinding dengan tulangan yang reiatif lemah yang dinasilkan dari tidak ‘seragamnya penurunan tanah dasar. 2. Retak geser yang dihasilkan dari kekurangan sambungan siar-muai atau gejala yang mengakibatkannya terkunci bL He Banyak retak yang relatif Kecil yang dihasilkan dari penyusutan dan tidak cukupnya tulangan dalam lapisan permukaan dinding sebagaimana tidak ‘cukupnya teknologi pengecoran. 1. Kerusakan pada dudukan erletakan yang dihasilkan dari sambungan siar muai yang bocor. struktur yang tidak cukup dari perletakan atau kegagalanya. 2. Gompal pada beton akibat korosi tulangan 3. Retak akibat tidak cukupnya tulangan atau tidak memadainya teknologi pengecoran Tabel 4.4 Kerusakan 27 dari 190 Tipe dan penyebab kerusakan 1. retak Tapisan dari gangguan Pada saat pengecoran yang diamati dalam pilar dengan ketidakadaan dari atau terlalu iemahnya tulangan 2. kebocoran dinding 1” retak yang dihasiikan dari penyusutan ketika tulangan lapisan permukaan terialu lemah 1. retak akibat pilar yang dibebani pada bagian tepinya, tulangannya baja terlalu lemah 1._kerusakan pada dudukan perletakan 2. bocor pada dinding — baik yang diamati pilar yang mendukung bagian atas dengan sambungan siar- muai bagian atas 3. retak yang diamati dalam pilar beton yang tidak diperkuat 1 retak yang dihasiikan dari enurunan tanah yang tidak seragam 2. gompal pada beton akibat korosi tulangan baja 1. gompal selimut beton akibat korosi tulangan baja 2. _kemiringan pilar akibat gerusan atau tidak seragamnya penurunan tanah Tabel 4.5 Kerusakan pilar tipe kolom Tipe dan penyebab kerusakan Hustrasi | 1. kebocoran pada balok kepala 2. retak memanjang akibat korosi tulangan 3. gompal selimut beton- semua yang tersebut diatas merupakan tipe kerusakan yang teramati dalam pilar yang ditempatkan di bawah sambungan siar-muai yang bocor dari dalam bangunan atas Retakan akibat muatan berlebih pada balok kepala Kemiringan kolom yang disebabkan kegagalan pondasi atau terlalu lemahnya jepitan dari kolom pracetak di bagian dasar Tabel 4.6 Kerusakan tipikal gelagar jembatan beton bertulang dan beton prategang 29 dari 190 [ Penyebab kerusakan Hustrasi 7 Retak akibat Korosi tulangan baja, felalu tipisnya selimut beton; kualitas beton tetlalu rendeh kebocoran sambungan sia-muai Kebocoran, beton yang menurun kuslitasnya Gompal beton akibat korosi tulangan Retak dalam Kaitan penyusunan (jika_ tingginya lebih dari separuh tinggi gelagar) Reiak Zona ekstomal momen lentur Retak yang dinasilkan oleh tegangan tarik utama di sekitar zona pendukung Telak dalam cetakan balok candaran di dalam tahap yang sama dalam gelagar Tenusakan akibal danpak yang dkasikan cieh Kendaraan dengan ukoran yang belebh kebocoran sambungan Siar-muai koros! angker tendon Korosi tendon dengan tanda eksternal akibat kualitas yang rendah dari grouting di datam saluran kabel prategang Kebocoran yang dhasilkan dari penyekatan yang dapat ditembus air di alas plat tantai jembatan relak akibat korosi tendon ‘gompal beton dan tendon yang tidak ada lapisan luamye akipat korosi Retak yang dinasikan dari efek pengurangan penegangan kabel Retak zone angker akibat tulangan yang tetlalu lemiah di dalam zone angker' Tabel 4.7 Kerusakan tipikal pada gelagar boks beton prategang 30 dari 190

You might also like