Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1KONDILOMA AKUMINATA
2.1.a Definisi
Kondiloma akuminata sudah dikenal sejak zaman Romawi dan Yunani kuno.
Kondiloma berasal dari bahasa Yunani yang artinya tumor bulat, dan akuminata
berasal dari bahasa latin yang artinya titik yang tajam. Sepertinya kedua istilah ini
digunakan karena dari jauh kondiloma akuminata terlihat seperti tumor kulit yang
bulat, tetapi dari dekat permukaannya terlihat seperti kumpulan kutil dengan
permukaan yang tidak rata.2
Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai
dengan permukaan berjonjot dan disebabkan oleh virus yaitu Human Papilloma Virus
(HPV) jenis tertentu. Menurut Zubier (2003) pada pasien kondiloma akuminata
terjadi kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. 1,3
Condyloma yang dimaksudkan disini adalah Condyloma accuminatum
(Kondiloma akuminata) juga dikenal sebagai anogenital warts, genital warts atau
venereal warts. Kondiloma Akuminata merupakan Penyakit Menular Seksual (PMS)
atau Penyakit Hubungan Seksual (P.HS), ditemukan pada laki-laki maupun
perempuan disebabkan infeksi Human Papiloma Virus (HPV) tipe 6 dan 11.
2.1.b Etiologi
Etiologi
penyakit
ini
adalah
virus
golongan
paposa
(human
lebih dari 120 tipe HPV, sedangkan menurut Handoko (2010) sampai saat ini telah
dikenal sekitar 70 tipe HPV. Tapi tidak seluruhnya menyebabkan kondiloma
akuminata. Dari semua tipe tersebut yang sering di jumpai pada kondiloma akuminata
adalah HPV tipe 6, 11, 16, dan 18.
Adanya hubungan antara infeksi HPV tipe tertentu dengan terjadinya
karsinoma serviks maka HPV dibagi menjadi 2 berdasarkan terjadinya displasia epitel
dan keganasan yaitu: HPVtipe 6 dan 11 merupakan tipe virus yang dianggap beresiko
onkogenik rendah (low risk) yang dianggap lebih banyak bertanggung jawab untuk
kondiloma akuminata dan dapat menyebabkan laring papilomatosis pada bayi yang
dilahirkan yang mengisap bahan infeksius saat persalinan.Sedangkan HPV tipe 16,
31, 33 dan 35 yaitu mempunyai resiko tinggi (high risk) atau mempunyai potensi
onkogen yang tinggi lebih banyak ditemukan pada kasus neoplasia inter epitel serviks
dan kanker serviks invasif.2,3
Ukuran virus bervariasi antara 44 sampai dengan 55 m dengan inti DNA.
Bersifat tahan panas, tahan terhadap eter, dan tahan klorofrom.
2.1.c Epidemiologi
Frekuensi terjadinya kondiloma akuminata pada pria dan wanita sama,
penyebarannya kosmopolit, dan transmisinya bisa melalui kontak kulit langsung
maupun hubungan seksual.
Di Amerika Serikat cenderung meningkat 4-5 kali lipat dalam dua dekade
terakhir, insidensi tertinggi pada wanita usia 20-30 tahun. Setiap tahun ada 500.0001.000.000 kasus baru yang ditemukan di Amerika Serikat. 4 Laporan lain telah
mencatat bahwa prevalensi penyakit ini empat kali lebih tinggi dalam dua dekade
terakhir ini. Laporan dari klinik penyakit menular seksual (PMS) di Inggris, bahwa
jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir ini. Di negara
Hongkong penyakit ini menduduki peringkat kedua PMS, dan akhir-akhir ini
insidensi penyakit ini meningkat terus. Data rumah sakit di Indonesia menunjukkan
bahwa penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara penyakit penular seksual,
sesudah uretritis gonore dan non gonore.3
2.1.d Faktor Resiko3
Pengguna kontrasepsi oral
Penggunaan obat-obatan imunosupresan
Partner seks yang lebih dari satu
Riwayat koitus dini
Riwayat kontak seksual dengan penderita kondiloma akuminata
2.1.e Patogenesis
Kebanyakan infeksi HPV di daerah anogenital didapatkan melalui hubungan
seksual. Setelah akuisisi, HPV menginfeksi sel basal dari anogenital epitelium. HPV
bereplikasi dan berbentuk virion saat sel basal berdiferensiasi dan tumbuh ke
permukaan epitel. Spektrum penyakit tergantung pada tingkat mitosis dan
penggantian epitel dengan sel basaloid yang immature.3
Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV. Hal ini berpenetrasi
melalui kulit dan menyebabkan
dengan tidak ada tanda atau gejala dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun.
Mengikut fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel Host
menjadi terinfeksi dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari kondiloma
akuminata. Area yang paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks,
perineum dan perineal. Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, larynx,
dan trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak
biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan
subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis
telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan onkogenik. 5
2. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat
berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula eritematosa dan
lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadangkadang berpigmentasi. Berbeda dengan kondiloma akuminata, permukaan lesi
papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa. Gambaran
histopatologik mirip penyakit Bowen dengan inti yang berkelompok, sel raksasa
diskeratotik dan sebagai mitotik atipik. Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis
Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan.
pemberian tidak boleh melebihi 0,5 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala
toksisitas adalah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat nafas, dan keringat
yang disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi kompresi sumsum tulang yang disertai
trombositopenia dan leukopenia. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena
dapat menyebabkan kematian fetus. Cara pengobatan dengan pedofilin ini sering
dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang
hiperkeratotik, lama atau yang berbentuk pipih.
b. Podofilotoksin 0,5% (podofiloks)
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat dalam podofilin. Setelah
pemakaian podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan
kondiloma akuminata. Reaksi iritasi pada pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini
dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturutturut.
c. Asam trikloroasetat
Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
Pemberiannya harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat
diberikan pada wanita hamil.
d. 5-Fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim. Obat ini terutama untuk kondiloma
akuminata yang lesinya terletak pada meatus uretra atau di atas meatus uretra.
Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderitanya tidak miksi
selama 2 jam setelah pengobatan.
2. Tindakan bedah
1
0
3
3. Interferon4
Pemberiannya dalam bentuk suntikan (intra muscular atau intra lesi), bentuk
krim (topical) dan dapat diberikan bersama pengobatan yang lain. Secara klinis
terbukti interferon alfa-, beta-, gama- bermanfaat dalam pengobatan infeksi HPV.
Interferon alfa diberikan dengan dosis 406 mU secara intra muscular 3 kali seminggu
selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU intramuscular selama 6 minggu.
Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x 106 unit secara intramuskular atau 2 kali
10 mega IU secara intramuskular selama 10 hari berturut-turut.
4. Immunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat
diberikan pengobatan bersama imunostimulator.
2.1.j Edukasi
Secara garis besar, upaya pencegahan terhadap penularan HPV dapat dilakukan
dengan :
Pap smear secara teratur pada wanita usia lebih dari 18 tahun (* Pap smear,
untuk deteksi dini perubahan tingkat seluler meliputi papillomatosis,
akantosis, abnormalitas koilosistik serta kelainan nukleus)
Pemeriksaan HIV-AIDS
Vaksinasi HPV
2.1.k Komplikasi
Kondiloma akuminata memiliki resiko berkembang menjadi kanker yang
invasif. Bagaimanapun, individu dengan kondiloma akuminata biasanya memiliki
faktor resiko terkena HPV tipe ongkogenik yang menyebabkan CIN dan anal
intraepithelial neoplasia. Kondiloma akuminata dapat berproliferasi dan membesar
selama kehamilan dan dapat menyumbat panggul saat proses persalinan pervaginam.
Pada anak yang lahir dari ibu penderita kondiloma akuminata bisa terjadi respiratori
papillomatosis berulang tapi kejadiannya sangat jarang. Kutil berkembang di
tenggorokan bayi, biasanya di pita suara, menyebabkan hoarseness dan stridor. Kutil
tersebut biasanya dibuang dengan cara bedah laser untuk menghindari kemungkinan
kegagalan bernafas. Karena prevalensi terjadinya respiratori papillomatosis berulang
rendah, proses persalinan secara seksio sesarea biasanya tidak disarankan bagi wanita
yang menderita kondiloma akuminata. Tetapi jika terjadi pertumbuhan kutil yang
sangat besar, baik di dalam vagina maupun vulva sehingga menghambat turunnya
kepala atau menyebabkan perdarahan yang banyak maka dianjurka melakukan seksio
sesarea5.
2.1.l Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisi
dicari, misalnya hygiene, adanya fluor albus, atau kelembaban pada pria akibat tidak
di sirkumsisi5.
2.2 KONDILOMA AKUMINATA PADA KEHAMILAN
2.2.a HPV dalam Kehamilan
meningkat dari pertama sampai trimester ketiga dan menurun secara signifikan pada
periode postpartum. Risiko kondiloma akuminata pada kehamilan adalah dua kali
lipat. Lesi HPV yang berupa kondiloma dapat terjadi pada daerah cervik (kondiloma
serviks) atau condilom avulva cenderung berkembang dalam ukuran dan vaskularitas
selama kehamilan karena adanya perubahan anatomi termasuk vaskularisasi selama
kehamilan dan adanya penurunan
pengaruh hormonal.
Keadaan ini dapat menghalangi saluran reproduksi dan dapat berakibat terjadinya
perdarahan banyak saat persalinan2,5.Kehamilan dan obat-obat kontrasepsi oral
merangsang pertumbuhan kondiloma akuminata, karena peningkatan hormon
estrogen saat itu. Demikian juga pada pemakaian obat-obat imunosupresif yang
menekan
imunitas
untuk
melawan
virus,
dapat
mempersukar
berhasilnya
penatalaksanaan.
Prevalensi yang tinggi pada usia produktif membuat infeksi HPV dapat terjadi
pada saat kehamilan. Kondiloma akuminata tumbuh lebih cepat pada wanita yang
sedang hamil. Kondiloma akuminata pada wanita hamil dapat meluas pada serviks,
vagina, vulva, dan dapat begitu luasnya sehingga menutupi jalan lahir. Penyebab
perluasan lesi ini masih belum diketahui dengan pasti tetapi memang terjadi
penurunan kekebalan yang dihantarkan sel selama kehamilan.Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pertumbuhan lesi yang sangat cepat dengan kemungkinan
terjadinya CIN dan paparan pada fetus4,5.
2.2.b Resiko Penularan HPV Kepada Neonatal
Neonatus terkena penularan infeksi virus terutama selama perjalanan melalui
jalan lahir. Transmisi bahkan dapat terjadi tanpa adanya lesi klinis jelas. Meskipun
modus klasik penularan HPV pada bayi baru lahir adalah selama perjalanan janin
melalui jalan lahir dan mengalami kontak dengan ibu yang terinfeksi. Namun, dalam
kasus tertentu, bayi baru lahir dapat mengalami infeksi kongenital intra uterine,
walaupun dengan kelahiran melalui sectio caesaria, dan itu dapat disebabkan oleh
infeksi ascending dari saluran vagina setelah terjadinya ketuban pecah dini. Ada pula
infeksi yang terjadi saat pembuahan dan terjadi transmisi intra uterine melalui sperma
yang membawa HPV carrier atau infeksi transplasenta6.
Paparan pada fetus dapat berakibat terjadinya papilomatosis larings juvenil ,
yang biasanya manifes pada usia 5 tahun.Insidensi papilomatosis larings juvenil tidak
tinggi dan patogenesisnya masih belum jelas, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan
distress pernafasan akibat terjadinya obstruksi saluran pernafasan karena edema pada
larings serta memiliki tingkat rekurensi yang tinggi.Pada ibu dengan riwayat
kondiloma akuminata didapatkan 50% bayi yang menderita papilomatosis larings
yuvenil. Meski demikian, risiko untuk terjadinya papilomatosis larings yuvenil pada
janin yang dilahirkan oleh ibu yang menderita kondiloma akuminata belum dapat
ditentukan, ada yang mengungkapkan bahwa jumlahnya terlalu kecil3,4.
2.2.c Terapi Kondiloma Akuminata Pada Ibu Hamil
Pengobatan saat hamil sangat mengganggu penderita dan bagusnya lesi ini
biasanya menghilang setelah persalinan. Saat kehamilan dianjurkan untuk sering
mencuci dan membersihkan daerah vulva ditambah membersihkan vagina dengan
irigasi dan menjaga daerah itu tetap kering dan hal ini akan menghambat proliferasi
kutil itu dan mengurangi ketidak nyamanan yang ada. Pada umumnya bila tidak
begitu penting dan tidak begitu mengganggu maka tidak perlu memberikan
mengobatan pada saat kehamilan karena dia akan menghilang setelah persalinan.
Terapi ditujukan untuk mengurangi keluhan dan memilih pengobatan yang tidak
toksik terhadap ibu dan anak dan mengurangi ukuran besar kutil. Beberapa obat
pilihan yang ada dibatasi untuk tidak dipergunakan pada wanita hamil. Pemilihan
cara pengobatan tergantung pada besar, lokalisasi, jenis dan jumlah lesi serta fasilitas
pelayanan yang tersedia.1,2
Pengobatan kondiloma akuminata waktu hamil tidak begitu memuaskan.
Pencucian lokal genitalia eksterna, plus pembersihan vagina dengan douching secara
digunakan pada kehamilan karena tidak diabsorbsi secara sistemik. Zat ini dapat
diaplikasikan langsung ke permukaan lesi dengan lidi/kapas lidi aplikator setiap
minggu. Tingkat keberhasilan TCA untuk terapi kondiloma adalah 56-81% dengan
tingkat rekurensi 36%2.
Interferon ditemukan oleh Isaacs dan Lindeman pada tahun 1957, didapatkan
bahwa pada biakan sel yang terinfeksi virus menghasilkan protein yang bisa
menyebabkan resistensi terhadap berbagai macam virus, dengan cara menghambat
replikasi viral. Interferon diberikan secara parenteral, yaitu dengan injeksi intra
muscular, subkutan atau intradermal pada lesi. Ada dua jenis interferon yang dapat
digunakan dalam terapi kondiloma akuminata yaitu interferon alfa-2b (Intron A) dan
interferon alfa-n3 (Alferon N Injection).
Cara pemberian interferon dengan (1) injeksi intralesi 1 juta IU perlesi 3 kali
seminggu selama 3 minggu (Intron A); (2) injeksi intralesi 250.000 IU 2 kali
seminggu selama 8 minggu (Alferon N injection); (3) injeksi subkutan atau
intradermal 1juta sampai 3 juta IU/m3 5 kali seminggu selama 2 minggu, diikuti 3 kali
seminggu selama 4 minggu. Beberapa penelitian menunjukkan terapi kondiloma
akuminata dengan interferon cukup efektif dan aman pada ibu hamil. Cara
pemberiannya tidak mempengaruhi hasil kesembuhan2.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono P, Hanifa W. Ilmu Kandungan. Ed 4. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2008.
2. Laporan Kasus: Kondiloma Akuminta Pada Wanita Hamil; Salah Satu
Modalitas
Terapi.
Satya
W,
Rahmah
H.
Available
at:
Jones
DS.
Historical
Perspectives
on
Sexually
Kondiloma
Akuminatum.
Available
at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35348/4/Chapter%20ll.pdf.
Accessed on: 20th Sep. 2014
6. Obgynmag: Kondiloma Akuminta. Available at: obgynmag: Kondiloma
Akuminata obgynmag.blogspot.com. Accessed on: 20th Sep. 2014.
STATUS PASIEN
ANAMNESA PRIBADI
Nama
Umur
: 34 tahun
Pekerjaan
Agama
: Islam
:-
Alamat
Tgl masuk
: 06-Juli-2015
Jam masuk
: 10.00 Wib
ALLOANAMNESA
KU
: Sakit jiwa
Telaah
lingkungan kelurahan rambung timur dan PNS dari dinas kesehatan binjai karena os
mengalami keterbelakangan mental menurut keterangan mereka dan dengan keluhan
ingin melahirkan.
Riwayat menstruasi
: tidak jelas
Riwayat persalinan
: G5P4A0
3. Tidak jelas
4. Tidak jelas
5. Hamil ini
Riwayat KB
: tidak jelas
RPT
: tidak jelas
RPO
: tidak jelas
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 110/70mmHg
Heart Rate
: 80x/menit
Respirasi Rate
: 20x/menit
Suhu
: 36,00 C
2. Keadaan Penyakit
Anemis
: (+)
Sianosis
: (-)
Dyspnoe
: (-)
Ikterik
: (-)
Edema
: (-)
Status Lokalisata
1. Kepala
: normochepali
Mata
+)
Telinga
: DBN
Hidung
: DBN
Leher
2. Thorax
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
Perkusi
: Sonor (+/+)
Auskultasi
3. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
abdomen (-)
Perkusi
: Timpani (+)
Auskultasi
4. Ektremitas
Superior
Inferior
5. Genitalia
Eksterna
diameter 1-2cm.
Status obstetri
L1
: 5 jari bpx
L2
: Pungung kanan
L3
: Presentasi kepala
L4
TFU
: 27cm
TBBJ
: 2325gr
Djj
: 144 x/i
His
: tidak ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin (06-07-2015)
Hb
: 7,8 gr/dl
Leukosit
Trombosit
: 267x103 u/l
Hematokrit
: 25,2 %
KGD
: 105 mg/dl
Golongan darah
: A Rhesus +
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG (07-JULI-2015) : Hamil 36-37 minggu, djj (+), janin tunggal(+), anak hidup(+)
RESUME
ALLOANAMNESA
KU
: Sakit jiwa
Telaah
lingkungan kelurahan rambung timur dan PNS dari dinas kesehatan binjai karena os
mengalami keterbelakangan mental menurut keterangan mereka dan dengan keluhan
ingin melahirkan.
Riwayat menstruasi
: tidak jelas
Riwayat persalinan
: G5P4A0
1.
2.
3.
4.
5.
Riwayat KB
: tidak jelas
RPT
: tidak jelas
RPO
: tidak jelas
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 110/70mmHg
Heart Rate
: 80x/menit
Respirasi Rate
: 20x/menit
Suhu
: 36,00 C
2. Keadaan Penyakit
Anemis
: (+)
Sianosis
: (-)
Dyspnoe
: (-)
Ikterik
: (-)
Edema
: (-)
Status Lokalisata
1. Kepala
: normochepali
Mata
Telinga
Hidung
: DBN
Leher
2. Thorax
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
Perkusi
: Sonor (+/+)
Auskultasi
3. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
abdomen (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
4. Ektremitas
Superior
: DBN
Inferior
: DBN
5. Genitalia
Eksterna
diameter 1-2cm.
Status obstetri
L1
: 5 jari bpx
L2
: Pungung kanan
L3
: Presentasi kepala
L4
TFU
: 27cm
TBBJ
: 2325gr
Djj
: 144 x/i
His
: tidak ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin (06-07-2015)
Hb
: 7,8 gr/dl
Leukosit
Trombosit
: 267x103 u/l
Hematokrit
KGD
: 25,2 %
: 105 mg/dl
Golongan darah
: A Rhesus +
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG (07-JULI-2015) : Hamil 36-37 minggu, djj (+), janin tunggal(+), anak hidup(+)
DIAGNOSA BANDING
Veruka vulgaris yang tidak bertangkai, kering dan berwana abu abu atau
sama dengan warna kulit
Kondiloma latum atau sifilis stadium II, klinis berupa plakat erosi
Karsinoma sel squamosa vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah
dan berbau
DIAGNOSA KERJA
Kondiloma akuminata + post SC + tubektomi
PENATALAKSANAAN
-
IVFD RL 30gtt/i
Transfusi darah : PRC 3 bag, WB 1 bag
Ciprofloxacin 500 mg 3x1
Asam mefenamat 500 mg 3x1
Clindamycin 300 mg 3x1
Viferon 2x1
Pil KB kombinasi (andalan) 2x1
Acyclovir 4x1 (setiap 6 jam)
Vitamin C 3x1
Darah Rutin
11,7 x 103/ul
8,2 gr/dl
153 x103/ul
Leukosit
Hb
PLT
ANJURAN
Penatalaksaan terbaik untuk kondiloma akuminata pada wanita hamil adalah
dilakukan tindakan Sectio Caesaria apabila sudah cukup waktu untuk melahirkan.
Kemudian Untuk kondiloma akuminata dapat dilakukan tindakan ekstirpasi yaitu
pengangkatan massa tumor beserta kapsulnya.
FOLLOW UP POST OP SC
6 Agustus
7 Agustus 2013,14.00
2013,19.00WIB
Vital sign
WIB
Vital sign
WIB
Vital sign
post SC
post SC(+)
SC (+)
TD :120/80 mmhg
TD :120/80 mmhg
TD :120/80 mmhg
HR : 88x/i
HR : 84x/i
HR : 76x/i
RR : 20 x/i
RR : 20 x/i
RR : 16 x/i
T : 36,50c
Abdomen
T : 360c
Abdomen
T : 36,50c
Abdomen
Kontraksi : lemah
Kontraksi : lemah
Kontraksi : lemah
Lochia : + rubra
Lochia : + rubra
Lochia : + rubra
Nyeri :+
Nyeri :+
Nyeri :+
Peristaltic :-
Peristaltic :+
Peristaltic :+
P/V : -
P/V : -
P/V : -
Flatus :-
Flatus :+
Flatus :+
UOP : cukup
Therapi
UOP : cukup
Therapi
UOP : cukup
Therapi
-IVFD RL 30 gtt/i
-IVFD RL 30 gtt/i
-Ciprofloxacin 3x1
-Clindamycin300mg 3x1
-Ranitidin 1 amp /
8jam
-Viferon 2x1
-ketorolac 1 amp /
-Pil KB kombinasi
8jam
Andalan 2x1
Kesimpulan
Pasien datang kerumah sakit RSUD DR RM Djoelham Binjai lebih
kurang sebulan yang lalu dengan diantar oleh dinas kesehatan dan kepling
tempat os tinggal karena menurut mereka pasien mengalami keterbelakangan
persetujuan SIO dari suami pasien, dinkes dan kepling tempat os tinggal
operasi pun dilaksanakan. Bayi lahir dengan selamat berjenis kelamin lakilaki.
Penatalaksaan terbaik untuk kondiloma akuminata pada wanita hamil
adalah dilakukan tindakan Sectio Caesaria apabila sudah cukup waktu untuk
melahirkan. Pasien dikonsul ke dr sp. Kk dan mendapat pengobatan :
-